Anda di halaman 1dari 30

BAB III

PENANGANAN DAN ORGANISASI PROYEK

3.1 Organisasi dan Personil

Pelaksanaan pembangunan adalah melakukan pekerjaan pada suatu

lokasi sedemikian hingga pembangunan terwujud yang telah ditetapkan

dalam biaya, jadwal dan sasaran kualitas. Ada proses-proses yang perlu

dipertimbangkan sehubungan dengan proses pembangunan, yang melibatkan

berbagai profesi dan bahan yang digunakan. Hal ini ditujukan agar semua

pihak melakukan tugasnya sebagai suatu tim. Setiap orang harus mendapat

tugas yang jelas dan saling bekerja sama hingga dapat mencapai tujuan

pekerjaan.

Manajemen proyek mengarahkan dan mengembangkan Sumber Daya

Manusia dan Sumber daya lainnya supaya berjalan di jalur yang seharusnya

menuju sasaran yang telah ditetapkan serta menciptakan dorongan semangat

untuk memotivasi orang supaya bekerja dengan baik.

Untuk melaksanakan suatu proyek besar maupun kecil diperlukan

suatu organisasi yang mengelola dan mengontrol jalannya pelaksanaan

proyek. Organisasi proyek tersebut harus mempunyai badan hukum, sarana

serta personil yang dapat bekerja sama secara kolektif dan kualitatif agar

mendapat hasil yang baik.

Struktur organisasi pekerjaan adalah suatu kesatuan yang saling

berhubungan dan tidak bisa dipisahkan satu sama lain dalam melaksanakan

25
suatu pekerjaan. Sedapat mungkin segala urusan di dalam proyek dapat

diselesaikan dengan sebaik-baiknya, jika terdapat ketidakcocokan, maka

dapat diselesaikan dengan cara musyawarah demi kelancaran proyek.

Adapun pihak-pihak yang memainkan peranan penting di dalam

proses pembangunan adalah :

1. Pemilik Proyek ( Owner )

Pemilik proyek adalah pihak yang memiliki proyek. Pada Proyek

Peningkatan Jalan Paket 8 ini pemilik proyek adalah Direktorat Jenderal

Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum Kota Banjarmasin.

Adapun tugas dan wewenang dari pemilik proyek antara lain :

a. Memberikan informasi, bantuan dan kerjasama yang diperlukan

kontraktor sepanjang batas kewenangan dan kewajiban pemilik.

b. Memberikan semua instruksi kepada kontraktor melalui konsultan

pengawas.

c. Dapat memberhentikan sebagian atau seluruh pekerjaan apabila

kontraktor tidak memberikan hasil pekerjaan yang sempurna dan

melanggar ketentuan.

d. Menentukan keputusan akhir yang mengikat mengenai proyek.

e. Menandatangani Surat Perintah Kerja (SPK) dan surat perjanjian

dengan kontraktor.

f. Mengesahkan semua dokumen pembayaran kepada pihak kontraktor.

1. Pemberi Tugas ( Bouher )


Yang bertindak sebagai pemberi tugas adalah Pejabat Pembuat

Komitmen (PPK) / Pengguna Anggaran yaitu Kepala Bidang Bina Marga

Dinas PU Kota Banjrmasin. Pejabat pembuat komitmen bertanggung

jawab agar penyelesaian proyek tepat pada waktunya dan sesuai dengan

rencana yang ditetapkan. Orang yang ditunjuk sebagai kuasa pengguna

anggaran pada proyek ini adalah Ir.H.G. Ridwan Syofyani, MM. Dalam

melaksanakan tugasnya PPK dibantu oleh beberapa staf yaitu sebagai

berikut :

a. Bendaharawan Proyek

Tugasnya :

– Menyelesaikan urusan keuangan yang dipercayakan kepada

dirinya dalam hal ini yaitu keuangan proyek peningkatan jalan

paket 8 tersebut.

– Membuat dan menyusun data atau laporan keuangan proyek.

a. Kepala Urusan Administrasi

Tugasnya :

– Melaksanakan pengurusan dan penyajian laporan keuangan bagian

proyek.

– Menyelenggarakan urusan administrasi umum kepegawaian dan

administrasi keuangan.

1. Konsultan Perencana
Konsultan Perencana adalah pihak yang di tunjuk oleh pemberi

tugas untuk bertindak selaku perencana pekerjaan dalam batas-batas

yang telah ditentukan baik teknis maupun administratif.

Konsultan Perencana berfungsi melaksanakan pengadaan

dokumen perencanaan, dokumen lelang, dokumen untuk pelaksanaan

kontruksi, memberikan penjelasan pekerjaan pada waktu pelelangan, dan

memberikan penjelasan serta saran penyelesaian terhadap persoalan

perencanaan yang timbul selama tahap kontruksi. Konsultan Perencana

mulai bertugas sejak tahap perencanaan sampai dengan waktu serah

terima I pekerjaan oleh Kontraktor.

Adapun tugas dan tanggung jawab konsultan perencana antara lain :

a. Melakukan perencanaan struktural atas permintaan pemilik proyek

secara keseluruhan sesuai dengan ide, batas-batas teknis dan

administrasi.

b. Menentukan standar dan peraturan struktur yang sesuai dengan

perencanaan sebagai acuan dalam pelaksanaan pekerjaan serta

menentukan spesifikasi teknis (persyaratan meterial dan peralatan,

serta metode kerja yang digunakan).

c. Memberikan penjelasan secara detail, baik kepada pemilik proyek

maupun kepada kontraktor atas segala sesuatu yang dianggap kurang

jelas, meragukan atau yang dapat menimbulkan masalah tertentu,

khususnya yang menyangkut perencanaan demi kelancaran dan

kelangsungan proyek.
d. Bertanggung jawab atas seluruh perencanaan struktural yang dibuat,

perhitungan konstruksi maupun Rencana Anggaran Biaya (RAB).

