Anda di halaman 1dari 5

BLOK BASIC MEDICAL SCIENCE 1 (BMS-1)

RESUME FILM-2
PEMERIKSAAN DADA DAN BUNYI JANTUNG



Dosen Pembimbing :
drg. Ali Taqwim

Disusun Oleh :
Afiatul Mukarromah
G1GO12030

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEDOKTERAN GIGI
PURWOKERTO

2013
PEMERIKSAAN DADA DAN BUNYI JANTUNG

A. Pemeriksaan Dada
Berdasarkan film 1 tentang pemeriksaan dada, terdapat 4 tahap
pemeriksaan yaitu,
1. Inspeksi (pengamatan)
Pada tahap ini, tenaga kesehatan melakukan pengamatan
pada daerah sekitar dada dan dapat terlihat pukulan (denyutan)
pada apeks. Pulsasi lain, yaitu gerakan parasternal kiri akibat
hipertrofi ventrikel kanan dan denyut pada interspace kedua
sebelah kiri akibat arteri pulmonari yang melebar. Namun,
kadang retraksi terlihat jauh diatas epigastrium akibat kontraksi
jantung atau ekspansi aorta abdominalis (Munro dan Ford, 2001).
Menurut Munro dan Ford (2001), cara pemeriksaan pada
tahap inspeksi
- Posisikan pasien setengah duduk dan tenang serta
kepala diganjal agar pasien merasa nyaman. Pada film
pemeriksaan dada dijelaskan posisi pasien adalah
menengadah (supinasi) 30
o
.
- Tenaga kesehatan memperhatikan adanya asimetri
dinding dada yang kemungkinan mengubah letak
jantung.
- Tenaga kesehatan memperhatikan daerah prekordium
untuk melihat dorongan apeks dan pulsasi lain
2. Palpasi (perabaan)
Perabaan atau palpasi menurut Munro dan Ford (2001)
dilakukan di aerah prekordium untuk menentukan pulsasi getaran
normal maupun abnormal. Normalnya apeks berada di interspace
kelima arah medial dari garis midklavikula. Pada pasien dengan
dinding dada tebal, terkadang pukulan apeks tidak terasa.
Sedangkan pukulan apeks akan terasa lebih kuat pada pasien
dengan hipertrofi ventrikel kiri atau stenosis mitral. Letak
pukulan apeks dapat bergeser karena kelainan bentuk dinding
dada atau tulang belakang penyakit paru atau karena pembesaran
jantung. Sedangkan pada film pemeriksaan dada, palpasi
dilakukan pada interspace 2 kanan dan kiri, serta interspace 3,4,5
sebelah kiri.
Cara pemeriksaan tahap palpasi menurut Munro dan Ford
(2001) yaitu,
- Gunakan tangan kanan dan letakkan pada dinding dada
sebelah kiri untuk memeriksa pukulan apeks, lalu nilai
keadaannya.
- Pada interspace kedua tentukan posisi pukulan apeks
dengan hitung mundur.
- Untuk menentukan letak kuat angkat parasternal,
telapak tangan kanan ditempatkan pada sisi kanan dan
kiri sternnum.
- Getaran paling baik ditemukan saat palpasi di daerah
katup pada pasien dengan posisi optimum untuk
mendengar bising ikutan.
3. Auskultasi
Tahap ini dilakukan untuk mendengarkan bunyi jantung
dengan menggunakan stetoskop yang mempunyai sisi lonceng
dan membran. Bagian telinga pada stetoskop harus pas dan
pastikan pegasnya kuat untuk menahan bagian tersebut.
Sebaiknya selang stetoskop sepanjang 25cm dan tebal untuk
mengurangi kontaminasi suara dari luar. Biasanya auskultasi
dimulai dari interspace kedua karena terdapat komponen bunyi
jantung kedua yang normal dan terbaik untuk didengarkan
(Munro dan Ford, 2001).
Cara melakukan auskultasi menurut Munro dan Ford (2001)
sebagai berikut
- Auskultasi dilakukan pada seluruh prekordium dan
pembuluh-pembuluh darah besar
- Tentukan bunyi jantung pertama dan kedua serta nilai
sifatnya dari segi intensitas dan splitting
- Mendengarkan interval antara bunyi jantung untuk
menemukan bunyi-bunyi tambahan dan bising
- Posisi pasien diatur semilateral untuk mendengarkan
bunyi jantung daerah apeks. Sedangkan untuk
menentukan bising diastolik mitral yang sifatnya
bernada rendah, gunakan stetoskop bagian lonceng.
- Catat tempat, waktu, sifat, nada, penyebaran serta
intensitas bising.
4. Perkusi
Pada film pemeriksaan dada dijelaskan bahwa perkusi
dilakukan untuk memperkirakan ukuran jantung pasien. Perkusi
dilakukan dengan mengetuk ujung jari kanan pada punggung jari
kiri dimulai dari lateral ke medial pada interspace ke 2, 3 , 4, 5
bahkan bisa sampai interspace ke 6 sebelah kiri. Bunyi dari hasil
perkusi ini semakin ke medial semakin redup.

