Anda di halaman 1dari 3

Penentuan Prioritas Masalah

Metode yang digunakan dalam teknik scoring, yaitu:


1. Urgensi (merupakan masalah yang penting untuk diselesaikan)
Nilai 1 : tidak penting
Nilai 2 : kurang penting
Nilai 3 : cukup penting
Nilai 4 : penting
Nilai 5 : sangat penting
2. Kemungkinan intervensi
Nilai 1 : tidak mudah
Nilai 2 : kurang mudah
Nilai 3 : cukup mudah
Nilai 4 : mudah
Nilai 5 : sangat mudah
3. Biaya
Nilai 1 : sangat mahal
Nilai 2 : mahal
Nilai 3 : cukup mahal
Nilai 4 : murah
Nilai 5 : sangat murah
4. Kemungkinan meningkatkan mutu
Nilai 1 : sangat rendah
Nilai 2 : rendah
Nilai 3 : sedang
Nilai 4 : tinggi
Nilai 5 : sangat tinggi

Tabel 4.2. Prioritas masalah di Puskesmas Ambacang
Kriteria Urgensi Intervensi Biaya Mutu Total Ranking
Rendahnya angka
pencapaian target D/S
4 3 3 4 14 III
Rendahnya kunjungan
bumil K4
4 3 4 3 14 III
Rendahnya angka
pemberian ASI eksklusif
4 4 4 3 15 II
Tingginya angka kejadian
ISPA
4 3 2 3 12 V
Tingginya angka kejadian
diare
4 3 3 3 13 IV
Tingginya angka rujukan
saat era BPJS
mempengaruhi standar
pelayanan puskesmas
5 5 5 4 19 I

Keterangan :
1. Tingginya angka kejadian DBD
Urgensi (skor 5) : Wilayah kerja Puskesmas Ambacang memiliki kasus DBD yang
tinggi. Dari bulan januar sampai bulan desember 2013 sudah mencapai 38 kasus, dan
pada bulan januari tahun 2014 terjadi KLB DBD karena ditemukan 2 orang korban
meninggal di kelurahan Lb Lintah. Keterlambatan penanganan kasus dapat
menyebabkan penderita jatuh pada keadaan syok yang dapat berujung pada kematian.
Demam berdarah adalah penyakit yang disebabkan oleh vektor nyamuk, sehingga
penyebarannya sangat cepat. Jika tidak segera dilakukakan tindakan, angka kejadian
DBD akan semakin tinggi.
Intervensi (skor 4) : Banyak upaya pencegahan dini yang dapat dilakukan masyarakat
guna mencegah terjangkit penyakit DBD, seperti perilaku dan kesadaran masyarakat
tentang kebersihan lingkungan, dan perilaku 3M+. Pemerintah juga telah
mencanangkan program yang bertujuan untuk menurunkan angka kejadian DBD,
seperti pembagian bubuk abate, fogging, dan publikasi program 3M+ melalui media
cetak dan elektronik.
Biaya (skor 4) : Pencegahan DBD cukup dengan membersihkan lingkungan. Intervensi
perilaku dapat dilakukan dengan penyuluhan. Program pemerintah, seperti program
abate dan fogging, mempunyai alokasi dana yang tersendiri dari pemerintah.
Mutu (skor 5) : Dengan berkurangnya kausa DBD, angka kesakitan dan kematian
akibat DBD akan berkurang, sehingga derajat kesehatan masyarakat akan meningkat.
Dengan menjaga kebersihan lingkungan, angka kejadian penyakit lainnya juga akan
berkurang.

4.3 Analisis Akar Penyebab Masalah
Berdasarkan penilaian prioritas, yang menjadi masalah utama di Puskesmas
Ambacang adalah masih tingginya angka kejadian DBD di Kecamatan Ambacang. Untuk itu,
analisis akar penyebab dan upaya pemecahan masalah tingginya angka kejadian DBD di
wilayah kerja Puskesmas Ambacang dinilai penting untuk dilakukan. Berikut adalah
rekapitulasi angka kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Ambacang dari tahun 2011
sampai tahun 2013 serta januari 2014.

Tabel 4.3. Data kasus DBD 3 tahun terakhir
No. Kelurahan 2011 2012 2013 Januari
2014
Total Ket
1 Pasar Ambacang 20 24 12 - 56 Endemis
2 Lubuk Lintah 22 13 10 2 47 Endemis
3 Anduring 7 17 5 - 29 Endemis
4 Ampang 9 7 10 - 26 Endemis
Total 58 61 38 2 159
Keterangan:
Berdasarkan data di atas, kejadian DBD di Kecamatan Kuranji terjadi di setiap tempat di
setiap tahunnya. Jumlah kasus tertinggi terjadi paling banyak di keluarahan pasar
ambacang 56 kasus kemudian lubuk lintah 47 kasus.Anduring dan ampang berada di
posisi ke 3 dan ke 4 dengan masing masing terjadi 29 kasus pada kelurahan Anduring dan
26 kasus pada kelurahan Ampang.
Dari data terbaru tahun 2014, sudah terjadi Kejadian Luar biasa kasus DBD, karena 2
orang tersebut meninggal dunia.
Dari ke 4 kelurahan di Puskesmas Ambacang dapat dikategorikan bahwa seluruh daerah
tersebut termasuk daerah endemis kasus DBD karena terjadi kasus DBD di setiap
tahunnya.

Anda mungkin juga menyukai