Anda di halaman 1dari 11

AMKT Kersik Luwai 2013

Leasing Syariah di I ndonesia 1



KATA PENGANTAR
Bismillahrirrahmaanirrahiim
Alhamdulillahirobbilaalamin, kita serukan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayahnya sehingga saya sebagai penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Leasing Syariah di Indonesia tanpa ada halangan
suatu apapun.
Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita nabi
Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang
islamiyah yang kita nantikan syafaatnya mulai sekarang sampai akhirat nanti.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memperluas pengetahuan dan mengupas
tuntas masalah mengenai Leasing Syariah yang ada di Indonesia itu sendiri. Penulis
menyadari atas keterbatasan ilmu yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun, dan penulis mengucapkan terima
kasih kepada pihak pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini, terutama
kepada:

Allah Taala yang hingga saat ini masih menghidupkan saya;
Teman-teman terutama anggota sementara dan anggota tetap Asrama Mahasiswa
Kalimantan Timur Kersik Luwai juga seluruh pihak yang telah membantu dalam proses
penyusunan dan penyelesaian makalah ini.

Dan apabila terdapat kekurangan maupun kesalahan dalam penyusunan makalah ini,
maka saya sebagai penulis memohon maaf. Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini
dapat menambah ilmu serta bermanfaat bagi kita semua dan khususnya bagi penulis sendiri.





Yogyakarta, 22 Oktober 2013




Irhasul Azmi

AMKT Kersik Luwai 2013

Leasing Syariah di I ndonesia 2

DAFTAR ISI
Kata Pengantar_____________________________________________________________1
Daftar Isi__________________________________________________________________2
Bab I
Pendahuluan_________________________________________________________3
A. Latar Belakang____________________________________________________3
B. Tujuan___________________________________________________________4
C. Rumusan Masalah__________________________________________________4
Bab II
Isi__________________________________________________________________5
A. Sejarah Leasing Syariah di Indonesia__________________________________5
B. Leasing Syariah___________________________________________________6
C. Landasan Hukum Leasing Syariah____________________________________7
D. Realisasi Leasing Syariah___________________________________________9
E. Macam-Macam Kegiatan Leasing Syariah/Ijarah_________________________9
F. Perusahaan Leasing Berprinsip Syariah_________________________________9
Bab III
Penutup____________________________________________________________10
A. Kesimpulan______________________________________________________10
B. Saran___________________________________________________________11
C. Daftar Pustaka____________________________________________________11


AMKT Kersik Luwai 2013

Leasing Syariah di I ndonesia 3

BAB I
PENDAHULUAN
B. LATAR BELAKANG
Sistem keuangan Islam merupakan bagian dari konsep yang lebih luas tentang
ekonomi Islam. Sistem keuangan Islam bukan hanya sekedar transaksi komersial, namun
harus juga sampai kepada lembaga keuangan demi dapat mengimbangi tuntutan zaman.
Bentuk sistem keuangan atau lembaga keuangan Islam harus menghindari adanya unsur riba,
gharar dan maitsir. Dalam mengatasi riba, Islam menggantinya dengan mekanisme bagi hasil
baik dalam perbankan syariah, koperasi syariah, asuransi syariah dan lembaga syariah
lainnya.
Lembaga keuangan syariah dipandang sebagai sarana oleh para masyarakat modern
dalam prinsip Taawun (tolong-menolong untuk kebaikan) dan prinsip menghindari Al-
Ikhtinaz yaitu menahan uang dan membiarkannya menganggur tidak berputar untuk transaksi
yang bermanfaat bagi masyarakat. Pada masyarakat modern saat ini di kalangan UMKM
lembaga keuangan mikro sangat berperan dalam hal keterkaitan usaha masyarakat, membantu
masyarakat yang ingin berwirausaha sehingga memerlukan dana. Peran leasing disini adalah
membantu atau meringankan masyarakan di sekor UMKM.
Ketika berbicara tentang leasing syariah ini akan ditekankan pada pembiayaan ijarah
sebab banyak persamaan antara leasing dengan ijarah meskipun masih ada perbedaannya dari
segi objek pada leasing konvensional dan leasing syariah/ ijarah. Pada kesempatan kali ini,
saya akan mencoba membahas dan menekankan tentang pembiayaan leasing syariah/ Ijarah.
Dalam realitasnya, leasing merupakan suatu akad untuk menyewa sesuatu barang dalam
kurun waktu tertentu. Leasing ini ada dua katagori global, yaitu operating lease dan financial
lease. Operating lease merupakan suatu proses menyewa suatu barang untuk mendapatkan
hanya manfaat barang yang disewanya, sedangkan barangnya itu sendiri tetap merupakan
milik bagi pihak pemberi sewa. Sewa jenis pertama ini berpadanan dengan konsep ijarah di
dalam syariah Islam yang secara hukum Islam diperbolehkan dan tidak ada masalah.
Leasing adalah merupakan suatu kata atau perselisihan baru dari bahasa asing yang
masuk ke dalam bahasa Indonesia, yang sampai sekarang perdananya belum ada yang cocok.
Istilah leasing diterjemahkan dengan kata sewa guna usaha. Secara umum leasing artinya
equipment funding, yaitu pembiayaan peralatan/barang modal untuk digunakan pada proses
produksi suatu perusahaan baik secara langsung maupun tidak.

Adapun financial lease merupakan suatu bentuk sewa dimana kepemilikan barang
tersebut berpindah dari pihak pemberi sewa kepada penyewa. Bila dalam masa akhir sewa
pihak penyewa tidak dapat melunasi sewanya, barang tersebut tetap merupakan milik
pemberi sewa (perusahaan leasing). Akadnya dianggap sebagai akad sewa. Sedangkan bila
pada masa akhir sewa pihak penyewa dapat melunasi cicilannya maka barang tersebut
menjadi milik penyewa. Biasanya pengalihan pemilikan ini dengan alasan hadiah pada akhir
penyewaan, pemberian cuma-cuma, atau janji dan alasan lainnya. Intinya, dalam financial
lease terdapat dua proses akad sekaligus : sewa sekaligus beli. Dan inilah sebabnya mengapa
leasing bentuk ini disebut sebagai sewa-beli. Leasing dalam tulisan ini dikhususkan pada
pembahasan financial leasing atau sewa-beli ini.

AMKT Kersik Luwai 2013

Leasing Syariah di I ndonesia 4

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari LeasingSyariah.

2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan Leasing Syariah.

3. Untuk mengetahui dasar hukum yang melandasi Leasing Syariah.

4. Untuk mengetahui beberapa perusahaan yang bergerak di bidang Leasing
Syariah.


D. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang masalah di atas, dapat kita simpulkan bahwa rumusan masalahnya
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah sejarah perkembangan leasing syariah di Indonesia.
2. Apakah dasar hukum dari leasing syariah.
3. Bagaimanakah realisasi leasing dan apa sajakah macam-macam dari leasing
tersebut.
4. Beberapa perusahaan leasing syariah

AMKT Kersik Luwai 2013

Leasing Syariah di I ndonesia 5

BAB II
ISI
A. SEJARAH LEASING SYARIAH DI INDONESIA
Perkembangan ekonomi Islam di Indonesia cukup pesat. Hal itu ditandai dengan
meningkatnya jumlah bank syariah dan lembaga keuangan non bank. Ada beberapa yang
memang asli syariah, akan tetapi ada yang berupa unit usaha syariah. Dalam kehidupan
perekonomian, kita tidak hanya mengenal perbankan syariah yang memang menjadi
perhatian banyak orang. Ekonomi Islam bukan hanya sekedar membahas tentang perbankan
Islam, tetapi semua hal yang berkaitan dengan kehidupan ekonomi manusia.
Dengan perkembangan perbankan Islam, juga berkembang praktek ekonomi Islam
yang lain, seperti leasing, asuransi, pasar modal, dana pensiun, pegadaian, lembaga zakat,
koperasi dan lain sebagainya. Kemajuan ini menjadi sinyal positif untuk menunjang segala
kebutuhan masyarakat yang diselenggarakan secara Islami, mengingat sebelumnya belum
tersedia pelayanan dan proses pemenuhan kebutuhan masyarakat yang sesuai dengan syariat
Islam.
Perekonomian yang Islami, perlu adanya instrumen yang menunjang, baik yang
disediakan oleh pemerintah maupun swasta. Perkembangan praktek ekonomi Islam di
masyarakat cukup pesat sehingga perlu mendapatkan sebuah payung hukum dan aturan yang
berfungsi untuk melindungi proses ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat. Termasuk
dalam hal ini lembaga pembiayaan non bank perlu mendapatkan perhatian serius dari
pemerintah. Lembaga Pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan
dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana langsung dari
masyarakat. Bidang usaha lembaga pembiayaan mencakup beberapa alternatif kegiatan
pembiayaan seperti sewa guna usaha (leasing), anjak piutang (factoring), kartu kredit (credit
card), dan pembiayaan konsumen (consumer finance).
Memasuki dekade tahun 2000 industri jasa pembiayaan di Indonesia mengalami
perkembangan yang sangat pesat sehingga menuntut industri jasa pembiayaan dapat
menyesuaikan diri dengan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan jasa keuangan yang
sangat kompleks. Perkembangan industri jasa pembiayaan ini secara keseluruhan telah
mampu menjadikannya sebagai suatu industri yang cukup menonjol dalam dunia bisnis
khususnya sektor keuangan yang diperlukan dalam menunjang pembangunan ekonomi secara
nasional.
Peranan yang menonjol dari industri jasa pembiayaan adalah menyediakan dana bagi
masyarakat yang memerlukan sumber dana pembiayaan baik untuk keperluan investasi,
modal kerja, atau semata-mata untuk barang yang akan dipakai sendiri (konsumsi). Dana
yang disalurkan oleh industri jasa pembiayaan kepada masyarakat diharapkan akan dapat
bermanfaat untuk mendorong perkembangan perekonomian nasional.
Dengan perkembangan kegiatan industri jasa pembiayaan yang sedemikian pesat,
Pemerintah dalam hal ini Departemen Keuangan dituntut untuk mengoptimalkan perannya
sebagai regulator dan supervisor kegiatan jasa pembiayaan melalui upaya kebijakan yang
mendorong kearah perkembangan industri jasa pembiayaan secara berkesinambungan. Salah
satu upaya Departemen Keuangan dalam rangka optimalisasi peran dilakukan melalui
peningkatan fungsi pembinaan dan pengawasan secara berkelanjutan dengan tujuan untuk
memastikan bahwa pengelolaan kegiatan industri jasa pembiayaan telah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, termasuk di dalamnya perusahaan pembiayaan
yang berbasis syariah.
AMKT Kersik Luwai 2013

Leasing Syariah di I ndonesia 6

Pada hari Senin, 10 Desember 2007, Bapepam dan LK melalui Peraturan Ketua
Bapepam dan LK Nomor Per-03/BL/2007 dan Nomor Per-04/BL/2007 telah menerbitkan
satu paket regulasi yang terkait dengan Perusahaan Pembiayaan yang melakukan kegiatan
berdasarkan prinsip syariah, yaitu Peraturan tentang Kegiatan Perusahaan Pembiayaan
Berdasarkan Prinsip Syariah dan Peraturan tentang Akad-Akad Yang Digunakan Dalam
Kegiatan Perusahaan Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Syariah. Penerbitan paket regulasi
tersebut adalah untuk memberikan landasan hukum yang memadai berkaitan dengan kegiatan
Perusahaan Pembiayaan yang melakukan kegiatan berdasarkan prinsip syariah serta guna
memenuhi kebutuhan masyarakat pada industri pembiayaan yang memerlukan keragaman
sumber pembiayaan dan pendanaan berdasarkan pada syariat Islam.
Pembahasan kedua peraturan dimaksud telah melibatkan Asosiasi Perusahaan
Pembiayaan dan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI). Terhadap
kedua peraturan tersebut, DSN-MUI, melalui surat Nomor B-323/DSN-MUI/XI/2007 tanggal
29 Nopember 2007 telah menyatakan bahwa secara umum kedua peraturan dimaksud tidak
bertentangan dengan prinsip syariah dan fatwa-fatwa yang telah dikeluarkan oleh DSN-MUI.
Adapun lingkup pengaturan dari peraturan tentang kegiatan perusahaan pembiayaan
berdasarkan prinsip Syariah antara lain meliputi: (1) pengaturan yang terkait dengan sumber
pendanaan yang antara lain dapat dilakukan melalui pendanaan Mudharabah Mutlaqah,
pendanaan Mudharabah Muqayyadah, pendanaan Mudharabah Musytarakah dan pendanaan
Musyarakah; (2) pengaturan yang terkait dengan kegiatan pembiayaan bagi perusahaan
pembiayaan yang dapat dilakukan melalui pembiayaan dengan menggunakan akad-akad
Ijarah, Ijarah Muntahiah Bit Tamlik, Wakalah Bil Ujrah, Murabahah, Salam dan Istishna : (3)
kewajiban perusahan pembiayaan untuk memiliki Dewan Pengawas Syariah; dan (4)
kewajiban pelaporan.
Sedangkan peraturan tentang akad-akad yang digunakan dalam kegiatan perusahaan
pembiayaan berdasarkan prinsip Syariah, bertujuan untuk memberikan pedoman tentang hak
dan kewajiban para pihak, obyek atas transaksi, persyaratan-persyaratan pada setiap jenis
akad serta dokumentasi yang digunakan oleh perusahaan pembiayaan dalam melakukan
kegiatan usaha pembiayaan dengan menggunakan akad-akad sebagaimana telah diatur dalam
peraturan dimaksud.

B. LEASING SYARIAH
Leasing (sewa guna usaha) pertama dikenal di Amerika Serkat, yaitu berasal dari kata
lease yang berarti menyewa. Sedangkan dalam ekonomi Islam dikenal dengan al-ijarah,
berasal dari kata al-ajru yang berarti al-iwadhu (ganti).
Al-Ijarah merupakan akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa dalam batasan
waktu tertentu , melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan atas barang. Dalam al-Quran surat al-Baqarah ayat 233 Firman Allah:
.....dan jika Kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, tidak ada dosa bagimu apabila
kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertaqwalah kepada Allah dan
ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
Sewa guna usaha syariah adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan
barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi maupun tanpa hak opsi yang
akan digunakan oleh penyewa selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara
AMKT Kersik Luwai 2013

Leasing Syariah di I ndonesia 7

angsuran dimana menggunakan prinsip ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik. Sewa guna
usaha syariah diatur di dalam:
1. Peraturan Ketua Badan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor Per-
03/BL/2007 tentang Kegiatan Perusahaan Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Syariah.
2. Peraturan Ketua Badan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor Per-
04/BL/2007 tentang Akad-akad Yang Digunakan Dalam Kegiatan Perusahaan Pembiayaan
Berdasarkan Prinsip Syariah.
3. Surat Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI)
Nomor B-323/DSN-MUI/XI/2007 tanggal 29 November 2007 tentang Pernyataan DSN-MUI
atas Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan.
Dasar hukum yang dipakai dalam sewa guna usaha syariah berlainan dengan dasar
hukum yang dipakai dalam sewa guna usaha konvensional karena sewa guna usaha
konvensional diatur di dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991
tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha (Leasing). Sewa guna usaha konvensional menganut
asas-asas yang berlaku di dalam KUHPerdata dimana kiblatnya adalah hukum Eropa
Kontinental, seperti asas kebebasan berkontrak. Sedangkan sewa guna usaha syariah
menganut asas-asas yang kiblatnya kepada Al-Quran dan Al-Hadits.
Adapun asas-asas dalam Hukum Perdata Islam yang digunakan di dalam sewa guna
usaha syariah yaitu:
Asas Kebolehan.
Asas kebebasan dan Kesukarelawan.
Asas Pembawa Manfaat dan Menolak Mudharat.
Asas Kebajikan atau Kebaikan.
Asas Adil dan Seimbang.
Asas Larangan Merugikan Diri Sendiri dan Orang Lain.
Asas mendapatkan hak karena usaha dan jasa.
Asas Mengatur dan Memberi Petunjuk.
Asas Kebebasan Berusaha.
Asas Beritikad Baik dan Dilindungi.
Asas Mendahulukan Kewajiban Daripada Hak.

C. LANDASAN HUKUM LEASING SYARIAH
1. Al-quran
Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhan-Mu? Kami telah menentukan
antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan
sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat
AMKT Kersik Luwai 2013

Leasing Syariah di I ndonesia 8

mempergunakan yang lain.Dan rahmat Tuhan-Mu lebih baik dari apa yang mereka
kumpulkan. (QS.43:32)
dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak dosa bagimu
apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertaqwalah kamu kepada Allah
dan ketauhilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS.2:233)
2. Hadist
berbekamlah kamu, kemudian berikanlah olehmu upahnya kepada tukang bekam itu.
berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering.
Barang siapa mempekerjakan pekerja, beritahukanlah upahnya
dahulu kami menyewa tanah dengan (jalan membayar dari) tanaman yang tumbuh.
Lalu Rasulullah melarang kami cara itu dan memerintahkan kami agar membayarnya dengan
uang emas atau perak.
Allah Taala berfirman: Ada tiga golongan yang pada hari kiamat (kelak) Aku akan
menjadi musuh mereka: (pertama) seorang laki-laki yang mengucapkan sumpah karena Aku
kemudian ia curang, (kedua) seorang laki-laki yang menjual seorang merdeka lalu dimakan
harganya, dan (ketiga) seorang laki-laki yang mempekerjakan seorang buruh lalu sang buruh
mengerjakan tugas dengan sempurna, namun ia tidak memberinya upahnya.
Rasulullah melarang dua bentuk akad sekaligus dalam satu obyek.
3. Fatwa Dewan Syariah Nasional
Fatwa DSN No:09/DSN-MUI/IV/2000 tentang IJARAH
Fatwa DSN No: 27/DSN-MUI/III/2002 tentang AL-IJARAH AL-MUNTAHIYAH BI
AL-TAMLIK


D. REALISASI LEASING SYARIAH
Sebelum kita mengenal lebih dalam tentang leasing syariah, terlebih dahulu kita harus
mengenal pihak-pihak yang terlibat pada pembiayaan leasing yaitu
Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam proses pemberian fasilitas leasing adalah sebagai
berikut:
1. Lessor.
Merupakan perusahaan leasing yang membiayai keinginan para nasabahnya untuk
memperoleh barang-barang modal.
2. Lessee
Nasabah yang mengajukan permohonan leasing kepada lessor untuk memperoleh
barang modal yang diinginkan.
3. Supplier
AMKT Kersik Luwai 2013

Leasing Syariah di I ndonesia 9

Pedagang yang menyediakan barang yang akan dileasing sesuai perjanjian antara
lessors dengan lessee dan dalam hal ini supplier juga dapat bertindak sebagai lessor.
4. Asuransi
Merupakan perusahaan yang akan menanggung resiko terhadap perjanjian antara
lessor dengan lessee. Dalam hal ini lessee dikenakan biaya asuransi dan apabila
terjadi sesuatu, maka perusahaan akan menanggung resiko sebesar sesuai dengan
perjanjian terhadap barang yang dileasingkan.
E. MACAM-MACAM KEGIATAN LEASING SYARIAH/IJARAH
1.Ijarah adalah akad sewa menyewa antara pemilik majur (obyek sewa) dan mustajir
(penyewa) untuk mendapatkan imbalan atas obyek sewa yang
disewakannya. Ijarah Muntahiyah bittamlik adalah akad sewa menyewa antara pemilik obyek
sewa dan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas obyek sewa yang disewakannya dengan
opsi perpindahan hak milik obyek sewa pada saat tertentu sesuai dengan akad sewa.
2. Perpindahan hak milik obyek sewa kepada penyewa dalam ijarahmuntahiyah bit
tamlik dapat dilakukan dengan:
a. Hibah
b. Penjualan sebelum akad berakhir sebesar harga yang sebanding dengan sisa
cicilan sewa
c. Penjualan pada akhir masa sewa dengan pembayaran tertentu yang
disepakati pada awal akad
d. Penjualan secara bertahap sebesar harga tertentu yang disepakati dalam
akad.
3. Pemilik obyek sewa dapat meminta penyewa menyerahkan jaminan atasijarah untuk
menghindari risiko kerugian. Jumlah, ukuran, dan jenis obyek sewa harus jelas diketahui dan
tercantum dalam akad.

F. PERUSAHAAN LEASING BERPRINSIP SYARIAH
Berikut beberapa contoh perusahaan dan penjelasan mengenai perusahaan
pembiayaan leasing yang menggunakan prinsip syariah:
1. PT. ALIF (Al-Ijarah Islamic Finance)
PT. ALIF (AL-Ijarah Islamic Finance) merupakan anak perusahaan dari Bank Muamalat
Indonesia. didirikannya perusahaan tersebut dikarenakan berkembangnya lembaga keuangan
syariah dan sektor riil yang membutuhkan peran model pembiayaan dengan sistem Ijarah.
Selama beroperasi di Indonesia, PT Alif didukung modal penuh oleh Bank Muamalat dan
investor dari Timur Tengah. Berbagai proyek leasingpembiayaan berupa sindikasi telah
dilakukan oleh PT Alif sebagai motornya.
AL IJARAH menawarkan berbagai jenis produk pembiayaan keuangan dari pembiayaan
keuangan komersial sampai dengan pembelian alat-alat berat, mesin sampai dengan
pembiayaan keuangan nasabah seperti mobil dan sepeda motor. Semua produk didasarkan
AMKT Kersik Luwai 2013

Leasing Syariah di I ndonesia 10

pada penggunaan prinsip keuangan syariah dengan menggunakan prinsip skema pembiayaan
keuangan Ijarah(Sewa-menyewa), Ijarah Muntahia Bittamlik (Sewa dan Beli),
danMurabahah (Jual dan Beli).

2. FIF Syariah
PT Federal International Finance membuka layanan syariah yang dikenal dengan FIF
Syariah dan memiliki cabang di seluruh Indonesia. FIF Syariah didirikan berdasarkan
landasan hukum Keputusan Menteri Keuangan (KMK) No. 448/KMK.017/2000 Pasal 7 ayat
1 yang menyatakan: Dalam menjalankan kegiatan usahanya, Perusahaan Pembiayaan dapat
melakukan pembiayaan berdasarkan prinsif Syariah. Sedangkan akad yang digunakan pada
transaksi pembiayaan FIF Syariah adalah akad murabahah, sesuai dengan Fatwa Dewan
Pengawas Syariah Majelis Ulama Indonesia No. 04/DS MUI/IV/2000 yang mengatur
tentang murabahah. Dan sesuai dengan ketentuan tentang pengelolaan ekonomi syariah
tentang keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah di Indonesia, maka FIF Syariah juga
memiliki Dewan Pengawas Syariah sebagai kelengkapan operasional

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Leasing syariah merupakan pembiayaan alternative di bidang UMKN bagi masyarakat
yang ingin bergelut di bidang usaha. Dalam konsep pembiayaan syariah dalam artian
perusahaan kredit, pada saat ini sudah banyak menerapkan dengan menggunakan prinsip
syariah. Salah satu yang menjadi indikator perusahaan menggunakan sistem syariah
dikarenakan terbebas dari bunga atau riba dibandingkan dengan perusahaan konvensional
yang masih menggunakan sistem bunga. Prinsip syariah yang diterapkan dapat memberikan
kemudahan sebagian besar masyarakat dalam memenuhi kebutuhan mereka.
Setelah melihat produk yang ditawarkan dan penerapannya pada
perusahaan leasing syariah di atas, kita dapat melihat ada sedikit perbedaan antara isi dari
pengertian dan konsep Leasing atau system Ijarah dalam makalah ini dengan produk dan
penerapannya pada perusahaan leasing syariah terbebut. Dalam konsep leasing dengan
dasar ijarah tidak ada opsi transaksi menggunakan akad murabahah, sedangkan dalam produk
yang ditawarkan perusahaan leasing tersebut ada opsi menggunakan akad murabahah.
Melihat adanya penawaran produk pada perusahaan leasingsyariah dengan
akad murabahah sejauh ini cukup sesuai. Karena murabahahmasih dalam konsep ekomoni
Islam (syariah). Dengan adanya perusahaan pembiayaan yang berbasis syariah bukan bank
menjadi salah satu alternatif dari metode pembiayaan yang lebih fleksibel dalam
menyalurkan dana berupa pembiayaan secara syariah kepada masyarakat di Indonesia.
Praktik perusahaan pembiayaan yang berlandaskan syariah akan lebih menjadi alternatif
yang tepat dan prospektif mengingat sebagian besar umat Islam merupakan mayoritas
penduduk di Indonesia.
AMKT Kersik Luwai 2013

Leasing Syariah di I ndonesia 11

B. Saran
Untuk menunjang perkembangan perusahaan pembiayaan syariah diperlukan
perhatian semua pihak, agar perusahaan pembiayaan berbasis syariah dapat berkembang dan
terkendali dengan baik berada dalam real syariah. Sekali lagi, komitmen dan peran
pemerintah menjadi sebuah keniscayaan yang menjadi pendukung utama terhadap
pertumbuhan dan perkembangan perusahaan pembiayaan syariah di Indonesia. Selain peran
pemerintah, di butuhkan juga peran aktif dari masyarakat selaku konsumen/ nasabah bank-
bank syariah di Indonesia agar bisa memajukan perekonomian negara Indonesia sendiri
melalui sistem yang Islami dan penuh berkah.
C. Daftar Pustaka
http://leasingsyariahintan.blogspot.com/
http://darmawanachmad.wordpress.com/2010/10/29/sekilas-pengertian-leasing/
http://ariearsipkuliah.blogspot.com/2013/01/leasing-syariah.html
http://ekonomisyariah.info/blog/2013/06/29/al-ijarah-perusahaan-multifinance-syariah-
pertama/
Majalah Sharing, inspirator ekonomi & bisnis syariah edisi 73 thn VII Januari 2013

Anda mungkin juga menyukai