B. Pemeriksaan Bunyi Jantung S
1
dan S
2

Secara umum dan sederhana, bunyi S
1
disebabkan oleh penutupan
katup mitral (M
1
) dan trikuspid (T
1
). Sedangkan bunyi S
2
disebabkan oleh
penutupan katup aorta (A
2
) dan pulmonal (P
2
). Pada bunyi S
1
maupun S
2
,
di sisi kiri (baik M
1
maupun A
2
) lebih banyak membutuhkan energi untuk
melakukan energi dan terdengar lebih keras dibanding sisi kanan (T
1

maupun P
2
) (Erickson, 2008). Menurut Munro dan Ford (2001), bunyi S
1

secara normal terdengar paling keras di daerah apeks. Sedangkan bunyi S
2

paling baik terdengar di tepi sternum kiri pada interspace kedua kiri. Pada
film pemeriksaan dada dijelaskan, untuk memeriksa bunyi S
2
dilakukan
auskultasi di daerah interspace kedua medial terhadap sternum. Sedangkan
untuk memeriksa bunyi S
1
dilakukan auskultasi pada daerah apeks
jantung, atau kira-kira pada interspace kelima.

C. Pemeriksaan Bunyi Bising Jantung atau Murmur
Bising jantung timbul karena turbulensi aliran darah, dapat terjadi
jika terdapat kelainan katup jantung atau darah mengalir sangat banyak
melalui katup jantung yang normal maupun yang abnormal. Daerah yang
paling jelas terdengar berada di tempat asal katup dan penyebarannya
sepanjang garis aliran darah (Munro dan Ford, 2001). Sedangkan
pengertian murmur atau bising jantung menurut Erickson (2008) yaitu
bunyi yang terdengar terus-menerus selama periode sistol, diastol, atau
keduanya. Murmur terdengar paling jelas pada daerah asal katupnya, yaitu
mitral pada apeks, trikuspid pada batas lateral kiri sternum, pulmonal pada
basis kiri, dan aorta pada basis kanan.
Untuk mengenali murmur, terdapat enam karakteristik yang harus
diperiksa, yaitu lokasi katup tempat murmur yang terdengar paling jelas,
keras lemahnya bunyi (intensitas), frekuensi atau tinggi nada, kualitas
(berupa tiupan, parau, atau gemuruh), periode (pada sistolik atau
diastolik), penjalaran murmur dapat terdengar (Erickson, 2008).

D. Referensi
Erickson, B., 2008, Bunyi Jantung dan Murmur dari Bayi Hingga
Dewasa Edisi 4, EGC, Jakarta.
Munro, J.F., Ford, M.J., 2001, Pengantar Pemeriksaan Klinis, EGC,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai