Rh = Erosivitas hujan harian
Hh = Curah hujan harian (cm)
Tabel 4. Hasil pengamatan erosivitas hujan bulanan (Rh) tahun 2007
No. Tahun Bulan Hb(cm) Days
Maks
Hb
(cm)
Rb
Rumus
I
Rumus
II
1
2
0
0
7
Jan 12,8 15 1,8 51,16 70,83
2 Feb 25,5 19 4,0 160,94 180,84
3 Mar 43,5 24 6,0 341,17 373,88
4 Apr 37,6 21 8,9 375,31 306,65
5 Mei 10,8 10 4,5 81,91 56,21
6 Juni 15,3 16 3,6 88,93 90,28
7 Juli 12,9 10 2,8 78,97 71,58
8 Agst 6,0 8 2,1 29,82 25,27
9 Sept 6,7 7 2,5 39,81 29,37
10 Okt 6,2 10 1,1 19,83 26,43
11 Nop 19,7 14 4,8 149,75 127,31
12 Des 27,8 22 4,3 173,29 203,37
Jumlah 224,8 176 46,4 1590,90 1562,02
Keterangan :
Rumus I (Rb) = 6,11(Hb)
1,21
. (Days)
-0,47
. (Max Hb)
0.53
Rumus II (Rb) = 2,21(Hb)
1,36
Tabel 5. Hasil pengamatan erosivitas hujan tahunan (Rt)
No. Tahun
Curah
Hujan
(cm)
Rt
Rumus I
Rumus
II
Rumus
III
1 2007 224,8 1590,90 1562,02 106113,97
Keterangan :
Rumus I (Rt) = [6,11(Hb)
1,21
. (Days)
-0,47
. (Max Hb)
0.53
] (Dalam
1Tahun)
Rumus II (Rt) = [2,21(Hb)
1,36
] (Dalam 1 Tahun)
Rumus III (Rt) = 2,34(Ht)
1,98
Curah Hujan (cm) = Hb (Dalam 1 Tahun)
Tabel 6. Hasil nilai K dari setiap unit lahan
No Parameter
Unit Lahan
1 2 3
1. Tekstur :
- % Debu & pasir
sangat halus
25 %
50 %
55 %
10 %
Silty ealy
- % pasir
2 Bahan organik (%) 1 % 2 % 3 %
3 Struktur Granular kasar Granular
halus
Granular
sangat halus
4 permeabilitas 6,9 cm/jam 1,67 cm/jam 0,48 cm/jam
5 Nilai faktor K 0,1937 0,29 0,21
Keterangan :
Dimana :
M = (% pasir sangat halus + % debu) x (100 - % liat)
a = % bahan organik tanah (% C-organik x 1,724)
b = kode struktur tanah (lihat tabel 13)
c = kode permeabilitas tanah
Unit Lahan 1
Dik : m =
=
=
a =
b =
c =
Dit : K ?
K =
=
Unit Lahan 2
Dik : m =
=
=
a =
b =
c =
Dit : K ?
K =
=
Unit Lahan 3
Dik : m =
=
a =
b =
c =
Dit : K ?
K =
=
Tabel 7. Menentukan nilai LS dari setiap units lahan
No Parameter
Unit lahan
1 2 3
1 Kemiringan lahan 10 % 30 % 50 %
2 Nilai faktor LS 1,20 9,56 12,00
Tabel 8. Menentukan nilai C dan P pada setiap unit lahan
No Parameter C dan
p
Unit lahan
1 2 3
1 Tanaman (C)
Padi + Kedelai
(0,417)
Hutan alam
dengan serasah
banyak (0,001)
Alang-alang
permanen
(0,2)
2 Teknik konservasi
Teras
berdasarkan
Tanpa tindakan
konservasi
Tanpa
(P) lebar
(0,12)
(1.00) tindakan
konservasi
(1.00)
Tabel 9. Hasil jumlah erosi dari setiap lahan pada tahun 2007
No Rumus Unit lahan
L= Luas
lahan (ha)
A = Erosi
(Ton/ha/tahunan)
A x L
1 I
UL 1
UL 2
UL 3
3,0
2,0
1,5
18,17
4,39
80,27
54,51
8,78
120,41
2 II
UL 1
UL 2
UL 3
3,0
2,0
1,5
17,42
4,30
78,74
53,46
8,60
118,11
3 III
UL 1
UL 2
UL 3
3,0
2,0
1,5
1210,67
292,34
5348,15
3632.01
584,60
8002,22
Keterangan:
Tingkat erosi suatu lahan dapat diperkirakan dengan rumus Universal Soil Loss
Equation (USLE) yang dikembangkan oleh Weiscmeier dan Smith, yaitu :
A = R x K x L x S x C x P
Dimana :
A : Perkiraan tanah yang tererosi (ton/ha/th)
R : Prosivitas hujan (MJ.cm/ha.jam/th)
K : rodibilitas tanah (ton.ha.jam/ha MJ.cm)
L : panjang lereng (tanpa satuan)
S : kemiringan lahan (tanpa satuan)
C : pengelolaan tanaman (tanpa satuan)
P : Praktek penangulangan erosi/teknik konservasi (tanpa satuan)
(A) Perkiraan Tanah Yang Tererosi
Unit Lahan 1
Unit Lahan 2
Unit Lahan 3
Tabel 10. Menentukan indeks bahaya erosi (IBE) dari setiap unit lahan
No Unit
A = Erosi
(Ton/ha/tahu)
Sifat-sifat dan
substratum
Besarnya erosi
diperbolehkann
ya (Edp) dalam
ton/ha/tahun
Index
bahaya
erosi
(IBEN)
1 UL 1
Rumus 1
18,17
Tanah dalam
dengan lapisan
bawah
berpermeabilitas
sedang, di atas
substrata telah
melapuk
2,0 mm/th
2,0 x 1,2 x 10 =
24 ton/ha/th
0,76
(Rendah)
Rumus 2
17,82
0,74
(Rendah)
Rumus 3
1210,67
0,23
(Sangat
tinggi_
2 UL 2
Rumus 1
4,39
Tanah dengan
lapisan bawah
berpermeabilitas
1,6 mm/th
1,6 x 1,2 x 10 =
19,2 ton/ha/th
0,23
(Rendah)
Rumus 2
4.30
0,22
(Rendah)
Rumus 3
292,34
15,23
(Sangat
tinggi)
3 UL 3
Rumus 1
80,27
Tanah dalam
dengan lapisan
bawah kedap air
di atas substrata
yang telah
melapuk
1,4 mm/th
1,4 x 12 x10 =
16,8 ton/ha/th
4,78
(Tinggi)
Rumus 2
78,74
4,69
(Tinggi)
Rumus 3
5348,15
318,34
(Sangat
tinggi)
Keterangan : BD (bulk density/kerapatan lindak) untuk setiap unit lahan
berdasarkan analisa di laboratorium adalah 1,2 g/cm
3
.
Rencana Pembangunan Sistem Terasering
Gambar 1. Teras Pada Kemiringan Lahan
Gambar 2. Penentuan Tekstur Tanah
Gambar 3. Penampang Saluran Pembuangan Air dan Tanah
Tabel 11. Hasil Lapangan Data dari Abney Level
No
Pengukuran Tinggi (t)
(M)
Pengukuran Jarak (d)
(M)
1 0,77 3,93
2 0,81 4,27
3 0,88 4,60
4 0,72 4,40
5 0,80 4,40
6 0,25 4,31
7 1,18 4,70
8 1,07 5
9 0,92 5
10 1,03 5
11 0,89 5
12 0,68 5
13 0,92 5
10,92 60,61
Keterangan
Perhitungan menentukan presentase kelerengan.
Kemiringan =
x 100 %
=
= 18 %
Pembahasan
Erosivitas Hujan merupakan kemampuan hujan untuk mengerosi tanah.
Pada praktikum diketahui jumlah erosivitas hujan tahunan pada tahun 2007 yaitu
1.592,39 dengan mengunakan rumus 1, 1.562.02 dengan rumus 2, sedangkan
dengan mengunakan rumus 3 106.113,97 dengan curah hujan 224.8 semakin
tinggi nilai erosivitas hujan suatu daerah, semakin besar pula kemungkinan erosi
yang terjadi pada daerah tersebut. Erodibilitas merupakan suatu ketahanan dari
tanah yang yang menunjukkan resistensi partikel tanah terhadap pengelupasan dan
transportasi partikel-partikel tanah oleh adanya energi kinetik air hujan dan
ditentukan oleh sifat fisik dan kimia tanah serta vegetasi penutup tanah.
Pada Tabel 6 menunjukan asil nilai K dari setiap unit lahan. Dapat diketah
unit lahan 1 memiliki nilai faktor K 0,19, unit lahan 2 0,29 dan pada unit lahan 3
0,21. Nilai K yaitu Erodibilitas yang merupakan sifat tanah yang menatakan
kepekaan tanah untuk tererosi sifat ini mencerminkan mudah tidaknya tanah
tererosi. Pada praktikum. Weiscmeier (1971) mengatakan erodibilitas tanah
ditentukan oleh tekstur, struktur, permeabilitas serta bahan organik tanah tersebut.
Umumnya tanah yang bertekstur kasar biasanya lebih tahan terhadap daya
angkutan aliran permukaan karena masa partikelnya lebih besar sedangkan tanah
yang bertekstur lebih tahan terhadap gaya dispersi karena ikatan antar partikel
lebih kuat.
Pada tabel 7 Menunjukan nilai LS dari setiap units lahan, pada unit lahan 1
dengan kemiringan lahan 10% didapat nilai faktor LS 1.20, unit lahan 2 dengan
kemiringan lahan 30% faktor LSnya 9,56, dan pada unit lahan 3 denagan
kemiringan 50% diperoleh nilai faktor LSnya yaitu 12,00. Pengukuran kemiringan
lahan ini dilakukan dilapangan dengan mengunakan abney level. Pada dasarnya
panjang lereng dari tempat mulainya terjadi aliran air diatas permukaan tanah
hingga ketempat pengendapan yang disebabkan oleh berkuragnya kecuraman
lerang atau ketempat aliran air dipermukaan tanah yang masuk melalui saluran
sungai. LS (Lerang Slop) merupakan rasio antara besarnya erosi dari sebidang
tanah dengan panjang lereng dan kecuraman tertentu terhadap besarnya erosi dari
tanah.
Pada tabel 8 menentukan nilai C dan P pada setiap unit lahan Faktor C
pada dasarnya digunakan untuk mengukur pengaruh kebersamaan jenis tanaman
dan pengelolaan terhadap terjadinya proses erosi, sedang faktor P digunakan
untuk mengukur tindakan konservasi tanah dalam rangka praktek pengendalian
erosi. Pada unit lahan 1 tanaman padi + kacang kedelai 0,472 dengan teknik
berdasar lebar, pada unit lahan 2 hutan alam dengan serasah banyak 0,001 dengan
tanpa adanya tindakan konservasi dan pada unit lahan 3 alang-alang permanen
0,02 tanpa adanya tindakan konservasi. Menurut Arsyat (1989) Tindakan
konservasi tanah berarti penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan
yang sesuai dengan kemampuan dan memberlakukannya dengan syarat-syarat
yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah.
Kartasapoetra dan Sutedjo (1986) Dengan melakukan tindakan konservasi
pada suatu lahan maka kita telah berusaha untuk mengendalikan erosi pada lahan
tersebut. Usaha pengendalian erosi seharusnya didasarkan pada prinsip
memperbesar resistensi permukaan tanah sehingga lapisan permukaan tanah tahan
terhadap pengaruh tumbukan butir-butir hujan dan memperkecil aliran permukaan
dengan memperbesar kapasitas infiltrasi sehingga daya kikis terhadap tanah yang
dilalui dapat diperkecil.
Pada tabel 9 merupakan hasil jumlah erosi dari setiap lahan. Tingkatan
erosi suatu lahan dapat dihitung dengan menggunakan rumus Universal Soil Loss
Equation (USEL) yang dikembangkan oleh Weiscmeier dan Smith A = R x K x L
x S x C x P. Sedangkan pada tabel 10 Menentukan indeks bahaya erosi (IBE) dari
setiap unit lahan. Menurut Soule dan Piper 1992, (dalam Yakin A, 2004) erosi
mempunyai dampak negatif terhadap usaha pertanian/ perkebunan maupun diluar
pertanian. Dampak utama erositerhadap pertanian adalah kehilangan lapisan atas
tanah yang subur, berkurangnya kedalamanlahan, kehilangan kelembapan tanah
dan kehilangan kemampuan lahan untuk menghasilkantanaman yang
menguntungkan.
Dari praktikum lapangan yang dilakukan dapat diketahui adanya
perbedaaan baik pada tekstur, struktur tanah, warna tanah, kerikil permukaan,
serta vegetsi. Dari hasil pengamatan tekstur tanah, dapat disimpulkan bahwa
semakin ke bawah kelerengannya, tekstur tanahnya semakin liat yang dikarenakan
lapisan tanah pada permukaan yang tinggi terjadi erosi dan terbawa oleh hujan ke
lapisan tanah yang rendah. Lapisan tanah pada permukaan yang tinggi terkikis dan
mengendap di lapisan tanah yang rendah dan mengakibatkan struktur tanahnya
menggumpal. Bahan organik tersebut, semakin ke bawah kandungan bahan
organiknya semakin tinggi. Sebab dari warna tanah semakin ke bawah warnanya
semakin gelap dan persentase kandungan bahan organiknya semakin tinggi.
Pada tabel 11menunjuka hasil lapangan Data dari Abney Level dengan
hasil presentase kelerengan yaitu 18%. Dapat diketahui lereng atau kemiringan
lahan adalah salah satu faktor pemicu terjadinya erosi danlongsor di lahan
pegunungan. Peluang terjadinya erosi dan longsor makin besar denganmakin
curamnya lereng. Makin curam lereng makin besar pula volume dan kecepatan
aliran permukaan yang berpotensi menyebabkan erosi. Selain kecuraman, panjang
lereng juga menentukan besarnyalongsor dan erosi. Makin panjang lereng, erosi
yang terjadi makin besar.
Erosi dapat dicegah dengan mempertahankan tanaman dan pepohonan
sebanyak mungkin, dan dengan mengarahkan aliran air permukaan agar masuk ke
dalam selokan, kolam, dan aliran air alami. Saat erosi sudah parah, masih ada
kemungkinan untuk menghentikannya dan mengembalikan kesuburan tanah.
Bahkan dengan meletakkan sebarisan batu atau membangun dinding batu yang
rendah membujur di kemiringan lahan dapat mencegah tanah terhanyut ke kaki
bukit, dan menciptakan tempat yang subur untuk pohon dan tanaman pangan.
Metode penanaman pun dapat membantu tanah yang tererosi misalnya
dengan menanam kacang tanah + kedelai dan jagung + ubikayu/kedelai. Metode
usahatani berkelanjutan seperti penggunaan pupuk hijau, melakukan rotasi
tanaman, pemberian mulsa, dan penanaman pohon bersama dengan tanaman
pangan juga merupakan cara melindungi tanah dan mempertahankan sumberdaya
air.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Tingkat erosi suatu lahan dapat diperkirakan dengan rumus Universal Soil
Loss Equation (USLE) yang dikembangkan oleh Weiscmeier dan Smith,
yaitu A = R x K x L x S x C x P.
2. Dengan melakukan tindakan konservasi pada suatu lahan maka kita telah
berusaha untuk mengendalikan erosi pada lahan tersebut.
3. Makin panjang lereng, erosi yang terjadi makin besar.
4. Dampak utama erositerhadap pertanian adalah kehilangan lapisan atas tanah
yang subur, berkurangnya kedalamanlahan, kehilangan kelembapan tanah dan
kehilangan kemampuan lahan untuk menghasilkantanaman yang
menguntungkan.
Saran
Saran untuk praktikum ini adalah pada praktikum dilahan mengenai erosi
serta reklamasinya ini dilakukan langsung oleh masinng-masing mahasiswa dan
asistennya agar mahasiswa tidak hanya mendengar tetapi langsung melakukan
cara reklamasinya tersebut serta dapat lebih memahaminya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Konservasi Tanah. http://id.wikipedia.org. Diakses pada tanggal
17 Juni 2012.
Askari wahyu. 2010. Bentuk-Bentuk Erosi. http://wahyuaskari.wordpress.com.
Diakses pada tanggal 17 Juni 2012.
Ibnu. 2011. Terasering. http://ibnuutd.blogspot.com. Diakses pada tanggal 17
Juni 2012.
Noerd. 2011. Konservasi Tanah. http://noerdblog.wordpress.com. Diakses pada
tanggal 17 Juni 2012.
Nurina Endra. 2008. Pendugaan Erosi Dengan Metode Usle.
http://konservasisitudepok.wordpress.com. Diakses pada tanggal 17 Juni
2012.
Sastro wijanarko. 2012. Konservasi dan reklamasi lahan.
http://sastrowijanarko.blogspot.com. Diakses pada tanggal 18 Juni 2012.
LAMPIRAN
Tabel 12. Pernilaian ukuran butir (M) (Hammer, 1978)
Kelas Tekstur (USDA) Nilai M
Liat Berat (Heavy Clay) 210
Liat Sedang (Medium Clay) 750
Liat Berpasir (Sandy Clay) 1231
Liat Ringan (Light Clay) 1685
Lempung Liat Berpasir (Sandy Clay Loam) 2160
Liat Berdebu (Silty Clay) 2830
Lempung Berliat (Clay Loam) 2830
Pasir (Sand) 3035
Pasir Berlempung (Loamy Clay) 3245
Lempung Liat Berdebu (Silty Clay Loam) 3770
Lempung Berpasir (Sandy Loam) 4005
Lempung (Loam) 4390
Lempung Berdebu (Silty Loam) 6330
Debu (Silt) 8245
Tabel 13. Kelas kandungan C-organik
Kelas % C-org Nilai a (% bahan organik)
sangat rendah < 1 0
Rendah 1 -2 1
Sedang 2,1 3 2
Tinggi 3,1 5 3
sangat tinggi > 5 4
Tabel 14. Penilaian stuktur tanah (Hammer, 1978)
Tipe Struktur Nilai b
Granuler sangat halus (very fine granular) 1
Granuler halus ( fine granular) 2
granuler sedang dan besar (meduium, coarse granular) 3
gumpal, lempeng, pejal (blocky, platy, massif) 4
Tabel 15. Penilaian permeabilitas tanah (Hammer,1978)
Kelas permeabilitas cm/jam Nilai c
Cepat (rapid) > 25,4 1
sedang sampai cepat (moderate to rapid) 12,7 - 25,4 2
sedang (moderate) 6,3 - 12,7 3
sedang sampai cepat (moderate to slow) 2,0 - 6,3 4
lambat ( slow) 0,5 - 2,0 5
sangat lambat (very slow) <0,5 6
Tabel 16. Penilaian tekstur lapangan untuk dipergunakan dalam nomograph
(Hammer 1978)
Kelas tekstur Nilai
Liat Berat (Heavy Clay) 2
Liat Sedang (Medium Clay) 15
Liat Berpasir (Sandy Clay) 16
Liat Ringan (Light Clay) 20
Lempung Liat Berpasir (Sandy Clay Loam) 23
Liat Berdebu (Silty Clay) 26
Lempung Berliat (Clay Loam) 33
Pasir (Sand) 38
Pasir Berlempung (Loamy Clay) 43
Lempung Liat Berdebu (Silty Clay Loam) 45
Lempung Berpasir (Sandy Loam) 45
Lempung (Loam) 46
Lempung Berdebu (Silty Loam) 68
Debu (Silt) 74
Tabel 17. Kelas kemiringan lahan (LS)
No Kemiringan lereng (%) Nilai LS
1 0 8 0,25
2 8 15 1,20
3 15 - 25 4,25
4 25 - 45 9,50
5 >45 12,00
Tabel 18. Nilai Kemiringan Lereng
No Kelas Lereng Nilai Klasifikasi
1 I 0 8 % Datar
2 II 8 15 % Landai
3 III 15 25 % Agak cuiram
4 IV 25 45 % Curam
5 V >45 % Sangat curam
Tabel 19. Prakiraan Nilai C
No Macam Penggunaan Nilai Faktor C
1. Tanah terbuka tanpa tanaman 1,000
2. Sawah 0,010
3. Tegalan tidak dispesifikan 0,700
4. Ubi kayu 0,800
5. Jagung 0,700
6. Kedelai 0,399
7. Kentang 0,400
8. Kacang Tanah 0,200
9. Padi 0,561
10. Tebu 0,200
11. Pisang 0,600
12. Akar wangi (sereh wangi) 0,400
13. Rumput bede (tahun pertama) 0,287
14. Rumput bede (tahun kedua) 0,002
15. Kopi dengan penutup tanah buruk 0,200
16. Talas 0,850
17. Kebun campuran
- Kerapatan tinggi 0,100
- Kerapatan sedang 0,200
- Kerapatan rendah 0,500
18. Perladangan 0,400
19. Hutan alam
- Seresah banyak 0,001
- Seresah sedikit 0,005
20. Hutan Produksi
- Tebang habis 0,500
- Tebang Pilih 0,200
21. Semak belukar/ padang rumput 0,300
22. Ubi kayu + kedelai 0,181
23. Ubi kayu + kacang tanah 0,195
24. Padi Sorgun 0,345
25. Padi kedelai 0,417
26. Kacang tanah + gude 0,495
27. Kacang tanah + Kacang tunggak 0,571
28. Kacang tanah + mulsa jerami 4 ton/ha 0,049
29. Padi + mulsa jerami 4 ton/ ha 0,096
30. Kacang tanah + mulsa jagung 4 ton/ ha 0,128
31. Kacang tanah + mulsa clotaria 3 ton/ ha 0,136
32. Kacang tanah + mulsa kacang tunggak 0,259
33. Kacang tanah + mulsa jerami 2 ton/ ha 0,377
34. Padi + mulsa crotalaria 3 ton/ ha 0,387
35. Pola tanam tumpang gilir + mulsa jerami 0,079
36. Pola tanam berurutan + mulsa sisa tanaman 0,357
37. Alang-alang murni subur 0,001
38. Karet * 0,200
39. Permukiman
** 0,500
Sumber : Data Pusat Penelitian Tanah (1973 1981) tidak dipublikasikan
*) Morgan, 1987 dalam Rahim, 2000
**) Setya Nugraha, 1997
Tabel 20. Nilai Faktor P untuk Berbagai Tindakan Konservasi Tanah Khusus
No. Tindakan khusus konservasi tanah Nilai P
1.
Teras bangku
1)
- Konstruksi baik
- Konstruksi sedang
- Konstruksi kurang baik
- Teras tradisional
0,04
0,15
0,35
0,40
2. Strip tanaman rumput bahia 0,40
3.
Pengolahan tanah dan penanaman
menurut garis kontur
- Kemiringan 0 8 %
- Kemiringan 9 20 %
- Kemiringan lebih dari 20 %
0,50
0,75
0,90
4. Tanpa tindakan konservasi 1,00
Tabel 21. Kode Permeabilitas Profil Tanah
Kelas permeabilitas Kecepatan (cm/jam) Kode
Sangat lambat < > 6
Lambat 0,5 2,0 5
Lambat sedang 2,0 6,3 4
Sedang 6,3 12,7 3
Sedang cepat 12,7 25,4 2
Cepat > 25,4 1
Tabel 22. Pengharkatan Indeks Bahaya Erosi (IBE)
Indeks Bahaya Erosi (IBE) Kelas
1,0 Rendah
1,01 4,0 Sedang
4.01 10,00 Tinggi
10,01 Sangat tinggi
Tabel 23. Nilai faktor C dengan pertanaman tunggal (Abdulrachman, Sopiah, dan
Undang, 1981), dan (Hammer, 1981).
No. Jenis Tanaman Abdulrachman cs Hammer
1. Rumput Brachiaria
0,3
decumbers tahun I 0,287
2. Rumput Brachiaria
0,002
decumbers tahun II 0,002
3. Karang Tunggak 0,161 -
4. Sorghum 0,242 -
5. Ubi Kayu - 0,8
6. Kedelai 0,399 -
7. Serai Wangi 0,434 0,4
8. Kacang tanah 0,20 0,2
9. Padi (lahan kering) 0,561 0,5
10. Jagung 0,637 0,7
11. Padi sawah 0,01 0,01
12. Kentang - 0,4
13. Kapas, tembakau 0,5 0,7*) -
14.
Nanas dengan penanaman
menurut
kontur :
-
a. dengan mulsa dibakar 0,2 0,5*) -
b. dengan mulsa dibanam 0,1 0,3*) -
c. dengan mulsa dipermukaan 0,01 0,2
15. Tebu - 0,6
16. Pisang (jarang yang monokultur) - 0,86
17. Talas - 0,9
18. Cabe, jahe, dan lain-lain - 0,1
19. Kebun campuran (rapat) -
Kebun campuran
0,2
Ubi kayu + kedelai -
Kebun campuran gude dan
kacang
0,5
Tanah (jarang) 0,495 0,4
20. Ladang berpindah - 1,0
21. Tanah kosong diolah 1,0 0,95
22. Tanah kosong tak diolah - -
23. Hutan tak terganggu 0,001 -
24. Semak tak terganggu 0,01 -
Sebagian berumput 0,10 -
25. Alang-alang permanen 0,02 -
26. Alang-alang dibakar 1 kali 0,70 -
27. Semak lantana 0,51 -
28. Albizia dengan semak campuran 0,012
29. Albizia bersih tanpa semak
-
dan tanpa serasah 1,0 -
30. Pohon tanpa semak 0,32 -
31. Kentang ditanam searah lereng 1,0 -
32.
Kentang ditanam menurut
kontur
0,35
33.
Pohon-pohon dibawahnya
dipacul
(diolah) 0,21 -
34. Bawang daun ditanam dalam
bedengan 0,09 -
Tabel 24. Nilai faktor C dengan berbagai pengelolaan tanaman (Abdulrachman,
Sopiah, dan Undang,1981).
No. Pengelolaan Pertanian Nilai C
1. Ubi kayu + kedelai 0,131
2. Ubi kayu + kacang tanah 0,195
3. Padi + sorghum 0,345
4. Padi + kedelai 0,417
5. Kacang tanah + gude 0,495
6. Kacang tanah + mulsa jerami 4 ton/Ha 0,049
7. Kacang tanah + kacang tunggak 0,571
8. Padi + mulsa jerami 4 ton/Ha 0,096
9. Kacang tanah + mulsa jagung 4 ton/Ha 0,120
10. Kacang tanah + mulsa crotalaris 3 ton/Ha 0,136
11. Kacang tanah + mulsa kacang tanah 0,259
12. Kacang tanah + mulsa jerami 0,377
13. Padi + mulsa crotalaris 3 ton/Ha 0,337
14. Pola tanam tumpang gilir *) + mulsa jerami
6 ton/Ha/tahun 0,079
15.
Pola tanam berurutan **) + mulsa sisa
tanaman
0,347
16. Pola tanam berurutan 0,493
17.
Pola tanam tumpang gilir + mulsa sisa
tanaman
0,357
18. Pola tanam tumpang gilir 0,583
Keterangan :
- Jagung padi ubi kayu, setelah panen padi kemudian ditanam kacang tanah
- Padi jagung kacang tanah
Tabel 25. Nilai Faktor P berbagai aktivitas konservasi tanah (Abdulrachman dkk,
1984 dalam (Asdam, 1995))
No. Teknik Konservasi Tanah Nilai P
1. Teras bangku
a. baik 0,20
b. jelek 0,350
2. Teras bangku : jagung ubi kayu/kedelai 0,056
3. Teras bangku : sorghum-sorghum 0,024
4. Teras trasional 0,40
5. Teras gulud : padi jagung 0,013
6. Teras gulud : ketela pohon 0,063
7. Teras gulud : kacang kedelai 0,105
8. Tanaman dalam kontur
a. kemiringan : 0 3 % 0,50
b. kemiringan : 9 20 % 0,75
c. kemiringan : > 20 % 0,90
9. Tanaman dalam jalur-jalur : jagung - kacang 0,05
mulsa limbah jerami
a. 6 ton/ha/tahun 0,30
b. 3 ton/ha/tahun 0,50
c. 1 ton/ha/tahun 0,80
10. Tanaman perkebunan
a. penutup rapat 0,10
b. penutup sedang 0,50
11. Padang rumput
a. baik 0,04
b. jelek 0,44
Tabel 26. Dokumentasi Praktikum yang dilakukan
No Gambar Keteragan
1
Mengukur kelerengan dengan
menggunakan water pass dengan
memasang selang pada ketinggian 50
cm
2
Mengukur lebar diameter pada
ketinggian yang sudah dipatokkan
dengan selang tersebut
3
Pengukuran kelerengan dengan
menggunakan abney level dengan
melihat patok yang sejajar di atas.
4
Kegiatan membor tanah dengan
tujuan untuk mengklasifikasikan
tanah dan kesesuaian lahan.
5
Mengklasifikasikan tanah dengan
melihat perbedaan warna tanah
dilahan tersebut.
6
Mengetahui tekstur tanah dengan
mengukur panjang tanah yang telah
di kepal dan dibikin peta.
7
Mengetahui tekstur tanah dengan
merasakan dan meraba tanah yang
dicampur dengan air pada telapak
tangan
8
Alat yang digunakan untuk mengukur
pH tanah
9
Untuk mengetahui perbedaan tanah
yang ada di TPA dan yang ada di
kebun karet dengan melihat
perbedaan warna tanah
10
Mengukur tinggi dan rendahnya ph
tanah yang ada dilahan.