Anda di halaman 1dari 7

66

H
H
H
A
A
A
S
S
S
I
I
I
L
L
L


P
P
P
E
E
E
N
N
N
E
E
E
L
L
L
I
I
I
T
T
T
I
I
I
A
A
A
N
N
N




PENGARUH PEMBERIAN MIE INSTAN FORTIFIKASI
PADA IBU MENYUSUI TERHADAP PERTUMBUHAN BAYI

Evawany Aritonang

Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU


ABSTRACT
Many of trace mineras have function in bones former. The objective of this study
is to analyze the effect of fortified instant noodle in lactating mother to baby
growth that done in Bogor municipality. The nutrients in fortified instant noodle
are zinc, iron calcium, iodium, vitamin A, D, E, B6, and B12. Design of study is
double blind randomized controlled trial for 30 lactating mother (LM) as an
intervention group and 30 LM as a control group. The instant noodle had given
during 16 weeks. Data collected consist of family characteristic, mothers
education, body weight, body length, breast milk consumption, food consumption,
and morbidity.
The result showed that mothers compliance of instant noodle consumption in
intervention group is 91.0% and for control group is 92.0%. In pre intervention,
the Z score for body length/age (BL/A) for intervention group is 0.191.37 while
for control group is 0.520.89. The breast milk consumption for intervention baby
is 394.8195.0 ml/day in pre intervention and 446.7163.2 ml/day in post
intervention; where as for control group is 393.1271.8 ml/day in pre intervention
and 430.7110.6 ml/day in post intervention.
The analysis of multiple linear regression showed that fortified instant noodle have
positive effect to increase baby body length (1.48 cm) compared to control group.
Beside that, the other variables such as baby morbidity, fortified instant noodle
consumption, and iron intake also have the positive effect to increase baby growth.

Keywords: Fortified instant noodle, Lactating mother, Baby growth

PENDAHULUAN
Intik gizi yang tidak cukup, infeksi,
dan pengasuhan yang tidak baik merupakan
penyebab langsung gizi kurang pada bayi dan
anak (UNICEF, 1999). Hal ini berdampak
tidak saja terhadap kekurangan gizi makro
tetapi juga gizi mikro yang sangat perlu
untuk pertumbuhan dan perkembangan anak
usia dini. Pemenuhan kebutuhan gizi bayi 0-
6 bulan mutlak diperoleh melalui Air Susu
Ibu (ASI) bagi bayi dengan ASI eksklusif
(Butte et al, 2002; Kramer and Kakuma,
2002; WHO, 2002). Berdasarkan hal ini
maka upaya perbaikan gizi bayi 0-6 bulan
dilakukan melalui perbaikan gizi ibu sebelum
dan pada masa pemberian ASI eksklusif.
Masalah defisiensi gizi mikro seperti
defisiensi zink (Zn), besi (Fe), iodium dan
vitamin A merupakan masalah kesehatan
masyarakat di banyak negara berkembang
termasuk di Indonesia yang banyak dialami
oleh kelompok rawan gizi seperti ibu
menyusui dan bayi (ACC/SCN, 2001). Lind
et al, (2003) mengungkap defisiensi Zn pada
bayi 6-12 bulan di Indonesia 78% dan studi
Wijaya. M, (2001) menemukan 61% bayi di
Indonesia anemia. di Jawa Barat Dijkhuizen
et al, (2001) mengungkap prevalensi anemia
pada bayi 57%, dan Riyadi. H (2002)
mengungkap prevalensi anemia pada anak 6-
24 bulan 49%. Di samping itu masalah
kurang vitamin A (KVA) juga dilaporkan
masih menjadi masalah gizi dikalangan
balita.
Pemerintah melakukan berbagai cara
seperti penyuluhan gizi, bantuan pangan,
suplementasi gizi, diversifikasi pangan, dan
fortifikasi pangan untuk menanggulangi
masalah defisiensi gizi tersebut. Berbagai
studi membuktikan peranan suplementasi
Universitas Sumatera Utara
Pengaruh Pemberian Mie Instan Fortifikasi (6672)
Evawany Aritonang
67
maupun fortifikasi Zn dan Fe dalam
menurunkan prevalensi anemia gizi besi dan
defisiensi Zn pada bayi maupun ibu
menyusui. Selain itu juga membuktikan
peranan Zn dan Fe dalam pertumbuhan
linier, imunitas, penyakit infeksi dan diare
pada anak.
Studi Wijaya. M (2001) suplementasi
besi 10 mg/hari pada anak 6-12 bulan selama
6 bulan meningkatkan Hb 0,6 g/L dan plasma
Zn 0,3 mol/L. Studi Thu. Bu (1999)
suplementasi harian Zn 5 mg + Fe 8 mg pada
anak 6-24 bulan selama 3 bulan
meningkatkan panjang badan 0,2 cm. Studi
lainnya yaitu Dewey. K et al (2002)
suplementasi besi 1 mg/hari pada bayi 4
bulan selama 5 bulan memberikan
pertambahan panjang badan 0, 30 cm.
Menurut Sinclair, D (1991) bahwa vitamin A
secara biokimia berperan dalam mengatur
aktifitas osteoblast dan osteoclast dalam
pembentukan tulang.
Berdasarkan tingginya prevalensi
defisiensi zink, besi dan vitamin A pada ibu
menyusui dan pada bayi serta bahwa
perbaikan gizi bayi di bawah usia 6 bulan
hanya dapat dilakukan melalui ibunya
dengan pemberian ASI maka memunculkan
pertanyaan apakah pemberian mie instan
yang difortifikasi Zn, Fe, Ca, Se, Folat,
Vitamin A, D, E, B6 dan B12, pada ibu
menyusui dapat mempengaruhi panjang atau
pertumbuhan linier bayi. Oleh karena itu
penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
efek mie instan yang diperkaya vitamin dan
mineral terhadap pertumbuhan linier bayi.

BAHAN DAN METODE
Lokasi, Disain, dan Sampel
Penelitian dilakukan pada 8 desa yaitu
desa Cikarawang, Babakan, Darmaga,
Ciherang, Sinarsari, Neglasari, Petir, dan
Sukawening kecamatan Darmaga kabupaten
Bogor propinsi Jawa Barat berdasarkan
prevalensi gizi buruk dan gizi kurang pada
balita yang relative tinggi di Jawa Barat yaitu
20,5% (Depkes, 2003). Penelitian dilakukan
selama 12 bulan mulai Juli 2004 sampai Juli
2005. Rancangan penelitian adalah double
blind randomized controlled trial. Sampel
adalah ibu menyusui dengan anak berusia 1 -
4 bulan. Sampel dalam penelitian ini adalah
semua sampel ibu menyusui dari penelitian
payung Efikasi Biskuit dan Mie yang
Difortifikasi terhadap Status Gizi Mikro Ibu
dan Anak yang dilakukan Hardinsyah dkk,
(2005). Perhitungan sampel adalah 22 dan
diperbesar menjadi 30 untuk menghindari
drop out. Rumus perhitungan jumlah sampel
adalah: N (2S
2
(Z + Z)
2
/ d
2
.

Bahan dan Cara Pemberian
Bahan yang digunakan untuk
fortifikasi zat gizi adalah mie instan
berdasarkan analisis SUSENAS tahun 2002
yang menyatakan bahwa mie instan adalah
pangan yang paling banyak dikonsumsi
penduduk Indonesia yaitu 6,4 gr/kapita/hari
karena praktis, rasanya sesuai dengan selera
masyarakat, mudah diperoleh, dan harganya
terjangkau (Hardinsyah, 2003) sehingga
diharapkan tingkat kepatuhan (compliance)
ibu mengkonsumsi mie instan tinggi. Mie
instan baik yang difortifikasi maupun
plasebo didisain WFP, IPB, Depkes, dan
BPOM yang diproduksi oleh P.T Indo Food.
Mie instan dikirim oleh WFP ke IPB.
Setiap minggu petugas gudang mengkemas
mie instan dan didistribusikan kepada sampel
melalui kader di delapan desa. Setiap kader
membagikan mie instan satu kali dalam
seminggu sebanyak 8 bungkus mie instan
kepada masing-masing ibu dimana setiap ibu
menyusui mengkonsumsi 1 bungkus mie
instan setiap hari (@ 75 gr) selama 4 bulan.
Selain itu dua kali dalam seminggu kader
mencatat jumlah mie instan yang
dikonsumsi, jumlah yang tidak dikonsumsi,
alasan tidak mengkonsumsi, dan keluhan-
keluhan ibu.

Pengumpulan, Pengolahan, dan Analisis
Data
Data yang diambil meliputi data primer
dan data sekunder. Data primer terdiri dari
karakteristik ibu menyusui (besar keluarga,
pendidikan, pekerjaan, pendapatan,
pengeluaran pangan dan non pangan),
konsumsi ASI dan MP-ASI bayi, umur dan
morbiditas bayi yang diperoleh dengan
wawancara menggunakan kuesioner. Berat
dan panjang badan bayi diperoleh dengan
pengukuran langsung. Konsumsi mie instan
yang diberikan diperoleh dengan
pemantauan. Data sekunder meliputi data
demografi, geografi, dan fasilitas pelayanan
kesehatan di lokasi penelitian.
Data karakteristik ibu menyusui,
anthropometri bayi, pengeluaran pangan dan
non pangan keluarga dianalisis secara
deskriptif dan kategorikal. Konsumsi gizi
Universitas Sumatera Utara
Pengaruh Pemberian Mie Instan Fortifikasi (6672)
Evawany Aritonang
68
bayi dinyatakan dalam tingkat kecukupan
konsumsi gizi yang dinyatakan dalam persen.
Pertumbuhan bayi dinyatakan dalam z-skor
panjang badan berdasarkan umur. Untuk
mengetahui pengaruh pemberian mie instan
fortifikasi terhadap pertumbuhan bayi
digunakan uji regresi berganda

HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Keadaan Umum Keluarga Contoh
Karakteristik sosial ekonomi keluarga
yang terdiri dari umur ibu, umur bapak,
pendidikan ibu, pendidikan bapak, pekerjaan
ibu, pekerjaan bapak, pengeluaran pangan
dan non pangan antara kelompok perlakuan
dan kelompok kontrol relatif sama (Tabel 1).
Uji statistik menunjukkan tidak terdapat
perbedaan nyata karakteristik sosial ekonomi
keluarga antara kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol. (p<0,05).

2. Konsumsi dan Tingkat Kecukupan
Gizi pada Bayi
Konsumsi zat gizi bayi berasal dari
ASI dan MPASI cenderung meningkat
setelah intervensi seiring dengan
bertambahnya kebutuhan gizi akibat
pertumbuhan cepat. Tingkat kecukupan gizi
makro (energi dan protein) dan tingkat
kecukupan gizi mikro (zink dan besi) setelah
intervensi lebih tinggi dibandingkan sebelum
intervensi baik pada kelompok perlakuan
maupun kelompok kontrol (Lampiran).
Secara umum tingkat kecukupan
energi, protein, dan zink relatif sama antara
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
Sebaliknya tingkat kecukupan besi lebih
besar pada kelompok perlakuan
dibandingkan kelompok kontrol. Meskipun
secara umum tingkat kecukupan gizi pada
akhir intervensi lebih tinggi dibanding pada
awal intervensi namun zat gizi mikro zink
dan besi belum dapat memenuhi AKG. Hal
ini mengindikasikan bahwa praktek
pemberian ASI dan MPASI pada bayi kurang
baik. Pengenalan MPASI sudah diberikan
sebelum bayi berusia 4 bulan sehingga ASI
menjadi tidak optimal. MPASI yang
umumnya diberikan adalah bubur nasi
dengan kecap sehingga kandungan gizi
mikro sangat rendah.
Di samping bubur nasi pemberian susu
formula atau bubur susu juga dipraktekkan
secara tidak benar yaitu terlalu encer
sehingga kandungan gizi yang diharapkan
menjadi rendah. Adanya praktek pemberian
MPASI yang terlalu dini dengan kandungan
gizi rendah serta kebersihan kurang terjamin
mengakibatkan tidak tercukupinya kebutuhan
gizi bayi dan rentan terhadap kontaminasi
bakteri penyebab penyakit. Berdasarkan hal
ini perlu direkomendasikan pada ibu-ibu di
pedesaan tentang cara pemberian ASI yang
benar untuk meningkatkan produksi dan
kualitas gizi mikro ASI serta cara penyiapan
MPASI yang baik dan benar dengan waktu
yang tepat.

3. Pertambahan Panjang Bayi
Pertambahan panjang badan kelompok
perlakuan lebih tinggi daripada kelompok
kontrol baik pada bayi laki-laki maupun bayi
perempuan (Tabel 3). Hal ini disebabkan
adanya pengaruh pemberian mie instan yang
difortifikasi mineral dan vitamin. Kalsium
merupakan komponen utama pembentukan
tulang. Zink berinteraksi dengan hormon
somatomedin C osteocalcin, testosteron,
tiroid dan insulin yang berperan penting
dalam pertumbuhan tulang sehingga berperan
positif dalam pertumbuhan (WHO, 2003).
Selain itu vitamin A juga berperan dalam
pembentukan osteoclast dan osteoblast
(Sinclair, 1991).
Selain itu zink meningkatkan imunitas
seluler dan sekresi antibodi sehingga dapat
menurunkan morbiditas yang berpengaruh
positif terhadap pertumbuhan. Hal ini dapat
dilihat dari morbiditas bayi kelompok
perlakuan yang lebih rendah daripada
kelompok kontrol. Pertambahan panjang
badan yang lebih besar pada kelompok
perlakuan juga dapat disebabkan volume
konsumsi ASI yang lebih tinggi pada
kelompok perlakuan. ASI mengandung
human growth factors dan hormon
pertumbuhan yang berperan dalam sintesis
DNA untuk pertumbuhan dan proliferasi
seluler (WHO, 2003).
Pertumbuhan linier bayi laki-laki
berdasarkan z skor PB/U menunjukkan
bahwa pada kelompok perlakuan ada
perbaikan z skor PB/U akhir intervensi yaitu
z skor yang lebih tinggi dibanding z skor
PB/U awal intervensi. Sebaliknya pada
kelompok kontrol terlihat bahwa z skor
semakin rendah dibanding awal intervensi.
Hal ini menunjukkan adanya pengaruh mie
instan fortifikasi terhadap pertumbuhan linier
bayi laki-laki. Pada bayi perempuan
meskipun z skor PB/U antara kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol cenderung
menurun pada akhir intervensi dibanding
Universitas Sumatera Utara
Pengaruh Pemberian Mie Instan Fortifikasi (6672)
Evawany Aritonang
69
awal intervensi namun penurunan z skor
PB/U lebih besar pada kelompok kontrol.
Hal ini juga berarti ada pengaruh mie instan
fortifikasi terhadap pertumbuhan linier bayi
perempuan.

4. Pengaruh Mie Instan Kaya Gizi Mikro
terhadap Pertambahan Panjang Bayi
Hasil analisis regresi berganda
menunjukkan bahwa pemberian mie instan
fortifikasi, morbiditas, dan konsumsi besi
secara nyata mempengaruhi pertumbuhan
linier bayi (Tabel 4).
Nilai R kuadrat yang disesuaikan
(Adjusted R Square) adalah 0,39 yang berarti
39% nilai pertumbuhan linier dapat
dijelaskan oleh konsumsi mie instan
fortifikasi, morbiditas, konsumsi besi, dan
konsumsi zink. Sedangkan 61% oleh faktor
lain yang tidak teramati dalam penelitian ini.
Panjang badan awal tidak berpengaruh secara
nyata terhadap pertambahan panjang badan.
Hal ini menunjukkan bahwa pertambahan
panjang badan yang terjadi bukan disebabkan
faktor genetik tetapi lebih kepada adanya mie
instan fortifikasi dimana mie instan
fortifikasi berpengaruh secara nyata (p<0,05)
terhadap pertambahan panjang badan
ataupun asupan gizi saat dalam kandungan
ibu. Zat gizi yang berpengaruh nyata
terhadap pertambahan panjang badan ini
diantaranya adalah besi meskipun zat gizi
lain yang terkandung dalam mie instan
seperti vitamin A, kalsium, dan zat gizi
mikro lainnya yang tidak dianalisis dalam
model juga berperan dalam pertumbuhan
bayi.
Adanya pemberian mie instan
fortifikasi memberikan pertambahan panjang
badan sekitar 1,48 cm dimana laki-laki lebih
panjang 0,84 cm daripada perempuan. Hal ini
sesuai dengan rekomendasi NCHS WHO
yang menyatakan bahwa bayi laki-laki 0 - 6
bulan lebih tinggi daripada panjang badan
bayi perempuan 0 6 bulan berdasarkan
panjang badan median NCHS WHO
(Widdowson, 1985 dalam Soetjiningsih,
1995).
Morbiditas bayi secara nyata
mempengaruhi pertumbuhan linier bayi.
Hasil uji tersebut menunjukkan adanya
hubungan negatif antara morbiditas dengan
selisih panjang badan bayi yang berarti
dengan semakin berkurangnya/rendahnya
morbiditas maka akan semakin baik pula
pertumbuhan linier bayi. Hal ini diperkuat
oleh Salgueiro, et al (2002) yang
menyebutkan bahwa penurunan kecepatan
pertumbuhan pada anak berhubungan dengan
meningkatnya morbiditas, berkurangnya
koginitif, dan dampak negatif jangka panjang
terhadap kapasitas kerja fisik dan reproduksi.
Zink yang difortifikasi dalam mie
instan dapat memperbaiki regenerasi
mukosa, meningkatkan enzim brush border
dalam meningkatkan imunitas seluler dan
sekresi antibodi sehingga mengurangi insiden
dan beratnya (severity) infeksi anak dan
menurunkan mortalitas anak. Peran penting
lain dari zink terhadap pertumbuhan adalah
bahwa zink berinteraksi dengan hormon
penting dalam pertumbuhan tulang seperti
somatomedin C osteocalcin, testosteron,
hormon tiroid, dan insulin (Salgueiro, et al,
2002). Beberapa hormon yang secara tidak
langsung berhubungan dengan pertumbuhan
adalah insulin, tiroid, dan testosteron dimana
testosteron berpotensi meningkatkan berat
dan massa otot yang mendukung
pertumbuhan linier (Dewey, et al, 2002)
Besi digunakan oleh banyak enzim,
protein, dan organ lain untuk produksi energi
sehingga kekurangan besi akan mengganggu
aktivitas sel seperti perbanyakan sel dan
menghambat pertumbuhan (Stoltzfus. R,
2003). Selain itu peran besi terhadap
pertumbuhan berhubungan dengan respon
imunitas dan produksi antibodi yang
dijelaskan oleh Walter (2003) dimana
defisiensi besi menyebabkan kerusakan
respon imunitas dan penurunan produksi
antibodi sehingga menghambat pertumbuhan.


Tabel 1. Karakteristik Keluarga Contoh
Parameter Perlakuan (n: 27) Kontrol (n: 29)
Umur Ibu (th)
Umur Bapak (th)
Pendidikan Ibu (th)
Pendidikan Bapak (th)
Pendapatan Kel (Rp/bln)
Pengeluaran Pgn (%)
Pengeluaran Non Pgn (%)
25,74 4,77
31,15 6,49
6,89 2,44
7,70 2,87
742851 469752
69,1 28,8
30,9 28,8
25,86 5,36

31,83 6,65


6,17 2,12
7,07 2,84
628965 325152
80,6 20,4
19,4 20,4
Universitas Sumatera Utara
Pengaruh Pemberian Mie Instan Fortifikasi (6672)
Evawany Aritonang
70
Tabel 2. Tingkat Kecukupan Gizi dan Z Skor PB/U Bayi
Perlakuan (n: 27) Kontrol (n: 29) Zat gizi
Sebelum Setelah Selisih Sebelum Setelah Selisih
Energi
Protein
Zink
Besi
Kalsium
Vit A
81,7 41,6
82,4 68,8
8,6 12,2
31,8 60,4
84.9 79.6
85.2 41.7
85,9 47,8
90,4 91,3
22,6 49,8
66,9 121,6
145.2 249.6
147.0 130.9
4,8 62,5
8,0 77,4
14,0 40,1
35,1 33,1
60.7 66.3
61.8 31.1
80,3 51,8
77,6 53,9
9,2 16,8
25,6 70,5
87.8 66.5
86.6 55.2
80,5 44,5
92,4 70,2
24,8 47,3
56,8 115,4
112.9 119.5
125.9 101.8
0,2 52,1
a

14,8 61,5
a

15,6 43,4
a

31,2 56,3
a
25.1 26.0
39.3 30.3

Z-Skor PB/U Pria
-0,22 1,48 0,18 1,17

0,40 1,20 0,76 0,84

0,15 0,95

-0,61 0,81
a
Z Skor PB/U
Wanita
0,71 1,04

0,18 0,91 -0,53 1,56 0,23 0,89 -0,66 0,76 -0,89 1,01
a
b
berbeda nyata (p<0,05)
a
tidak berbeda nyata (p<0,05)

Tabel 3. Rerata Z Skor PB/U Bayi Laki-laki dan Perempuan pada Lima Waktu Pengamatan
(Bulan)
Laki-laki Perempuan Pengamatan
(bulan) Perlakuan Kontrol Perlakuan Kontrol
1 -0,22 1,48 0,76 0,84 0,71 1,04 0,23 0,89
2 0,11 1,45 0,68 0,99 0,89 0,69 0,16 0,86
3 0,06 1,47 0,51 0,97 0,58 0,87 -0,16 0,87
4 0,06 1,41 0,26 0,99 0,16 0,90 -0,43 0,76
5 0,18 1,17 0,15 0,95 0,18 0,91 -0,66 0,76

Tabel 4. Hasil Analisis Regresi Berganda terhadap Pertambahan Panjang Badan Bayi
Peubah Bebas B T Sig
Konstanta 0,861 0,191 0,849
Mie Instan Fortifikasi (1= perlakuan, 0 = control) 1,479 2,022 0,049
b

Jenis Kelamin Bayi (1 = laki-laki, 0 = perempuan) 0,835 1,256 0,216
Lama Pendidikan Ibu (tahun) 0,079 0,542 0,591
Skor Morbiditas Bayi -0,0042 -3,027 0,004
b

Konsumsi Protein (gr) 0,018 -1,510 0,138
Volume ASI (ml/hari) 0,002 1,557 0,126
Konsumsi Fosfor (mg) 0,0037 1,208 0,233
Panjang Badan Awal (cm) 0,108 1,428 0,160
Konsumsi Zink (mg) 0,0246 1,781 0,082


Konsumsi Besi (mg) 0,0014 2,227 0,031
b

R Square = 0,503 Adjusted R Square = 0,393
b
= berbeda nyata (p<0,05)

KESIMPULAN
1. Mie instant yang diperkaya vitamin dan
mineral berkontribusi pada tingkat
kecukupan vitamin A 24.7%, tingkat
kecukupan kalsium 24.6%, tingkat
kecukupan zink 19.1%, dan kecukupan
besi 19.4%.
2. Pemberian mie instan yang difortifikasi
mineral (Ca, I, Se, Zn dan Fe) dan
vitamin (A, D, E, folat, B6 dan B12)
pada ibu menyusui secara nyata
mempengaruhi pertambahan panjang
badan bayi usia 1-4 bulan. Pada
kelompok intervensi, pertambahan
panjang badan bayi laki-laki 1,48 cm dan
bayi perempuan 0,84 cm lebih panjang
dibanding kelompok kontrol.
3. Faktor lain yang berpengaruh pada
pertambahan panjang bayi adalah intik
besi bayi dan skor morbiditas bayi.

SARAN
1. Mengingat kekurangan vitamin dan
mineral, terutama vitamin A, vitamin B6
dan Vitamin B12 serta mineral besi, zink
dan kalsium, pada ibu menyusui dan
anak di Indonesia masih bermasalah,
diperlukan upaya perbaikan masalah gizi
ini secara holistik. Artinya perbaikan
konsumsi gizi mikro ibu dan anak
sebaiknya tidak hanya mengandalkan
Universitas Sumatera Utara
Pengaruh Pemberian Mie Instan Fortifikasi (6672)
Evawany Aritonang
71
peningkatan atau pengayaan zat gizi
secara tunggal.
2. Berdasarkan kontribusi mie instan
fortifikasi terhadap kecukupan zink dan
besi hanya sekitar 20% maka perlu
didisain produk mie instant bagi ibu
menyusui dengan kandungan besi dan
zink yang lebih tinggi; atau perlu
pendidikan gizi pada ibu menyusui
tentang sumber-sumber makanan yang
mengandung zink dan besi tinggi
sehingga kualitas ASI lebih baik.
3. Kecenderungan zink dan besi dalam
menurunkan morbiditas ibu dan bayi
perlu kiranya dikaji lebih lanjut dalam
penelitian epidemiologi masyarakat
terhadap penyakit-penyakit spesifik
seperti infeksi saluran pernapasan atas
(ISPA), diare, batuk, dan lain-lain guna
membuktikan peran zink dan besi dalam
durasi dan beratnya penyakit.

DAFTAR PUSTAKA
Butte. N.F, Lopez. A, Garza. C. 2002
Nutrient Adequacy of Exclusive
Breastfeeding for The Term Infant
during The First Six Months of Live.
dalam WHO. 2003. Community Based
Strategies for Breastfeeding Promotion
and Support in Developing Countries
Dallman. 1986. Iron Defficiency in The
Weaning: A Nutritional Problem on
The Way to Resolution. Acta Pediatric
Supplemen 323; 59-67
Dewey. K, Magnus Domellof, Roberta
J.Cohen, Rivera L, Hernell O, and
Lonnerdal. 2002. Supplementation
Affects Growth and Morbidity of
Breast Fed Infants: Results of
Randomized Trial in Sweden and
Honduras. J Nutr Vol 132: 3249-3255
Dijkhuizen. M.A, Wieringa. F, West. C,
Muherdiyantiningsih, Muhilal. 2001.
Concurrent Micronutrient Deficiencies
in Lactating Mothers and Their Infants
in Indonesia. Am.J.Clin.Nutr. 2001.
Vol. 73: 786-791
Domeklof.M. 2004. Iron, Zinc and Copper
Interactions in Breast Milk are
Independent of Maternal Mineral
Status. Am.J.Clin.Nutr. 2004. Vol. 79
No 1
Fransson. G.B, Agarwal. K.N, Gebre. M,
Hambraeus. L. Increased Breastmilk
Iron n Severe Maternal Anemia:
Physiological Trapping or Lackage?.
Acta Paediatr Scand 1985; 74: 290-1
dalam Lonnerdal. B. 2000. Regulation
of Mineral and Trace Elements in
Human Milk: Exogenous and
Endogenous Factors. Nutr Rev Vol 58
No 8 August 2000: 223-229
Hardinsyah dan Leily Amalia. 2003.
Perkembangan Konsumsi Terigu dan
Pangan Olahannya di Indonesia.
Seminar Nasional dan Pertemuan
Tahunan PATPI Peranan Industri
dalam Pengembangan Produk Pangan
di Indonesia. Jogjakarta 22-23 Juli
2003
Karra. 1989. Effect of Short Term Oral Zinc
Supplementation on The Concentration
of Zinc in Milk from American and
Egyptian Women. Nutr Res. 9: 471-
478. dalam ACC/SCN. 1991. Nutrition
During Lactation. National Academy
Press. Washington, D.C
Kramer. M.S, Kakuma. R. Optimal Duration
of Exclusive Breastfeeding. Cochrane
Database of Systematic Reviews. 2002
dalam WHO. 2003. Community Based
Strategies for Breastfeeding Promotion
and Support in Developing Countries
Krebs. 1985. The Effect of Dietary Zinc
Supllement during Lactation on
Longitudinal Changes in Maternal Zinc
Status and Milk Zinc Concentration.
Am.J.Clin.Nutr 41: 560-570
Lonnerdal. 2000. Regulation of Mineral and
Trace Elements in Human Milk:
Exogenous and Endogenous Factors.
Nutr Rev Vol 58 No 8 August 2000:
223-229
Lonnerdal. B, Domeklof. M, Dewey. K,
Cohen. R, Hernell. O. 2004. Iron, Zinc,
and Copper Concentration in
Breastmilk are Independent of
Maternal Mineral Status. Am. J. Clin.
Nutr. 2004; 79: 111-5
Murray. 1978. The Effect of Iron Status of
Nigerian Mothers on That of Their
Infants at Birth and 6Months and on
The Concentration of Fe in Breast
Milk. British J Nutr 39: 627-630
Nasution Amini. 2003. Pengaruh
Suplementasi Formula Biskuit
Multigizi pada Ibu Hamil terhadap
Universitas Sumatera Utara
Pengaruh Pemberian Mie Instan Fortifikasi (6672)
Evawany Aritonang
72
Kualitas Air Susu Ibu (ASI) dengan
Pokok Bahasan Utama Mineral Seng
(Zn). Disertasi yang Tidak
Dipublikasikan. Program Pascasarjana.
Institut Pertanian Bogor.
Riyadi. H. 2002. Pengaruh Suplementasi Zn
dan Fe terhadap Status Anemia, Status
Seng dan Pertumbuhan Anak Usia 6-
24 bulan. Disertasi yang Tidak
Dipublikasikan. Program Pascasarjana.
Institut Pertanian Bogor.
Salgueiro M, Zubillaga M, Alexis, Lysionek,
Cara R, Weill R, Eng, and Boccio.
2002. The Role of Zinc in The Growth
and Development of Children. J Nutr
18: 510-519
Salvador. V and Latulippe. M. 2003. Milk
folate but not milk iron concentrations
may be inadequate for some infants in
a rural farming community in San
Mateo Capulhuac, Mexico.
Am.J.Clin.Nutr. 2003; vol 78: 782-789
Sinclair, D. 1991. Human growth after birth.
Fith edition. Oxford University Press.
New York
Stoltzfus, R.J. 2003. Iron Defficiency: Global
Prevalence and Consequences. Food
and Nutrition Bulletin Supplement Vol
24 No 4, 2003: Proceedings of The
Colloquium Unlocking The Potential
of The Worlds Children through
Sustainable Fortification and Public-
Private Partnership Cincinnati,Ohio,
USA 10-11 October 2002
Thu. Bu. 1999. Weekly Compared to Daily
Multi Supplementation of Iron,
Vitamin A and Zinc in Vietnamese
Children of 6-24 Months. Tesis yang
tidak dipublikasikan. Program
Pascasarjana Universitas Indonesia.
Jakarta
UNICEF. 1999. Strategy for Improved
Nutrition of Children and Women in
Developing Countries. dalam Asian
Development Review Volume 17 No
1,2 1999. Asian Development Bank
Walter Thomas. 2003. Effect of Iron
Defficiency Anemia on Cognitive
Skills and Neuromaturation in Infancy
and Childhood. Food and Nutrition
Bulletin 2004 Vol 24 Supplement.
United Nation Universty
Widdowson. 1985. Growth and Body
Composition in Childhood. Clinical
Nutrition of The Young Child. 1 st Ed.
Raven Press New York dalam
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang
Anak. Penerbit Buku Kedokteran.
EGC.
Wijaya. M. 2001. Efficacy of Multi
Micronutrient and Single Iron
Supplementation on Iron Status of
Indonesian Infants Aged 6-12 Month
Old. Tesis yang tidak dipublikasikan.
Program Pascasarjana Universitas
Indonesia. Jakarta
World Health Organization. (WHO). 2002.
The Optimal Duration of Exclusive
Breastfeeding: A Systematic Review.
Geneva
World Health Organization. (WHO). 2003.
Community Based Strategies for
Breastfeeding Promotion and Support
in Developing Countries. Department
of Child and Adolescent Health and
Development
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai