Anda di halaman 1dari 7

UTOMO, et al.

/ PERBANDINGAN EFEKTIVITAS ANTARA AKUPUNKTUR PC-6


25
PENDAHULUAN
Insiden mual dan muntah setelah anestesi umum dan
pembedahan akhir-akhir ini mendapat perhatian
khusus dari dokter spesialis anestesi karena merupa-
kan komplikasi yang sering terjadi pada anestesi yang
dirasakan tidak nyaman oleh pasien dan mempunyai
potensi kegawatan bila terjadi pada pasien tidak
sadar. Post Operative Nausea and Vomiting (PONV)
merupakan The Big Little Problem dalam pasca
bedah. Insiden PONV terjadi pada 25-30% pasien
pasca bedah dengan anestesi umum (Kovac, 2000)
dan dapat mencapai 70% pada pasien dengan high
risk (Mohamed, 2004).
Banyak penelitian telah dilakukan untuk men-
cegah dan menurunkan insiden PONV. Tetapi sampai
saat ini belum ditemukan obat antiemetik yang efektif
untuk pencegahan mual dan muntah pasca bedah di
mana dapat mencegah mual dan muntah secara to-
tal dan tanpa efek samping. Pada bedah ortopedi
dengan anestesi umum sering terjadi komplikasi
PONV. Untuk mencegah PONV dapat dilakukan 2
tindakan yaitu pemberian obat antiemetik dan
pemberian terapi non-farmakologik.
Dari uraian di atas perlu kiranya untuk dilakukan
pengamatan lebih lanjut mengenai perbandingan efek-
tivitas antara teknik non-farmakologik (akupunktur PC-
6) dengan obat antiemetik (ondansetron) dalam mence-
gah insiden PONV bedah ortopedi.
Permasalahan yang akan dibahas dalam peneli-
tian ini adalah adakah perbedaan efektivitas antara
akupunktur PC-6 dan ondansetron dalam mencegah
insiden PONV pada bedah ortopedi?
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
perbandingan efektivitas antara akupunktur PC-6
dan ondansetron dalam mencegah insiden PONV
pada bedah ortopedi.
Manfaat dari penelitian ini adalah menambah
pengalaman klinik bagi penulis, sebagai dasar per-
Perbandingan Efektivitas Antara Akupunktur PC-6 dan Ondansetron dalam
Mencegah Insidensi Mual dan Muntah Pasca Bedah Ortopedi
The Comparison Of Effectiveness Between Acupuncture PC-6 And Ondansetron In
Avoiding Post Operative Nausea And Vomiting Incident In An Orthopedic Surgery
Anggarda Kristianti Utomo
*)
, Syarif Sudirman
*)
, Imam Syafii
*)
*)
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
ABSTRACT
Background: Post Operative Nausea and Vomiting (PONV) has recently received increasing attention
among anesthesiologists since it causes discomfort and danger to unconscious patient. It was
hypothesized that acupuncture of PC-6 administered before anesthesia induction may reduce nausea-
vomiting incident. Ondansetron has been known as gold standard anti-emetic. This study aimed to
examine the relative effectiveness acupuncture to ondansetron as pre-medical anesthesia in avoiding
PONV incident.
Methods: This was an experimental study. The population of the research is surgical patient in IBS
(Instalasi Bedah Sentral) RSO Prof Dr. R. Soeharso, Surakarta. A sample of 30 patients were assigned
to two groups, 15 patients received acupuncture PC-6, and another 15 received 4 mg ondansetron. The
data were analyzed using chi square.
Results: One patient from acupuncture group and 2 patients from ondansetron group experienced
nausea-vomiting in the first 30 minutes. Statistical analysis showed no significant difference between
acupuncture PC-6 and ondansetron in preventing PONV incident.
Conclusion: The acupuncture effectiveness is equal to that of ondansetron, so that it can be used as
alternative anesthesia for preventing PONV incident. Jurnal Kedokteran Indonesia: 1 (1): 25-31
Keywords: acupuncture, ondasetron, PONV
JURNAL KEDOKTERAN INDONESIA, VOL. 1/NO. 1/JANUARI/2009
26
timbangan bagi profesi anestesi untuk meningkat-
kan mutu pelayanan anestesi, memberikan pilihan
teknik pencegahan PONV, dan menambah wawasan
pemanfaatan akupunktur di pelayanan operatif.
SUBJEK DAN METODE
Mual (nausea) adalah suatu sensasi atau perasaan tidak
menyenangkan yang mendahului muntah (Dorland,
2002), disertai hipersalivasi, keringat dingin, pucat,
takikardi, hilangnya tonus gaster, kontraksi duode-
num dan refluks isi intestinal ke dalam gaster. Mual
tidak selalu disertai muntah. Sedangkan retching ada-
lah kejadian menyerupai muntah dengan penutupan
glotis dan kontraksi dari otot abdomen, dinding dada
dan diafragma tanpa selalu disertai ekspulsi dari isi
lambung (Loadsman, 2005).
Muntah (vomiting) adalah ekspulsi secara paksa
isi lambung keluar melalui mulut (Sherwood, 2001),
disebabkan oleh kontraksi otot-otot pernapasan yaitu
diafragma (otot inspirasi utama) dan otot abdomen
(otot ekspirasi aktif ). Peningkatan dari tekanan intra-
abdomen, penutupan glotis dan palatum akan naik,
terjadi kontraksi dari pylorus dan relaksasi dari fun-
dus, sfingter cardia dan esofagus sehingga terjadi eks-
pulsi yang kuat dari isi lambung (Loadsman, 2005).
Akupunktur adalah pengobatan dengan cara
menusuk jarum. Secara harfiah akupunktur berasal
dari kata Acus = jarum dan Puncture = tusuk (Filshie,
1998). Neiguan (Inner Pass, Pericardium 6) adalah
titik yang paling sering digunakan untuk mendapat-
kan efek antiemetik (Langer, 1998). Titik PC-6
terletak pada meridian pericardium yaitu dua cun
proksimal lipat pergelangan tangan sebelah volair,
antara tendon m. palmaris longus dan tendon m.
fleksor karpi radialis (Saputra, 2005).
Ondansetron merupakan obat selektif terhadap
reseptor antagonis 5-Hidroksi-Triptamin (5-HT
3
) di
otak dan mungkin juga pada aferen vagal saluran cer-
na. Di mana selektif dan kompetitif untuk mencegah
mual dan muntah setelah operasi dan radioterapi.
Ondansetron memblok reseptor di gastrointestinal
dan area postrema di CNS (Anderson et al., 2002).
Gambar 1. Kerangka konsep
UTOMO, et al./ PERBANDINGAN EFEKTIVITAS ANTARA AKUPUNKTUR PC-6
27
Penelitian ini merupakan penelitian ekperimen-
tal yakni randomized clinical trial. Penelitian dilaku-
kan di Instalasi Bedah Sentral dan Ruang Pulih Sadar
Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso
Surakarta. Subjek penelitian adalah pasien yang akan
melakukan pembedahan dengan anestesi umum
dengan ktiteria: laki-laki atau perempuan usia 18-
45 tahun, ukuran kondisi fisik pasien prabedah ASA
(American Society of Anesthesiologists) I atau II,
bersedia menjadi sampel penelitian melalui proses
informed consent dan BMI 30 kg.m
-2
.
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik
purposive sampling. Sampel yang digunakan adalah
30 pasien, 15 pasien pada kelompok akupunktur dan
15 pasien pada kelompok ondansetron.
Gambar 3. Perbandingan Kejadian Mual Muntah dan
Tidak Mual Muntah pada Kedua Kelompok
Tabel 2. Data Umur dan Berat Badan Subjek Penelitian
Tabel 3. Data ASA Subjek Penelitian
Tabel 1. Data Jenis Kelamin Subjek Penelitian
Gambar 2. Kerangka penelitian
Data diolah dengan teknik analisis statistik yaitu
menggunakan uji chi square dan uji t, dengan =0,05
/ dalam tabel derajat kepercayaan 95%.
HASIL-HASIL
Hasil penelitian didapatkan jumlah penderita mual
dan muntah untuk kelompok akupunktur sebanyak
1 orang (6.6%), sedangkan dari kelompok ondanse-
tron sebanyak 2 orang (13.3%). Berarti efektivitas
akupunktur dalam mencegah mual muntah sebesar
93.3% sedangkan kelompok ondansetron sebesar
86.6%. (lihat Gambar 3).
Hasil penelitian meliputi jenis kelamin, umur,
berat badan, ASA, jarak waktu akupunktur dengan
Dari data jenis kelamin subjek penelitian kedua
kelompok tersebut, secara statistik tidak didapatkan
perbedaan yang bermakna (p > 0.05).
Dari data umur dan berat badan subjek peneliti-
an kedua kelompok tersebut, secara statistik tidak
didapatkan perbedaan yang bermakna (p > 0.05).
Dari data ASA subjek penelitian kedua kelompok
tersebut, secara statistik tidak didapatkan perbedaan
yang bermakna (p > 0.05).
anestesi, TDS, TDD, laju nadi subjek penelitian dan
insiden mual muntah.
JURNAL KEDOKTERAN INDONESIA, VOL. 1/NO. 1/JANUARI/2009
28
Jarak waktu akupunktur dengan anestesi pada
kelompok akupunktur 40% (6 orang) antara 10-20
menit, 60% (9 orang) antara 20 menit 60 menit.
sebesar 93.3%, sedangkan kelompok ondansetron
dapat menekan mual muntah sebesar 86.6 %.
Perbedaan kemampuan ini setelah dianalisis statistik
tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna antara
kelompok akupunktur dan ondansetron.
Pada kelompok akupunktur ada 1 orang yang
mengalami mual muntah. Mual muntah terjadi pada
30 menit pertama dengan operasi open reduction pada
union fraktur clavicula sinistra dan post platting pada
Tabel 5. Perbandingan Rerata TDS, TDD dan Laju Nadi antara 2 Kelompok
Keterangan :
TDS: Tekanan Darah Sistolik; TDD: Tekanan Darah Diastolik
Dari Tabel 5, hasil analisis statistik menggunakan
uji t untuk tekanan darah dan laju nadi, tidak
didapatkan perbedaan yang bermakna (p>0.05) pada
perbandingan TDS, TDD dan Laju Nadi antara 2
kelompok perlakuan.
PEMBAHASAN
Pengamatan pada penelitian ini dibatasi hanya sampai
60 menit pascabedah, tidak 24 jam. Mengingat masa
kerja akupunktur 6-8 jam dan masa kerja ondansetron
8 jam. Menurut Craigo (1996) kejadian mual
muntah tertinggi pada 2 jam pertama postoperasi,
selain itu juga disebabkan oleh kendala waktu dalam
penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian
mual muntah pada kelompok akupunktur dan
ondansetron hanya terjadi pada 30 menit pertama
dan setelah itu tidak ditemukan lagi penderita yang
mual dan muntah.
Penderita mual muntah pada kelompok
akupunktur ada 1 orang (6.6 %), sedangkan dari
kelompok ondansetron ada 2 orang (13.3 %) (lihat
gambar 3). Hasil dapat berarti bahwa efektivitas
akupunktur PC-6 dalam menekan mual muntah
pasien laki-laki berumur 18 tahun, berat badan 55
kg, dan ASA I. Pasien ini diakupunktur pukul 09,00-
09,20, anestesi dimulai pukul 09,45, operasi mulai
pukul 09,55, akhir anestesi pukul 10,20, operasi selesai
pukul 10,25, pulih sadar pukul 10,50, mual muntah
pukul 11,15, pindah bangsal pukul 12,00.
Operatornya adalah dokter spesialis bedah ortopedi.
Tekanan darah preoperasi 110/73 mmHg dan laju nadi
80 x/menit. Tekanan darah postoperasi menit ke-30
93/67 mmHg dan laju nadi 79 x/menit. Tekanan
darah postoperasi menit ke-60 107/71 mmHg dan
laju nadi 83 x/menit. Terjadinya PONV dianalisis oleh
karena hipotensi yang terjadi pada 30 menit pertama
sehingga dapat menyebabkan terjadinya vagal reflek.
Pada kelompok ondansetron ada 2 orang yang
mengalami mual muntah. Keduanya terjadi pada 30
menit pertama, yang pertama dengan jenis operasi
amputasi necrosis antebrachii sinistra, crush injury
manus sinistra pada pasien laki-laki berumur 38
tahun, berat badan 80 kg, dan ASA II. Anestesi
dimulai pukul 08,47, operasi mulai pukul 09,03,
akhir anestesi pukul 10,10, operasi selesai pukul
10,15, pulih sadar pukul 10,45, mual muntah pukul
11,00, pindah bangsal pukul 11,50. Operatornya
adalah PPDS bedah ortopedi. Tekanan darah
preoperasi 137/87 mmHg dan laju nadi 98 x/menit.
Tabel 4. Distribusi Jarak Waktu Akupunktur dengan Anestesi
UTOMO, et al./ PERBANDINGAN EFEKTIVITAS ANTARA AKUPUNKTUR PC-6
29
Tekanan darah postoperasi menit ke-30 121/83
mmHg dan laju nadi 84 x/menit. Tekanan darah
postoperasi menit ke-60 130/86 mmHg dan laju nadi
88 x/menit. Terjadinya PONV dianalisis oleh karena
pasien mengalami obesitas dan hipertensi. Di
samping itu durasi operasi yang relatif lama yaitu 1
jam 12 menit dan manipulasi pembedahan yang
berlebihan juga mempengaruhi kejadian PONV.
Yang kedua dengan operasi open reduction pada
closed fraktur humeri 1/3 medial sinistra pada pasien
perempuan berumur 35 tahun, berat badan 70 kg,
dan ASA II. Anestesi dimulai pukul 09,48, operasi
mulai pukul 10,02, akhir anestesi pukul 11.11,
operasi selesai pukul 11,15, pulih sadar pukul 11,40,
mual muntah pukul 11,50, transfusi darah pukul
11,55, pindah bangsal pukul 12,50. Operatornya
adalah PPDS bedah ortopedi. Tekanan darah
preoperasi 131/85 mmHg dan laju nadi 103 x/
menit. Tekanan darah postoperasi menit ke-30 108/
68 mmHg dan laju nadi 97 x/menit. Tekanan darah
postoperasi menit ke-60 128/82 mmHg dan laju nadi
90 x/menit. Terjadinya PONV dianalisis oleh karena
pasien adalah wanita serta mengalami obesitas,
hipertensi, dan kecemasan yang ditandai dengan
takikardi. Di samping itu durasi operasi yang relatif
lama yaitu 1 jam 13 menit dan manipulasi
pembedahan yang berlebihan juga mempengaruhi
kejadian PONV.
Akupunktur yang diduga lebih efektif daripada
ondansetron dalam mencegah PONV, ternyata dalam
penelitian ini tidak terbukti. Dari hasil analisis
statistik dengan menggunakan chi square dapat
diketahui bahwa harga x
2
< harga kritik 3.8 dengan
taraf signifikansi 0.05, yaitu 0.370 untuk insiden
PONV pada 30 menit pertama dan 0.000 untuk
insiden PONV pada 30 menit kedua. Sehingga
didapatkan hasil bahwa tidak ada perbedaan yang
bermakna antara kelompok akupunktur dan
kelompok ondansetron dalam mencegah insiden
PONV. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya
jumlah sampel, jarak waktu antara akupunktur
dengan anestesi yang bervariasi, operator dengan
tingkat ketrampilan dan keahlian yang berbeda, jenis
pembedahan, faktor psikologis dan kondisi medis
pasien, masa puasa yang berbeda serta penggunaan
obat anestesi yang sudah menjadi protokol dalam
anestesi RSO Prof. Dr. R. Soeharso (misalnya
dexamethason yang diberikan setelah operasi). Dari
segi akupunktur, efektivitasnya dapat dipengaruhi
oleh ketepatan menusukkan jarum pada titik yang
digunakan serta lama menstimulus dengan listrik.
Akupunktur tetap dapat diandalkan karena tidak
adanya efek samping, walaupun dalam penelitian ini
juga tidak ditemukan efek samping pada pemberian
ondansetron intravena.
Dengan adanya penelitian ini dapat diketahui
bahwa efektivitas akupunktur PC-6 sebanding dengan
ondansetron. Dengan dasar tersebut, akupunktur
yang jarang atau bahkan belum pernah digunakan
dalam mencegah insiden PONV, sekarang dapat
dipercaya menggantikan ondansetron yang selama ini
digunakan sebagai gold standard antiemetik. Untuk
mendapatkan hasil yang lebih memuaskan,
akupunktur dan ondansetron dapat digunakan
bersamaan dalam mencegah insiden PONV. Peralatan
dan tindakan akupunktur bersifat ekonomis.
Sekalipun harga elektrostimulator untuk akupunktur
cukup tinggi, peralatan ini dapat dipakai berulang
kali dan dengan perawatan yang baik dapat digunakan
bertahun-tahun lamanya.
Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa
pemberian Akupunktur PC-6 tidak lebih efektif
daripada Ondansetron 4 mg intravena dalam
mencegah insiden PONV pada bedah ortopedi,
sehingga hipotesis tidak terbukti. Hal ini berarti
efektivitas akupunktur sebanding dengan ondanse-
tron dalam mencegah insiden PONV pada bedah
ortopedi.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
mendapatkan efektivitas anti mual muntah yang lebih
baik dengan pengamatan yang lebih lama (sampai 2
jam), jumlah sampel yang lebih banyak dan pada
jenis pembedahan lain. Perlu dilakukan penelitian
lanjutan dengan meminimalkan variabel luar.
Akupunktur dapat digunakan sebagai pengganti
ondansetron dalam mencegah insiden PONV.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad W. P. (1993). Dasar-Dasar Metodologi
Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. 1
st
ed.
Jakarta : PT. Rajabrafindo Persada, p : 14.
Anderson, Philip O., James E. Knoben, William G.
Troutman. (2002). Handbook of Clinical Drug
Data, p: 133.
JURNAL KEDOKTERAN INDONESIA, VOL. 1/NO. 1/JANUARI/2009
30
Anggraini DY. (2008). Sehat dengan akupunktur.
Dokter Kita. Edisi 03 Tahun III Maret 2008,
pp: 22-9.
Craigo PA, (1996). Physiologic and Pharmacologic
Bases of Anaesthesia; Williams and Wilkins.
Philadelphia, USA.
Dorland. (2000). Medical Dictionary. 29
th

ed.
Philadelphia: W.B. Saunders Company Inc, pp:
102-4.
Farid R.M., Ramli M. (2005). Perbandingan Efektifitas
Ondansetron dan Metoclopropamide dalam
Menekan Mual Muntah Pascaoperasi pada
Pembedahan Perut Bawah Kasus Ginekologi. The
Indonesian Journal of Anaesthesiology and Criti-
cal Care, 22 : 244.
Goodman, Gilman. (2001). The Pharmacological
Basics of Therapeutics. 10
th
ed. Boston : Mc
Grow, Hill, pp : 344-47.
Guan-Yuan Jin. (2006). Contemporary Medical Acu-
puncture. China : Higher Education Press, pp :
378-381.
Guyton A. C., and Hall J.E. (1997). Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran. 9
th
ed. Jakarta : EGC, p :
167.
Jacqueline F, White A. (1998). Medical Acupunture.
In : Christine M. McMillan (eds). Acupuncture
for Nausea and Vomiting. New York : Churchill
Livingstone, pp : 295-314.
John, L. (2005). Postoperative Nausea and Vomiting.
The Virtual Anaesthesia Textbook, pp : 1-3.
Karjadi W. (2000). Anestesiologi dan Reanimasi
Modul Dasar untuk pendidikan S1 kedokteran.
Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional, pp : 150-8.
Katzung, B. (1995). Farmakologi Dasar dan Klinik.
6
th
ed. Jakarta : EGC, pp : 411-2.
Kovac, A. L. (2003). Prevention and Treatment of
Postoperative Nausea. Medicine Abstrack, pp :
1-2.
Langer, RA. (1998). Post-Operative Nausea and
Vomiting. Anesthesia and Analgesia, 80 : 903-
9.
Lasser, KE. (2002). Post-marketing Labeling Changes
and Withdrawal of the Drug. Pharmacy News-
letter, pp : 2215-2220.
Lee A, Done ML. (1999). The Use of
Nonpharmacologic Techniques to Prevent Post-
operative Nausea and Vomiting: A Meta-Analy-
sis. Anesthesia and Analgesia, 88:1362.
Loadsman, J. (2005). Post Operative Nausea and
Vomiting. The Virtual Anaesthesia Textbook, pp
: 1-2.
Mason, M. (2004). Acupuncture. Get The Fact Na-
tional Center for Complementary and Alterna-
tive Medicine, pp : 1-7.
Mills, S. (2008). Akupunktur - Forum Diskusi
Budaya Tionghoa dan Sejarah Tiongkok. http://
groups. google.co.id/group/budaya_ tionghoa.
(18 Maret 2008).
Mohamed H. Rahman, Beattie J. (2004). Post Op-
erative Nausea and Vomiting. The Pharmaceu-
tical Journal. 273 : 786-8.
Muhardi. (1989). Anestesiologi : Bagian Anestesiologi
dan Terapi Intensif. Jakarta : Fakultas Kedokteran
UI, p: 23.
Murbianto A, Redjeki IS, Wargahadibrata AH.
(2006). Perbandingan Efektifitas Waktu
Pemberian Ondansetron 0,1 mg/kg BB Intravena
Sebelum Anestesi dengan Akhir Pembedahan
untuk Pascabedah Fibroadenoma Mammae pada
pasien Bedah Rawat Jalan. The Indonesian Jour-
nal of Anaesthesiology and Critical Care, 22 :
224.
Ouyang, H. (2004). Aliment Pharmacol Ther. Review
Article: Therapeutic roles of Acupuncture in Func-
tional Gastrointestinal Disorders. USA : Blackwell Pub-
lishing Ltd, pp : 831-41.
Philip, Beverly K., Ya-Ting Chen, Tong J. Gan, Larry
Ma, Henry X. Hu. (2007). Post-Operative Nau-
sea/Vomiting after High-Risk Ambulatory Sur-
geries. Anesthesiology. San Francisco : American
Society of Anesthesiologists, p : 107.
Pranowo KT. (2006). Analisis Biaya dan
Keefektivitasan Ondansetron dan
Deksametasone dalam Mencegah Mual dan
Muntah Pasca Bedah pada Bedah Rawat Jalan.
Bag/SMF Anestesi dan Reanimasi Fakultas
Kedokteran UGM. Tesis.
Rowbotham, D.J. (2005). Recent Advances in The
Non-pharmacological Management of Postopera-
tive Nausea and Vomiting. British Journal of Ana-
UTOMO, et al./ PERBANDINGAN EFEKTIVITAS ANTARA AKUPUNKTUR PC-6
31
esthesia. UK : Oxford University Press, 95 (1) :
77-81.
Saeeda Islam, P. N. Jain. (2004). Post Operative
Nausea and Vomiting: A Review Article. Indian
J. Anaesth. 48 (4) : 253-8.
Samuels N. (2003). Acupuncture for Nausea: How
It Works. http://www.annie appleseedproject.
org/index.html. (16 Maret 2008).
Saputra, K., Agustin Idayanti (eds). (2005).
Akupunktur Dasar. 1
st
ed. Surabaya : Airlangga
University Press, pp : 1-19.
Sherwood, Lauralee. (2001). Fisiologi Manusia. 2
nd
ed.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, pp : 554-
56.
Sierpina, Victor S. (2005). Acupuncture: A Clinical
Review. Philadelphia : Lippincott Williams &
Wilkins, pp: 330-337.
Silbernagl S., F. Lang. (2006). Color Atlas of Patho-
physiology. Sttuttgart : Thieme.
Stoelting, R. K., Miller R. D. (1994). Basic Of An-
esthetic Practice. 3
rd
ed. New York : Churchill
Livingstone, pp : 8-9, 59-72, 114-25, 201-5,
215, 228-31, 497-8.
Sulistia, G. G. (1998). Farmakologi dan Terapi.
Jakarta : Fakultas Kedokteran UI, pp : 109-47.
Sunatrio S., Susanto A., Marsaban A. (2004).
Granisetron 1 mg IV vs Ondansetron 4 mg un-
tuk Pencegahan Mual dan Muntah Pascabedah
Ginekologis dengan Anestesia Inhalasi. The In-
donesian Journal of Anaesthesiology and Criti-
cal Care, 22 : 244.
Tatewaki, Makoto. (2004). Effects of Acupuncture on
Vasopressin-induced Emesis in Conscious Dogs.
AJP-Regulatory, Integrative, and Comparative Physi-
ology. USA : American Physiological Society, pp:
401-8.
Taufiqurahman A. (2003). Metodologi Penelitian
Kedokteran dan Kesehatan. Klaten : CSGF.
Tong, J., Meyer T., Apfel, Davies P. (2003). Consen-
sus Guidelines for Managing Postoperative Nau-
sea and Vomiting. Anesthesia Analgesia. Vol. 97.
pp : 62-71.
Weiss, DA. (2006). The Effect of General Anesthe-
sia on Acupuncture: A Functional MRI Study.
New Haven, CT : Department of Anesthesiol-
ogy, Yale School of Medicine, pp : 1-45.
White PF. (2000). Outpatient Anesthesia. In : Miller
RD editor. Anesthesia. 5
th
ed. New York :
Churchill Livingstone Inc., 2218-35.
Wilson, Linda. (2005). Current and Emerging An-
tiemetic Therapies: Safety, Efficacy and Cost
Consideration. West Conshohocken: Meniscus
Limited.
Wong, F. (2006). Perkumpulan Sehat dengan
Akupunktur Indonesia. http://
www.persadaindo. com/index.htm. (21 Maret
2008).

Anda mungkin juga menyukai