Anda di halaman 1dari 7

Audit Investigasi Korupsi Korporasi

PENERAPAN PERATURAN PERUNDANGAN TINDAK PIDANA KORUPSI PADA


KORPORASI


Oleh: Abdul Fickar Hadjar, SH., MH (Praktisi, Staf Pengajar FH Univ Trisakti)

Disampaikan pada Pelatihan Audit Investigatif Kecurangan pada Korporasi dan Aspek Legal
Tindak Lanjut Temuannya, Hotel Sari Pan Pasific, 26-27 Mei 2009


PENDAHULUAN
Perkembangan ekonomi mengikuti perkembangan masyarakat secara global, kompleksitasnya
memunculkan ikutan lahirnya kejahatan-kejahatan dgn modus operandi yg canggih
(sophisticated) dan rumit (complicated), yg tdk hanya dilakukan oleh individu, ttpi jg oleh
korporasi (badan usaha/pers);
Korporasi tak terbatas pd perusahaan swasta, ttp jg pershaan milik pemerintah, atau kerjasama
diantara keduanya ataupun pemberian modal / masuknya modal pemerintah kedalam usaha
swasta yg menyebabkan modal/asset pemerintah dikelola swasta.
Tak menutup kemungkinan terjadinya penyimpangan, shg tentu saja ada konsekwensi hukum
atasnya melalui penerapan sanksi pidana.

PENGERTIAN KORUPSI

Black Law Dictionary: Korupsi adalah suatu perbuatan yg dilakukan dgn maksud utk
memberikan suatu keuntungan yg tdk sesuai dgn kewajiban resmi dan hak-hak dr pihak lain,
secara salah menggunakan jabatannya atau karakternya utk mendapatkan sesuatu keuntungan utk
diri sendiri atau org lain, bersamaan dgn kewajibannya dan hak-hak pihak lain;
Syed Husein Alatas: corruption is the abuse of trust in the interst of private gain
(penyalahgunaan amanah utk kepentingan pribadi);
World Bank : Korupsi adalah an abuse of public power for private gains.
UU No. 31/1999 jo UU No. 20/2001
Menurut Jenisnya berdasar UU No. 31/1999 jo UU No. 20/2001 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi
Pengertian Korupsi tdk hanya perbuatan yg merugikan keuangan ngr atau perekonomian sj, ttpi
jg menyangkut perbuatan lain, spt: penyuapan, penggelapan, pemalsuan, merusak brg bukti, ato
pemerasan dlm jabatan, gratifikasi dll.
Pasal 2 : Setiap org secara melawan hukum memperkaya diri / org lain / suatu korporasi, yg
DAPAT merugikan keuangan ngr ato perekonomian ngr, dipenjara minimal 4 th dan maksimal
20 th & denda minimal Rp.200 jt dan maksimal Rp. 1 milyar;
Dalam keadaan tertentu (dana keadaan bahaya, bencana alam, kerusuhan sosial, krisis ekonmi
& moneter, & pengulangan TPK) dapat dijatuhkan pidana mati (Psl 2 ayat (2);
Pasal 3: setiap org dgn tujuan menguntungkan diri/ org lain/ korporasi, menyalahgunakan
kewenangan, kesempatan ato sarana, yg ada pdnya krn jabatan / kedudukan, dpt merugikan
keuangan ngr ato perekonomian ngr, dipidana seumur hidup ato penjara min 1 th ato maksimal
20 th dan/ato denda minimal Rp.50 jt maksimal Rp.1 Milyar;

SUBJEK HUKUM TINDAK PIDANA KORUPSI
Berdasar UU No. 31 /1999 jo UU No. 20/2001:
SUBJEK HUKUM tindak pidana korupsi adalah: setiap orang atau korporasi (Psl 2 ayat (1) dan
Pasal 3)
Subjek Hukum yang dapat dijerat sebagai pelaku tindak pidana korupsi tidak hanya orang
perseorangan secara individu (kapasitasnya sebagai orang swasta / pegawai negeri), tetapi juga
suatu korporasi.
Pasal 20 ayat (1) menyebutkan bahwa jika TP korupsi dilakukan oleh atau atas nama korporasi,
maka tuntutan dan pemidanan dapat diberikan kepada : (1) Korporasi dan /atau (2) Pengurusnya.
Pasal 20 ayat (2) menyatakan bahwa TP Korupsi dilakukan oleh Korporasi, apabila tindak
pidana tsb dilakukan oleh orang-orang yg berdasarkan hubungan kerja maupun hubungan lain,
bertindak dalam lingkungan korporasi tsb baik sendiri maupun bersama-sama.

PENGERTIAN KORPORASI
Corporatie (Belanda), Corporation (Inggris), korporation (Jerman) berasal dari bahasa latin
corporatio yg berarti hasil dari pekerjaan membadankan atau DKL yaitu: badan yang dijadikan
orang, badan yg diperoleh dgn perbuatan manusia sebagai lawan terhadap badan manusia, yg
terjadi menurut alam.
Pengertian korporasi erat kaitannya dgn terminologi Badan Hukum (rechtpersoon) yg ada
dalam hukum perdata.
UU 31/1999 jo UU No.30/2001: Korporasi adalah kumpulkan orang dan atau kekayaan yg
terorganisasi baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum.

KORPORASI SEBAGAI SUBJEK HUKUM PIDANA
UU No. 8 / 1984 ttg Perindustrian;
UU No. 8 /1995 ttg Pasar Modal
UU No. 23/1997 ttg Pengelolaan Lingkungan Hidup
UU No. 5/1997 ttg Psikotropika
UU No. 22/1997 ttg Narkotika
UU No. 31/1999 jo 20/2001 ttg Pemberantasan TP Korupsi
UU No. 5/1999 ttg Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
UU No. 8/1999 ttg Perlindungan Konsmen
UU No. 15/2002 ttg TP Pencucian Uang
Korporasi diterima sbg subjek hukum dan =SH lain (manusia)


3 MODEL Pertanggung J awaban Pidana Korporasi
1. PENGURUS KORPORASI YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA, PENGURUSLAH
YANG BERTANGGUNG J AWAB;(asas: societas/universitas delinquere non potese / BH tdk
dpt melakukan TP)
2. KORPORASI SBG PELAKU TINDAK PIDANA, PENGURUSLAH YANG
BERTANGGUNG J AWAB;(alat perlengkapan Korporasi yg berdasarkan AD bertindak =
korporasi, mk pengurus bertanggung jawab )
3. KORPORASI SBG PELAKU TINDAK PIDANA, KORPORASI JG YG BERTANGGUNG
J AWAB (ada keuntungan yg diterima tdk hanya oleh pengurus, tp jg oleh korporasi)

Pengertian MELAWAN HUKUM dalam Penjelasan UU No. 31/1999 jo UU No. 20/2001
Tidak saja sebagai melawan hukum formil, yaitu perbuatan bertentangan dgn peraturan
perUUan yg tertulis, ttp jg bertentangan dgn peraturan tdk tertulis (MH materil), yaitu perbuatan
tercela, atau melanggar kepatutan dalam masyarakat.
PMH materiil (Penjelasan Psl 2 ayat (1) UU No. 31/1999) berdasarkan Keputusan MK No.003
/PUU-IV/2006 dinyatakan tdk mempunyai kekuatan hukum mengikat.
PENDAPAT MA TENTANG MELAWAN HUKUM
Meskipun PMH materiil telah dibatalkan MK, dalam putusan-putusannya MA mendasarkan
pada DOKTRIN & Yurisprodensi, antara lain:
DOKTRIN: Dr. Indriyanto Seno Adjie, SH.MH. dalam bukunya "Korupsi dan Hukum Pidana"
Edisi Pertama, halaman 14 mengemukakan "Tujuan diperluasnya unsur "perbuatan melawan
hukum", yang tidak lagi dalam pengertian formil, namun meliputi perbuatan melawan hukum
secara materiil, adalah untuk mempermudah pembuktiannya di persidangan, sehingga suatu
perbuatan yang dipandang oleh masyarakat sebagai melawan hukum secara materil atau tercela
perbuatannya, dapatlah pelaku dihukum melakukan tindak pidana korupsi, meskipun
perbuatannya itu tidak melawan hukum secara formil ;
Yurisprodensi: Putusan MA RI tanggal 28/12/1983 No.275 K/Pid/1983,
Pengertian KEUANGAN NEGARA dlm Penjelasan UU No. 31 /1999 jo UU No. 20 / 2001
Keuangan negara adalah seluruh kekayaan negara dalam bentuk apapun, yg dipisahkan atau yg
tdk dipisahkan, termasuk didalamnya segala bagian kekayan negara dan segala hak dan
kewajiban yg timbul karena:
a. Berada dlm penguasan, pengurusan dan pertangung jawaban pejabat ngr, baik di tkt pusat
maupun daerah;
b. Berada dlm penguasaan, pengurusan dan pertanggung jawaban BUMN/BUMD, yayasan, BH
dan perusahaan yg menyertakan modal negara, atau perusahaan yg menyertakan modal pihak
ketiga berdasarkan perjanjian negara.
Pengertian Keuangan Negara menurut UU No. 17/2003 ttg Keuangan Negara
Psl 1 angka 1:
Semua hak dan kewajiban negara yg dpt dinilai dgn uang termasuk kebijakan dan kegiatan
dalam bidang fiskal, moneter dan pengelolaan perusahaan negara atau badan lain dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan negara, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa
barang yg dpt dijadikan milik negara berhubung dgn pelaksanaan hak dan kewajiban tsb.
Psl 2: Keuangan Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1, meliputi :
a. hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan melakukan
pinjaman;
b. kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan negara dan
membayar tagihan pihak ketiga;
c. Penerimaan Negara; d. Pengeluaran Negara; e. Penerimaan Daerah;
f. Pengeluaran Daerah; g. kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh
pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai
dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/ perusahaan daerah;
h. kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaraan tugas
pemerintahan dan/atau kepentingan umum;
i. kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan
pemerintah.

Pendekatan UU No.17/2003 merumuskan Keuangan Negara meliputi
Pertama dr Sisi objek:Semua hak dan kewajiban negara yg dpt dinilai dgn uang termasuk
kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter dan pengelolaan perusahaan negara atau
badan lain dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara, serta segala sesuatu baik berupa
uang maupun berupa barang yg dpt dijadikan milik negara berhubung dgn pelaksanaan hak dan
kewajiban tsb.
Kedua dr Sisi Subjek: meliputi seluruh objek sbgmana disebut diatas yg dimiliki ngr dan/atau
dikuasai Pemerintah Pusat, Pemda, Perusahan Negara/Daerah, dan Badan yg ada kaitannya dgn
keuangan negara.
Dr sisi proses KN mencakup seluruh rangkaian kegiatan dgn pengelolaan objek mulai dr
perumusan kebijakan, pengambilan keputusan, s/d pertanggung jawaban.
Ketiga dr Sisi Tujuan: meliputi seluruh kebijakan, kegiatan dan hubungan hukum yg berkaitan
dgn pemilikan dan/atau penguasaan objek tsb dlm rangka penyelenggaraan negara.
UU No. 17/2003 ttg Keuangan Negara, pengertian KU lebih rinci, yg termasuk jg kebijakan
pengelolaan KU, tetapi
UU No. 31/1999 ttg TP Korupsi, pengertian KU lebih luas, karena termasuk keuangan yg
berada dlm penguasan, pengurusan & pertanggung jawaban tdk sj BUMN/BUMD, ttp jg Yysn,
badan hukum dan perusahaan yg menyertakan modal ngr atau pers yg menyertakan modal pihak
3 berdasarkan perjanjian dgn Ngr.

Prinsip-prinsip / Asas Umum Pengelolaan Keuangan Negara (UU No. 19/2003 tentang BUMN)
Psl 5 ayat (3) dan Pasl 6 ayat (3) UU 19/2003:
Direksi maupun Komisaris & Dewan Pengawas dlm melaksankn tugasnya disamping
mematuhi AD BUMN, peraturan perUUan, wajib jg melaksanakan prinsip-prinsip efisiensi,
transparansi , kemandirian, akuntabilitas, pertanggung jawaban serta kewajaran;
Mengingat berdasar Psl 4 ayat (1): Modal BUMN merupakan dan berasal dari kekayaan negara
yg dipisahkan.
Asas-asas umum ini hrs menjadi kerangkaacuan & pembatas agar dlm setiap pengelolaan KN
lebih terarah & dpt dipertanggung jawabkan secara hukum.

PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA
Bagi lingkungan BUMN atau korporasi yg mengelola aset/kekayaan negara, maka asas-asas
umum tsb tdk hanya sekedar menjadi kerangka acuan & pembatas dlm pengelolaan keuangan
negara, ttp jg merupakan upaya mewujudkan clean corporation dan good corporate managers;
Salah satu kelemahan (weakness) dlm memberantas korupsi adalah kurangnya kesadaran thdp
asas-asas ttg good governance & general principles of good administration di sektor publik serta
asas-asas good corporate governance di sektor privat. (Muladi 2005)
UU No.17/2003 yg merupakan penjabaran Psl 23C UUD 45 perlu menjabarkan aturan pokok
yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar tsb kedlm asas-asas umum dalam
pengelolaan keuangan negara, seperti asas tahunan, asas universalitas, asas kesatuan, dan asas
spesialitas maupun asas-asas baru sebagai pencerminan best practices (penerapan kaidah-kaidah
yg baik) dalam pengelolaan keuangan negara, antara lain :
1. akuntabilitas berorientasi pada hasil (out come);
2. profesionalitas;
3. proporsionalitas;
4. keterbukaan dalam pengelolaan keuangan negara;
5. pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri.

PERHITUNGAN KERUGIAN NEGARA
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Rugi : adalah (1) terjual dsb kurang dr modal, tdk mendapat laba (2) kurang dr modal (karena
menjual lebih rendah dr harga pokok) (3) tidak mendapat faedah (manfaat), tdk memperoleh
suatu yg berguna (4) sesuatu yg kurang baik, tdk menguntungkan (mudharat).
Kerugian: (1) menanggung atau menderita rugi (2)perihal rugi (3)sesuatu yg dianggap
mendatangkan rugi (4) ganti rugi.
Kesimpulan:
Rugi dpt bersifat materil (kuatitaif) atau non materil (kualitatif)
Kerugian Materiil : kerugian yg dpt diukur dgn nilai uang berdasarkan parameter-parameter
tertentu yg objektif & dpt diuji secara profesional.
Kerugian Non materil : bersifat subjektif dan sulit diukur dalam nilai uang.

KERUGIAN KEUANGAN NEGARA

Penjelasan Pasal 32 UU No. 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan TP Korupsi:
Yg dimaksud dengan secara nyata telah ada kerugian keuangan negara adalah kerugian yg sdh
dpt dihitung jumlahnya berdasarkan hasil temuan instansi yg berwenang atau akuntan publik yg
ditunjuk.
Dengan memperhatikan rumusan keuangan negara sbgmana dimaksud dlm UU No.31/1999,
kerugian negara tsb dpt berbentuk:
1. Pengeluaran suatu sumber/kekayaan ngr/daerah (dpt berupa uang/barang) yg seharusnya tdk
dikeluarkan;
2. Pengeluaran suatu sumber/kekayaan ngr/daerah lebih besar dr yg seharusnya menurut kriteria
yg belaku;
3. Hilangnya sumber/kekayaan ngr/daerah yg seharusnya diterima (termasuk diantaranya
penerimaan uang palsu, barang fiktif);
4. Penerimaan sumber/kekayan ngr/daerah lebih kecil/rendah dr yg seharusnya diterima
(termasuk penerimaan barang rusak, kualitas tdk sesuai ukuran);
5. Timbulnya suatu kewajiban negara/daerah yg seharusnya tdk ada atau lebih besar dari yg
seharusnya;
6. Timbulnya kewajiban negara/daerah yg lebih besar dr yg seharusnya;
7. Hilangnya suatu hak negara/daerah yg seharusnya dimiliki / diterima menurut aturan yg
berlaku;
8. Hak negara/daerah yg diterima lebih kecil dr yang seharusnya diterima.

DAPAT MERUGIKAN KEUANGAN NEGARA
Dalam UU No. 31/1999 Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 3 disebutkan adanya terminologi yag dapat
merugikan keuangan negara
Penjelasan Pasal tersebut:
Kata dapat sblm frasa merugikan keuangan negara atau perekonomian negara menunjukan
bahwa TP Korupsi merupakan delik formil, yaitu adanya TP Korupsi cukup dgn dipenuhinya
unsur-unsur perbuatan yg sdh dirumuskan, bukan dgn timbulnya akibat.
Pasal 4 UU No. 31/1999: Pengembalian kerugian keuangan ngr atau perekonoian ngr tdk dpt
menghapuskan dipidananya pelaku sbgmn dimaksud Psl 2 ayat (1) dan Psl 3.

YURISPRODENSI MA Tentang Kerugian Keuangan Negara
Putusan MA RI No. 813.K/Pid/1987 tgl 29 Juni 1987 dlm perkara a/n Terdakwa Ida Bagus
Wedhayang, yg menentukan bahwa:
Jumlah kerugian keuangan negara akibat perbuatan terdakwa tsb tdk erlu pasti jumlahnya, sdh
cukup adanya kecenderungan timbulnya kerugian negara.
Putusan MA RI No.1401.K/Pid/1992 tgl 29 Juni 1992 menentukan bahwa:
Putusan Pengadilan Tinggi didasarkan atas tdk adanya dasar hukum bagi tuntutan JPU thdp
terdakwa, krn terdakwa elah mengganti rugi, shg kesalahan terdakwa dianggap tdk ada lagi, hal
ini meuurut MA adalah SALAH, krn meskipun uang yg dipakai terdakwa tanpa hak & melawan
hukum itu telah dikembalikan, ttp sifat melawan hukum dr perbuatan terdakwa tsb tetap ada, tdk
hapus dan tdk dpt dianggap pembenar atau pemaaf atas kesalahan terdakwa. Terdakwa tetap dpt
dituntut sesuai hkm berlaku.
SANKSI Tindak Pidana bagi Korporasi Dalam TPKorupsi UU No. 31/1999 joUU No. 20/2001
Pasal 2 : Setiap org secara melawan hukum memperkaya diri / org lain / suatu korporasi, yg
DAPAT merugikan keuangan ngr ato perekonomian ngr, dipenjara minimal 4 th dan maksimal
20 th & denda minimal Rp.200 jt dan maksimal Rp. 1 milyar;
Dalam keadaan tertentu (dana keadaan bahaya, bencana alam, kerusuhan sosial, krisis ekonmi
& moneter, & pengulangan TPK) dapat dijatuhkan pidana mati (Psl 2 ayat (2);
Pasal 3: setiap org dgn tujuan menguntungkan diri/ org lain/ korporasi, menyalahgunakan
kewenangan, kesempatan ato sarana, yg ada pdnya krn jabatan / kedudukan, dpt merugikan
keuangan ngr ato perekonomian ngr, dipidana seumur hidup ato penjara min 1 th ato maksimal
20 th dan/ato denda minimal Rp.50 jt maksimal Rp.1 Milyar;

SANKSI PIDANA POKOK & TAMBAHAN YG DAPAT DIJ ATUHKAN KEPADA
KORPORASI

Pasal 20 ayat (7)
Pidana Pokok yg dapat dijatuhkan terhadap korporasi hanya pidana denda, dgn ketentuan
maksimum pidana ditambah 1/3 (satu pertiga)
Pasal 17
Selain pidana pokok (dimaksud psl 2, 3, 5 s/d 14), terdakwa dpt dijatuhi pidana tambahan
sbgmn dimaksud pasal 18.

PIDANA TAMBAHAN

J ika terpidana (baik orang maupun korporasi) tdk dpt membayar uang pengganti paling lama
dlm waktu 1(satu) bulan sesudah putusan pengadilan yg telah berkekuatan hukum tetap, maka
aset korporasi dan pengurus yg bertanggung jawab secara pidana dapat disita oleh Jaksa dan
dilelang untuk menutupi uang pengganti tsb.
Pasal 18 ayat (1):
Selain pidana tambahan dlm KUHP, jg pidana tambahan berupa:
a. perampasan brg bergerak yg berujud / tdk berujud /brg tdk bergerak yg digunakan untuk atu
yg diperoleh dr TP Korupsi, termasuk persh milik terpidana dimana TP dilakukan, jg dr brg yg
menggantikan brg brg tsb.
b.pembayaran uang pengganti yg jumlahnya sebanyak-banyaknya sama dengan harta benda yg
diperoleh dr tindak pidana Korupsi;
c.penutupan seluruh atu sebagian perusahaan untuk waktu paling lama 1 (satu) tahun;
d.pencabutan seluruh atau sebagian hak-haktertentu atau penghapusan seluruh/ sebagian
keuntungan tertentu, yg tlh atau dpt diberikan oleh Pemerintah kepada terpidana.

STUDY KASUS KORUPSI KORPORASI

P U T U S A N No. 1384 K/Pid/2005 a/n Terdakwa NURDIN HALID
Sebagai Ketua KDI (Koperasi Distribusi Indonesia) tidak menyetorkan penjualan gula kepada
BULOG.
POSISI KASUS:
KDI tidak mengembalikan hasil penjualan minyak goreng ke BULOG sebesar
Rp.169.710.699.839,- karena dilarang oleh Terdakwa, dgn maksud Terdakwa mempergunakan
sebagai modal kerja.Terdakwa menginsyafi dan menyadari bahwa ia tidak mempunyai hak untuk
menahan dan tidak mengembalikan dana hasil penjualan minyak goreng tersebut kepada
BULOG. Bahwa walaupun permohonan izin dari Terdakwa untuk menjadikan hasil penjualan
minyak goreng tersebut sebagai modal kerja KDI ditolak Menperindag, tetapi Terdakwa tetap
tidak menyetorkan uang hasil penjualan minyak goreng tersebut kepada Bulog

Unsur SETIAP ORANG : Nurdin Halid (NH)

Unsur MELAWAN HUKUM:
NH tidak mempunyai hak menahan hasil penjualan gula Bulog, kerna permohonanya utk
menahan uang setoran ke BULOG telah ditolak Menperidag;

Unsur MEMPERKAYA DIRI / ORANG LAIN / KORPORASI:
Hasil penjualan gula dipergunakan modal kerja KDI;

Unsur DAPAT MERUGIKAN KEUANGAN NEGARA /PEREKONOMIAN NGR:
Merugikan keuangan Negara cq BULOG sejumlah Rp.169.710.699.839,-
(fakta-fakta yg memenuhi unsur didukung oleh keterangan Saksi dan bukti-bukti dokumen)

Note: Ditingkat PN dibebaskan, putusan dianggap kolektif, putusan Badan;
MA mendasarkan unsur PMH pada Doktrin & Yurisprodensi.

Anda mungkin juga menyukai