"Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja."
"Ketika mereka sampai di tempat yang bernama Tengkorak, mereka menyalibkan Yesus di situ dan juga kedua orang penjahat itu, yang seorang di sebelah kanan-Nya dan yang lain di sebelah kiri-Nya. Seorang dari penjahat yang di gantung itu menghujat Dia, katanya: "Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami!" Tetapi yang seorang menegor dia, katanya: "Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama? Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah." Lalu ia berkata: "Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja." Kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus." (Luk 23:33.39-43), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan arwah semua orang beriman hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
"Nyekar"(=Tabur bunga) atau berdoa di makam kakek-nenek, orangtua, kakak-adik, sanak- kerabat dst.. pada hari-hari Lebaran kiranya merupakan salah satu kegiatan dari para pemudik selain bersilaturahmi dengan orangtua atau saudara-saudari yang masih hidup. Maka dalam rangka 'memperingati arwh semua orang beriman' hari atau minggu/bulan ini kiranya kita terdukung oleh iklim perayaan Lebaran/Idul Fitri yang ramai-ramai dirayakan antara lain dengan tradisi mudik di masyarakat kita. Rasanya, dalam rangka mengenangkan saudara-saudari kita yang telah dipanggil Tuhan, apa yang kita kenangkan atau ingat-ingat pada umumnya adalah kebaikan-kebaikan atau kelebihan-kelebihan almarhum atau almarhumah, bukan kelemahan atau kekurangannya. Dalam iman kiranya kita percaya bahwa Tuhan sungguh murah hati terhadap umatNya, sebagaimana terjadi dalam diri penjahat yang disalibkan bersama Yesus bermohon "Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja", dan Yesus menjawab:"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus". Dalam iman itulah kita peringati arwah saudara-saudari atau kenalan dan sahabat kita maupun semua orang beriman. Marilah kita imani dan hayati kemurahan hati Tuhan yang begitu melimpah-ruah dalam diri kita masing- masing dan sanak saudara kita yang telah dipanggil Tuhan. Jika masing-masing dari kita sungguh menghayati kemurahan hati Tuhan, maka pergaulan atau kebersamaan kita akan ditandai, dijiwai atau dihidupi oleh saling bermurah hati sehingga terjadilah persaudaraan atau persahabatan sejati. Persaudaraan atau persahabatan sejati tidak kenal batas, tidak dapat dibatasi oleh Suku, Ras atau Agama, bahkan kita dapat bersahabat dengan mereka yang telah mendahului menghadap Tuhan. Persaudaraan sejati juga menjiwai kesibukan hari raya Idul Fitri atau Lebaran, maka hari-hari, minggu atau bulan ini kiranya merupakan kesempatan emas bagi kita semua untuk belajar membangun, meningkatkan dan memperdalam persaudaraan sejati di antara kita semua.
"Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia" (2Kor 5:1), demikian keyakinan iman Paulus'. Dengan keyakinan iman itu pula Paulus berani berkata bahwa ;"kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari" (2Kor 4:16). Kutipan-kutipan ini kiranya baik kita renungkan atau refleksikan, tidak hanya bagi kita yang sudah tua (usia 50 tahun ke atas dimana kekuatan phisik mulai melemah) tetapi siapapun juga karena kematian dapat datang dengan tiba-tiba. "Tidak tawar hati" itulah keutamaan yang perlu kita refleksikan dan mungkin harus kita mohon dengan rendah hati kepada Tuhan. Tidak tawar hati kurang lebih berarti senantiasa berusaha memberi perhatian kepada siapapun juga dan hal itu muncul juga karena penghayatan iman bahwa Allah pun telah menyediakan tempat kediaman kekal bagi kita yang masih mengembara di dunia ini. Bukankah hal itu merupakan perhatian luar biasa dari Allah kepada kita, orang beriman? Dengan kata lain kesiap-sediaan atau kerelaan untuk memberi perhatian pada siapapun juga, termasuk saudara- saudari kita yang telah dipanggil Tuhan merupakan anugerah atau kemurahan hati Tuhan juga. Maka marilah pada peringatan untuk arwah semua orang beriman dan berhimpitan dengan hari kemenangan atau persaudaraan saudara-saudari Muslim/Idul Fitri ini kita saling meneguhkan dan memperkuat keimanan kita akan kemurahan hati Tuhan serta bermurah hati satu sama lain di dalam kehidupan bersama.
"Jika Engkau, ya TUHAN, mengingat-ingat kesalahan-kesalahan, Tuhan, siapakah yang dapat tahan?Tetapi pada-Mu ada pengampunan, supaya Engkau ditakuti orang"(Mzm 130:3-4)
"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus." PERINGATAN ARWAH SEMUA ORANG BERIMAN: 2Kor 4:14-5:1; Luk 23:33.39-43
Para hari "Peringatan Arwah Semua Orang Beriman" ini kita semua diajak untuk mengenangkan mereka yang telah dipanggil Tuhan: kakek-nenek, orangtua, kakak-adik, kenalan, sahabat dst.. yang telah mendahului kita meninggalkan dunia ini. Maka marilah kita kenangkan siapa saja yang mungkin dekat dengan kita dalam masa hidupnya dan telah dipanggil Tuhan: mungkin baik jika kita kenangkan mereka yang telah begitu banyak mengasihi dan memperhatikan kita, misalnya orangtua, kakek-nenek, para pendidik, dst.. Dalam mengenangkan ini kiranya baik, jika mungkin, kita berdoa di tempat mereka telah dimakamkan atau beristirahat untuk selama- lamanya; kita bersihkan lingkungan hidup tempat mereka dimakamkan dst.. Untuk membantu mengenangkan mereka yang telah dipanggil Tuhan, saya sampaikan catatan-catatan sederhana dengan merefleksikan sabda Yesus serta kutipan surat Paulus kepada umat di Korintus di bawah ini:
"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus." (Luk 23:43)
Kita semua kiranya percaya bahwa saudara-saudari, orangtua, sahabat atau kenalan kita yang telah dipanggil Tuhan selama masa hidupnya di dunia senantiasa berkehendak baik, berusaha untuk berbuat baik kepada saudara-saudari dan sesamanya. Namun karena keterbatasan dan kelemahan diri sebagai manusia apa yang dilakukan sering dinilai tidak baik; mereka tidak tahu bahwa yang mereka lakukan mencelakakan orang lain atau berakibat buruk terhadap orang lain. Kami percaya orang-orang yang demikian itu, yang pada dasarnya berkehendak baik dan karena keterbatasannya ternyata yang dilakukan kurang/tidak baik, pada detik-detik terakhir hidupnya kiranya berdoa seperti 'salah seorang penjahat yang disalibkan bersama Yesus :"Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja." (Luk 23:42) dan Yesus menjawab : "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus."(Luk 23:43).
Doa yang benar kiranya bukan panjangnya kata-kata atau kalimat, suara keras dan gerak-gerik anggota tubuh, melainkan 'hati yang terarah sepenuhnya kepada Tuhan/Yang Ilahi'. Orang yang akan dipanggil Tuhan atau pada menit-menit atau detik-detik terakhir hidup orang pada umumnya gelisah; mereka yang siap dipanggil Tuhan kegelisahannya lembut, sedangkan mereka yang tidak siap dipanggil Tuhan sangat gelisah, misalnya kaki dan tangan bergerak kesana- kemari, mulut berteriak-teriak, mata membelalak dst.. atau dalam bahasa Jawa disebut "mecati". Kami percaya bahwa siapapun yang berkehendak baik ketika dipanggil Tuhan atau pada detik- detik terakhir hidupnya pasti berdoa seperti salah seorang penjahat yang disalibkan bersama Yesus, sebagaimana saya kutipkan di atas.
Dari penjahat yang bertobat, yang disalibkan bersama dengan Yesus, kita juga dapat mengimani bahwa hidup mulia kembali di sorga bersama Allah Pencipta dan Yesus yang kita imani merupakan anugerah Allah semata-mata. Kita imani bahwa orangtua, saudara-saudari atau kenalan dan sahabat kita yang telah dipanggil Tuhan telah menerima anugerah hidup mulia di sorga untuk selama-lamanya, dan dengan demikian kiranya mereka lebih mudah dan banyak berdoa daripada kita yang jarang atau malas berdoa. Maka baiklah dalam rangka mengenangkan 'Arwah Semua Orang Beriman" hari ini kita juga minta didoakan oleh mereka yang telah mendahului perjalanan kita kembali ke sorga. Mengimani bahwa mereka mendoakan kita antara lain menjadi nyata atau terwujud dengan meneladan cara hidup dan cara bertindak mereka yang baik dan benar. Sebagai contoh: marilah kita kenangkan aneka macam nasihat, saran, perilaku baik yang telah disampaikan oleh orangtua kita masing-masing, yang telah dipanggil Tuhan, dan kemudian kita hayati nasihat dan saran tersebut serta kita ikuti teladan hidup dan bertindak mereka yang baik.
"Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari.Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami. Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal" (2Kor 4:16- 18). Kutipan dari surat Paulus kepada umat di Korintus di atas ini kiranya baik menjadi permenungan atau refleksi kita semua orang beriman, khususnya mereka yang kesehatan tubuhnya semakin menurun atau lemah, entah karena sakit atau tambah usia alias sudah lansia. "Meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari", inilah yang hendaknya menjadi acuan atau pedoman hidup kita sebagai orang yang semakin merosot kesehatan atau kebugaran tubuhnya. Dengan kata lain ketika tubuh kita lemah dan tak berdaya hendaknya berdoa menjadi kegiatan atau kerasulan utama: berdoa dalam dilakukan kapan pun dan dimanapun. Mungkin doanya singkat saja seperti doa penjahat yang disalibkan bersama dengan Yesus: "Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja."
Kita semua diingatkan untuk tidak berhenti atau hanya memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, yang bersifat kekal bukan sementara. Yang tidak kelihatan dan bersifat kekal adalah jiwa kita, yang sungguh mempengaruhi cara hidup dan cara bertindak kita, maka marilah kita perhatikan kesehatan dan kebugaran jiwa kita. Bentuk perhatian tersebut kiranya dapat kita wujudkan dengan 'ora et labora'/berdoa dan bekerja: 1). Berdoa. Berdoa merupakan salah satu cirikhas hidup orang beriman atau beragama, maka hendaknya jangan melupakan doa-doa harian atau doa-doa dalam aneka kesempatan dan kepentingan. Berdoa dengan baik dan benar pada umumnya mendorong atau memotivasi orang yang bersangkutan untuk melakukan apa yang baik dan benar. Berdoa berarti berrelasi atau berhubungan dengan Allah, dan karena Allah adalah mahasegalanya, maka berrelasi atau berwawancara dengan Dia kita pasti dipengaruhi atau dikuasainya. Dengan kata lain berdoa yang benar dan baik pertama-tama adalah mendengarkan sapaan atau sabda Allah melalui citpaan- ciptaanNya di dunia ini, dan kemudian menanggapi secara positif sentuhan atau sapaan Allah tersebut alias 'mengerahkan tenaganya untuk menjalani hidup yang suci". 2).Bekerja . "Semua orang beriman kristiani, sesuai dengan kondisi khas masing-masing; harus mengerahkan tenaganya untuk menjalani hidup yang suci" (KHK kan 210). Mengerahkan tenaga berarti bekerja, berpartisipasi dalam seluk-beluk atau hal-ikwal duniawi dengan mendunia. Dengan kata lain mengusahakan kesucian hidup dengan mendunia, mengurus dan mengelola hal- hal duniawi. Secara konkret berarti cara hidup dan cara bertindak kita dimanapun dan kapanpun hendaknya baik dan menyelamatkan atau membahagiakan baik diri kita sendiri maupun orang lain atau sesama kita. Marilah kita kerjakan sebaik mungkin apa yang menjadi tugas dan kewajiban kita, dengan mengerahkan tenaga dan waktu pada tugas dan kewajiban tersebut.
"Dari jurang yang dalam aku berseru kepada-Mu, ya TUHAN! Tuhan, dengarkanlah suaraku! Biarlah telinga-Mu menaruh perhatian kepada suara permohonanku. Jika Engkau, ya TUHAN, mengingat-ingat kesalahan-kesalahan, Tuhan, siapakah yang dapat tahan? Tetapi pada-Mu ada pengampunan, supaya Engkau ditakuti orang. Aku menanti-nantikan TUHAN, jiwaku menanti- nanti, dan aku mengharapkan firman-Nya. Jiwaku mengharapkan Tuhan lebih dari pada pengawal mengharapkan pagi, lebih dari pada pengawal mengharapkan pagi."(Mzm 130:1-6)
Sejak awal mula Gereja meyakini bahwa hidup kita tidak dilenyapkan oleh kematian melainkan diubah Gereja menemani perjalanan orang beriman yang meninggal dan sedang menuju ke Allah itu melalui segala macam doa. Praktek doa Gereja bagi mereka yang meninggal dunia didasarkan, selain pada iman akan kebangkitan Kristus, juga pada communio sanctorum, persekutuan orang-orang kudus dalam Gereja. Persekutuan itu meliputi: mereka yang sudah mulia bersama Allah di surga, mereka yang masih hidup di dunia ini, dan mereka yang sudah meninggal namun belum masuk secara penuh dalam kemuliaan Allah dan masih perlu mengalami penyucian. Untuk kelompok yang terakhir inilah doa peringatan arwah diadakan. Sebagai warga Gereja, mereka semua entah yang masih hidup atau sudah mati tetap saling berhubungan dan saling dukung dalam cinta dan doa.
Keseluruhan doa peringatan arwah dijiwai oleh iman dan harapan akan kemurahan hati Allah sebagaimana terungkap dalam peristiwa wafat dan kebangkitan Kristus. Gereja sejak semula punya kebiasaan mendoakan orang yang sudah meninggal. Bahkan menjelang akhir masa PL kebiasaan itu telah ada (2 Mak 12:42-45). Bentuk-bentuk doa bagi peringatan arwah meliputi perayaan Ekaristi, doa-doa, amal dan olah kesalehan. Dalam setiap perayaan Ekaristi, mereka yang telah meninggal tak pernah lalai disebutkan dalam Doa Syukur Agung. Keseluruhan karya penyelamatan Allah dalam Kristus dijabarkan dan dirayakan dalam rentang waktu satu tahun liturgi, yang dimulai dari masa Adven dan berpuncak pada Paskah.
Betapa benar bahwa kita yang hidup di dunia ini harus selalu berjaga-jaga. Kematian tidak pernah bisa diperkirakan datangnya. Bahkan orang yang sudah sakit kritis sekalipun, tidak bisa kita tebak kapan Tuhan sungguh menginginkan dia pulang. Ada orang yang kritis berbulan-bulan dengan batuan segala obat dan alat. Tapi ada juga orang yang hanya sakit perut ringan, dalam 2 hari dipanggil pulang. Kalau sudah begitu, apa yang bisa kita bawa ketika menghadap Dia? Katanya, detik terakhir sebelum kematian, masih memungkinkan kita untuk bertobat. Seperti penjahat yang disalib di sebelah Yesus yang bertobat dan diampuni. Tetapi apakah harus menunggu sampai detik terakhir baru kita mau bertobat ? Karena ketika kematian sudah terjadi, semua sudah terlambat. Arwah sudah tidak bisa meminta ampun sendiri pada Allah. Maka menjadi kewajiban kita yang masih hidup di dunia ini untuk mendoakan mereka, memohonkan pengampunan dosa bagi mereka. Dan sebagai gantinya, ketika mereka sudah tiba di surga, dan bergabung bersama para kudus disana, merekalah yang akan mendoakan kita yang masih berkelana di dunia ini. Betapa hidup ini amat singkat dan tak terduga. Maka tidak ada salahnya pepatah yang mengatakan hiduplah seperti engkau akan mati besok pagi. Mengisi kehidupan dengan perbuatan baik, amal ibadah, rendah hati dan melayani sesama. Sehingga apabila sungguh kita mati besok pagi, tidak ada lagi yang patut disesali. Orang mungkin bertanya, Bagaimana jika jiwa orang yang kita doakan telah dimurnikan sepenuhnya dan telah pergi ke surga? Kita yang di dunia tidak mengetahui baik pengadilan Tuhan ataupun kerangka waktu ilahi; jadi selalu baik adanya mengenangkan saudara-saudara yang telah meninggal dunia serta mempersembahkan mereka kepada Tuhan melalui doa dan kurban. Namun demikian, jika sungguh jiwa yang kita doakan itu telah dimurnikan dan sekarang beristirahat di hadirat Tuhan di surga, maka doa-doa dan kurban yang kita persembahkan, melalui kasih dan kerahiman Tuhan, akan berguna bagi jiwa-jiwa lain di api penyucian.
Sebab itu, kita sekarang tahu bahwa bukan saja praktek ini telah dilakukan sejak masa Gereja Perdana, tetapi kita juga memahami dengan jelas pentingnya berdoa bagi jiwa-jiwa mereka yang telah meninggal dunia. Jika seseorang meninggal, bahkan jika orang tersebut bukan seorang Katolik, mohon intensi Misa bagi kedamaian kekal jiwanya dan mempersembahkan doa-doa kita jauh lebih bermanfaat serta membantu daripada segala macam kartu simpati atau karangan bunga dukacita. Yang terpenting ialah, hendaknya kita senantiasa mengenangkan mereka yang kita kasihi yang telah meninggal dunia dalam perayaan Misa Kudus dan melalui doa-doa dan kurban kita sendiri guna membantu mereka agar segera mendapatkan kedamaian kekal.
Kembali kepada pertanyaan berapa lama kita harus mendoakan para arwah, anjurannya adalah teruslah berdoa tanpa henti. Kita tidak pernah dapat mengetahui kapan seseorang boleh meninggalkan api penyucian dan masuk surga. Dan seandainya mereka tidak lagi memerlukan doa-doa kita, doa kita tetap ada gunanya. Tidak ada doa yang "sia-sia". Allah menjamin bahwa pahala doa kita akan diberikan kepada orang lain yang membutuhkannya. Kalau orang-orang yang kita cintai dan kita doakan kini sudah ada di surga, Allah akan mengizinkan mereka untuk menyalurkan pahala doa kita kepada anggota keluarga lain yang masih di bumi dan membutuhkannya. Dan, bagaimanapun, semua doa kita akan membantu menguduskan diri kita. Bantuan yang kita berikan untuk keselamatan kekal bagi yang telah meninggal adalah dengan berbuat silih. Silih itu bisa dengan mendoakan mereka, bisa pula dengan berbuat amal kasih bagi orang-orang yang membutuhkan amalan dan kasih kita demi mereka yang telah meninggal; agar mereka beristirahat dalam damai.
Supaya setiap orang yang melihat Anak dan percaya kepada-Nya beroleh hidup kekal, dan supaya Aku membangkitkannya di akhir zaman.
Apa yang disampaikan oleh Yesus ini adalah berkaitan dengan peringatan arwah-arwah yang sudah meninggal. Bapa melalui Putera-Nya Yesus menghendaki agar semua orang selamat dan akan dibangkitkan pada akhir zaman.
Walau demikian, tidak semua percaya kepada-Nya, bahkan mencaci dan membunuh-Nya utusan Allah atau Allah sendiri yang hadir di tengah tengah dunia ini. Semua orang tahu bahwa akan ada penghakiman terakhir, namun banyak yang tidak siap. Banyak yang tidak peduli atau lebih tertarik dengan tawaran dunia ini. Inilah saatnya bagi kita untuk mendoakan saudara-saudara kita yang sudah tiada, biarlah Tuhan melalui Yesus memberikan pengampunan dan kerahiman sehingga mereka diperbolehkan menikmati kehidupan bersama para kudus lainnya. Demikian renungan singkat hari ini, God bless you all.