Anda di halaman 1dari 7

Tiar Pandapotan Purba, ST, E-mail : tiar.poerba@gmail.com, Telp.

+6281310418551 | Halaman | 1

Pamulang, 29 Juni 2014
Dear Pak FWP,
Sesuai permintaan bapak via telfon yl, dimana saya diminta menyusun kriteria sinkronisasi fungsi,
lokasi dan waktu. Awalnya bapak meminta agar dibuatkan kriteria tahapan penganggaranan (tahapan
pelaksanaan) dengan kelompok pentahapan yang diarahkan oleh Pak BS yakni agak mendesak (am);
mendesak (m); dan sangat mendesak (sm).
Untuk menjawab tersebut, agar kita tidak keluar konteks dari dokumen RPIIJM yang melalui proses
pentahapan penyusunannya. Maka saya akan menuliskan tahapan demi tahapan, agar kita dapat
menyempurnakan tulisan ini dan menjadi masukan perbaikan kepada pedoman RPIIJM.
Seperti yang dijelaskan didalam pedoman pada tahap 1,
Pedoman Manfaat Pengalaman (experience)
Input : dokumen spasial tingkat
nasional, provinsi, kabupaten
dan kota terkait
Bagi daerah :
1. Daerah dapat melihat
keterpaduan
pembangunan infrastruktur
perwujudan kawasan yang
didorong dan dikendalikan
berdasarkan tujakstra
penataan ruang.
2. Daerah mengetahui adanya
harapan (visi) penataan
ruang nasional pada
wilayahnya.
3. Daerah mengetahui batas
kewenangan antara pusat
provinsi kab/kota.
4. Daerah dapat memakai alat
(RPIIJM) sebagai
dokumen keterpaduan
penataan ruang terhadap
kawasan yang didorong dan
dikendalikan.
1. Daerah merasakan manfaat
dokumen matrik tahap 1
sebagai proses paduserasi
kawasan.
2. Hal-hal yang tidak diatur
didalam dokumen spasial
daerah (prov/kab/kota),
dapat dikaji ulang oleh
daerah. Contoh: beberapa
daerah tidak mengetahui
bahwa ada kawasan
pertambangan minyak dan
gas di perairan ZEE
daerahnya. Contoh lainnya
adalah adanya kawasan
pertahanan dan keamanan
yang perlu dimasukkan
dalam dokumen tata ruang.
3. Hal-hal yang tidak diatur
didalam dokumen spasial
nasional dapat dikaji ulang
oleh pemerintah pusat,
dan memasukkannya
sebagai kawasan
kepentingan nasional.
Semisal : adanya Kebun
Raya baru di daerah.
Proses : analisis strategi dari
jakstra yang ada, melalui proses
pencarian sasaran spasial yang
terkait
Output :
Hasil integrasi seluruh arahan
spasial pengembangan KSN
berupa kawasan yang didorong
perkembangannya dan/atau
kawasan yang dikendalikan
untuk masing-masing tujuan.
Constraint :
1. Arahan spasial yang lebih
tinggi menjadi acuan
2. Sesuai draf pedoman

Sedangkan pada tahap 2,
Pedoman Manfaat Pengalaman (experience)
Input: dokumen pembangunan
berupa RPJPN/RPJMN,
Renstra/RKP Kementerian
Pekerjaan Umum, Renstra
Ditjen SDA, Ditjen Binamarga,
Ditjen Ciptakarya, RPJP/RPJM
Provinsi, serta RPJP/RPJM
Kab/Kota.
Bagi daerah :
1. Mengetahui adanya
dukungan program
infrastruktur pada kawasan
yang dikendalikan dan atau
didorong pada KSN.
1. Daerah belum mengetahui
batas kewenangan antara
pusat-provinsi-kab/kota.
2. Pada saat FASKOR yang
dilakukan di daerah,
pemerintah daerah lebih
dominan memposisikan
diri sebagai pemohon
Tiar Pandapotan Purba, ST, E-mail : tiar.poerba@gmail.com, Telp. +6281310418551 | Halaman | 2

Pedoman Manfaat Pengalaman (experience)
Proses :
Inventarisasi program/kegiatan
(pada renstra, konreg dan profil
SDA bisa lebih detail) yang
terkait dengan program
pembangunan KSN.
2. Mengetahui adanya
kewenangan pusat di
wilayahnya.
3. Daerah dapat lebih fokus
kepada kawasan sekitar
KSN dalam pembangunan
infrastruktur Ke-PU-an.
4. Adanya dampak
program/kegiatan pada
kawasan sekitar KSN.
program (pemilik isu
strategis) dan evaluator
program.
Output :
Sintesa program investasi
pembangunan infrastruktur
pekerjaan umum tahunan
periode 5 tahun.
Constraint:
1. Program prioritas
pembangunan infrastruktur
pekerjaan umum yang lebih
tinggi menjadi acuan
2. Dapat memberi
penambahan program
prioritas lebih tinggi,
dengan memberi tanda
khusus. Semisal keterangan
3. Sesuai draf pedoman.

Sedangkan pada tahap 3,
1. Sesuai dengan draf pedoman baru pertanggal 13 April 2014, matrik rencana terpadu adalah matrik
persandingan (bukan integrasi) hasil matrik tahap 1 arahan spasial (kawasan kendali/kawasan
didorong) yang dikelompokkan lebih detail yakni kawasan budidaya yang didorong dikelompokkan
menjadi 2 bagian yaitu kawasan budidaya dan kawasan perkotaan; kawasan budidaya yang
dikendalikan yakni kelompok kawasan lindung dan kelompok kawasan budidaya. Pada saat
pengelompokkan ini, agar tim teknis dan atau konsultan pelaksana dapat memahami dengan jelas
maksud pengelompokkan ini. Perlu didefinisikan, cara memaknai kawasan budidaya yang didorong
dan kawasan budidaya yang dikendalikan. Berdasarkan draf pedoman baru tersebut, kawasan yang
dikendalikan dapat berupa kawasan budidaya dan kawasan lindung. Dalam raperpres dikenal
dengan Zona Budidaya (B) dan Zona Lindung (L). sedangkan kawasan yang didorong, berupa
kawasan budidaya dan kawasan perkotaan.
2. Setelah dikelompokkan, maka perlu di analisis kembali jenis infrastruktur apa (ditjen CK, BM dan
SDA) yang diperlukan dalam upaya mengendalikan dan atau mendorong kawasan tersebut. Ini
membutuhkan analis dari para planner/perencana wilayah kota. Didalam draf pedoman tersebut
disebut proses seleksi.
3. Didalam proses seleksi tersebut, untuk kawasan yang dikendalikan seperti Zona Lindung (L1, L2,
L3, L4 dan L5) harus dipastikan TIDAK ada kegiatan yang merubah fungsi kawasan dan memberi
dampak negatif kepada kawasan budidaya dibawahnya. Dan tentunya TIDAK ada infrastruktur
yang diprogramkan untuk mendorong kegiatan (merubah fungsi kawasan) secara massive dan luas.
Kecuali program infrastruktur yang hanya bersifat untuk menghubungkan antar kawasan strategis,
seperti jalan nasional dengan memperhatikan prinsip prinsip kelestarian kawasan lindung.
4. Kemudian, sesuai diskusi kita yl di ruang perpustakaan PU. Bagaimana menentukan sebuah
program yang sudah terkait dengan sasaran spasial per tujuan tersebut, kedalam tahunan
pemograman dalam 5 tahun. Asumsi yang dibutuhkan adalah bahwa program tahunan yang sudah
dialokasikan pada indikasi program utama RTR KSN (given) adalah benar dan langsung
dimasukkan ke pentahapan anggaran pemograman KSN.
Tiar Pandapotan Purba, ST, E-mail : tiar.poerba@gmail.com, Telp. +6281310418551 | Halaman | 3

5. Bahwa putusan menetapkan sebuah program diletakkan pada tahun 1 dan atau 2, 3, 4 dan lima
memerlukan putusan yang tepat dan lintas pemangku kepentingan. Dalam proses penyusunan
RPIIJM, pemangku kepentingan yang terkait adalah Balai Jalan, Balai Sungai, Randal sebagai
perpanjangan tangan dari pemerintah pusat di daerah yang SEHARUSNYA memiliki isu strategis
kawasan. Sedangkan pemerintah pusat adalah ditjen CK, BM dan SDA.
6. Dengan melibatkan pegawai daerah dari provinsi untuk menjadi bagian dari perpanjangan tangan
pemerintah pusat merupakan bagian dari proses kepemilikan isu strategis KSN. Namun, karena
berbagai hal peran memiliki isu strategis KSN ini dapat hilang.
7. Berdasarkan pengalaman penyusunan RPIIJM dan draf pedoman RPIIJM, program/kegiatan yang
ada pada renstra (ditjen BM, CK, SDA), RKP, dan RPJMN sudah disusun dalam masa 5 tahun
mendatang dan menjadi acuan pelaksanaan pembangunan pada lokasi-lokasi yang telah ditentukan.
namun sesuai dengan harapan (visi) kementerian PU yaitu pembangunan infrastruktur harus
berbasis penataan ruang. Maka pada proses perencanaan infrastruktur harus meletakkan tujakstra
RTR KSN sebagai awal penyusunan RPIIJM. Yang mana, pada RTR KSN terdapat indikasi
program utama yakni berupa infrastruktur pendukung kawasan untuk mewujudkan struktur dan
pola ruang kawasan. Yang artinya dalam proses persandingan program infrastruktur tersebut
terdapat beberapa program yang sudah ada di dalam KSN dan juga belum ada dan perlu diikat
(diintegrasikan) kedalam nomenklatur program nasional sehingga menjadi program investasi
tahunan di lima tahun mendatang.
Program Investasi Terpadu
Tahunan;
Program/kegiatan nasional
yang telah dialokasikan
dalam KSN
Hasil Integrasi nomenklatur
program nasional kepada
program/kegiatan RTR KSN
Program/Kegiatan
Infrastruktur Ditjen
CK, BM, SDA
Indikasi Program/
Kegiatan Utama
RTR KSN
Integrasi

8. Sesuai dengan pembahasan terakhir, untuk meminimalisir banyaknya indikator penetapan tersebut.
Kita mengelompokkan tahapan pelaksanaan program tahunan menjadi tiga, yakni agak mendesak
(AM), mendesak (M), dan sangat mendesak (SM).
Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5

Sangat mendesak Mendesak Agak Mendesak

1. Program/kegiatan
bersifat perencanaan
(dokumen)
2. Program/kegiatan
infrastruktur yang
telah berjalan dan atau
multiyear
3. Program/kegiatan
yang diusulkan oleh
Randal dan Balai yang
1. Program/kegiatan
infrastruktur yang telah
berjalan dan multitahun
(multiyear).
2. Program/kegiatan
perencanaan (dokumen) yang
membutuhkan waktu
perancangan lebih dari 1 tahun
anggaran
1. Program/kegiatan infrastruktur
yang telah berjalan dan
multitahun (multiyear).
2. Program/kegiatan infrastruktur
yang telah lulus seleksi tahap 1,
2, dan 3 pada perencanaan
RPIIJM.
Tiar Pandapotan Purba, ST, E-mail : tiar.poerba@gmail.com, Telp. +6281310418551 | Halaman | 4

Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5

Sangat mendesak Mendesak Agak Mendesak
lokasinya mendukung
KSN
4. Program/kegiatan
yang telah melalui
proses konreg
nasional.
5. Program/kegiatan
bersifat
kebencanaan/tanggap
darurat bidang
infrastruktur ke-pu-an
3. Program/kegiatan
infrastruktur yang telah lulus
seleksi tahap 1, 2, dan 3 pada
perencanaan RPIIJM.
Jika ingin melihat dari sisi sudut kepentingan yang lebih luas, semisal jenis infrastruktur apa yang dapat
menggerakkan perekonomian dan atau jenis infrastruktur apa yang memberikan manfaat luas dapat
dibuatkan rangking prioritas seperti;
1. Program/Kegiatan
Penyelenggaraan jalan
nasional (yang
menghubungkan pusat
pusat kegiatan
nasional dan wilayah
2. Program/kegiatan
pendayaagunaan air
yang meliputi
pengembangan air
baku, yang diperlukan
masyarakat
3. Program/kegiatan
pengembangan
permukiman berupa
pengembangan TPA,
IPLT, dan IPA/PDAM
1. Program/kegiatan
penyelenggaraan jalan
kolektor primer
2. Program/kegiatan
pengembangan jaringan
perpipaan air bersih.
3.
1. Program/kegiatan pemantapan
jaringan sungai
2. Program/kegiatan
keciptakaryaan seperti
pengembangan jaringan drainase
primer
3. Program/kegiatan
keciptakaryaan bidang penataan
bangunan dan lingkungan (PBL).
4. Program/kegiatan
keciptakaryaan bidang
penyehatan lingkungan
perumahan (PLP)
Catatan/constraint:
1. Besaran volume program/kegiatan yang dihitung dengan cermat.
2. Besaran biaya yang dialokasikan pada program


Sedangkan pada tahap 4, yaitu proses sinkronisasi.
1. Proses sinkronisasi fungsi, adalah proses upaya penyerasian antar program masing-masing.
Yaitu Program/Kegiatan CK dengan CK; Program/Kegiatan BM dengan BM, dan
Program/Kegiatan SDA dengan SDA.
Sinkronisasi
Lokasi
Keterkaitan
Kuat
Keterkaitan
Sedang
Keterkaitan
Lemah
dipertahankan
Tidak
dipertahankan
Tidak
dipertahankan

a. Sebuah program/kegiatan disebut sinkron secara fungsi dengan kelompok
Tiar Pandapotan Purba, ST, E-mail : tiar.poerba@gmail.com, Telp. +6281310418551 | Halaman | 5

i. Sinkron dengan keterkaitan kuat apabila (if);
1. Program/kegiatan tersebut saling mendukung (sinergis), semisal
antara jalan bebas hambatan dengan jalan arteri primer yang
terkoneksi/terhubung dengan baik dan bermanfaat. Antara jalan
arteri primer dengan jalan kolektor primer terhubung/tersambung
dengan baik.
2. Semisal pada bidang keciptakaryaan, program perencanaan SPPIP dan
RPKPP dilaksanakan pada kawasan permukiman prioritas (kumuh)
yang tepat.
3. Semisal pada program/kegiatan pemantapan Unit Produksi Air Minum
bersinergis dengan program pengembangan jaringan perpipaan air.
ii. Sinkron dengan keterkaitan sedang, apabila (if);
1. Program/kegiatan tersebut saling mendukung (sinergis), semisal
antara jalan bebas hambatan dengan jalan kolektor primer (tidak
terkoneksi/terhubung langsung).
2. Program/kegiatan tersebut saling mendukung (sinergis), semisal
antara program pemantapan TPA dengan program/kegiatan
pengembangan TPS berbasis kelurahan
iii. Sinkron dengan keterkaitan lemah, apabila (if);
1. Program/kegiatan tersebut saling mendukung (sinergis), semisal
antara jalan bebas hambatan dengan jalan kolektor sekunder dan atau
jalan lokal (tidak terkoneksi/terhubung langsung).
2. Program/kegiatan tersebut saling mendukung (sinergis), semisal
program pemantapan TPA Regional dengan program pemilahan
sampah di rumah.
b. Hanya program yang memiliki keterkaitan kuat saja yang dipertahankan programnya.
2. Proses sinkronisasi lokasi, adalah proses analisis hubungan atau keterkaitan antar program
investasi berdasarkan hubungan lokasi. Program yang dilakukan upaya sinkronisasi adalah (i)
antara program sumber daya air (SDA) dan program bidang cipta karya (CK), antara program
bina marga (BM) dan program bidang cipta karya (CK)
Sinkronisasi
Fungsi
Keterkaitan
Kuat
Keterkaitan
Sedang
Keterkaitan
Lemah
dipertahankan
Tidak
dipertahankan
Tidak
dipertahankan

a. Sebuah program/kegiatan disebut sinkron secara fungsi dengan kelompok
i. Sinkron dengan keterkaitan kuat apabila (if);
1. Program CK dan SDA memiliki hubungan lokasi yang sama
(kecamatan yg sama)
2. Program CK dan BM memiliki hubungan lokasi yang sama
(kecamatan yg sama)
ii. Sinkron dengan keterkaitan sedang, apabila (if);
1. Program CK dan SDA memiliki hubungan lokasi yang berbeda,
namun masih satu administrasi
2. Program CK dan BM memiliki hubungan lokasi yang berbeda, namun
masih satu administrasi
iii. Sinkron dengan keterkaitan lemah, apabila (if);
1. Program CK dan SDA memiliki hubungan lokasi yang berbeda
Tiar Pandapotan Purba, ST, E-mail : tiar.poerba@gmail.com, Telp. +6281310418551 | Halaman | 6

2. Program CK dan BM memiliki hubungan lokasi yang berbeda
b. Hanya program yang memiliki keterkaitan kuat saja yang dipertahankan programnya
3. Proses sinkronisasi waktu pada Program invetasi pembangunan infrastruktur bidang pekerjaan
umum dilakukan melalui proses analisis hubungan atau keterkaitan antar program investasi
berdasarkan hubungan waktu pelaksanaan.
Sinkronisasi
Waktu
Keterkaitan
Kuat
Keterkaitan
Sedang
Keterkaitan
Lemah
dipertahankan
Tidak
dipertahankan
Tidak
dipertahankan

a. Sebuah program/kegiatan disebut sinkron secara waktu dengan kelompok
i. Sinkron dengan keterkaitan kuat, apabila (if);
1. Antar program BM dilaksanakan secara berkelanjutan semisal jalan
nasional lintas provinsi.
2. Antar program CK dilaksanakan secara berkelanjutan, semisal
perencanaan kawasan prioritas (kumuh) dengan pembangunan
drainase primer.
3. Antar program SDA dilaksanakan secara berkelanjutan, semisal
program pembangunan bendungan dengan program
pengembangan/pemantapan (DI) daerah irigasi untuk pertanian
berkelanjutan.
ii. Sinkron dengan keterkaitan sedang, apabila (if);
1. Antar program/kegiatan BM dapat dilaksanakan tidak pada waktu
yang bersamaan
2. Antar program/kegiatan CK dapat tidak dilaksanakan pada waktu yang
bersamaan
3. Antar program/kegiatan SDA dapat tidak dilaksanakan pada waktu
yang bersamaan
iii. Sinkron dengan keterkaitan lemah, apabila (if);
b. Hanya program yang memiliki keterkaitan kuat saja yang dipertahankan programnya
Catatan: pada saat melakukan proses sinkronisasi kodefikasi tujakstra program harus tetap
melekat, sehingga pada proses rekapitulasi dapat dikelompokkan sesuai tujakstranya masing-
masing.

Sedangkan pada tahap 5, yaitu rekapitulasi program investasi.
1. Pada tahap 5, yakni penyimpulan pada matrik 10. Disebutkan bahwa kolom program investasi
adalah program/kegiatan yang merupakan hasil proses sinkronisasi waktu, lokasi dan fungsi.
Pengalaman yang lalu kita melakukan proses short data, di exel karena banyaknya
program/kegiatan yang sinkron secara waktu, lokasi dan fungsi. Dimana kedua program yang
memiliki keterkaitan kuat dipertahankan programnya. Yang artinya ada kemungkinan program
ganda (duplikasi) saat melakukan analisis sinkronisasi fungsi, lokasi dan waktu.
Tiar Pandapotan Purba, ST, E-mail : tiar.poerba@gmail.com, Telp. +6281310418551 | Halaman | 7

Program
Program/Kegiatan SDA
yang memiliki
Keterkaitan Kuat
Program/Kegiatan BM
yang memiliki
Keterkaitan Kuat
Program/Kegiatan CK
yang memiliki
Keterkaitan Kuat
Program SDA yang
dipertahankan
Program BM yang
dipertahankan
Program CK yang
dipertahankan
Short data,
seleksi
duplikasi
progran
Tujakstra 1
Tujakstra 2
Tujakstra 3


2. Pada tahapan ini, matrik 10 tidak ada kolom pentahapan program. Hanya lokasi, volume dan nilai.

Catatan: pada saat melakukan proses rekapitulasi, kodefikasi tujakstra program yang melekat,
menjadi acuan pengelompokkan sesuai tujakstranya masing-masing.

Demikian sementara yang dapat saya sampaikan, penyempurnaan tulisan ini akan diperkaya ketika
nanti tim menuntaskan tahapan-demi tahapan rancangan RPIIJM masing-masing KSN.
Terima Kasih.
Tiar Pandapotan Purba
E-mail : tiar.poerba@gmail.com
Telp : +6281310418551
Urban and Regional Planner, member of AOGA Expert

Anda mungkin juga menyukai