1. Konsultan Pengawas

Merupakan Pihak Konsultan Pengawas yang akan ditunjuk oleh

Pemilik Proyek untuk bertindak sepenuhnya mewakili Pemilik Proyek

dalam memimpin, mengkoordinir dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan

di lapangan pada batas-batas yang telah ditentukan baik teknis maupun

administratif. yang dimaksud adalah CV. SEMBILAN SATU

ENGINEERING.

Tugas dan wewenang konsultan pengawas antara lain :

a. Memeriksa dan mempelajari dokumen untuk pelaksanaan konstruksi

yang akan dijadikan dasar dalam pengawasan pekerjaan dilapangan.

b. Mengawasi pemakaian bahan, peralatan dan metoda pelaksanaan,

serta mengawasi ketepatan waktu, dan biaya pekerjaan konstruksi

c. Mengawasi pelaksanaan pekerjaan konstruksi dari segi kualitas,

kuantitas dan laju pencapaian volume/realisasi fisik.

d. Mengumpulkan data dan informasi dilapangan untuk memecahkan

persoalan yang terjadi selama pekerjaan konstruksi

e. Menyelenggarakan rapat-rapat lapangan secara berkala, membuat

laporan mingguan dan bulanan pekerjaan pengawas, dengan

masukan hasil rapat-rapat lapangan, laporan harian, mingguan dan

bulanan pekerjaan konstuksi yang dibuat oleh kontraktor.


f. Menyusun berita acara persetujuan kemajuan pekerjaan untuk

pembayaran angsuran, pemeliharaan pekerjaan, dan serah terima

pertama dan kedua pekerjaan konstruksi.

g. Meneliti gambar-gambar untuk pelaksanaan (shop drawing) yang

diajukan oleh kontraktor.

h. Meneliti gambar-gambar yang sesuai dengan pelaksanaan

dilapangan.

i. Menyusun daftar cacat/kerusakan sebelum serah terima, mengawasi

perbaikannya menyusun laporan akhir pekerjaan pengawasan.

j. Membantu pengelola proyek dalam menyusun Dokumen

Pendaftaran.

1. Kontraktor Pelaksana

Kontraktor Pelaksana adalah pihak yang di tunjuk berdasarkan

pelelangan untuk melakukan pembangunan proyek sesuai rencana,

perhitungan dan persyaratan yang telah dibuat oleh konsultan perencana.

Kontraktor Pelaksana melaksanakan semua pekerjaan yang telah

diberikan kepadanya sesuai dengan kesepakatan denagan pemilik proyek.

Tugas dari kontraktor pelaksana, dalam hal ini adalah CV. Putra Borneo

Sentosa yaitu melaksanakan pekerjaan kontruksi di lapangan.

Adapun susunan organisasinya adalah sebagai berikut :

a. Manajer Proyek

Tugas dan wewenangnya adalah:


1. Menetapkan asumsi-asumsi yang diperlukan untuk perencanaan

dalam rangka pelaksanaan pekerjaan

2. Memberi pengarahan dalam tahap pembuatan RPAPP (Rencana

Pelaksanaan Anggaran Pelaksanaan Proyek)

3. Menguasai seluruh isi dokumen kontrak

4. Menjamin tersedianya seluruh sumber daya yang diperlukan

untuk pelaksanaan proyek

5. Memberikan pengarahan dan memantau serta mengevaluasi

pelaksanaan proyek

a. Manajer Lapangan

Tugas dan wewenangnya adalah:

1. Mengumpulkan data untuk proses pembuatan rencana

pelaksanaan proyek.

2. Membuat studi perbandingan untuk menentukan metode yang

tepat.

3. Membuat laporan intern dan ekstern serta melakukan monitoring

proyek.

4. Melakukan studi untuk menjamin mutu pelaksanaan.

5. Evaluasi schedule secara rutin.

6. Memproses berita acara tepat waktu.

7. Mengembangkan motivasi kerja bawahan.

8. Mewakili kepala proyek jika berhalangan ditempat.

a. Surveyor

Tugas dan wewenangnya:


1. Membuat analisa harga satuan pekerjaan

2. Melakukan perhitungan pekerjaan tambah kurang

3. Bersama kepala teknik melaksanakan klaim tagihan

4. Bersama dengan team proyek melaksanakan negosiasi pekerjaan

lapangan

5. Menyiapkan data-data perusahaan dengan baik

b. Administrasi

Tugas dan wewenangnya :

1. Mempersiapkan data seluruh karyawan yang ada diproyek

2. Menangani seluruh surat-surat intern dan ekstern perusahaan

3. Mengarsipkan seluruh data tersebut diatas dengan baik

4. Melaksanakan tertib administrasi tugasnya dengan baik

c. Tenaga Bagian Logistik

Tugasnya adalah :

1. Memahami daftar sub kontraktor yang dikeluarkan oleh UPP

(Unit penentuan pembelian) pusat.

2. Mencari bahan atau peralatan serta melapor ke kepala proyek.

3. Mencari penawaran harga atas intruksi kepala operasi minimum

tiga subkontraktor.

3.1.1. Hubungan Masing-Masing Pihak Secara Organisasi

Kedudukan masing–masing pihak secara organisasi dimaksudkan bahwa

pemilik proyek langsung membawahi kontraktor pelaksana. Artinya, kontraktor

pelaksana langsung bertanggung jawab atas hasil pekerjaannya kepada pemilik

proyek sesuai dengan penawaran. Sedangkan konsultan pengawas bertanggung


jawab kepada pemilik proyek sesuai dengan ruang lingkup tugas dan kontrak

perjanjian masing-masing. Hubungan kerja antara organisasi proyek dapat dilihat

seperti Gambar 3.1 (Hubungan Organisasi Proyek) berikut :

PEMILIK PROYEK
Dinas PU Kota Banjarmasin

KONSULTAN KONTRAKTOR KONSULTAN


PERENCANA PENGAWAS
CV. Putra Borneo Sentosa

Keterangan:
Jalur perintah
Jalur konsultasi

Gambar 3.1 Hubungan Organisasi Proyek

3.2 Peralatan dan Logistik

Daftar Peralatan Dalam Penyelesaian Proyek yang di miliki CV. Putra Borneo

Sentosa :

No. Jenis Peralatan / Perlengkapan Jumlah

1. Peralatan Tukang 3 Set


2. Arco 8 Unit
3. Concrete Mixer 3 Unit
4. Concrete Vibrator 1 Unit
5. Tamper 3 Unit
6. Alat Ukur 3 Unit

2.4.3. Waktu Kerja

Waktu kerja atau jam kerja adalah waktu yang telah ditetapkan untuk

memulai atau mengakhiri suatu pekerjaan dalam satu hari kerja. Adapun

pembagian waktu kerja pada Pembangunan Jembatan Perawang adalah :

a. Jam Kerja Reguler/Biasa

Adalah jumlah jam kerja dalam satu hari kerja. Jam kerja tersebut adalah

sebagai berikut :

1. Jam 08.00 s/d 12.00 WIB : Jam Kerja

2. Jam 12.00 s/d 13.00 WIB : Jam Istirahat

3. Jam 13.00 s/d 17.00 WIB : Jam Kerja

b. Jam Kerja Tambahan (lembur)

Jam kerja lembur adalah waktu kerja diluar jam kerja reguler dimana jam

kerja lembur diadakan untuk mengejar target pekerjaan yang ditetapkan pihak

perusahaan untuk segera diselesaikan atau dikarenakan pekerjaan tersebut


memerlukan jam kerja lembur, misalnya dalam pengecoran lantai yang

dilakukan pada jam 09.00 wib selesai pada jam 21.00 WIB (sampai dengan

pengecoran selesai.

2.4.4. Upah Kerja

Upah kerja adalah imbalan berbentuk uang kepada seseorang pekerja atas

pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Upah kerja yang berlaku pada Proyek

Pembangunan Jembatan Perawang adalah sebagai berikut :

1. Upah kerja diberikan pada setiap awal bulan.

2. Upah kerja lembur yaitu upah kerja yang dibayarkan kepada tenaga

kerja/buruh yang ikut bekerja lembur.


[

2.4.5. Pelaksanaan Pekerjaan

22

Metode kerja yang dilakukan oleh kontraktor pelaksana untuk tiap

kegiatan didasarkan menurut suatu aturan yaitu spesifikasi teknis dan rencana

kerja proyek yang dibuat oleh Konsultan Perencana. Spesifikasi teknis dan

rencana kerja proyek tersebut memuat syarat dan standar pekerjaan yang harus

dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana.

1. Pekerjaan Tanah dan Pengukuran

Pekerjaan tanah ini diawali dengan pembukaan lahan baru dengan cara

perbersihan lapangan serta pembebasan lahan disekitar areal proyek.

2. Pekerjaan Galian

Penggalian ini dilaksanakan sesuai gambar dan syarat-syarat yang

ditentukan sesuai dengan keperluan. Seperti pada galian pondasi dasarnya

diusahakan serata mungkin (waterpass), apabila pada dasar setiap galian masih
terdapat akar-akar tanaman atau bagian gembur maka ini harus digali keluar

sedangkan lubang-lubang tadi diisi kembali dengan pasir, disiram dan selanjutnya

dipadatkan sehingga didapatkan kembali dasar galian yang pas. Semua tanah yang

berasal dari pekerjaan galian sedapat mungkin segera disingkirkan dari halaman

pekerjaan.

3. Pekejaan Urugan dan Pemadatan

Urugan yang digunakan adalah jenis tanah silty clay yang bersih tanpa

potongan bahan-bahan yang bias lapuk serta bahan batuan yang telah

dipecahpecah

yang berukuran 10-15 cm. Diatas urugan tadi diberi urugan pasir kemudian

disirami, diratakan dan selanjutnya dipadatkan. Tebal urugan lantai I adalah 30-50

cm ditinggikan dari elevasi existing.

Apabila material urugan mengandung batu-batu, tidak dibenarkan batu-batu

yang besar bersarang menjadi satu, dan semua pori-pori harus diisi dengan

batubatu

kecil dan tanah yang dipadatkan. Kelebihan material galian harus dibuang

ketempat pembuangan yang ditentukan.

4. Pekerjaan Cetakan dan Perancah

a. Perancangan perancah

23

Perancah adalah kontruksi yang mendukung acuan untuk beton yang belum

mengeras untuk menghasilkan suatu struktur akhir yang mempunyai bentuk, garis

dan dimensi komponen sesuai dengan gambar rencana.

Perancah dan acuan harus dirancang sedemikian rupa sehingga mampu


menahan beban dari beton waktu masih basah, beban-beban akibat pelaksanaan

dan geteran dari alat penggetar. Acuan harus cukup kuat dan rapat sehingga

mampu mencegah kebocoran adukan dan acuan tersebut juga diberi pengaku dan

ikatan secukupnya sehingga dapat menyatu dan mampu mempertahankan

kedudukan dan bentuknya.

b. Melapisi cetakan

Melapisi cetakan ini bertujuan untuk mendapatkan penyelesaian beton yang

halus tanpa urat kayu dan noda, sehingga tidak akan meninggalkan sisa-sisa atau

bekas pada permukaan beton atau efek yang merugikan bagi rekatan dari cat,

plester, mortar atau bahan penyelesaian lainnya yan akan dipakai untuk

permukaan beton.

c. Pengikat cetakan

Pengikat cetakan haruslah batang-batang yang dibuat dipabrik atau jenis

jalur pelat, atau model yang dapat dilepas dengan ulir, dengan kapasitas tarik yang

cukup dan ditempatkan sedemikian sehingga menahahan semua beban hidup dari

pengecoran beton basah dan mempunyai penahan bagian luar dari luasan

perletakan yang memadai.

d. Pemasangan benda-benda yang akan ditanam dalam beton.

Yang dimaksud dengan benda-benda yang ditanam dalam beton adalah pipapipa,

saluran listrik benda lainnya. Benda-benda tersebut harus diperhatikan

pemasangannya dan penempatannya sehingga tidak mengurangi kekuatan struktur

dengan memperhatikan persyaratan dalam PBI 1971 NI-2 Bab .5.7 hal 52.

Apabila dalam pemasangan pipa-pipa, saluran listrik dan lain-lain terhalang

oleh adanya baja tulangan yang terpasang, maka hal ini sangat diperlukan
konsultasi dari pengawas.

5. Pekerjaan Beton Bertulang

a. Percobaan bahan adukan beton

24

Sebelum membuat campuran beton, tes laboratorium harus dilakukan

terhadap kekuatan dan kekentalannya sesuai dengan prosedur-prosedur yang

ditunjukkan dalam standar referensi untuk menjamin pemenuhan spesifikasi

proyek dalam membuat campuran yang diperlukan. Adukan beton harus

didasarkan pada trial mix dan design mix. Campuran harus proporsional pasir,

agregat, semen dan air berdasarkan berat atau proporsi yang cocok dari ukuran

untuk rencana proporsional atau perbandingan yang telah dihitung sebelumnya.

Hasil uji setiap pengujian dilakukan masing-masing untuk umur 7, 14, dan

28 hari yang didasarkan pada minimum 20 hasil pengujian atau lebih sehingga

hasil uji tersebut dapat disetujui oleh pengawas yang ditunjuk. Hasil uji yang

disetujui tersebut harus disertakan selambat-lambatnya satu minggu sebelum

pengerjaan dimulai. Pengujian mutu beton ditentukan melalui pengujian sejumlah

benda uji selinder beton berdiameter 15 cm dan tinggi 30 cm sesuai PBI 1971 Bab

4.7 atau ACI Committee 304, ASTM C 94-78a. Sedangkan pengujian bahan dan

beton harus dilakukan dengan cara yang ditentukan dalam Standar Industri

Indonesia (SII) dan PBI 71 NI-2 hal 42.

Pengujian kekentalan adukan beton diperiksa dengan tes slump. Nilai slump

harus ditentukan dalam batas-batas yang diisyaratkan dalam PBI 71 sehingga

dengan harga slump tersebut akan menghasilkan hasil akhir yang bebas keropos

ataupun rongga-rongga.
b. Penyimpanan semen

Semen yang digunakan dalam proyek ini adalah semen Portland. Semen

yang sampai ke lokasi proyek langsung disimpan di dalam gudang penyimpanan.

Gudang tersebut harus berada dalam keadaan kering. Semen tersebut dijaga agar

tidak lembab, dengan lantai terangkat bebas dari tanah dan ditumpuk sesuai

dengan urutan pengiriman.

c. Agregat

Agregat yang digunakan adalah batu pecah (agregat kasar) yang mempunyai

ukuran 10-20 mm dan berasal dari Tanjung Pinang dan Tanjung Balai Karimun

dan agregat halus yang berasal dari Danau Bengkuang. Pemakaiannya tersebut

memenuhi syarat-syarat :

25

1. Peraturan Umum Pemeriksaan Bahan Bangunan (NI-31-1956)

2. Peraturan Beton Indonesia (NI-2-1971)

3. Tidak mudah hancur (tetap keras)

4. Tidak bercampur dengan tanah liat atau kotoran-kotoran lainnya.

d. Air

Air yang dipergunakan untuk pembuatan dan perawatan beton harus bersih,

tidak mengandung minyak, garam-garam, bahan organis atau bahan-bahan lain

yang dapat merusak beton dan baja tulangan atau jaringan kawat baja. Untuk

mendapatkan kepastian kelayakan air yang akan dipergunakan, air tersebut diteliti

pada laboratorium.

6. Pengecoran dan Pemadatan

a. Pengecoran
Sebelum pengecoran beton dilaksanakan semua cetakan, tulangan beton,

kabel dan benda-benda yang akan ditanamkan kedalam beton di cek terlebih

dahulu. Untuk bekisting (cetakan) harus benar-benar bersih sehingga perlu di

semprot dengan air.

Adukan beton yang akan dituang ditempatkan sedekat mungkin ke cetakan,

dan tinggi jatuhnya tidak melebihi 1 meter. Kemudian permukaan beton diratakan

sesegera mungkin untuk menghindari terjadinya pengerasan beton yang tidak

diharapkan. Untuk mengecek kedalaman beton sehingga sesuai dengan yang

diharapkan, dapat dilihat pada tanda garis yang telah dibuat sebelumnya pada

papan bekisting bagian tepi ataupun dengan cara menancapkan baja tulangan

sepanjang tebal beton untuk memastikan apakah kedalaman beton yang telah

dicor tersebut benar.

Apabila pekerjaan tidak dapat dilaksanakan pada satu hari pekerjaan maka

pemberhentian pengecoran pada ¼ atau 1/5 bentang. Untuk melanjutkan

pengecoran yang terhenti dimana beton tersebut telah mengeras, maka digunakan

zat perekat antara beton yang sudah mengeras (beton lama) dengan beton segar

(baru).

Perhatian khusus harus dicurahkan pada pengangkutan adukan beton dari

tempat pengadukan ke tempat pengecoran. Pekerjaan ini harus dilakukan sebaik

26

mungkin sehingga pemisahan dan kehilangan bahan-bahan beton itu sendiri dapat

dicegah. Pengangkutan dan pengecoran harus sesuai dengan PBI 71 bab 6.3 hal

56, ACI 304-73, ACI Committee 304 dan ASTM C94-78a.

7. Pemadatan
Proses pemadatan ini dilakukan pada saat pengecoran dan menggunakan alat

penggetar/vibrator. Penggetar tersebut dimasukkan kedalam beton kurang lebih

30 detik dan apabila adukan mulai nampak mengkilap (air semen mulai

memisahkan diri dari agregat). Kemudian penggetar tersebut ditarik dan

dimasukkan kedalam adukan yang lain. Jarak antara pemasukan penggetar

tersebut diatur sedemikian rupa sehingga daerah pengaruhnya saling menutupi.

Pemadatan ini bertujuan untuk mencegah timbulnya rongga-rongga kosong dan

sarang-sarang kerikil pada beton.

8. Perawatan Beton

Perawatan beton dimulai segera setelah pengecoran selesai dilakukan. Beton

tersebut disirami dengan air secara berkala untuk menjaga kelembabannya dan

dihindari terhadap proses pengeringan yang belum saatnya. Terik matahari dan

sebagainya bisa menyebabkan permukaan beton menjadi rusak atau retak-retak.

Apabila cetakan dan acuan beton tersebut di bongkar pelaksanaannya, maka

perawatan beton terus dilakukan dengan cara seperti diatas. Perawatan yang

dilakukan pada beton secara umum harus memenuhi persyaratan di dalam PBI

1971 NI-2 Bab 6.6 hal 58 dan ACI 301-72/75.

9. Stressing Box Girder ( post-tensioning method )

Pelaksanaan post-tensioning merupakan pekerjaan yang memerlukan

pengawasan yang ketat karena kesalahan yang kecil berakibat fatal bagi

keseluruhan struktur yang dibangun. Pelaksanaan post-tensioning yang dilakukan

haruslah memenuhi ketentuan yang ditetapkan seperti dibawah ini:

a. Persetujuan

Kontraktor dapat menentukan prosedur prategang yang dikehendakinya,


dimana prosedur dan rencana pelaksanaan tersebut harus diserahkan kepada

Direksi Pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan sebelum pekerjaan untuk

setiap unit penegangan setelah pengecoran dimulai.

27

b. Penempatan kabel

Sebelum penarikan kabel dilakukan, kontraktor harus menunjukkan bahwa

semua kabel bebas bergerak antar titik penjangkaran dan elemen tersebut

bebas untuk menampung pergerakan horizontal dan vertikal sehubungan

dengan gaya prategang yang diberikan.

c. Penempatan jangkar

Setiap jangkar harus ditempatkan tegak lurus dengan garis kerja gaya

prategang, dan dipasang sedemikian hingga tidak akan bergeser selama

pengecoran beton. Setelah pekerjaan penegangan dan penyuntikan selesai,

jangkar harus ditutup dengan beton paling sedikit 3 cm.

d. Kekuatan beton yang diperlukan

Gaya prategang belum boleh diberikan pada beton sebelum beton mencapai

kekuatan yang disyaratkan.

e. Penegangan kabel dengan satu arah

Penegangan dengan satu arah dilakukan pada bentang yang pendek dimana

garis pengaruh gaya prategang yang diberikan lebih besar dari setengah

panjang bentang yang akan diberi gaya prategang

f. Penegangan kabel dengan dua arah

Penegangan dengan dua arah dilakukan pada bentang yang relatife lebih

panjang dimana garis pengaruh gaya prategang yang diberikan kurang dari
setengah panjang bentang yang akan diberi gaya prategang. Penegangan

pertama dilakukan sampai 95 % dari gaya yang direncanakan, sedangkan

arah berikutnya diberikan gaya 100 % dari gaya prategang yang

direncanakan.

g. Lubang penyuntikan ( grouting hole )

Kabel harus disuntik dalam 24 jam setelah penarikan kabel berlangsung.

Lubang penyuntikan harus diuji dengan diisi air yang bertekanan 8 kg/cm2

selama satu jam sebelum penyuntikan.

Peralatan pencampur harus dapat menghasilkan adukan semen dengan

kekentalan yang homogen dan harus mampu memasok terus menerus pada

28

peralatan penyuntikan. Peralatan tersebut harus mempunyai tekanan tetap

yang tidak melebihi 8 kg/cm2.

Stressing Box Girder dimulai setelah pengecoran selesai dilakukan.

Stressing dilakukan seteleh beton berumur 24 jam atau kekuatan beton telah

mencapai 80% dari kuat tekan beton yang direncanakan, menggunakan alat

Multijack SPE-200/300

10. Pembangunan Hammer Head

Hammer Head merupakan muara dari semua “ducting tendon” cantilever.

Bagian ini merupakan bagian yang paling rumit karena pembesian yang relative

besar dan pemasangan ducting tendon yang sangat rapat serta penempatan

lubanglubang

angker untuk dudukan traveller dan balok penggantung.

Pelaksanaan Hammer Head dilakukan dengan cara konvensional yaitu


dengan menggunakan perancah, dilanjutkan dengan pembesian, pemasangan

ducting dan diakhiri dengan pengecoran yang dibagi dalam 3 tahap yaitu bagian

slab, dilanjutkan dengan web/dinding dan diakhiri bagian atas.

11.Main Span ( Segmental )

a. Traveller form

Jenis traveller menurut beratnya:

1) Heavy traveller, berat traveller > 50 % berat segmen terbesar

2) Light traveller, berat traveller < 50 % berat segmen terbesar

Hal khusus pada perencanaan traveller

1) Diasumsikan bahwa 50 % berat beton baru akan dipikul oleh traveller,

50 % sisanya dipikul oleh beton lama.

2) Traveller dibuat dengan sistem modul

- Modul utama

- Modul depan

- Modul belakang

- Modul penggantung

- Modul penghubung dll

Tahap pergerakan traveller

29

1) Rel yang mempunyai panjang 2 kali panjang segmental digerakkan

kedepan sampai sejajar dengan muka beton lama yang diangkurkan.

2) Menurunkan traveller dengan menggunakan jecking long stroke double

acting dengan tahap pertahap sesuai dengan kemampuan optimal jeck,

sampai ke posisi.
3) Memposisikan traveller pada kondisi lepas dari rel dengan menggunakan

jeck untuk mengangkat traveler.

Beban beton pada saat pengecoran dipindahkan dari balok penggantung ke

traveller melalui Macalloy bar dia. 32 mm. Pada saat pengecoran traveller

ditahan oleh 4 angker pada bagian belakang dan pada balok kayu dan jack

pada bagian depan.

b. Form work ( Bekisting )

Untuk mendapatkan hasil yang optimal, untuk form work terbuat dari

material PERI (GT-24) yang didukung oleh profil baja yang disambungkan

langsung ke traveller dan beton yang lama. Form work dibuat dalam sistem

panel yang memudahkan dalam pelaksanaan penyesuaian terhadap dimensi

segmental.

12.Cacat pada Beton (Devective Work)

Meskipun hasil pengujian benda-benda uji memuaskan, namun kenyataan di

lapangan tidak seperti yang diharapkan. Kerusakan bisa saja terjadi pada beton

seperti konstruksi beton yang keropos, retak-retak atau beton yang tidak rata dan

tidak tegak lurus dan tidak sesuai dengan gambar rencana. Apabila kerusakan

yang terjadi itu terlau fatal maka harus dilakukan pembongkaran dan dibuat sesuai

gambar rencana.

13. Pelaksanaan Pembesian

a. Pemasangan tulangan

Tulangan yang akan digunakan dibersihkan atau dilap agar bebas dari

kotoran, lemak dan karat serta bahan-bahan lain yang dapat mengurangi daya

lekatnya, untuk itu tulangan harus disimpan di tempat yang terlindung dari hujan
dan panas matahari.

30

Tulangan harus dipasang sedemikian rupa diikat dengan kawat baja,

sehingga sebelum dan selama pengecoran tidak berubah tempat. Untuk menjaga

ketebalan pengecoran atau penutup beton maka tulangan dipasang dengan

penahan jarak yang terbuat dari baja itu sendiri yang dibengkokkan berbentuk

spiral dan dipasang minimum 4 buah m2 cetakan/lantai kerja. Penahan jarak ini

harus tersebar secara merata. Untuk tulangan yang langsung diatas tanah dan

diatas agregat dan lapisan kedap air harus dipasang/ditunjang dengan tahu beton

(beton deking) yang mutunya paling sedikit sama dengan beton yang akan dicor.

b. Pembengkokan dan pemotongan tulangan

Batang tulangan tidak boleh dibengkok dan diluruskan dengan cara-cara

yang merusak tulangan. Batang tulangan yang diprofilkan, setelah dibengkokkan

dan diluruskan kembali tidak boleh dibengkok lagi dalam jarak 60 cm dari

bengkokan semula. Batang tulangan yang tertanam sebagian di dalam beton tidak

boleh dibengkokkan atau diluruskan dilapangan kecuali apabila ditentukan oleh

gambar rencana dan disetujui oleh perencana. Apabila pemanasan diizinkan,

batang tulangan dari baja lunak (polos/diprofilkan) dapat dipanaskan sampai

kelihatan merah padam tetapi tidak boleh mencapai suhu lebih besar dari 850C dan

tulangan tersebut tidak boleh didinginkan dengan jalan disiram dengan air.

Batang tulangann harus dipotong dan dibengkok sesuai dengan yang

ditunjukkan dalam gambar-gambar rencana dan dengan toleransi yang telah

ditetapkan. Terhadap panjang total batang lurus yang dipotong menurut ukuran

dan terhadap panjang total dan ukuran intern dari batang yang dibengkok
ditetapkan toleransi sebesar +25 mm. Terhadap panjang total batang yang

diserahkan menurut sesuatu ukuran ditetapkan toleransi sebesar ±50 mm dan –

25mm. Terhadap jarak tulangan total dari batang yang dibengkok ditetapkan

toleransi sebesar ±6 mm untuk jarak 60 cm atau kurang dari sebesar ±12 mm

untuk jarak lebih dari 60 cm. Terhadap ukuran luar dari sengkang, lilitan dan

ikatan-ikatan ditetapkan toleransi sebesar 6 mm.

2.4.6. Pengawasan

Pengawasan sangat diperlukan dalam sebuah proyek, untuk menjamin

pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor sesuai dengan yang ada dalam

spesifikasi teknis yang telah dibuat oleh perencana. Pada proyek Pembangunan

Jembatan Perawang ini pengawasan langsung dilakukan oleh PT. Kuantan Graha

31

Marga, dalam hal ini pihak Dinas PU Kimpraswil Kabupaten Siak menunjuk

pengawas yang pada umumnya bertugas mengawasi pekerjaan kontraktor dan

bertanggung jawab kepada Dinas PU Kimpraswil Kabupaten Siak.

Ruang lingkup pengawasan dan pengendalian yang ada di Proyek

Pembangunan Jembatan Perawang serta yang dilakukan oleh suatu proyek pada

umumnya adalah sebagai berikut:

1. Pengawas Administrasi

Secara administrasi, pengawas biasanya berhubungan dengan laporan

mengenai pelaksanaan proyek antara lain :

a. Mengecek surat menyurat yang berhubungan dengan pelaksanaan proyek.

b. Memeriksa :

1. Formulir laporan harian, mingguan, dan bulanan.


2. Formulir berita acara kemajuan pekerjaan untuk mengajukan termin.

3. Formulir lain yang dianggap perlu

c. Memberikan laporan kepada owner tentang:

1. Volume prosentase dan nilai pekerjaan yang telah dilaksanakan dan

membandingkan dengan apa yang tercantum dalam dokumen kontrak.

2. Kemajuan pekerjaan yang telah dilaksanakan dibandingkan dengan jadwal

yang telah disetujui.

3. Bahan, tenaga kerja dan peralatan yang digunakan kontraktor jika ada

penyimpangan adalam pelaksanaan.

4. Mengadakan site meeting (rapat lapangan) untuk membicarakan hal-hal

yang dianggap perlu.

2. Pengawasan mutu bahan

Untuk mencapai kualitas hasil pekerjaan yang baik, maka salah satu yang

diperhatikan adalah pengawasan mutu bahan yang akan dipakai. Pengawasan

bahan dilakukan pada saat bahan yang akan dipakai masuk kedalam proyek.

Untuk menjaga keseimbangan antara penerimaan dan pemakaian bahan, maka

diadakan pengaturan sebagai berikut :

32

a. Menjaga agar bahan yang tersedia diproyek tidak berlebihan.

b. Mengawasi pelaksanaan setiap pekerjaan sehingga tidak terjadi kesalahan

pemakaian bahan.

c. Mengadakan pengamanan yang cukup untuk menghindari kehilangan alat-alat

dan bahan.

Pada proyek ini pengamanan dan pengawasan cukup ketat. Untuk


pengadaan bahan cukup tepat waktu.

3. Pengawasan Kualitas

Pengawasan kualitas (Quality Control) dilakukan dengan beberapa

pengujian.

a. Tes Slump

Tes ini dimaksudkan untuk menguji kekentalan adukan beton, agar diperoleh

mutu beton yang sesuai dengan yang ditetapkan dalam perencanaan. Proses

pengujian slump test dapat dijelaskan sebagai berikut: alat yang digunakan

adalah kerucut terpancung (Kerucut Abrams) dengan diameter atas 10cm,

diameter bawah 20cm dan tinggi 30cm. Adapun komposisi campuran

berdasarkan perbandingan berat, dimana satu zak semen 50 kg.

Langkah-langkah pekerjaan pengujian slump test sebagai berikut:

Adukan beton yang dihasilkan mesin molen diambil dengan menggunakan

gerobak dorong untuk diuji

Kerucut abrams diletakkan dialas yang rata yang tidak menyerap air (potongan

pelat baja), kemudian diisi dengan bubur beton tadi dengan cara memasukkan

lapis demi lapis masing-masing 1/3 bagian kerucut dan setiap lapis

ditusuk/ditumbuk dengan tongkat sebanyak 25 kali

Setelah kerucut penuh, bidang permukaan atasnya diratakan lalu dibiarkan

sekitar 30 detik. Setelah 30 detik kerucut diangkat dan akan terjadi penurunan

puncak bubur beton yang telah terbentuk kerucut. Penurunan yang terjadi

diukur dari bagian atas kerucut ambrams, besarnya penurunan ini disebut

slump. Besarnya slump rencana hanya berkisar antara 18 cm dengan mutu

beton K-500.
33

b. Tes Kubus

Tes Kubus adalah suatu percobaan untuk menguji kekuatan tekan beton.

Untuk tes Kubus ini dibutuhkan sampel Setiap 5 M3 beton harus dibuat

minimum 1 benda uji untuk pengujian kuat tekan beton. Pengujian kuat tekan

beton dilakukan pada kubus umur 7 hari dan umur 28 hari. Sampel-sampel ini

dibuat dan diuji dilaboratorium P.T. Pembangunan Perumahan.

Langkah-langkah pembuatan benda uji kubus :

1. Persiapkan alat yang akan digunakan, khusus untuk cetakan kubus harus

dibersihkan terlebih dahulu sebelum dipakai.

2. Isi cetakan sampai penuh dengan beton dalam tiga lapis, dan setiap lapis

kira-kira sebanyak 1/3 dari tinggi kubus.

3. Setiap lapis dipadatkan dengan 25 kali tumbukan dengan menggunakan

besi penumbuk tadi secara merata, kemudian sisi-sisi kubus diketuk

dengan menggunakan palu.

4. Setetelah penuh permukaan beton diratakan dengan sendok semen.

5. Hindari campuran yang telah dicetak dari getaran dan setelah berumur 24

jam cetakan dibuka.

6. Benda uji yang telah dikeluarkan direndam hingga seluruh permukaannya

terendam di bak perendam yang berada dilokasi pembuatan.

7. Perendaman berlangsung sesuai denagn waktu dan umur benda uji yang

telah ditetapkan, hingga benda uji siap dilakukan pengujian kuat tekan

beton.

8. Sebelum pengujian dilakukan, terlebih dahulu benda uji dibersihkan dan


dikeringkan lalu dibawa ke laboratorium untuk pengujian test kuat tekan

beton.

4. Pengendalian waktu

Selain memperhatikan kualitas dan kuantitas pekerjaan, hal penting

lainnya adalah menyelesaikan proyek sesuai dengan waktu yang telah disepakati

dalam kontrak. Setiap kontraktor yang mendapat kesempatan membuat dan

menyelesaikan suatu proyek, terikat pada lamanya waktu untuk menyelesaikan

proyek sesuai dengan yang tertulis dalam kontrak. Jika kontraktor yang

34

bersangkutan melakukan keterlambatan dalam menyelesaikan proyek yang telah

menjadi tanggung jawabnya maka kontraktor tersebut dianggap telah melalaikan

tugasnya dan akan terkena sanksi sesuai dengan persetujuan atau kontrak kerja.

Apabila hal ini terjadi maka akan menyebabkan kerugian bagi kontraktor.

Untuk mengansipasi hal-hal tersebut diatas perlu dibuat rencana kerja/time

schedule yang baik. Time schedule berisi item-item pekerjaan yang saling

berurutan/bertahap yang meliputi pekerjaan-pekerjaan yang ada dalam kontrak

yang akan dilaksanakan.

Fungsi time schedule antara lain :

1.Sebagai pedoman dan penuntun bagi kontraktor dalam melaksanakan

pekerjaan

2.Sebagai dasar untuk membuat Berita Acara Kemajuan Pekerjaan Proyek.

3.Sebagai alat kontrol bagi pengawas proyek dalam menilai prestasi kerja

Pada proyek ini time schedule yang digunakan yaitu time schedule kurva

S. Kurva S adalah perbandingan antara lamanya pekerjaan dengan bobotnya.


Didalam kurva S ini terdapat bermacam-macam pekerjaan dan masing-masing

pekerjaan tersebut diuraikan menjadi beberapa satuan waktu (mingguan) dan juga

ditentukan waktu permulaan pekerjaan ini harus dipertimbangkan pekerjaan mana

yang lebih dulu dikerjakan atau bila mungkin dikerjakan secara bersamaan

waktunya. Jika dalam pelaksanaan, grafik pekerjaan berada diatas kurva S (Up

Schedule) berarti pekerjaan dapat diselesaikan dengan cepat dan jika terjadi

sebaliknya berarti pekerjaan terlambat dari yang direncanakan (Behind Schedule).

Pada Proyek Pembangunan Jembatan Siak Sri Indrapura ini dalam

beberapa item pekerjaan ada yang mengalami keterlambatan (Behind Schedule)

tetapi tidak terlalu signifikan, ada juga beberapa item lebih cepat dari yang

direncanakan (Up Schedule).

2.4.7. Manajemen Proyek

Manajemen proyek adalah usaha pada suatu kegiatan agar tujuan adanya

kegiatan tersebut dapat tercapai secara efisien dan efektif. Efektif dalam hal ini

adalah dimana hasil penggunaan sumber daya dan kegiatan sesuai dengan

sasarannya yang meliputi kualitas, biaya, waktu dan lain-lain. Sedangkan efisien

35

diartikan penggunaan sumber daya dan pemilihan sub kegiatan secara tepat yang

meliputi jumlah, jenis, saat penggunaan sumber dan lain-lain. Oleh sebab itu

manajemen proyek pada suatu proyek konstruksi merupakan sesuatu hal yang

tidak dapat diabaikan begitu saja, karena tanpa manajemen suatu proyek,

konstruksi akan sulit berjalan sesuai dengan harapan bayik berupa biaya, waktu

maupun kualitas.

Manajemen proyek meliputi proses perencanaan (planning) kegiatan,


pengaturan (organizing), pelaksanaan dan pengendalian (controlling). Proses

perencanaan, pengaturan, pelaksanaan dan pengendalian tersebut dikenal proses

manajemen.

Perencanaan (planning) adalah peramalan masa yang akan datang dan

perumusan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan yang

ditetapkan berdasarkan peramalan tersebut. Bentuk dari perencanaan dapat

berupa: perencanaan prosedur, perencanaan metode kerja, perencanaan standar

pengukuran hasil, perencanaan anggaran biaya, perencanaan program (rencana

kegiatan beserta jadwal).

Pengaturan (organizing) bertujuan melakukan pengaturan dan

pengelompokan kegiatan proyek konstruksi agar kinerja yang dihasilkan sesuai

dengan yang diharapkan. Tahap ini menjadi sangat penting karena jika terjadi

ketidaktepatan pengaturan dan pengelompokan kegiatan, bisa berakibat langsung

terhadap tujuan proyek.

Pengendalian (controlling) adalah proses penetapan apa yang telah dicapai,

evaluasi kerja, dan langkah perbaikan bila diperlukan

Tujuan dari proses manajemen adalah untuk mengusahakan agar semua

serangkaian kegiatan tersebut :

1. Tepat waktu, dalam hal ini tidak terjadi keterlambatan penyelesaian suatu

proyek. Dalam proyek ini terdapat addendum volume pekerjaan (pekerjaan

tambah kurang). Hal ini disebabkan karena terjadi perubahan gambar

perencanaan. Dengan demikian proyek ini mengalami reschedule sesuai

addendum waktu.

36
2. Biaya yang sesuai, maksudnya agar tidak ada biaya tambahan dari

perencanaan biaya yang telah dianggarkan. Karena dalam proyek ini terdapat

addendum volume pekerjaan maka terdapat perubahan pada biaya yang telah

dianggarkan.

3. Kualitas yang sesuai dengan persyaratan.

4. Proses kegiatan dapat berjalan dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai