Anda di halaman 1dari 35

1 | K a s u s I l m u J i w a G a n g g u a n P s i k o t i k a k i b a t P e n g g u n a a n Z a t

P s i k o a k t i f


KEPANITERAAN KLINIK STATUS ILMU JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
SMF ILMU JIWA
RUMAH SAKIT KETERGANTUNGAN OBAT JAKARTA

STATUS PSIKIATRI

Nomor rekam medis : xxxxxx
Nama pasien : Tn. S
Nama dokter muda : Kelompok 3
Masuk RS pada tanggal : 18 Juni 2014
Rujukan / datang sendiri / keluarga : Diantar oleh keluarga pasien ( ayah dan kakak
kandung)
Riwayat Perawatan : Tidak pernah dirawat sebelumnya

I. IDENTITAS PASIEN
Nama inisial : Tn. S
Tempat dan tanggal lahir : Jakarta, 14/04/1981
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku bangsa : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Wiraswasta
Status perkawinan : Menikah
Alamat : Kranggan


II. RIWAYAT PSIKIATRIK
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 18 Juni 2014 di
ruang rehabilitasi RSKO Jakarta. Allonamnesis dengan ayah dan kakak kandung pada
tanggal 18 Juni 2014 di ruang rehabilitasi RSKO Jakarta.

2 | K a s u s I l m u J i w a G a n g g u a n P s i k o t i k a k i b a t P e n g g u n a a n Z a t
P s i k o a k t i f

A. KELUHAN UTAMA
Pasien datang dibawa orang tuanya karena mengamuk 1 hari SMRS.

B. RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG
Sejak 3 bulan SMRS, pasien mengatakan bahwa ia rutin menggunakan shabu
dan ganja. Kebiasaan ini di mulai sejak tahun 1994. Pasien mengatakan pemakaian
shabunya rutin, 2-3 kali/sebulan selama 3 bulan terakhir. Pasien menggunakan shabu
dengan bong. Sejak pemakaian rutin selama 3 bulan ini, pasien sering merasakan
adanya suara keributan yang mengomentari dirinya, suara tersebut terdengar oleh
telinga pasien. Pasien juga merasakan dirinya dan istrinya dimata-matai, rumahnya
disadap, dan merasa ada yang akan membunuh pasien dan istrinya. Hal tersebut yang
menyebabkan pasien ketakutan dan curiga terhadap orang sekitar rumahnya.
Dalam 1 bulan terakhir, pasien mengatakan sering bertengkar dengan istrinya
karena istrinya mengetahui pasien menggunakan shabu dan meminta cerai.
5 hari SMRS, pasien mengatakan bahwa dia mengantarkan istrinya ke Bogor
untuk melayat kakeknya yang meninggal dan sejak itu pasien menggunakan ganja
sebanyak 3-4 linting perhari dan shabu sebanyak 1/4 paket (200 ribu rupiah) per hari
selama 3 hari. Pasien mengatakan bahwa dirinya khawatir istrinya dalam keadaan
bahaya dan akan dibunuh.
Sejak 3 hari SMRS, pasien merasa tidak bisa tidur. Selain itu pasien juga
sempat mengamuk sambil memukul tembok dan berteriak teriak sehingga dibawa orang
tuanya menginap di rumah orang tuanya. Pasien juga pernah menangis sendirian di
kamar tanpa tahu alasannya, pasien juga mendengar suara keributan dan suara yang
mengomentari negatif tentang dirinya. Oleh karena itu, pasien menghubungi ayahnya
minta dijemput pulang ke rumah orang tuanya. Menurut ayah pasien, pasien merasa
ketakutan istri dan anaknya dibunuh karena sudah beberapa hari tidak pulang ke rumah.
1 hari SMRS, pasien datang setelah mengamuk di rumah orang tuanya. Pasien
mengamuk sambil memukul-mukul tembok, berteriak-teriak dan tidak bisa tidur. Pasien
menjadi tidak nafsu makan, malas mandi dan beraktifitas. Karena melihat kondisi
tersebut orang tua pasien memutuskan membawa pasien RSKO. Lalu pasien dibawa ke
IGD RSKO untuk ditangani, di IGD pasien diberikan terapi antiprestin 1x1 dan clozaril
25 mg 1x1. Setelah diberikan terapi, pasien menjadi tenang dan dapat tertidur.

3 | K a s u s I l m u J i w a G a n g g u a n P s i k o t i k a k i b a t P e n g g u n a a n Z a t
P s i k o a k t i f

C. RIWAYAT GANGGUAN SEBELUMNYA

1. Gangguan Psikiatri
Pasien mengatakan bahwa sejak usia SD sampai sekarang mengalami "eureup-
eureup" pada saat tidur. Pada saat eureup-eureup terjadi pasien merasakan badannya
seperti tertindih oleh sesuatu yang besar, pasien tidak mengetahui siapa atau apa yang
menindih dirinya, kemudian pasien tidak dapat menggerakan tubuhnya dan seketika
pasien menjadi ketakutan, panik, dan jantung menjadi berdebar-debar. Hal ini
berlangsung kurang lebih 10 menit, dan terjadi kurang lebih 1 bulan sekali. Riwayat
sulit tidur, mimpi buruk, tidur sambil berjalan disangkal pasien.

2. Gangguan Medik
Tidak ada riwayat gangguan medik sebelumnya
3. Penggunaan Zat Psikoaktif
Tahun 1993 - 2014 pasien mulai mengkonsumsi rokok bersama dengan
temannya. Rokok tersebut ditawarkan oleh teman pasien saat sedang
nongkrong. Sejak saat itu pasien merokok 1-2 batang perhari yang
kemudian meningkat hingga 1 bungkus/hari
Tahun 1994 2014, pasien menggunakan ganja dengan cara dihisap yang
sebelumnya dilinting dengan menggunakan kertas papir, pasien
menggunakan ganja 3-4 linting perbulan selama 20 tahun. Pasien masih
merokok. Pasien juga mengkonsumsi diazepam dari tahun 1995 - 1998
dengan dosis awal 2 mg, diminum sebanyak 2-3 butir/kali minum, pasien
hanya meminumnya jika ia sedang merasa tidak nyaman. Pada tahun 1998
- 2014, pasien mengaku mengkonsumsi shabu yang dihisap menggunakan
bong, 2-3 kali/ bulan.

4. Riwayat Gangguan Sebelumnya






1993 1994 1995 1998 2014
Usia: 12 thn 13 thn 14 thn 17 thn 33 thn
4 | K a s u s I l m u J i w a G a n g g u a n P s i k o t i k a k i b a t P e n g g u n a a n Z a t
P s i k o a k t i f


Keterangan:
Tahun 1993 : pasien pertama kali merokok
Tahun 1994 : pasien pertama kali menggunakan ganja
Tahun 1995 : pasien mulai menggunakan diazepam
Tahun 1998 : pasien mulai menggunakan shabu
Tahun 2014 : lima hari sebelum masuk RS, pasien menggunakan ganja dan
shabu setiap hari, karena dia kuatir akan keselamatan istrinya
yang dalam keadaan bahaya. Tiga hari sebelum masuk RS,
pasien tidak bisa tidur, mengamuk, mengurung diri di kamar,
dan memukul-mukul tembok.


D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

1. Perkembangan fisik
Pasien dilahirkan secara normal. Tidak ada riwayat cacat maupun trauma
lahir. Pasien tidak tahu siapa yang membantu persalinan ibunya. Pasien anak
kandung ke 3 dari 3 bersaudara.

2. Riwayat perkembangan kepribadian:
Riwayat masa kanak-kanak ( 0-11 tahun ) :
Pasien berinteraksi dan berkomunikasi baik dengan keluarga, dan pasien dapat
bermain dengan teman-teman sebayanya

Riwayat masa remaja ( 12-18 tahun ) :
Akibat pengaruh teman, pasien mulai mencoba menggunakan rokok, ganja,
benzo, dan terakhir shabu.

Riwayat masa dewasa ( > 18 tahun ) :
Pasien menyelesaikan progam sarjananya. Kemudian membuka toko
kelontong di rumahnya. Pasien memiliki seorang istri dan seorang putri.


5 | K a s u s I l m u J i w a G a n g g u a n P s i k o t i k a k i b a t P e n g g u n a a n Z a t
P s i k o a k t i f

3. Riwayat pendidikan:
Pasien menyelesaikan progam sarjananya dengan baik.

4. Riwayat pekerjaan :
Pasien bekerja dengan membuka toko kelontong di depan rumahnya.

5. Riwayat kehidupan beragama:
Pasien beragama Islam, cukup sering sholat, namun tidak lima waktu.

6. Riwayat kehidupan seksual dan perkawinan:
Pasien sudah menikah dan dikaruniai seorang putri berumur 3tahun.

E. RIWAYAT KELUARGA


1






Keterangan :
Perempuan Pasien

Laki-laki Pengguna lain
Berdasarkan informasi yang didapat :
i. Ayah kandung, Tn. S
ii. Ibu kandung, Ny. P
iii. Kakak kandung
1.Tn. A, menggunakan shabu tahun 2001, 1-2 kali/bulan
2.Ny. I
6 | K a s u s I l m u J i w a G a n g g u a n P s i k o t i k a k i b a t P e n g g u n a a n Z a t
P s i k o a k t i f

F. RIWAYAT KEHIDUPAN SOSIAL SEKARANG
Pasien mengatakan tinggal di rumah sendiri di daerah Kranggan. Pasien dapat
bersosialisasi dengan tetangga, tetapi menaruh curiga terhadap tetangga-tetangganya sering
membicarakan dirinya, menyadap rumahnya, dan ingin membunuh dirinya.

III. STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Seorang laki-laki berusia 33 tahun dengan penampilan fisik sesuai
usianya. Rambut pendek berwarna hitam, kulit sawo matang, berpakaian
kurang rapi. Pada saat wawancara, pasien memakai kemeja berwarna coklat
muda bermotif kotak - kotak, celana pendek berwarna coklat muda dan
memakai alas kaki berupa sendal jepit. Kebersihan diri dan kerapihan cukup.
Ekspresi wajah pasien datar.

2. Kesadaran
Kesadaran neurologis : Compos mentis
Kesadaran Psikiatrik : Tampak terganggu.

3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Sebelum wawancara : Pasien sedang duduk dan memejamkan mata.
Selama wawancara : Pasien duduk dan tampak nyaman. Pasien
menjawab pertanyaan yang diberikan oleh dokter muda sambil
merokok, ada kontak mata. Ekspresi tetap datar.
Sesudah wawancara : Pasien bersalaman dengan dokter muda dan
segera ke ruang perawat untuk meminta rokok.

4. Sikap terhadap Pemeriksa
Pasien bersikap kooperatif dalam menjawab setiap pertanyaan yang
ditanyakan.


7 | K a s u s I l m u J i w a G a n g g u a n P s i k o t i k a k i b a t P e n g g u n a a n Z a t
P s i k o a k t i f

5. Pembicaraan
a. Cara Berbicara: Pasien kooperatif dalam menjawab semua pertanyaan
diajukan. Pasien berbicara lancar, spontan tanpa harus ditunggu, suara
biasa, dan bahasa mudah dipahami. Pasien berbicara dengan sedikit
membuka mulut.
b. Gangguan Berbicara : Tidak terdapat gangguan bicara

B. Alam Perasaan
1. Mood : Hipotim
2. Afek : Ekspresi Afektif
Arus : Lambat
Stabilitas : Stabil
Kedalaman : Dangkal
Skala Diferensiasi : Menyempit
Keserasian : Serasi
Pengendalian : Cukup
Ekspresi : Datar
Dramatisasi : Tidak ada
Empati : Dapat diraba-rasakan

C. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi : Auditorik (sering mendengar suara-suara orang banyak
yang menimbulkan keributan, suara yang memerintahkan
dia untuk bunuh diri, suara yang mengkomentari
kekurangan dan kesalahan yang ada pada dirinya).
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada

D. Sensorium dan Kognitif (Fungsi Intelektual)
1. Taraf Pendidikan : Tamat Sarjana
2. Pengetahuan Umum : Baik (dapat menyebutkan nama presiden RI)
8 | K a s u s I l m u J i w a G a n g g u a n P s i k o t i k a k i b a t P e n g g u n a a n Z a t
P s i k o a k t i f

3. Kecerdasan : Sesuai dengan tingkat pendidikan
4. Konsentrasi : Tidak Mudah teralih dengan stimulasi luar
5. Perhatian : Baik
6. Daya Orientasi Waktu : Baik (pasien tahu tanggal, bulan, tahun saat
wawancara)
Daya Orientasi Tempat : Baik (keberadaan di RSKO)
Daya Orientasi Personal : Baik (tahu sedang berbicara dengan dokter)
7. Daya Ingat Jangka Panjang : Baik (pasien bisa menyebutkan tempat tanggal
lahir pasien serta alamat rumah pasien)
Daya Ingat Jangka Pendek : Baik (ingat menu sarapan pagi)
Daya Ingat Sesaat : Baik (dapat mengulang angka yang
disebutkan)
8. Pikiran Abstrak : Baik (dapat mengkategorikan
mawar, anggrek, melati sebagai nama bunga)
9. Visuospasial : Baik (pasien dapat menggambarkan
jam 11.30)
10. Bakat kreatif : Baik (dapat menggambar)
11. Kemampuan menolong diri : Tidak baik (pasien mampu tapi tidak ada
kemauan mengurus dirinya sendiri seperti
mandi, makan, berpakaian sendiri)
E. Proses Pikir
1. Arus Pikir
a. Produktivitas : Baik, inkoherensi (-), flight of ideas (-)
b. Kontinuitas Pikiran : Baik, menjawab pertanyaan sesuai dengan
pertanyaan
c. Hendaya Berbahasa : Tidak ada
2. Isi Pikir
a. Preokupasi : Pasien mengatakan sering merasa bersalah tanpa sebab
yang jelas
b. Waham : Waham kejar ( dia merasa istrinya dalam keadaan
tidak aman, ingin dibunuh orang)
Obsesi : Tidak ada
Fobia : Tidak ada
9 | K a s u s I l m u J i w a G a n g g u a n P s i k o t i k a k i b a t P e n g g u n a a n Z a t
P s i k o a k t i f

c. Gagasan Rujukan : Tidak ada
d. Gagasan Pengaruh : Tidak ada

F. Pengendalian Impuls
Baik, selama wawancara pasien dapat berlaku dengan tenang dan tidak
menunjukkan gejala yang agresif.

G. Daya Nilai
1. Daya Nilai Sosial : Baik (menyatakan bermusuhan itu tidak baik)
2. Uji Daya Nilai : Baik (mengatakan akan mengembalikan dompet
orang yang dilihatnya tidak sengaja kejatuhan
dompet)
3. Daya Nilai Realita : Terganggu, adanya halusinasi auditorik
serta waham kejar

H. Tilikan
Derajat 2 ( pasien merasa ragu yang dialaminya itu berasal dari pikirannya atau
karena zat yang digunakannya )

I. Reliabilitas
Dapat dipercaya

IV. STATUS FISIK
A. Status Internus
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital
a. Tekanan Darah : 110/80 mmHg
b. Nadi : 80 x/menit
c. Pernafasan : 20 x/menit
d. Suhu : 36,3C
Kepala : Normocephali, rambut, distribusi merata, tidak mudah dicabut.
10 | K a s u s I l m u J i w a G a n g g u a n P s i k o t i k a k i b a t P e n g g u n a a n Z a t
P s i k o a k t i f

Mata : Pupil bulat, isokor, reflex cahaya langsung +/+, konjungtiva
anemis -/-, sklera ikterik -/-
Mulut : Kebersihan mulut baik
Leher : KGB tidak teraba, tidak ada pembesaran tiroid

Thoraks
a. Cor : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
b. Pulmo : Suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen : Datar, supel, nyeri tekan (-), Hepar dan lien tidak membesar
Ekstremitas: Akral hangat, oedem (-), sianosis (-)

B. Status Neurologis
Tanda Rangsang Meningeal : Tidak ada
Refleks Fisiologis : Normal
Refleks Patologis : Tidak ada

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal 18 Juni 2014
Pemeriksaan Hematologi
LED : 7 mm/jam (P<10, W<20)
Hemoglobin : 15,4 g/dl (P 13,2-17,3 ; W 11,7-15,5)
Leukosit : 7100 sel/ul (P 3600-10.600; W 3600-11.000 )
Hematokrit : 48 vol% (P 40-52; W 35-47)
Trombosit : 335 ribu sel /ul (150-440)
Eritrosit : 5,51 juta sel/ul (P 4,4-5,9; W 3,8-5,2)
Hitung jenis leukosit
Basofil : 0%
Eosinophil : 0%
N Batang :4%
N segmen : 61%
Limfosit : 30%
Monosit : 4 %

11 | K a s u s I l m u J i w a G a n g g u a n P s i k o t i k a k i b a t P e n g g u n a a n Z a t
P s i k o a k t i f


Drug test
Benzodiazepine : negative
Cannabis : positif
Amphetamine : negative
Ro.Thorax
Kesan : foto thorax PA dalam batas normal

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Seorang pasien laki-laki berusia 33 tahun, berpenampilan kurang rapi dan tampak
sesuai usianya datang ke RSKO diantar oleh keluarganya. Pasien mengamuk sambil
memukul-mukul tembok dan beteriak-teriak dan tidak bisa tidur. Pasien menjadi tidak
nafsu makan, malas mandi dan beraktifitas. Lima hari sebelum diantar, pasien
menggunakan ganja dan shabu setiap harinya selama tiga hari. Pasien menggunakan
ganja dan shabu karena khawatir akan keselamatan istrinya yang akan dicelakakan oleh
orang. Akibat menggunakan ganja dan shabu, pasien tidak bisa tidur selama tiga hari
terakhir. Pasien merasa sering mendengar suara-suara yang mengomentari tentang
dirinya dan juga merasa bahwa rumahnya disadap, dimata-matai dan merasa ada yang
akan membunuh dia dan istrinya. Pasien tamat sampai perguruan tinggi. Baru pertama
kali masuk ke rumah sakit untuk memperoleh perawatan. Sebelumnya, pasien bekerja
di toko kelontong miliknya di rumahnya. Pasien bergaul normal dengan tetangga-
tetangga di sekitar rumahnya, tapi dia punya kecurigaan bahwa mereka memeiliki niat
buruk terhadap pasien dan keluarganya. Pasien sudah menikah dan memiliki satu orang
anak.
Pasien pertama kali mengkonsumsi rokok pada tahun 1993. Pada tahun 1994-
2014, pasien menggunakan ganja, dipakai 3-4 x/bulan dengan sekali pemakaian 2-3
linting. Pada tahun 1995, pasien mulai mencoba menggunakan benzodiazepin sampai
mulai mencoba ganja dan diazepam hingga tahun 1998. Pada tahun 1998, pasien mulai
menggunakan shabu yang dihisap dengan bong. Frekuensi pemakaian 2-3x/bulan.
Selama ini belum ada usaha pasien maupun keluarga untuk menghentikan kebiasaan
tersebut.
Kesadaran neurologis pasien compos mentis, kesadaran psikiatrik tampak
terganggu. Penampilan pasien kurang rapi, tidak ada gangguan berbicara. Suasana
12 | K a s u s I l m u J i w a G a n g g u a n P s i k o t i k a k i b a t P e n g g u n a a n Z a t
P s i k o a k t i f

perasaan pasien hipotim. Terdapat gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik.
Sensorium dan kognisi pasien baik. Pasien sering merasa takut tanpa sebab dan terdapat
waham kejar. Pengendalian impuls, daya nilai sosial dan uji daya nilai baik. Daya nilai
realitas baik. Tilikan pasien derajat 2, pasien merasa ragu yang dialaminya itu berasal
dari pikirannya atau karena zat yang digunakannya. Penyakit sistemik lainnya yang
berhubungan dengan gangguan jiwanya tidak ditemukan. Pada pemeriksaan fisik tidak
ditemukan kelainan.

VII. FORMULASI DIAGNOSTIK PASIEN
Aksis I : Berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna, kasus ini dapat dinyatakan
mengalami :
1. F19.5 Gangguan psikotik akibat penggunaan zat multipel dan
penggunaan zat psikoaktif lainnya.
- Halusinasi auditorik
- Marah-marah, mengamuk
- Waham kejar

Gangguan mental ini termasuk gangguan yang disebabkan oleh penggunaan zat
karena adanya riwayat penggunaan zat dan adanya gangguan daya nilai realitas
berupa halusinasi auditorik, waham kejar, dan agitasi.
Menurut PPDGJ III, gejala-gejala ini termasuk Gangguan mental dan perilaku
akibat penggunaan zat multipel dan penggunaan zat disertai gangguan psikotik,
karena memenuhi kriteria diagnostik, yaitu:
-
Halusinasi auditorik

-
Waham kejar

-
Agitasi

-
Muncul dalam waktu 48 jam setelah penggunaan zat


2. F 51.4 Teror Tidur
Gangguan tidur non organik dengan gejala rasa ketakutan, panik, tertindih oleh
suatu benda pada saat tidur.
Menurut PPDGJ III, gejala ini termasuk gangguan tidur non organik, karena
memenuhi kriteria diagnostik berupa :
13 | K a s u s I l m u J i w a G a n g g u a n P s i k o t i k a k i b a t P e n g g u n a a n Z a t
P s i k o a k t i f

a. Episode bangun dari tidur disertai ansietas dan hiperaktivitas autonomik
b. Episode berulang dengan durasi 1-10 menit
c. Tidak ada reaksi dari upaya untuk mempengaruhi keadaannya

Aksis II: Gangguan Kepribadian dan Retardasi Mental
Gangguan Kepribadian tidak ditemukan.

Aksis III: Kondisi Medik Umum
Tidak ditemukan.

Aksis IV: Masalah Psikososial dan Lingkungan
Bertengkar dengan istri, lingkungan yang memudahkan mendapatkan zat.

Aksis V: Global Assessment of Functioning (GAF)
Global Assessment Functional (sekarang) 7061 :
Beberapa gejala ringan, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik.

Global Assessment Functional 100-91 (setahun lalu) :
Tidak ada gejala dan dapat berfungsi maksimal.

VIII. EVALUASI MULTIAKSIAL
1. Aksis I : F 19.5 dan F 51.4 ( Gangguan mental psikotik akibat penggunaan
obat multipel dan zat psikoaktif lainnya serta Gangguan teror tidur)
2. Aksis II : Tidak ditemukan
3. Aksis III : Tidak ditemukan
4. Aksis IV : Ribut dengan istri dan mudahnya mendapatkan zat
5. Aksis V :
GAF scale 70-61 (sekarang)
GAF scale 100-91 (1 tahun yang lalu)




14 | K a s u s I l m u J i w a G a n g g u a n P s i k o t i k a k i b a t P e n g g u n a a n Z a t
P s i k o a k t i f

IX. PROGNOSIS
1. Faktor yang mempengaruhi prognosis:
a. Faktor yang mendukung prognosis baik: kepatuhan pasien meminum obat,
motivasi pasien untuk berhenti menggunakan zat, onset gangguan > 30
tahun, fungsi sosial sebelum sakit baik.
b. Faktor yang mendukung prognosis buruk:
Hubungan emosional dengan istri yang kurang baik.
Pasien tidak merasakan dirinya sakit ( Tilikan derajat II ).

2. Kesimpulan prognosis:
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam: ad bonam
Quo ad sanationam: dubia

X. DAFTAR PROBLEM
1. Organobiologi : Tidak ditemukan
2. Psikiatri/psikologi : Halusinasi auditorik, waham kejar, agitasi
3. Sosial / keluarga : Hendaya sosial (masalah keluarga) dan lingkungan
tidak baik

XI. TERAPI
1. Farmakoterapi:
Olanzapine 10 mg 1x1 tablet PO
Triheksilfenidin 3 x 2 mg tablet PO
2. Psikoterapi:
Memotivasi pasien supaya minum obat secara teratur.
Memberikan kesempatan kepada pasien untuk menceritakan masalahnya
dan meyakinkan pasien bahwa dia dapat mengatasi masalah tersebut.
3. Sosioterapi:
Memotivasi pasien agar bergaul dengan orang lain.
Mengikutsertakan pasien dalam kegiatan di RSKO supaya menjadi
resident of the day, dapat melakukan aktivitas sehari-hari, berinteraksi dengan
lingkungannya dan mendalami agama sesuai dengan kepercayaannya.
15 | K a s u s I l m u J i w a G a n g g u a n P s i k o t i k a k i b a t P e n g g u n a a n Z a t
P s i k o a k t i f

Follow Up
Tanggal 20 Juni 2014
S : Pasien masih mendengar suara-suara yang mengomentari dirinya, merasa khawatir
dan ingin menelpon istrinya.
O : Kurang kooperatif, iritabel
A : F19.5 (Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan obat multipel dan zat
psikoaktif lainnya)
P : Olanzapine 10 mg 1x1 tablet PO
Triheksilfenidin 3 x 2 mg tablet PO

Tanggal 23 Juni 2014
S : Pasien ingin pulang. Halusinasi disangkal. Pasien masih khawatir akan keadaan
istrinya.
O : Kooperatif
A : F 19.5 dengan perbaikan
P : Olanzapine 10 mg 1x1 tablet PO
Triheksilfenidin 3 x 2 mg tablet PO
















16 | K a s u s I l m u J i w a G a n g g u a n P s i k o t i k a k i b a t P e n g g u n a a n Z a t
P s i k o a k t i f

PEMBAHASAN

Gangguan Psikotik
Definisi
Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidak mampuan individu
menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau perilaku kacau atau
aneh.
2

Gangguan psikotik adalah semua kondisi yg menunjukkan adanya hendaya berat
dalam kemampuan daya nilai realitas, baik dalam perilaku individu dlm suatu saat maupun
perilaku individu dalam perjalanannya mengalami hendaya berat kemampuan daya nilai
realitas ( perlu dipertimbangkan faktor budaya ).
3

Bukti langsung hendaya daya nilai realitas terganggu misal adanya ;
waham, halusinasi tanpa tilikan akan sifat patologinya;
adanya perilaku yg demikian kacau ( grossly disorganized ) misalnya bicara
yg inkoheren, perilaku agitasi tanpa tujuan, disorientasi pd delirium dst;
adanya kegagalan fungsi sosial dan personal dgn penarikan diri dari pergaulan
sosial dan tidak mampu dlm tugas pekerjaan sehari-hari.
Gangguan psikotik adalah gangguan mental yang ditandai dengan kerusakan
menyeluruh dalam uji realitas seperti yang ditandai dengan delusi, halusinasi, bicara inkohern
yang jelas, atau perilaku yang tidak teratur atau mengacau, biasanya tanpa ada kewaspadaan
pasien terhadap inkomprehensibilitas dalam tingkah lakunya.
4


Etiologi Gangguan Psikotik
Faktor psikodinamik yang harus diperhatikan di dalam kelompok gangguan psikotik
ini adalah stresor pencetus dan lingkungan interpersonal. Di dalam mengambil riwayat
penyakit dan memeriksa pasien, klinisi harus memperhatikan tiap perubahan atau stres pada
lingkungan interpersonal pasien. Pasien rentan terhadap kebutuhan psikosis untuk
mempertahankan jarak interpersonal tertentu; seringkali, pelanggaran batas pasien oleh orang
lain dapat menciptakan stres yang melanda yang menyebabkan dekompensasi. Demikian
juga, tiap keberhasilan atau kehilangan mungkin merupakan stresor yang penting dalam
kasus tertentu.
17 | K a s u s I l m u J i w a G a n g g u a n P s i k o t i k a k i b a t P e n g g u n a a n Z a t
P s i k o a k t i f

Pemeriksaan pasien psikotik harus mempertimbangkan kemungkinan bahwa gejala
psikotik adalah disebabkan oleh kondisi medis umum (sebagai contohnya, suatu tumor otak)
atau ingesti zat (sebagai contohnya, phencyclidine).
Kondisi fisik seperti neoplasma serebral, khususnya di daerah oksipitalis dan
temporalis dapat menyebabkan halusinasi. Pemutusan sensorik, seperti yang terjadi pada
orang buta dan tuli, juga dapat menyebabkan pengalaman halusinasi dan waham. Lesi yang
mengenai lobus temporalis dan daerah otak lainnya, khususnya di hemisfer kanan dan lobus
parietalis, adalah disertai dengan waham.
Zat psikoaktif adalah penyebab yang umum dari sindroma psikotik. Zat yang paling
sering terlibat adalah alkohol, halusinogen indol sebagai contohnya, lysergic acid diethylamid
(LSD) amfetamin, kokain. Mescalin, phencyclidine (PCP), dan ketamin. Banyak zat lain,
termasuk steroid dan thyroxine, dapat disertai dengan halusinasi akibat zat.
2
Beberapa obat-
obatan seperti fenilpropanolamin bromocriptine dan juga dapat menyebabkan atau
memperburuk gejala-gejala psikotik.
5


Klasifikasi
1. Skizofrenia dan gangguan psikotik lainnya
a. Skizofrenia
Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering. Hamper 1%
penduduk di dunia menderita skizofrenia selama hidup mereka.
3
Memenuhi
kriteria umum diagnosis skizofrenia, dimana adanya gejala-gejala khas
tersebut telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak
berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal).

Tabel 1. Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR Skizofrenia.
4

A. Gejala Karakteristik : Dua (atau lebih) poin berikut, masing masing terjadi dalam
porsi waktu yang signifikan selama periode 1 bulan (atau kurang bila berhasil diobati) :
(1) Waham
(2) Halusinasi
(3) Bicara kacau (sering melantur atau inkoherensi)
(4) Perilaku yang sangat kacau atau katatonik
(5) Gejala negative, yaitu afektif mendatar, alogia, atau kehilangan minat
B. Disfungsi social/okupasional : selama satu porsi waktu yang signifikan sejak awitan
gangguan, terdapat satu atau lebih area fungsi utama, seperti pekerjaan, hubungan
interpersonal, atau perawatan diri, yang berada jauh di bawah tingkatan yang telah
dicapai sebelum awitan (atau apabila awitan terjadi pada masa kanak kanak atau
remaja, kegagalan mencapai tingkat pencapaian interpersonal, akademik, atau
okupasional yang diharapkan ).
18 | K a s u s I l m u J i w a G a n g g u a n P s i k o t i k a k i b a t P e n g g u n a a n Z a t
P s i k o a k t i f

C. Durasi : tanda kontiyu gangguan berlangsung selama setidaknya 6 bulan. Periode 6
bulan ini harus mencakup setidaknya 1 bulan gejala(atau kurang bila berhasil diobati)
yang memenuhi criteria A (gejala fase aktif) dan dapat mencakup periode gejala
prodromal atau residual ini, tanda gangguan dapat bermanifestasi sebagai gejala
negative saja atau dua atau lebih gejala yang terdaftar dalam Kriteria A yang muncul
dalam bentuk yang lebih lemah (cth, keyakinan aneh, pengalaman perceptual yang
tidak lazim)
D. Ekslusi gangguan mood dan skizoafektif : Gangguan skizoafektif dan gangguan mood
dengan cirri psikotik telah disingkirkan baik karena (1) tidak ada episode
depresif,manic, atau campuran mayor yang terjadi bersamaan denga gejala fase aktif,
maupun (2) jika episode mood terjadi selama gejala fase aktif, durasi totalnya relative
singkat dibandingkan durasi periode aktif dan residual.
E. Eklusi kondisi medis umum/zat : gangguan tersebut tidak disebabkan oleh fisiologis
langsung suatu zat(cth obat yang disalahguakan,obat medis) atau kondisi medis umum
F. Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasive : jika terdapat riwayat gangguan
autistic atau gangguan perkembangan pervasive lainnya, diagnosis tambahan
skizofrenia hanya dibuat bila waham atau halusinasi yang prominen juga terdapat
selama setidaknya satu bulan(atau kurang bila telah berhasil diobati)

Tabel 2. Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR Subtipe Skizofrenia.
4

Tipe Paranoid
Tipe Skizofrenia yang memenuhi criteria berikut
A. Preokupasi terhadap satu atau lebih waham atau halusinasi auditorik yang sering
B. Tidak ada hal berikut ini yang prominen: bicara kacau, perilaku kacau atau
katatatonik, atau afek datar atau tidak sesuai.
Tipe Hebefrenik (Disorganized)
Tipe skizofrenia yang memenuhi criteria berikut
A. Semua hal di bawah ini prominen
(1) Bicara kacau
(2) Perilaku kacau
(3) Afek datar atau tidak sesuai
B. Tidak memenuhi criteria tipe katatonik
Tipe Katatonik
Tipe skizofrenia yang gambaran klinisnya didominasi setidaknya dua hal berikut :
(1) Imobilitas motorik sebagaimana dibuktikan dengan katalepsi (termasuk fleksibilitas
serea) atau stupor
(2) Aktivitas motorik yang berlebihan (yaitu yang tampaknya tidak bertujuan dan tidak
dipengaruhi stimulus eksternal)
(3) Negativism ekstrim (resistensi yang tampaknya tak bermotif terhadap semua instruksi
atau dipertahankannya suatu postur rigid dari usaha menggerakkan) atau mutisme
(4) Keanehan gerakan volunteer sebagaimana diperlihatkan oleh pembentukkan postur
(secara volunteer menempatkan diri dalam postur yang tidak sesuai atau bizar),
gerakan stereotipi, menerisme prominen, atau menyeringai secara prominen
(5) Ekolalia atau ekopraksia

Tipe tak Terdiferensiasi
Tipe skizofrenia yang gejalanya memenuhi Kriteria A, namun tidak ,memenuhi criteria tipe
paranois,hebefrenik, atau katatatonik.
Tipe Residual
19 | K a s u s I l m u J i w a G a n g g u a n P s i k o t i k a k i b a t P e n g g u n a a n Z a t
P s i k o a k t i f

Tipe Skizofrenia yang memenuhi criteria sebagai berikut
A. Tidak ada waham, halusinasi, bicara kacau yang prominen, serta perilaku sangat
kacau atau katatonik
B. Terdapat bukti kontinu adanya gangguan sebagaimana diindikasikan oleh adanya
gejala negative atau dua atau lebih gejala yang tercantum pada Kriteria A untuk
skizofrenia, yang tampak dalam bentuk yang lebih lemah (cth keyakinan yang aneh,
pengalaman perceptual tak lazim)

b. Gangguan Skizotipal
Tidak terdapat onset yang pasti dan perkembangan serta perjalanannya
biasanya menyerupai gangguan kepribadian.

c. Gangguan Waham Menetap
Kelompok ini meliputi gangguan dengan waham-waham yang berlangsung
lama (paling sedikit selama 3 bulan) sebagai satu-satunya gejala klinis yang
khas atau yang paling mencolok dan tidak dapat digolongkan sebagai
gangguan mental organic, skizofrenia atau gangguan efektif.
d. Gangguan Psikotik Akut dan Sementara
Memiliki onset yang akut (dalam masa 2 minggu), kesembuhan yang
sempurna biasanya terjadi dala 2-3 bulan, sering dalam beberapa minggu atau
bahkan beberapa hari, dan hanya sebagian kecil dari pasien dengan gangguan
ini berkembang menjadi keadaan yang menetap dan berhendaya.
6

e. Gangguan Waham Induksi
Dua orang atau lebih mengalami waham atau system waham yang sama, dan
sling mendukung dalam keyakinan waham itu. Yang menderita waham
orisinil (gangguan psikotik) hanya satu orang, waham tersebut terinduksi
(mempengaruhi) lainnya, dan biasanya menghilang apabila orang-oarang
tersebut dipisahkan. Hampir selalu orang-orang yang terlibat mempunyai
hubungan yang sangat dekat.
Jika ada alas an untuk percaya bahwa duaorang yang tinggal bersama
mempunyai gangguan psikotik yang terpisah, maka tidak astupun diantaranya
boleh dimasukkan dalam kode diagnosis ini.
f. Gangguan Skizoafektif
20 | K a s u s I l m u J i w a G a n g g u a n P s i k o t i k a k i b a t P e n g g u n a a n Z a t
P s i k o a k t i f

Merupakan gangguan yang bersifa episodic dengan gejala afektif dan
skizofrenik yang sama-sama menonjol dan secara bersamaan ada dalam
episode yang sama.
g. Gangguan Psikotik Non-Organik Lainnya
Gangguan psikotik yang tidak memenuhi criteria untuk skizofrenia atau untuk
gangguan afektif yang bertipe psikotik, dan gangguan-gangguan yang psikotik
yang tidak memenuhi criteria gejala untuk gangguan waham menetap.

2. Gangguan Suasana Perasaan (Mood {Afektif})
a. Episode Manik
Kesamaan karakteristik dalam afek yang meningkat, disertai peningkatan
dalam jumlah dan kecepatan aktivitas fisik dan mental, dalam berbagai derajat
keparahan.
b. Gangguan Afektif Bipolar
Gangguan ini bersifat episode berulang (sekurang-kurangnya 2 episode)
dimana afek pasien dan yingkat aktivitasnya jelas terganggu, pada wktu
tertentu terdiri dari peningkatan afekdisertai penembahan energy dan aktivitas
(mania atau hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan afek disertai
pengurangan energy dan aktivitas (depresi).
c. Episode Depresi
Gejala utama berupa afek depresi, kehilangan minat dan kegembiraan, dan
berkurangnya energy yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan
menurunnya aktivitas. Pada episode depresi, dari ketiga tingkat keparahan
tersebut diperlukan sekurang-kurangnya 2 minggu untuk menegakkan
diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar
biasa beratnya dan berlangsung cepat.
d. Gangguan Depresif Berulang
Terbagi atas episode depresi ringan, episode depresi sedang dan episode
depresi berat. Masing-masing episode tersebut rata-rata lamanya sekitar 6
bulan, akan tetapi frekuensinya lebih jarang dibandingkan dengan gangguan
bipolar.
e. Gangguan Suasana Perasaan Menetap
21 | K a s u s I l m u J i w a G a n g g u a n P s i k o t i k a k i b a t P e n g g u n a a n Z a t
P s i k o a k t i f

Terbagi atas (i)Skilotimia, ciri esensialnya adalah ketidak-stabilan menetap
dari afek(suasana perasaan), meliputi banyak periode depresi ringan dan
hipomania ringan, diantaranya tidak ada yang cukup parah atau cukup lama
untuk memenuhi criteria gangguan afektif bipolar. (ii)Distimia, cirri
esensialnya ialah afek depresif yang berlangsung sangat lama yang tidak
pernah atau jarang sekali cukup parah untuk memenuhi criteria gangguan
depresif berulang ringan atau sedang.
f. Gangguan Suasana Perasaan Lainnya
Kategori sisa untuk gangguan suasana perasaan menetap yang tidak cukup
parah atau tidak berlangsung lama untuk memenuhi criteria skilotimia dan
distimia.

Manifestasi Klinis
Perilaku kacau
Kewajiban umum dan dasar manusia dalam masyarakat lingkungan kehidupan serta
rumah tangga adalah bekerja untuk mendapatkan nafkah, atau bekerja sesuai fungsinya,
walaupun bukan untuk mendapatkan uang atau materi. Kewajiban dalam rumah tangga,
kehidupan sosial dalam masyarakat yaitu bersosialisasi dan penggunaan waktu senggang.
Pada penderita psikotik fungsi pekerjaan sering tak bisa dijalankan dengan seksama,
tak mau bekerja sesuai kewajiban dan tanggungjawab dalam keluarga, atau tak mampu
bekerja sesuai dengan tingkat pendidikan. Sering terjadi tak mau, tak mampu bekerja dan
malas.
Dalam kehidupan sosial sering ada penarikan diri dari pergaulan sosial atau
penurunan kemampuan pergaulan sosial. Misalnya setelah sakit stres berat menarik diri dari
organisasi sosial kemasyarakatan, atau sering terjadi kemunduran kemampuan dalam
melaksanakan fungsi sosial dan pekerjaannya.
4

Pada penggunaan waktu senggang orang normal bisa bercengkrama dengan anggota
keluarga atau masyarakat, atau membuat program kerja rekreasi dan dapat menikmatinya.
Namun pada penderita gangguan jiwa berat keadaan tersebut dilewatkan dengan banyak
melamun, malas, bahkan kadang-kadang perawatan diri sehari-hari dilalaikan seperti makan,
minum, mandi, dan ibadah.

Waham
22 | K a s u s I l m u J i w a G a n g g u a n P s i k o t i k a k i b a t P e n g g u n a a n Z a t
P s i k o a k t i f

Waham adalah isi pikir (keyakinan atau pendapat) yang salah dari seseorang.
Meskipun salah tetapi individu itu percaya betul, sulit dikoreksi oleh orang lain, isi pikir
bertentangan dengan kenyataan, dan isi pikir terkait dengan pola perilaku individu. Seorang
pasien dengan waham curiga, maka pola perilaku akan menunjukkan kecurigaan terhadap
perilaku orang lain, lebih-lebih orang yang belum dikenalnya. Bisa terjadi kecurigaan kepada
orang sekitarnya akan meracuni atau membunuh dia. Akibat waham curiga ini pada orang
yang sebelumnya bersifat emosional agresif. Ia bisa membunuh orang karena wahamnya
kalau tidak dibunuh, ia akan dibunuh. Atau ia akan diracuni dan dibuat celaka oleh orang
yang dibunuhnya.

Halusinasi
Halusinasi adalah sensasi panca indera tanpa ada rangsangan. Pasien merasa melihat,
mendengar, membau, ada rasa raba dan rasa kecap meskipun tak ada sesuatu rangsang pada
kelima indera tersebut.
Halusinasi dengar adalah gejala terbanyak pada pasien psikotik (99 %). Pasien
psikotik yang nalar (ego)-nya sudah runtuh, maka halusinasi tersebut dianggap real dan tak
jarang ia bereaksi terhadap halusinasi dengar. Bila halusinasi berisi perintah untuk
membunuh ia pun akan melaksanakan pembunuhan. Ini memang banyak terjadi pada pasien
psikotik yang membunuh keluarganya sendiri. Sebaliknya halusinasi yang memerintah untuk
bunuh diri tak jarang pasien pun akan bunuh diri.

Illusi
Illusi adalah sensasi panca indera yang ditafsirkan salah. Pasien melihat tali bisa
ditafsirkan sebagai seekor ular. Illusi ini sering terjadi pada panas yang tinggi dan disertai
kegelisahan, dan kadang-kadang perubahan kesadaran (delirium). Illusi juga sering terjadi
pada kasus-kasus epilepsi (khususnya epilepsi lobus temporalis), dan keadaan-keadaan
kerusakan otak permanen.
Misalnya seorang petinju di Malang terungkap di pengadilan ia menderita epilepsi. Ia
membunuh anaknya sendiri yang masih tidur di kasur dengan parang, karena menganggap
anaknya adalah seekor kucing yang sedang tidur. Juga kasus seorang ibu yang menyiram
anak balitanya dengan air panas di Semarang beberapa waktu yang lalu, dan akhirnya si anak
meninggal dunia. Ia melihat dan merasa menyiram hewan.

23 | K a s u s I l m u J i w a G a n g g u a n P s i k o t i k a k i b a t P e n g g u n a a n Z a t
P s i k o a k t i f

Tilikan Yang Buruk
Pasien psikotik merasa dirinya tidak sakit, meskipun sudah ada bukti adanya
perubahan perilaku yang jelas tidak wajar. Pasien tak mau minum obat atau tak mau diajak
berobat, atau bila ada waham dianggap mau diracuni. Keadaan merasa tidak sakit ini yang
mempersulit pengobatan, apalagi keluarga juga mengiyakan karena merasa tak sakit ia tak
mau mencari pengobatan.
Tilikan yang buruk ini merupakan ciri khas pasien psikotik. Di sini peran keluarga
penting, kalau memang menemukan gejala tersebut seperti waham, halusinasi dan illusi,
segera berkonsultasi kepada tenaga kesehatan jiwa.

A. Gangguan/ gejala Psikotik Akut
Gambaran Utama Perilaku
Perilaku yang diperlihatkan oleh pasien yaitu :
Mendengar suara-suara yang tidak ada sumbernya
Keyakinan atau ketakutan yang aneh/tidak masuk akal
Kebingungan atau disorientasi
Perubahan perilaku; menjadi aneh atau menakutkan seperti menyendiri,
kecurigaan berlebihan, mengancam diri sendiri, orang lain atau lingkungan,
bicara dan tertawa serta marah-marah atau memukul tanpa alasan
Pedoman Diagnostik
Untuk menegakkan diagnosis gejala pasti gangguan psikotik akut adalah sebagai
berikut :
Halusinasi (persepsi indera yang salah atau yang dibayangkan : misalnya,
mendengar suara yang tak ada sumbernya atau melihat sesuatu yang tidak ada
bendanya)
Waham (ide yang dipegang teguh yang nyata salah dan tidak dapat diterima
oleh kelompok sosial pasien, misalnya pasien percaya bahwa mereka diracuni
oleh tetangga, menerima pesan dari televisi, atau merasa diamati/diawasi oleh
orang lain)
Agitasi atau perilaku aneh (bizar)
Pembicaraan aneh atau kacau (disorganisasi)
Keadaan emosional yang labil dan ekstrim (iritabel)

24 | K a s u s I l m u J i w a G a n g g u a n P s i k o t i k a k i b a t P e n g g u n a a n Z a t
P s i k o a k t i f

B. Gangguan Psikotik kronik
Gambaran Perilaku
Untuk menetapkan diagnosa medik psikotik kronik data berikut merupakan
perilaku utama yang secara umum ada.
Penarikan diri secara sosial
Minat atau motivasi rendah, pengabaian diri
Gangguan berpikir (tampak dari pembicaraan yang tidak nyambung atau aneh)
Perilaku aneh seperti apatis, menarik diri, tidak memperhatikan kebersihan
yang dilaporkan keluarga
Perilaku lain yang dapat menyertai adalah :
Kesulitan berpikir dan berkonsentrasi
Melaporkan bahwa individu mendengar suara-suara
Keyakinan yang aneh dan tidak masuk akal sepert : memiliki kekuatan
supranatural, merasa dikejar-kejar, merasa menjadi orang hebat/terkenal
Keluhan fisik yang tidak biasa/aneh seperti : merasa ada hewan atau objek
yang tak lazim di dalam tubuhnya
Bermasalah dalam melaksanakan pekerjaan atau pelajaran
Untuk lebih jelasnya mengenai psikotik kronik, disini dapat dijelaskan melalui
skizofrenia Dimana Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang kronik, pada orang yang
mengalaminya tidak dapat menilai realitas dengan baik dan pemahaman diri buruk. Gejala
klinis dari skizofrenia dapat dilihat di bawah ini:
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
a. thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya
sama, namun kualitasnya berbeda ; atau
thought insertion or withdrawal = isi yang asing dan luar masuk ke
dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh
sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan
thought broadcasting= isi pikiranya tersiar keluar sehingga orang lain
atau umum mengetahuinya;
b. delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau
25 | K a s u s I l m u J i w a G a n g g u a n P s i k o t i k a k i b a t P e n g g u n a a n Z a t
P s i k o a k t i f

delusion of passivitiy = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah
terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya = secara jelas
merujuk kepergerakan tubuh / anggota gerak atau ke pikiran, tindakan,
atau penginderaan khusus);
delusional perception = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasnya bersifatmistik atau mukjizat;
c. Halusinasi auditorik:
suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap
perilaku pasien, atau
mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka sendiri (diantara
berbagai suara yang berbicara), atau
jenis suara halusinasi lain yang berasal dan salah satu bagian tubuh.
d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal
keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di
atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau
berkomunikasi dengan mahluk asing dan dunia lain)
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
a. halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai baik
oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan
(over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu minggu atau berbulan-bulan terus menerus;
b. arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan, atau neologisme;
c. perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi
tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme,
dan stupor;
d. gejala-gejala negative, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang,
dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya
26 | K a s u s I l m u J i w a G a n g g u a n P s i k o t i k a k i b a t P e n g g u n a a n Z a t
P s i k o a k t i f

kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi oleh depresi atau medikasi neuroleptika;
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun
waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
(prodromal)
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
(overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior), bermanifestasi
sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu sikap larut dalam diri
sendiri (self-absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.
2


Epidemiologi
Menurut penelitian WHO prevalensi gangguan jiwa dalam masyarakat berkisar satu
sampai tiga permil penduduk. Misalnya Jawa Tengah dengan penduduk lebih kurang 30 juta,
maka akan ada sebanyak 30.000-90.000 penderita psikotik. Bila 10% dari penderita perlu
pelayanan perawatan psikiatrik ada 3.000-9.000 yang harus dirawat. Tetapi tidak semua bisa
dirawat karena kapasitas pelayanan perawatan psikiatrik di Jateng masih di bawah 1.000
tempat tidur. Sisa yang tidak terawat berada dalam masyarakat dan pasien ini seharusnya
perlu pengawasan yang seksama. Pasien psikotik yang mungkin tenang terkadang tak terduga
akan menjadi agresif tanpa stressor psikososial yang jelas. Pada zaman pemerintahan kolonial
Belanda semua pasien psikotik (skizofrenia) dirawat di Rumah Sakit Jiwa seumur hidup
(dibuat koloni). Hal ini sekarang menjadi stigma masyarakat, bahwa RSJ identik dengan gila.
Tetapi sekarang situasi sudah berbeda, tidak semua pasien dapat dirawat di RSJ. Mereka yang
fase aktif gangguan psikotiknya dirawat, sedang yang tenang dipulangkan namun masih
dalam pengawasan dalam bentuk perawatan jalan. Fase aktif adalah pasien-pasien yang
menunjukkan perilaku yang membahayakan diri atau membahayakan lingkungannya, dan
mudah dikenali gejalanya. Pada fase tenang pasien dapat beradaptasi dengan lingkungannya,
meskipun terbatas. Perjalanan psikiatrik tidak terbatas pada Rumah Sakit Jiwa yang ada,
tetapi di Rumah Sakit Umum pun ada pelayanan psikiatrik yang dilakukan oleh psikiater.
Yakni pelayanan integrasi dan konsultasi psikiatri di RSU, mengingat jumlah psikiater yang
ada belum memadai sesuai kebutuhan.
2




27 | K a s u s I l m u J i w a G a n g g u a n P s i k o t i k a k i b a t P e n g g u n a a n Z a t
P s i k o a k t i f

Patofisiologi
7

Gambar otak pertama dari sebuah individu dengan psikosis selesai sejauh kembali
sebagai 1935 dengan menggunakan teknik yang disebut pneumoencephalography (prosedur
yang menyakitkan dan sekarang usang di mana cairan serebrospinal dikeringkan dari seluruh
otak dan digantikan dengan udara untuk memungkinkan struktur otak untuk menunjukkan
lebih jelas pada gambar sinar-X).
Tujuan dari otak adalah untuk mengumpulkan informasi dari tubuh (nyeri, kelaparan,
dll), dan dari dunia luar, menafsirkannya dengan pandangan dunia yang koheren, dan
menghasilkan respon yang bermakna. Informasi dari indera masuk ke otak di daerah sensorik
primer. Mereka memproses informasi dan mengirimkannya ke daerah-daerah sekunder
dimana informasi itu ditafsirkan. Aktivitas spontan di daerah sensorik primer dapat
menghasilkan halusinasi yang disalahartikan oleh daerah sekunder sebagai informasi dari
dunia nyata.
Sebagai contoh, PET scan atau fMRI dari seseorang yang mengaku sebagai
mendengar suara-suara dapat menunjukkan aktivasi di korteks pendengaran primer, atau
bagian otak yang terlibat dalam persepsi dan pemahaman berbicara.
Tersier korteks otak mengumpulkan penafsiran dari cortexes sekunder dan
menciptakan sebuah pandangan dunia yang koheren itu. Sebuah studi yang menyelidiki
perubahan-perubahan struktural dalam otak orang dengan psikosis menunjukkan ada
pengurangan materi abu-abu yang signifikan dalam gyrus medial temporal yang tepat,
frontalis lateral yang temporal, dan inferior, dan di cingulate korteks bilateral orang sebelum
dan setelah mereka menjadi psikotik.
Temuan seperti ini telah memicu perdebatan tentang apakah psikosis itu sendiri
menyebabkan kerusakan otak dan apakah perubahan eksitotoksik berpotensi merusak otak
berhubungan dengan panjang dari episode psikotik. Penelitian terbaru telah menyarankan
bahwa hal ini tidak terjadi meskipun penyelidikan lebih lanjut masih berlangsung.
Studi dengan kekurangan indera telah menunjukkan bahwa otak tergantung pada
sinyal dari dunia luar untuk berfungsi dengan baik. Jika aktivitas spontan di otak tidak
diimbangi dengan informasi dari indra, kerugian dari realitas dan psikosis mungkin terjadi
sudah setelah beberapa jam.
Fenomena serupa paranoid pada orang tua ketika mendengar penglihatan, miskin dan
memori menyebabkan orang menjadi abnormal curiga terhadap lingkungan.
28 | K a s u s I l m u J i w a G a n g g u a n P s i k o t i k a k i b a t P e n g g u n a a n Z a t
P s i k o a k t i f

Di sisi lain, kerugian dari realitas juga dapat terjadi jika aktivitas kortikal spontan
meningkat sehingga tidak lagi diimbangi dengan informasi dari indra. Reseptor 5-HT2A
tampaknya menjadi penting untuk ini, karena obat yang mengaktifkan mereka menghasilkan
halusinasi.
Namun, fitur utama dari psikosis bukan halusinasi, tetapi ketidakmampuan untuk
membedakan antara rangsangan internal dan eksternal. Kerabat dekat untuk pasien psikotik
mungkin mendengar suara-suara, tapi karena mereka sadar bahwa mereka tidak nyata mereka
dapat mengabaikan mereka, sehingga halusinasi tidak mempengaruhi persepsi realitas
mereka. Oleh karena itu mereka tidak dianggap sebagai psikotik.
Psikosis telah secara tradisional dikaitkan dengan dopamin neurotransmitter. Secara
khusus, hipotesis dopamin psikosis telah berpengaruh dan menyatakan bahwa hasil psikosis
dari overactivity dari fungsi dopamin di otak, khususnya di jalur mesolimbic.
Dua sumber utama bukti yang diberikan untuk mendukung teori ini adalah bahwa
reseptor dopamin D2 memblokir obat (misalnya, antipsikotik) cenderung mengurangi
intensitas gejala psikotik, dan bahwa obat yang meningkatkan aktivitas dopamin (seperti
amfetamin dan kokain) dapat memicu psikosis di beberapa orang.
Namun, bukti meningkat dalam waktu belakangan ini telah menunjuk kemungkinan
disfungsi neurotransmitter glutamat excitory, khususnya, dengan aktivitas reseptor NMDA.
Teori ini diperkuat oleh fakta bahwa antagonis reseptor NMDA disosiatif seperti ketamin,
PCP dan dekstrometorfan / detrorphan (pada overdosis besar) menginduksi keadaan psikotik
yang lebih mudah daripada stimulan dopinergic, bahkan pada "normal" dosis rekreasi.
Gejala-gejala keracunan disosiatif juga dianggap cermin gejala skizofrenia, termasuk
gejala psikotik negatif, lebih erat dari psikosis amphetamine. Psikosis yang diinduksi
disosiatif terjadi secara lebih handal dan diprediksi daripada psikosis amphetamine, yang
biasanya hanya terjadi dalam kasus-kasus overdosis, penggunaan jangka panjang atau dengan
kurang tidur, yang secara independen dapat menghasilkan psikosis. Obat antipsikotik baru
yang bertindak pada reseptor glutamat dan yang sedang menjalani uji klinis. Hubungan antara
dopamin dan psikosis umumnya diyakini menjadi kompleks. Sementara reseptor dopamin D2
menekan aktivitas adenilat siklase, reseptor D1 meningkat itu. Jika D2-blocking obat
diberikan dopamin diblokir tumpah ke reseptor D1.



29 | K a s u s I l m u J i w a G a n g g u a n P s i k o t i k a k i b a t P e n g g u n a a n Z a t
P s i k o a k t i f

Penatalaksanaan
i. Farmakoterapi
Pada keadaan gawat darurat, seorang pasien yang teragitasi parah harus
diberikan suatu obat antipsikotik secara intramuskular. Walaupun percobaan
klinik yang dilakukan secara adekuat dengan sejumlah pasien belum ada,
sebagian besar klinisi berpendapat bahwa obat antipsikotik adalah obat terpilih
untuk gangguan delusional. Pasien gangguan delusional kemungkinan menolak
medikasi karena mereka dapat secara mudah menyatukan pemberian obat ke
dalam system wahamnya. Dokter tidak boleh memaksakan medikasi segera
setelah perawatan di rumah sakit, malahan, harus menggunakan beberapa hari
untuk mendapatkan rapport dengan pasien. Dokter harus menjelaskan efek
samping potensial kepada pasien, sehingga pasien kemudian tidak menganggap
bahwa dokter berbohong.
Riwayat pasien tentang respon medikasi adalah pedoman yang terbaik
dalam memilih suatu obat. Seringkali, dokter harus mulai dengan dosis rendah
sebagai contoh, haloperidol (haldol) 2 mg dan meningkatkan dosis secara
perlahan-lahan. Jika pasien gagal berespon dengan obat pada dosis yang cukup
dalam percobaan selama enam minggu, antipsikotik dari kelas lain harus dicoba.
Beberapa peneliti telah menyatakan bahwa pimozide (Orap) mungkin efektif
dalam gangguan delusional, khususnya pada pasien dengan waham somatik.
Penyebab kegagalan obat yang tersering adalah ketidakpatuhan, dan
kemungkinan tersebut harus diperhitungkan.
Jika pasien tidak mendapatkan manfaat dari medikasi antipsikotik, obat
harus dihentikan. Pada pasien yang berespon terhadap antipsikotik, beberapa
data menyatakan bahwa dosis pemeliharaan adalah rendah. Walaupun pada
dasarnya tidak ada data yang mengevaluasi penggunaan antidepresan, lithium
(Eskalith), atau antikonvulsan sebagai contohnya, carbamazepine (Tegretol)
dan valproate (Depakene) di dalam pengobatan gangguan delusional,
percobaan dengan obat-obat tersebut mungkin diperlukan pada pasien yang
tidak responsif terhadap obat antipsikotik. Percobaan dengan obat-obat tersebut
harus dipertimbangkan jika seorang pasien memiliki ciri suatu gangguan mood
atau suatu riwayat keluarga adanya gangguan mood.
30 | K a s u s I l m u J i w a G a n g g u a n P s i k o t i k a k i b a t P e n g g u n a a n Z a t
P s i k o a k t i f

Dua kelas utama obat yang harus dipertimbangkan di dalam pengobatan
gangguan psikotik singkat adalah obat antipsikotik antagonis reseptor dopamine
dan benzodiazepine. Jika dipilih suatu antipsikotik, suatu antipsikotik potensi
tinggi sebagai contohnya, haloperidol (Haldol) biasanya digunakan.
Khususnya pada pasien yang berada dalam resiko tinggi untuk mengalami efek
samping ekstrapiramidal (sebagai contohnya, orang muda), suatu obat
antikolinergik kemungkinan harus diberikan bersama-sama dengan antipsikotik
sebagai profilaksis terhadap gajala gangguan pergerakan akibat medikasi. Selain
itu, benzodiazepine dapat digunakan dalam terapi singkat psikosis. Walaupun
benzodiazepine memiliki sedikit kegunaan atau tanpa kegunaan dalam
pengobatan jangka panjang gangguan psikotik, obat dapat efektif untuk jangka
singkat dan disertai dengan efek samping yang lebih jarang daripada
antipsikotik. Pada kasus yang jarang benzodiazepine disertai dengan
peningkatan agitasi, dan pada kasus yang lebih jarang lagi, dengan kejang putus
obat (withdrawal seizure), yang biasanya hanya terjadi pada penggunaan dosis
tinggi terus menerus. Penggunaan obat lain dalam terapi gangguan psikotik
singkat, walaupun dilaporkan di dalam laporan kasus, belum didukung oleh
penelitian skala besar. Tetapi, medikasi hipnotik seringkali berguna selama satu
sampai dua minggu pertama setelah resolusi episode psikotik. Pemakaian jangka
panjang medikasi harus dihindari dalam pengobatan gangguan ini. Jika medikasi
pemeliharaan diperlukan, klinisi harus mempertimbangkan ulang diagnosis.

ii. Psikoterapi
Secara umum tujuan psikoterapi adalah untuk memperkuat struktur
kepribadian, mematangkan kepribadian, memperkuat ego, meningkatkan citra
diri, memulihkan kepercayaan diri yang semuanya itu untuk mencapai
kehidupan yang berarti dan bermanfaat.
a. Psikoterapi supportif
Untuk memberi dukungan, semangat, dan motivasi agar penderita
tidak merasa putus asa dan semngat juang dalam menghadapi hidup ini tidak
kendur dan menurun
b. Psikoterapi re-edukatif
31 | K a s u s I l m u J i w a G a n g g u a n P s i k o t i k a k i b a t P e n g g u n a a n Z a t
P s i k o a k t i f

Untuk memberi pendidikan ulang yang maksudnya memperbaiki
kesalahan pendidikan di waktu lalu dan juga dengan pendidikan ini
dimaksudkan mengubah pola pendidikan lama dengan baru sehingga
penderita lebihadaptif terhadap dunia luar.
c. Psikoterapi re-konstruktif
Untuk memperbaiki kembali kepribadian yang telah mengalami
keretakan menjadi pribadi yang utuh seperti semula sebelum sakit.
d. Psikoterapi kognitif
Untuk memulihkan kembali daya kognitif (daya piker dan daya ingat)
rasional sehingga penderita mampu membedakan nilai-nilai moral etika,
mana yang baik dan buruk, mana yang boleh dan tidak, mana yang halal dan
haram dan sebagainya.
e. Psikoterapi psiko-dinamik
Psiko-dinamik adalah suatu pendekatan konseptual yang memandang
proses-proses mental sebagai gerakan dan interaksi kuantitas-kuantitas
energy psikik yang berlangsung intra-individual (antar bagian-bagian
struktur psikik) dan inter-individual (antar orang).
8

Untuk menganalisa dan menguraikan proses dinamika kejiwaaan yang
dapat menjelaskan seseorang jatuh sakit dan upaya untuk mencari jalan
keluarnya. Diharapkan penderita dapat memahami kelebihan dan kelemahan
dirinya dan mampu menggunakan mekanisme pertahanan diri dengan baik.
f. Psikoterapi perilaku
Untuk memulihkan gangguan prilaku yang terganggu menjadi prilaku
yang adaptif (mampu menyesuaikan diri). Kemampuan adaptasi penderita
perlu dipulihkan agar penderita mampu berfungsi kembali secara wajar
dalam kehidupannya sehari-hari baik dirumah, disekolah dan lingkungan
sosialnya.
g. Psikoterapi keluarga
Untuk memulihkan hubungan penderita dengan keluarganya
diharapkan keluarga dapat memahami mengenai gangguan jiwa skizofrenia
dan dapat membantu mempercepat proses penyembuhan penderita.

iii. Psikososial
32 | K a s u s I l m u J i w a G a n g g u a n P s i k o t i k a k i b a t P e n g g u n a a n Z a t
P s i k o a k t i f

Diupayakan untuk tidak menyendiri, tidak melamun, banyak kegiatan
dan kesibukan dan banyak bergaul (silaturahmi/sosialisasi)

iv. Psikospiritual
9

D.B. Larson, dkk (1992) dalam penilitiannya sebagaimana termuat
dalam Religious Commitment and Health (APA, 1992), menyatakan antara
lain bahwa agama (keimanan) amat penting dalam meningkatkan seseorang
dalam mengatasi penderitaan bila ia sedang sakit serta mempercepat
penyembuhan selain terapi medis yang diberikan. Synderman (1996)
menyatakan bahwa terapi medis tanpa agama (doa), tidak lengkap; sebaliknya
agama (doa) saja tanpa terapi medis, tidak efektif.

Prognosis
10

a. Prognosis kearah baik
i. Onset akut dengan factor pencetus yang jelas
ii. Riwayat hubungan social dan pekerjaan yang baik (Premorbid)
iii. Adanya gejala afekstif (depresi)
iv. Subtipe paranoid
v. Subtipe katatonik
vi. Sudah menikah
vii. Banyak simptom positif
viii. Kebingungan
ix. Tension, cemas hostilitas
b. Prognosis kearah buruk
i. Onset perlahan-lahan dengan factor pencetus tidak jelas
ii. Riwayat hubungan social dan pekerjaan buruk (premorbid)
iii. Menarik diri, tingkah laku yang artristik
iv. Tipe hebepenik dan tipe tak tergolongkan
v. Belum manikah
vi. Riwayat skizofrenia dalam keluarga
vii. Adanya gejala neurologik
viii. Banyak simptom negatif
ix. Tidak ada gejala afektif atau hostilitas yang jelas
33 | K a s u s I l m u J i w a G a n g g u a n P s i k o t i k a k i b a t P e n g g u n a a n Z a t
P s i k o a k t i f

Pencegahan
9

Perkembangan kepribadian seseorang manusia itu ditentukan oleh interaksi dari 4
pilar; yaitu organobiologik, psiko-edukatif, psikososial dan psikoreligius. Hal ini sesuai
dengan batasan sehat oleh WHO (1984) yaitu sehat fisik, sehat jiwa/mental, sehat social, dan
sehat spiritual yang juga diadopsi oleh APA (American Psychiatric Associatiom, 1992)
a) Organobiologik
Menghindari kemungkina adanya factor genetic (turunan), maka
perluditeliti riwayat atau silsilah keluarga.
Menghindari adanya kemungkinan factor epigenetic, maka hendaknya
selama kehamilan seorang ibu perlu mendapatkan perawatan yang baik agar
tidak terjadi gangguan pada perkembangan otak janin.
b) Psiko-edukatif
Pendidikan anak hendaknya sedemikian rupa sehingga dapat dihindari
terbentuknya sifat atau cirri kepribadian yang rawan atau rentan bagi
terjadinya gangguan skizofrenia, misalnya yang tergolong kepribadian
promorbid (kepribadian paranoid, schizoid, skizotipal dan ambang).
c) Psiko-religius
Setiap manusia (meskipun ia seorang atheis sekalipun) pada
hakekatnya ada kebutuhan dasar kerohanian. Setiap orang membutuhkan rasa
aman, tenang, tentram, terlindungi; bebas dari rasa cemas, ketakutan, depresi,
stress, dan lain sebagainya. Bagi mereka yang beragama kebutuhan rohani ini
dpat diperoleh lewat agama; namun bagi mereka yang sekuler dan
mengingkarinya, menempuh lewat penyalahgunaan NAZA ataupun jalur
lainnya.
d) Psikososial
Dalam kehidupan sehari-hari anak tumbuh kembang di tiga tempat,
yaitu di rumah (Keluarga), di sekolah (lembaga pendidikan) dan di lingkungan
masyarakat sosialnya. Kondisi social di masing-masing tempat tersebut akan
berinteraksi satu dengan lainnya dan mempengaruhi tumbuh kembang anak.
Maka untuk mencegahnya kita harus menciptakan keluarga yang harmonis,
lembaga pendidikan yang baik dan lingkungan pergaulan social yang sehat.


34 | K a s u s I l m u J i w a G a n g g u a n P s i k o t i k a k i b a t P e n g g u n a a n Z a t
P s i k o a k t i f

Diskusi
Menurut PPDGJ III, Gangguan Psikotik akibat penggunaan zat merupakan fenomena
psikotik yang terjadi selama atau segera sesudah penggunaan zat psikoaktif (biasanya dalam
48 jam) dan ditandai dengan adanya halusinasi nyata (khasnya auditorik), kekeliruan
identifikasi, waham, gangguan psikomotor, dan afek yang abnormal. Harus dipastikan pasien
dengan manifestasi ini bukan gejala dari keadaan putus zat maupun delirium. Pasien ini dapat
di diagnosis banding dengan F 20.1, Skizofrenia Paranoid, karena ditemukannya gejala pada
pasien berupa :
Halusinansi auditorik
Waham kejar
Gejala >= 1 bulan
Dan adanya perubahan pada aspek perilaku pribadi
Namun, yang tidak mendukung diambilnya diagnosis tersebut karena :
Tebuktinya penggunaan zat (kanabinoid dan metamfetamin) secara intensif
selama 5 hari SMRS
Munculnya gangguan psikotik setelah pasien telah menggunakan zat
Dengan demikian, diagnosis yang kami ambil untuk pasien ini adalah Gangguan
Psikotik yang diakibatkan oleh penggunaan zat multiple (kanabinoid dan metamfetamin).











35 | K a s u s I l m u J i w a G a n g g u a n P s i k o t i k a k i b a t P e n g g u n a a n Z a t
P s i k o a k t i f

DAFTAR PUSTAKA

1. Kusumawardhani A, Husain AB, dkk. Buku Ajar Psikiatrik. Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010. Hal 13
2. Nurmah, Islamiyah N, dkk. Psikotik dan Skizofrenia. 12 April 2011. Diunduh dari:
http://id.scribd.com/doc/74666207/PSIKOTIK-lengkap
3. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi ke-2.
Cetakan 2010. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2010. Hal 147-16
4. Tirtakusuma A, Nugraha A, dkk. Bisikan Gaib. 29 Februari 2012. Diunduh dari:
http://id.scribd.com/doc/83142602/4/Menjelaskan-definisi-gangguan-psikotik
5. News Medical. Apa Penyebab Psikosis. 1 November 2012. Diunduh dari:
http://www.news-medical.net/health/What-Causes-Psychosis-(Indonesian).aspx
6. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi ke-2.
Cetakan 2010. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2010. Hal 169-187
7. News Medical. Psikosis Patofisiologi. 1 November 2012. Diunduh dari:
http://www.news-medical.net/health/Psychosis-Pathophysiology-(Indonesian).aspx
8. Kusumawardhani A, Husain AB, dkk. Buku Ajar Psikiatrik. Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010. Hal 38
9. Hawari HD. Pendekatan holistic pada gangguan jiwa skizofrenia. Edisi ke-2. Cetakan
3. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
10. Maramis WF. Ilmu kedokteran jiwa. Cetakan 6. Jakarta: Airlangga University Press,
1994

Anda mungkin juga menyukai