Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Penulisan






























BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Klasifikasi SDA dan LH
2.2 Konsep-konsep Pengelolaan SDA
Prinsip umum dalam ilmu ekonomi adalah bagaimana memenuhi kebutuhan umat
manusia yang cenderung tidak terbatas dengan ketersediaan sumber daya yang terbatas atau
langka. Kelangkaan SDA ini merupakan salah satu faktor utama dalam kajian ekonomi yang
berwawasan lingkungan dan karena faktor kelangkaan itu pula maka dibutuhkan pengelolaan
SDA secara arif dan bijaksana. Tingkat ketersediaan dan kelangkaan sumberdaya
memberikan indikasi tentang bagaimana seharusnya mengelola sumberdaya yang langka
dimaksud agar tidak mengancam kelestariannya dengan tanpa dan atau meminimalkan
terjadinya degradasi lingkungan. Macam dan karakterisasi sumberdaya tidak hanya
menggambarkan bagaimana pentingnya sumberdaya tersebut tetapi yang lebih penting adalah
bagaimana sebaiknya sumberdaya itu dikelola agar memenuhi kebutuhan umat manusia tidak
hanya masa kini, tapi juga masa yang akan datang. Ada 4 (empat) hal yang perlu dicatat
dalam mengelola SDA, yaitu :
a) biaya pengambilan/penggalian semakin tinggi dengan semakin menipisnya persediaan
SDA tersebut,
b) kenaikan dalam biaya pengambilan/penggalian SDA akan diperkecil dengan
ditemukannya deposit baru serta adanya teknologi baru,
c) sebidang tanah tidak hanya bernilai tinggi karena adanya sumber daya mineral yang
terkandung di dalamnya, tetapi juga karena adanya opportunity cost berupa
keindahan alam itu,
d) juga perlu diingat dan dibedakan antara penggunaan sumber daya yang bersifat dapat
dikembalikan lagi dan penggunaan sumberdaya yang tak dapat dikembalikan ke
keadaan semula (irreversible).
Sumber daya yang menjadi perhatian utama dalam literatur ekonomi lingkungan
adalah sumber daya yang tidak dapat diperbaharui. Oleh karena itu alokasi yang dinamik dari
waktu ke waktu adalah penting untuk menjamin alokasi sumber daya. Disamping usaha
alokasi yang berkelanjutan tersebut, kelangkaan sumber daya mempunyai peluang untuk
diatasi, yaitu paling tidak melalui 4 cara :
a) eksplorasi dan penemuan,
b) kemajuan teknologi,
c) penggunaan sumberdaya substitusi,
d) pemanfaatan kembali (reuse) dan daur ulang (recycling).
Proses Penyusunan rencana strategis dilakukan dengan pemanfaatan sumber daya
alam secara optimal dan berkelanjutan. Artinya bahwa pemanfaatan sumber daya
tersebut harus dilakukan dengan memperhatikan kemampuannya untuk memenuhi
kebutuhan saat ini tanpa mengabaikan kepentingan generasi masa datang. Untuk itu
azas-azas rencana strategis pengelolaan sumber daya secara optimal dan berkelanjutan
yang dapat diterapkan adalah:
1. Pemanfaatan sumberdaya dapat pulih (Renewable Resources) harus
memperhatikan potensi lestarinya (MSY = Maximum Sustainable Yield).
Terjadinya pemanfaatan secara berlebihan (overexploitation) akan mengancam
kelangsungan pemanfaatan sumber daya alam dapat pulih tersebut. Upaya yang
harus ditempuh untuk menjaga keberlangsungan sumber daya alam tersebut
adalah bahwa setiap kegiatan eksploitasi sumber daya alam dapat pulih tidak
boleh melebihi potensi lestarinya (MSY). Pelaksanaan quota yang diperbolehkan
harus diinformasikan terutama tentang besarnya potensi lestari untuk setiap jenis
stok sumber daya alam.
2. Pemanfaatan sumber daya tidak pulih (non-renewable resources) harus dilakukan
secara cermat dan bijaksana. Disebabkan karena sumber daya tidak dapat
diperbaharui maka pengelolaannya harus seoptimal mungkin. Upaya mencari
sumber-sumber energi alternatif perlu dilakukan seperti : arus, gelombang,
perbedaan salinitas, perbedaan suhu lapisan air, pasang surut. Selain itu perlu
diupayakan sumber-sumber energi alternatif lainnya.
3. Pendayagunaan potensi sumberdaya alam sesuai daya dukung lingkungannya.
Kegiatan pemanfaatan sumber daya dapat pulih dan tidak dapat pulih, tidak boleh
mematikan kegiatan pemanfaatan sumber daya pulih. Dengan kata lain, bahwa
pengelolaan lingkungan dalam kaitannya dengan eksploitasi sumber daya tidak
pulih (seperti: pertambangan, kilang minyak) tidak boleh merusak sumber daya
pulih atau bahkan mematikan kegiatan sumber daya pulih.
Konsekuensi logis dari pembangunan suatu wilayah memerlukan suatu upaya
terkoordinasi dalam dimensi spasial (ruang) dan waktu tertentu melalui evaluasi sumber
daya wilayah, yaitu: (1) sumber daya alam; (2) sumber daya buatan; (3) sumber daya
manusia; dan (4) sumber daya sosial. Dengan demikian perencanaan tata ruang
diarahkan agar dapat memaksimalkan interaksi antar aktivitas sosial ekonomi dengan
memperhatikan kapasitas fisik sumberdaya alam yang ada serta pertimbangan kurun
waktu perencanaannya.
Komponen-komponen perencanaan tata ruang mencakup: (a) penetapan kawasan
non budidaya (kawasan konservasi); (b) penetapan kawasan budidaya dengan arahan
distribusi pemusatan aktivitas sosial ekonomi wilayah; (c) perencanaan infrastruktur
guna mengoptimalkan interaksi sosial ekonomi yang sinergis dan mengoptimalkan
kapasitas akses masyarakat lokal terhadap pemanfaatan sumberdaya wilayah; (d) kurun
waktu perencanaan.
Dalam rangka mewujudkan pengelolaan wilayah pesisir terpadu yang berbasis
masyarakat diperlukan beberapa proses pengelolaan yang sesuai dengan tahapan
manajemen yaitu mulai dari perencanan, implementasi, monitoring, dan evaluasi.
Tahapan proses perencanaan pengelolaan wilayah pesisir berbasis masyarakat tetap
mengacu kepada proses perencanaan pembangunan berkelanjutan wilayah pesisir dan
lautan.

























Gambar 1. Proses Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu Berbasis Masyarakat
yang telah dimodifikasi
Isu dan
Permasalahan

Pendefinisian
Permasalahan

Aspirasi Masyarakat

Potensi Sumber daya
alam dan ekosistem

Peluang dan Kendala

Tujuan dan Sasaran

Formulasi Rencana

Mekanisme Umpan
balik

Pelaksanaan/Imple
mentasi Rencana

Monitoring dan
Evaluasi

Pengelolaaan
Wilayah Pesisir
Terpadu Berbasis
Masyarakat

2.3 Masalah Kependudukan dan LH
Sumber daya alam yang ada merupakan unsur dari lingkungan hidup yang
mendukung kehidupan di muka bumi dan tanah air Indonesia. Jumlah sumber daya alam yang
terbatas merupakan suatu kendala pembangunan nasional.
Kerusakan sumber daya alam dan lingkungan hidup yang terjadi selama ini berkaitan
erat dengan tingkat pertambahan penduduk dan pola penyebaran yang kurang seimbang
dengan jumlah dan penyebaran sumber daya alam serta daya dukung lingkungan hidup yang
ada. Di samping itu kerusakan tersebut juga merupakan akibat dari pengaturan penggunaan
sumber daya alam dan lingkungan hidup yang belum memadai. Sebagai akibat dari adanya
pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi dan kurang memadainya peraturan penggunaan
sumber daya alam dan lingkungan hidup maka beberapa daerah ditinjau dari kerusakan
lingkungan hidup yang terjadi telah merupakan daerah-daerah rawan.
2.4 Prinsip dan Usaha Pelestarian SDA dan LH
Sumber daya alam dan lingkungan hidup merupakan sumber yang penting bagi
kehidupan umat manusia dan makhluk hidup lainnya. Sumber daya alam menyediakan
sesuatu yang diperoleh dari lingkungan fisik untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan
manusia, sedangkan lingkungan merupakan tempat dalam arti luas bagi manusia dalam
melakukan aktifitasnya. Untuk itu, pengelolaan sumber daya alam seharusnya mengacu
kepada aspek konservasi dan pelestarian lingkungan. Dengan memperhatikan permasalahan
dan kondisi sumber daya alam dan lingkungan hidup dewasa ini, maka kebijakan di bidang
sumber daya alam dan lingkungan hidup ditujukan pada upaya :
1) mengelola sumber daya alam, baik yang dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat
diperbaharui melalui penerapan teknologi ramah lingkungan dengan memperhatikan
daya dukung dan daya tampungnya,
2) memberdayakan masyarakat dan kekuatan ekonomi dalam pengelolaan sumber daya
alam dan lingkungan hidup bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat,
3) memelihara kawasan konservasi yang sudah ada dan menetapkan kawasan konservasi
baru di wilayah tertentu,
4) mengikutsertakan masyarakat dalam rangka menanggulangi permasalahan lingkungan
global.Sasaran yang ingin dicapai adalah terwujudnya pengelolaan sumber daya.
Pengelolaan lingkungan mempunyai ruang lingkup yang luas dengan cara yang
beraneka pula. Namun demikian dapat kita kelompokkan menjadi : pengelolaan
lingkungan secara rutin, perencanaan pengelolaan lingkungan secara dini,
perencanaan perkiraan dampak lingkungan, dan perencanaan perbaikan kerusakan
lingkungan. Bentuk atau cara pelestarian lainnya dapat pula kita mengenalnya seperti
cagar alam, cagar budaya, atau pun cagar biosfer, Suaka Alam, Suaka Margasatwa,
dan Taman Nasional.
a. Cagar Alam
Cagar alam adalah sebidang lahan yang dijaga untuk melindungi fauna dan flora yang
ada di dalamnya. Di dalam cagar alam tersebut tidak dibolehkan adanya eksploitasi
mengambil atau memanfaatkan tumbuhan, hewan atau kekayaan alam lainnya. Alam dalam
kawasan tersebut dibiarkan apa adanya tumbuh secara alamiah.


Gambar 2. Rusa di Cagar Alam Ujung Kulon
b. Cagar Budaya
Cagar budaya pun memiliki pengertian yang sama dengan cagar alam, hanya saja
yang dilindungi bukan suatu daerah, melainkan suatu hasil kebudayaan manusia, seperti
sebuah candi dengan daerah sekitarnya, daerah condet di ibukota Jakarta juga merupakan
cagar budaya yaitu perkampungan masyarakat Betawi asli, yang sebagian besar sudah
tergusur ke luar Jakarta oleh derasnya pembangunan dan arus penduduk pendatang.



Gambar 3. Candi Prambanan
c. Suaka Alam
Suaka alam yaitu suatu kawasan yang memiliki ciri khas berupa keragaman dan
keunikan jenis flora yang untuk kelangsungan hidupnya dapat dilakukan pembinaan terhadap
habitatnya.


d. Cagar Biosfer
Cagar biosfer adalah dapat meliputi suatu daerah yang telah dibudidayakan manusia,
misalnya untuk pertanian secara tradisional dan pemukiman.


e. Suaka Margasatwa
Suaka margasatwa yaitu suatu kawasan yang memiliki ciri khas berupa keragaman
dan keunikan jenis satwa yang untuk kelangsungan hidupnya dapat dilakukan pembinaan
terhadap habitatnya.


Gambar 4. Gajah Sumatera dari Suaka Margasatwa Lebong Hitam
f. Taman Hutan Raya (THR)
Taman hutan raya yaitu kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan atau
satwa yang alami atau buatan, jenis asli atau tidak asli yang dimanfaatkan bagi kepentingan
penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, budaya, pariwisata, dan rekreasi alam.


Gambar 5. Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda Bandung

Kebiasaan yang Baik dalam Menggunakan SDA secara Bijaksana dalam Usaha
Pelestarian Alam
1. Program sistem tebang pilih yaitu dengan menebang kayu di hutan dengan cara
memilih kayu yang sudah tua dan menanamnya kembali.
2. Menangkap ikan secara normal dan umum. Artinya tanpa menggunakan bahan
peledak atau racun untuk mendapatkan hasil yang lebih banyak. Sehingga dengan
demikian bila ada yang masih kecil tertangkap dapat dikembalikan lagi.
3. Menggali hasil tambang dengan memperhatikan buangan limbahnya. Dengan
demikian lingkungan akan terjaga keseimbangannya dan menghindari pencemaran
lingkungan.
4. Industri berwawasan lingkungan. Membangun kawasan industri jauh dari
pemukiman penduduk serta memperhatikan lingkungan hidup atau berwawasan
lingkungan.
5. Melakukan studi AMDAL. Sebelum mendirikan pabrik, pusat pertokoan atau
gedung perkantoran, dan rumah sakit harus memperhatikan AMDAL, sehingga
menjadi layak dan tidak mengganggu lingkungan hidup di sekitarnya.
6. Selalu memperhatikan keseimbangan lingkungan dalam segala
kegiatan/aktivitas yang dilakukan manusia dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya.

Pengembangan Teknologi Daur Ulang
1. Teknologi sederhana untuk daur ulang
a. Mengolah sampah untuk bahan campuran pupuk
Hanya terbuat dari bahan organik seperti daun, kertas, kotoran hewan.
Semuanya dihancurkan atau dikeringkan dan disimpan beberapa hari
(minimal seminggu). Jadilah pupuk organik.

b. Merangkai botol plastik bekas/pembungkus plastik menjadi
mainan/kerajinan/handycraft.
Membuat mainan anak dari botol bekas yang dirangkai.
Membuat tas, perlengkapan sekolah dari pembungkus plastik bekas yang
dirangkai.
2. Membuat produk bernilai ekonomis
a. Kayu, kaleng, dan plastik dapat dibuat mainan, perlengkapan sekolah,
perlengkapan rumah tangga atau handycraft.
b. Karton dan kardus bekas, kayu dan cat dapat dibuat wayang-wayangan.
c. Kain perca/potongan kain bekas dapat dibuat boneka kecil atau tas serta dompet.
d. dll.

Program Peningkatan Kualitas Lingkungan
Sasaran program ini adalah tercapainya kualitas lingkungan hidup yang bersih dan
sehat sesuai baku mutu lingkungan yang ditetapkan. Kegiatan pokok yang dilakukan adalah :
1. menerapkan perijinan dan meningkatkan pengawasan industri pengolahan limbah
cair,
2. melakukan pengawasan dan pengendalian sumber-sumber pencemaran kali, laut,
dan udara bersih,
3. meningkatkan kepedulian dan kesadaran industriawan dan masyarakat untuk
berperan aktif dalam menjaga sungai, laut, dan udara dari penggunaan bahan
kimia yang merusak,
4. mengembangkan teknologi yang berwawasan lingkungan khususnya teknologi
tradisional yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya air, sumber daya
hutan, dan industri yang ramah lingkungan,
5. meningkatkan kondisi dan kualitas sungai Ciliwung, meningkatkan sistem
penanggulangan, dan pengawasan terhadap pembajakan sumber daya hayati,
6. melakukan pencegahan polusi udara melalui uji emisi, dalam upaya ini termasuk
pengendalian dampak polusi udara pada kesehatan masyarakat, dan
7. menerapkan sanksi hukum terhadap dunia usaha dan masyarakat yang dengan
sengaja melakukan pencemaran lingkungan.
2.5 Etika Lingkungan
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia yang lama, etika dijelaskan sebagai ilmu
pengetahuan tentang asasasas akhlak (moral), sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia yang baru, etika diartikan sebagai Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk
dan tentang hak dan kewajiban moral (ahklak). Ada beberapa tahapan dari Etika Lingkungan
yaitu:
1. Egoisme yang berdasarkan keakuan tetapi penuh kesadaran akan
ketergantungannya pada makhluk lain sehingga seorang egois dapat berperan serta
dalam pengelolaan lingkungan; egoisme juga dapat disebut individualisme.
2. Humanisme; solidaritas terhadap sesama manusia.
3. Sentientisme; kesetiakawanan terhadap mahluk lain yang memiliki perasaan
(manusia lain atau hewan).
4. Vitalisme; kesetiakawanan terhadap makhluk lain yang tidak memiliki perasaan
(misalnya tumbuhan).
5. Altruisme, tingkatan akhir dari etika lingkungan, yakni solidaritas terhadap
semua yang ada, sebagai sesama ciptaan Tuhan di Bumi ini, karena
ketergantungan diri kita kepada semua yang ada, tidak hanya pada sesama
manusia atau mahkluk hidup saja, tetapi juga makhluk lainnya yang tidak
hidup/benda mati (non hayati), karena tidak ada kehidupan tanpa adanya ciptaan
Tuhan yang bersifat non hayati/benda mati.










BAB 3
PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai