Bab 1
Deret Bilangan Kompleks
A. Pendahuluan
Analisis komples adalah salah satu mata kuliah di
program studi pendidikan matematika. Dalam mata kuliah ini
dipelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan bilangan
kompleks baik itu operasi-operasi yang berlaku, fungsi bilangan
kompleks, dan lain-lain. Diantaranya juga dipelajari tentang
deret bilangan kompleks. Untuk lebih memahami deret bilangan
kompleks beserta teorema dan aturan yang berlaku dalam
deret bilangan kompleks itu sendiri maka dosen member tugas
pembuatan makalah mengenai deret bilangan kompleks. Oleh
sebab itu penulis membuat makalah ini untuk lebih memahami
mengenai deret bilangan kompleks sekaligus menyelesaikan tugas
dari dosen.
B. Deret Bilangan Kompleks
Definisi
Deret bilangan kompleks merupakan penjumlahan suku-
suku pada barisan bilangan kompleks.
Deret bilangan kompleks dinotasikan
... ...
3 2 1
1
+ + + + + =
=
n
n
n
z z z z z
dengan suku-suku deret yaitu , , ,
3 2 1
z z z .
Analisis Kompleks 2
Misalkan,
1 1
z S = merupakan jumlah suku
pertama
2 1 2
z z S + = merupakan jumlah dua
suku pertama
3 2 1 3
z z z S + + = merupakan jumlah tiga
suku pertama
n n
z z z S + + + =
2 1
merupakan jumlah n suku
pertama
Jika barisn ( )
n
S mempunyai limit diperoleh jumlah
tak berhingga ... ...
3 2 1
+ + + + +
n
z z z z
Jadi dalam symbol dituliskan
n
n
S
lim =
=1 n
n
z
1. Deret konvergen
Kekonvergenan suatu deret ditentukan oleh ada
atau tidak adanya limit barisan jumlah bagiannya.
Kekonvergenan deret tersebut disajikan berikut ini :
Definisi 1 :
- Deret
=1 n
n
z konvergen ke S jika dan hanya jika
S S
n
n
=
lim
- Deret
=1 n
n
z divergen ke S jika dan hanya jika
n
n
S
lim
tidak ada.
Analisis Kompleks 3
Contoh :
Dari barisan
|
.
|
\
|
n
i
2
5
= ,...
8
5
,
4
5
,
2
5 i i i
dibentuk deret
=1
2
5
n
n
i
.
Tentukanlah apakah deret tersebut konvergen atau divergen!
Penyelesaian :
n
n
S
lim =
=1
2
5
n
n
i
=
=
|
.
|
\
|
+ + + +
1
3 2 1
...
2
1
...
2
1
2
1
2
1
5
n
n
i
Bagian ruas kanan yang didalam kurung merupakan deret
geometri dengan suku pertama
2
1
= a dan
2
1
= r dan jumlah tak
hingganya adalah
r
a
1
=1.
Maka diperoleh limit
n
n
S
=1
2
5
n
n
i
konvergen
ke i 5 .
2. Uji Konvergensi Pada Deret Bilangan Kompleks
a. Teorema konvergensi
TEOREMA 6.2.2
Diberikan deret bilangan kompleks
dengan
(a)
dan
konvergen.
(b)
konvergen, maka
.
(c)
konvergen, artinya jika |
maka
konvergen.
Analisis Kompleks 4
Bukti (a):
Misalkan deret
konvergen ke , sehingga
.
Akan ditunjukan bahwa deret
konvergen ke
dan deret
konvergen ke .
Menurut definisi diperoleh,
Akibatnya diperoleh,
dan
Karena
dan
berturut-turut merupakan
jumlah bagian dari
dan
, maka
dan
konvergen.
Misalkan
konvergen ke dan
konvergen ke
Akan ditunjukan
konvergen ke .
Karena
,
Menurut teorema diperoleh
Karena
,
diperoleh
Jadi terbukti bahwa
konvergen.
Bukti (b):
Diberikan bilangan sebarang.
Akan dibuktikan
Berarti terdapat bilangan asli
sehingga jika
berlaku |
| .
Diketahui
Analisis Kompleks 5
Jadi untuk setiap bilangan terdapat bilangan asli
sehingga jika
berlaku |
dan |
Menurut ketaksamaan segitiga, diperoleh
|
| |
| |
|
|
| |
Jadi terbukti bahwa
b. Uji Rasio
Bukti:
(a) Diberikan bilangan sebarang.
Karena |
Sehingga jika
berlaku ||
| |
Diperoleh jika
berlaku
|
| atau
Teorema 6.2.4 (Uji Ratio):
Diberikan deret dengan suku-suku tak negative
dan
| .
(a) Jika L < 1, maka
konvergen
(b) Jika L > 1, maka
divergen
(c) Jika L = 1, maka pengujian gagal (deret
dapat konvergen atau divergen)
Analisis Kompleks 6
|
| |
| (*)
Diambil
| |
|
|
|
|
|
.
|
| (**)
Deret
konvergen.
Deret |
dalam
suku pertama.
Jadi deret |
| .
Hal ini berarti untuk setiap bilangan terdapat
bilangan
sehingga jika
berlaku
| .
Perhatikan bahwa |
| |
|
Diambil
sehingga diperoleh
|
| |
|
|
| |
| |
|
Jadi jika
, berlaku |
| |
|.
Analisis Kompleks 7
Akibatnya
.
Karena
, diperoleh deret
divergen.
(c) Misalkan deret
,
Diperoleh
|(
|
Deret
| .
Contoh :
Tunjukkan bahwa deret
konvergen dengan
menggunakan uji ratio.
Penyelesaian:
Misalkan
, maka
Diperoleh,
Jadi menurut uji ratio, diperoleh bahwa deret tersebut
konvergen mutlak.
Analisis Kompleks 8
c. Uji Akar
Diberikan deret dengan suku-suku tak negative
dan
L z
n
n
n
=
lim
.
Contoh :
Tunjukkan bahwa deret
=
+
1
. 2
1
n
n
n
n
konvergen dengan
menggunakan uji akar .
Penyelesaian :
Berikut akan dipaparkan menggunakan uji akar.
Kesimpulan dari uji akar ini sama dengan uji rasio.
n
n
n
n
n
. 2
1
lim
+
=
=
n
n
n
n
1
1
2
1
lim
|
.
|
\
|
+
Perhatikan bentuk
n
n 1 +
di atas,
jika n maka
n
n 1 +
= 1.
Perhatikan juga bentuk
n
1
.
=
>
<
=
gagal uji L
divergen z L
mutlak konvergen z L
n
n
n
n
, 1
, 1
, 1
1
1
L z
n
n
n
=
lim
Analisis Kompleks 9
Jika n maka
n
1
= , sehingga limit diatas memiliki
bentuk :
n
n
n
n
1
1
2
1
lim
|
.
|
\
|
+
=
0
1
2
1
x =
2
1
Karena nilai limitnya < 1, maka deret
=
+
1
. 2
1
n
n
n
n
konvergen.
d. Uji Integral
Andaikan
=1 n
n
z adalah deret suku-suku tak negative dan
andaikan bahwa fungsi ( ) x f y = didapat dari pengganti n
pada suku umum deret dengan peubah kontinu x, maka
deret
=1 n
n
z akan konvergen jika hanya jika ( )dx x f
}
1
juga
konvergen.
Dari kalkulus :
( )dx x f
a
}
= ( )
}
b
a
b
dx x f lim
Apa bila limit pada ruas kanan bernilai terhingga, maka
integral tak wajar tersebut konvergen dan memiliki nilai
yang sama dengan limit tadi. Jika tidak maka integral
tersebut divergen.
Contoh :
Tunjukanlah bahwa deret
=1
2
1
n
n
merupakan deret
konvergen dengan melakukan uji integral.
Analisis Kompleks 10
Penyelesaian :
Coba lakukan pengujian dengan uji rasio, maka akan
diperoleh hasil perhitungan 1 = L , dengan demikian kita
tidak dapat menentukan apakah deret tersebut
konvergen atau divergen dengan uji rasio. Inilah saatnya
menggunakan uji integral.
Lihat penjelasan teori diatas mengenai uji integral.
Kita ubah notasi n menjadi peubah kontinu x sehingga
diperoleh ( )
2
1
x
x f = .
Kita lakukan pengintegralan terhadap fungsi kontinu ini
( ) 1 1 0
1
1 1 1 1
1
1
2
= =
|
.
|
\
|
= =
}
x
dx
x
Integral fungsi ini bersifat konvergen (ada hasilnya)
dengan demikian deret
=1
2
1
n
n
konvergen
e. Uji Deret Berganti Tanda
Diketahui suatu deret ( )
=
1
1
n
n
n
z , dengan 0 >
n
z
Andaikan : 0 lim =
n
n
z ,
n n
z z s
+1
Untuk setiap n yang lebih besar dari suatu bilangan bulat
M tertentu, maka deret yang diketahui tersebut
konvergen.
Contoh:
Tunjukanlah bahwa deret
=
+
1
2
n
n
i n
i
merupakan deret
konvergen dengan melakukan uji deret berganti tanda.
Analisis Kompleks 11
Penyelesaian :
Kita lakukan uji rasio pada deret diatas
Berarti 1 = = i L . Karena 1 = L ,
maka kita tidak dapat mengetahui apakah deret tersebut
konvergen atau divergen.
Dengan demikian kita harus menggunakan uji lain.
Kita uji dengan pembanding sekali lagi, syaratnya harus
hati-hati dalam memilih deret pembanding.
- Untuk kasus ini kita pilih
=1
2
n
n
n
i
sebagai deret pembanding.
Namun bagaimana kita menguji deret ini ? coba kita
uraikan deret ini
...
16
1
9 4
1
1
1
2
+ +
+ =
=
l i
n
i
n
n
Tempat pada bagian pembilang berubah tanda dari
1 , , 1 , i i .
Dengan demikian uji deret berganti tanda merupakan uji
yang paling tepat untuk deret ini.
Lihat lagi teorema untuk deret berganti tanda.
Pada deret
=1
2
n
n
n
i
yang membuat berganti tanda adalah
n
i , dengan demikian pemeriksaan dilakukan terhadap bagian
2
1
n
.
( )
( )
( )
i
i n n
in
i n
i n i
i
i n
x
i n
i
L
n n
n
n
n
=
+ + +
=
+ +
+
=
+
+ +
=
+
1 2
1
lim
1
lim
1
lim
2
2
2
2 2
2
1
Analisis Kompleks 12
Ternyata 0
1
lim
2
=
n
n
dan
( )
s
+
2 2
1
1
1
n
n
=1
2
n
n
n
i
konvergen.
Karena
=1
2
n
n
n
i
konvergen, sementara
=
+
1
2
n
n
i n
i
s
=1
2
n
n
n
i
,
maka deret
=
+
1
2
n
n
i n
i
juga konvergen.
f. Uji Banding
Bukti:
(a) Diketahui |
| |
| dan |
konvergen.
Akan dibuktikan |
konvergen mutlak.
Misalkan {
dan {
.
Karena |
| .
Karena |
| |
|, diperoleh
untuk setiap
.
TEOREMA 6.2.3
Diberikan |
| |
| untuk setiap
(a) Jika |
konvergen, maka |
konvergen (mutlak)
(b) Jika |
divergen, maka |
divergen.
Analisis Kompleks 13
Karena barisan {
, sehingga berlaku |
| untuk suatu
bilangan real
Akibatnya |
konvergen.
(b) Diketahui |
| |
| dan |
divergen.
Akan dibuktikan |
divergen.
Andaikan deret |
konvergen.
Karena |
| |
konvergen.
Hal ini bertentangan dengan hipotesis yang diketahui
jadi pengandaian di atas salah, haruslah deret |
divergen.
Contoh :
Ujilah kekonvergenan deret
dengan menggunakan uji banding.
Penyelesaian:
Diketahui:
Bentuk umum deret di atas adalah
Kita buat fungsi pembandingnya yaitu
Sehingga berdasarkan definisi adalah
.
Kemudian deret
konvergen.
Bukti:
gunakan integral, maka:
Analisis Kompleks 14
)
(terbukti)
Karena
juga
konvergen
C. Latihan Soal
Tentukanlah apakah deret bilangan kompleks dibawah ini
konvergen atau divergen :
1.
( )
=
+
1
!
2 1
n
n
n
i
2.
( )
=
+
1
1
1
n
n n
3.
( )
( )
=
+
1
2
! 2
3
n
n
n
i
4.
( ) 1
1
2
|
.
|
\
|
n
n
i
5.
=1
2
n
n
n
i
D. Kunci Jawaban
1.
( )
=
+
1
!
2 1
n
n
n
i
Kita lakukan uji rasio dari deret diatas
( )
=
+
=
1
!
2 1
n
n
n
n
i
z
dan
( )
( )
=
+
+
+
+
=
1
1
1
! 1
2 1
n
n
n
n
i
z
Analisis Kompleks 15
=
+
=
1
1
n
n
n
z
z
L
( )
( )
( )
!
2 1
:
! 1
2 1
1
1
n
i
n
i
n
n
n
+
+
+
=
=
+
( )
( ) ( )
n
n
n
i
n
x
n
i
2 1
!
! 1
2 1
1
1
+ +
+
=
=
+
( )( )
( ) ( )
n
n
n
i
n
x
n n
i i
2 1
!
! . 1
2 1 2 1
1
+ +
+ +
=
=
( )
( )
0
1
2 1
1
=
+
+
=
= n
n
i
Karena nilai 0 = L , maka deret
( )
=
+
1
!
2 1
n
n
n
i
adalah deret
konvergen
2.
( )
=
+
1
1
1
n
n n
Kita lakukan uji banding dari deret diatas
Diketahui
( )
=
+
=
1
1
1
n
n
n n
z
.
Karena memakai uji banding, kita cari
n
w dimana
n n
w z <
.
Dalam hal ini di dapat =
n
w
Kita cari nilai deret |
|
|
(konvergen)
Karena
| |
|
3.
Kita lakukan uji ratio untuk menyelesaikan soal di atas
Analisis Kompleks 16
, berarti dan maka deret tersebut konvergen.
4. (
Kita lakukan uji konvergen mutlak
| (
Deret |
Deret di atas merupakan deret ukur yang konvergen ke
Jadi deret (
konvergen.
5.
Menurut teorema deret bilangan real yang berayun dengan
Merupakan deret bilangan real yang divergen.
Jadi menurut definisi deret
konvergen bersyarat.
Analisis Kompleks 17
Bab 2
Deret Pangkat
A. Pendahuluan
Analisis kompleks adalah salah satu mata kuliah di
program studi pendidikan matematika. Dalam mata kuliah ini
dipelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan bilangan
kompleks baik itu operasi-operasi yang berlaku, fungsi kompleks
dan lain-lain. Diantaranya juga dipelajari Deret Pangkat
kompleks. Pada materi ini akan dibahas deret pangkat yang
merupakan dasar dalam pembahasan deret Taylor dan deret
Maclaurin. Selanjutnya akan dibahas pula jari-jari dan daerah
kekonvergenan suatu deret pangkat.
B. Deret Pangkat
1. Definisi Deret Pangkat
Definisi
Deret pangkat adalah suatu deret tak berhingga yang
berbentuk:
=
+ + + + + =
0
2
2 1 0
... ) ( ... ) ( ) ( ) (
n
n
n
n
n
c z a c z a c z a a c z a
Dimana a
n
(n = 1, 2, 3,...) konstanta kompleks, z variabel
kompleks dan c pusat deret.
Kekonvergenan deret pangkat pada suatu titik berhubungan
dengan kekonvergenan deret bilangan kompleks. Hal ini
disajikan pada definisi berikut.
Analisis Kompleks 18
Definisi
Deret pangkat
=
0
) (
n
n
n
c z a konvergen pada titik z
0
jika
dan hanya jika
=
0
0
) (
n
n
n
c z a merupakan deret bilangan
kompleks yang konvergen
Jika deret bilangan kompleks
=
0
0
) (
n
n
n
c z a divergen,
maka deret pangkat
=
0
) (
n
n
n
c z a divergen pada z
0
.
Jika deret pangkat
=
0
) (
n
n
n
c z a konvergen pada setiap
titik himpunan S, maka dikatakan deret pangkat tersebut
konvergen pada S. Tetapi jika deret pangkat
=
0
) (
n
n
n
c z a
divergen pada setiap titik di S, dikatakan deret pangkat
=
0
) (
n
n
n
c z a divergen pada S.
Jika pusat deret pangkat c = 0, maka deret pangkat
berbentuk
=0 n
n
n
z a . Deret pangkat
=0 n
n
n
z a konvergen di
suatu titik mengakibatkan konvergen mutlak di setiap
bilangan kompleks dengan syarat tertentu. Situasi ini
disajikan pada teorema berikut.
Analisis Kompleks 19
2. Teorema Deret Pangkat
Bukti :
Diberikan bilangan sebarang. Karena deret
=0 n
n
n
z a
kovergen, maka 0 lim
0
=
n
n
n
z a . Hal ini berarti terdapat
bilangan asli n
0
sehingga jika n > n
0
berlaku c <
n
n
z a 0 .
Untuk setiap bilangan kompleks z, berlaku
0
0 z z < s dan
akibatnya adalah
1 0
0 0
< = s
z
z
z
z
. Oleh karena itu, diperoleh
n
n
n
n
n
n
n
n
n
z
z
z a
z
z
z a z a
0
0
0
0
. = =
Karena 0 lim
0
=
n
n
n
z a , terdapat bilangan real M >0
sehingga berlaku M z a
n
n
<
0
. Jadi diperoleh
Teorema
Jika deret pangkat
=0 n
n
n
z a konvergen di z
0
(
=0 n
n
n
z a
konvergen) dengan z
0
0, maka Deret pangkat
=0 n
n
n
z a konvergen mutlak disetiap nilai z dengan |z| <
|z
0
|.
Analisis Kompleks 20
+ =
+ =
s
1 1
0
0 0
n n n n
n
n
n
z
z
M z a
Karena
1 0
0
< s
z
z
dan
+ = 1 0
0
n n
n
z
z
M
suatu deret ukur, maka
deret
+ = 1 0
0
n n
n
z
z
M
konvergen. Karena
+ =
+ =
s
1 1 0
0 0
n n n n
n
n
n
z
z
M z a
konvergen, maka
+ = 1
0
n n
n
n
z a
konvergen. Akibatnya deret
+ = 1
0
n n
n
n
z a
konvergen. Jadi terbukti bahwa deret
=0 n
n
n
z a
konvergen.
Bukti:
Karena deret
=0
1
n
n
n
z a
divergen, maka
k
k
n
z a
1
lim
tidak ada.
Karena |z| > |z
1
|, diperoleh
1
1
>
z
z
. Akibatnya
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
n
z
z
z a
z
z
z a z a
1
0
1
0
1
1
0
.
=
=
=
|
|
.
|
\
|
=
Teorema
Deret
=0 n
n
n
z a
divergen untuk
), (
0
1 1
divergen z a z
n
n
=
maka
deret
=0 n
n
n
z a
divergen untuk setiap dengan
1
z z > .
Analisis Kompleks 21
Deret
=0
1
n
n
z
z
merupakan deret ukur yang divergen, sebab
1
z
z
>1. Jadi deret
=0 n
n
n
z a
divergen. Akibatnya deret
=0 n
n
n
z a
divergen.
3. Jari-Jari Kekonvergenan Deret Pangkat
Setiap deret pangkat
=
0
) (
n
n
n
c z a
terdapat bilangan tunggal
yang dinamakan jari-jari kekonvergenan deret
yang memenuhi sifat-sifat sebagai berikut:
(1) Jika , maka deret
=
0
) (
n
n
n
c z a
konvergen di z = c
dan divergen di z c.
(2) Jika , maka deret
=
0
) (
n
n
n
c z a
konvergen
mutlak untuk setiap z dengan |z c| < dan
divergen untuk setiap z dengan |z c| > .
(3) Jika , maka deret
=
0
) (
n
n
n
c z a
konvergen mutlak
untuk setiap z.
Bilangan dinamakan jari-jari kekonvergenan deret pangkat
=
0
) (
n
n
n
c z a
, sedangkan {z c: |z c| < } dinamakan
daerah kekonvergenan dan |z c| = disebut lingkaran
kekonvergen. Kekonvergenan
=
0
) (
n
n
n
c z a
untuk z dengan
|z c| = silahkan periksa sendiri. Daerah kekonvergenan
Analisis Kompleks 22
deret pangkat
=
0
) (
n
n
n
c z a
digambarkan seperti berikut
ini.
Masalah penentuan daerah kekonvergenan deret pangkat
kompleks diperoleh dengan mencari jari-jari kekonvergenan
deret pangkat
=
0
) (
n
n
n
c z a , yaitu:
(a)
|
(b)
C. Contoh Soal
1. Tentukan daerah kovergensi dari deret pangkat:
n
n
z
n
1
0
=
Penyelesaian:
Misalkan
,
1
n
a
n
=
maka
1
1
1
+
=
+
n
a
n
dan
) 1 (
1
1
lim lim
1
+
= =
+
n
n
a
a
n
n
n
n
n
n
n
1
lim
+
=
= 1
Analisis Kompleks 23
Kekonvergenannya adalah
=0 n
n
n
z
konvergen pada |z| > 1.
Bila z = 1, maka deret
=0 n
n
n
z
merupakan deret harmonis.
Karena itu deret
=0 n
n
n
z
divergen.
2. Tentukan daerah kovergensi dari deret pangkat:
4 . ) 1 (
) 2 (
0
3
=
+
+
n
n
n
n
z
Penyelesaian :
Misalkan
1 3
4 . ) 1 (
1
+
+
=
n
n
n
a dan jari-jari kekonvergenannya
adalah
1
lim
+
=
n
n
n
a
a
n 3
1 3
4 . ) 1 (
4 . ) 2 (
lim
+
+
=
+
n
n
n
n
3
3
) 1 (
) 2 ( 4
lim
+
+
=
n
n
n
= 4
Jadi daerah kekonvergenannya adalah
=
+
+
0
3
4 . ) 1 (
) 2 (
n
n
n
n
z
konvergen
pada |z + 2| < 4 dan divergen pada |z + 2| > 4. Sedangkan
deret
4 . ) 1 (
) 2 (
0
3
=
+
+
n
n
n
n
z
=
+
=
0
3
) 3 (
1
n
n
konvergen pada lingkaran
|z + 2| = 4
Analisis Kompleks 24
D. Latihan Soal
1. Tentukan jari-jari kekonvergenan dari setiap deret pangkat
berikut :
2. Tentukan daerah kekonvergenan deret berikut :
E. Kunci Jawaban
Jawaban latihan soal
1. Menentukan jari-jari :
|
Analisis Kompleks 25
|
2. Menentukan daerah kekonvergenan deret pangkat
|
Analisis Kompleks 26
|
Jadi daerah kekonvergenannya adalah
Konvergen pada || dan divergen pada ||
|
i
|
i
|
i
|
Jadi daerah kekonvergenannya adalah
Konvergen pada | i| dan divergen pada | i|
Analisis Kompleks 27
Bab 3
Deret Taylor Dan Maclaurin
A. Pendahuluan
Polinomial
n
n
x a x a x a a x f + + + + = ... ) (
2
2 1 0
(*)
adalah bentuk sederhana yang menarik untuk diteliti. Salah
satunya adalah menyatakan fungsi yang sama kedalam turunan-
turunannya, sebab harga kofaktor
n
a a a a ,... , ,
2 1 0
dapat di
hitung dari nilai fungsi turunan-turunannya:
n
n
x a x a x a a x f + + + + = ... ) (
2
2 1 0
maka :
0
) 0 ( a f =
... ()
1 2
3 2 1
1
... 3 2 ) (
+ + + + =
n
n
x na x a x a a x f ,maka
1
1
) 0 ( a f = . ()
2 2
4 3 2
11
) 1 ( ... 12 6 2 ) (
+ + + =
n
n
x a n n x a x a a x f
,maka
2
11
2 ) 0 ( a f = . (3)
3
4 3
) 3 (
) 2 )( 1 ( ... 24 6 ) (
+ + + =
n
n
x a n n n x a a x f
,maka
3
) 3 (
6 ) 0 ( a f =
..(4)
da seterusya
n
n
a n n n x f 1 . 2 . 3 )... 2 )( 1 ( ) (
) (
=
+,aka
n
n
a n n n f . 1 . 2 . 3 )... 2 )( 1 ( ) 0 (
) (
=
.. (n)
Dari persamaan terakhir ini diperoleh kenyataan bahwa
!
) 0 (
) (
n
f
a
n
n
=
berlaku pada persamaan sebelumya: ke-
(),(),(-1).
Oleh karenanya polinomial (*) dapat dinyatakan dalam
bentuk lain :
n
n
x
n
f
x
f
x
f
x
f
f x f
!
) 0 (
...
! 3
) 0 (
! 2
) 0 (
! 1
) 0 (
) 0 ( ) (
) (
3
) 3 (
2
11 1
+ + + + + =
(**)
Gagasan ini berkembang tidak hanya merubah
polinomial kedalam suku-suku yang mengandung turunan-
turunannya, tapi boleh jadi sembarang fungsi dapat
Analisis Kompleks 28
diperlakukan sama. Temuan ini sudah barang tentu dengan
anggapan bahwa ) (x f kontinu dalam interval [a,b] dan dapat
di differensialkan sampai tingkat ke n dalam (a,b) pada x = 0
atau ada f
n
= ) 0 (
) (
, tepatnya berlaku pada interval dimana
) (x f konvergen.
Karena rumusan tersebut ditemukan oleh Mac Laurin
(1698-1746) maka :
n
n
x
n
f
x
f
x
f
x
f
f x f
!
) 0 (
...
! 3
) 0 (
! 2
) 0 (
! 1
) 0 (
) 0 ( ) (
) (
3
) 3 (
2
11 1
+ + + + + =
disebut deret Mac Laurin.
Sebenarnya deret Mac Laurin ini kejadian khusus dari
deret yang dikembangkan Brook Taylor (1685-1731) - salah
seorang murid Newton.
B. Deret Taylor Dan Deret Maclaurin
Suatu fungsi ) (z f tidak dapat direpresentasikan dalam
dua deret pangkat dengan pusat deret yang sama. Apabila
) (z f dapat dinyatakan dalam deret pangkat dengan pusat
0
z ,
maka deret tersebut tunggal. Setiap fungsi analitik dapat
disajikan dalam deret pangkat. Apabila ) (z f analitik di dalam
lingkaran C maka ) (z f dapat disajikan dalam deret Taylor
atau deret MacLaurin bergantung pada pusat deretnya.
Gambar 5.1 Lingkaran C dengan pusat deret
0
z
Analisis Kompleks 29
1. Deret Taylor
a. Pengertian
Deret Taylor adalah Deret pangkat
| }
b. Teorema
Bukti :
Diambil lintasan
{ |
| }
Karena
Teorema Taylor
Jika fungsi f analitik pada daerah terbuka
{ |
Analisis Kompleks 30
maka,
Menurut pengintegralan Cauchy, jika f analitik pada
dan
, maka
dan
Oleh karena itu, diperoleh
dega
Akan dibuktikan i
Dari persamaan (1), diperoleh
|
| |
|
Karena f analitik pada maka terdapat
bilangan real sehingga berlaku || untuk
setiap
Oleh karena itu diperoleh |
| untuk setiap
Analisis Kompleks 31
Sedangkan untuk setiap berlaku
(
| |
||
|
Menurut teorema bahwa
|
|
||
Oleh karena itu diperoleh
|
(
|
|
(
|
(
|
dengan
|
Karena
|
, maka i
(
|
Jadi i
Dari persamaan (1) dan (2) diperoleh
2. Deret Maclaurin
a. Pengertian
Deret Maclaurin merupakan deret Taylor pada saat Z
0
= 0
b. Teorema
Analisis Kompleks 32
Bukti (a) :
Fungsi
.
Dengan demikian deret McLaurin dari
adalah
||
Analisis Kompleks 33
Jadi terbukti bahwa
||
Bukti (b) :
si
si
si
3
3
s
3
3
s
Sehingga
si
3
3
||
Bukti (c) :
s
si
si
3
3
si
3
3
si
Sehingga
Analisis Kompleks 34
s
||
Bukti (d) :
sih
sh
sh
sih
sih
3
3
sh
3
3
sh
Sehingga
sih
3
3
||
Bukti (e) :
sh
sih
sih
sh
sh
3
3
sih
3
3
sih
Sehingga sh
||
Bukti (f) :
Misalkan
Dengan demikian deret MacLaurin dari
adalah
||
Jadi terbukti bahwa
3
||
Bukti (g) :
Misalkan
.
Analisis Kompleks 36
Titik singular dari fungsi adalah .
Jadi jari-jari kekonvergenan deret MacLaurin adalah
jarak dari 0 ke titik singular yang terdekat
Dengan demikian deret MacLaurin dari
adalah
||
Jadi terbukti bahwa
3
||
Analisis Kompleks 37
C. Contoh Soal
1. Tentukan deret Taylor dari
disekitar !
Penyelesaian :
f
fi
i
f
3
fi
i
3
f
fi
Jadi deret Taylor dari
disekitar i adalah
f
fi
f
2. Uraikan
disekitar .
Penyelesaian :
3
(
(
3
)
)
(
3
Analisis Kompleks 38
Jadi diperoleh
f
3. Hitunglah
.
Penyelesaian :
d
d
d
d
d
d
(
)
(
D. Latihan Soal
1. Buktikan bahwa
| i|
2. Tentukan deret Taylor dari e
disekitar
3. Uraikan fungsi berikut atau deret Taylor disekitar z yang
diberikan f
disekitar z = 1
Analisis Kompleks 39
E. Kunci Jawaban
1.
Jadi deret Taylor dari f
disekitar adalah
fi
f
2. f e
f e
f
f e
f e
f e
f
f e
f
e
f f
Analisis Kompleks 40
f
f
e
e
Bab 4
Deret Laurent
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang Masalah
Misal fungsi f(z) analitik pada | z z
0
| < R
0
(lingkaran dengan pusat di z
0
dan jari-jari R
0
). Maka untuk
setiap titik z pada lingkaran itu, f(z) dapat dinyatakan
sebagai :
Deret diatas disebut Deret Taylor di titik z
0
dan
daerah | z z
0
| < R
0
disebut daerah kekonvergenan atau
keanalitikan deret. Bila f(z) fungsi entire maka daerah
keanalitikan deret yaitu : | z z
0
| < R
Bila fungsi f(z) tidak analitik di z = z
0
maka f(z)
tidak dapat diperderetkan dalam deret Taylor di z = z
0
.
Agar f(z) dapat diperderetkan di z = z
0
maka dilakukan
Analisis Kompleks 41
dengan cara membuang titik singular z = z
0
dari daerah | z
z
0
| < R sehingga didapatkan daerah R
1
< | z z
0
| <
R
2
( cincin / anulus ) yang merupakan daerah keanalitikan
fungsi f(z). Hal ini telah dilakukan oleh Laurent karena
Dalam memperderetkan fungsi ke dalam deret Laurent kita
tidak menggunakan rumusan di atas, karena kita ingin
menghindari perhitungan integral lintasan. Untuk itu
dilakukan dengan menggunakan bantuan deret Taylor
maupun deret Mac Laurin yang sudah kita pelajari.
2. Rumusan Masalah
Mengingat akan sifat makalah ini maka dirumuskan
masalah sebagai berikut :
1) Bagaimana menggunakan deret laurent untuk
menyelesaikan soal?
2) Bagaimana menyelesaikan soal dari fungsi tidak
analitik dengan menggunakan deret laurent?
3. Tujuan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang dan rumusan
masalah maka penulis dalam makalah ini bermaksud untuk
mengenalkan deret laurent dan menyelesaikan soal dengan
deret laurent.
B. Deret Laurent
1. Sejarah Deret Laurent
Analisis Kompleks 42
Dalam matematika, Deret Laurent dari fungsi f
kompleks (z) merupakan representasi dari fungsi yang
sebagai rangkaian listrik yang meliputi segi derajat
negatif. Ini dapat digunakan untuk mengekspresikan fungsi
kompleks dalam kasus di mana ekspansi deret Taylor tidak
dapat diterapkan. Deret Laurent dinamai dan pertama kali
diterbitkan oleh Pierre Alphonse Laurent pada tahun
1843. Karl Weierstrass mungkin telah menemukan pertama
kali pada tahun 1841 tetapi tidak mempublikasikannya pada
saat itu.
2. Definisi
Bagaimana penderetannya bila f(z) fungsi
meromorfik yang gagal analitik di sebuah kutub z = a di
dalam daerah konvergensinya? Di dalam sebuah anulus
berpusatkan di z = a fungsi f(z) menjadi analitik, karena z
= a sudah berada di luar kontur. Daerah kovergensinya
menjadi : r < | z-a
yang berupa anulus ini, deret fungsi yang dihasilkan tidak
hanya berupa deret Taylor (4.2) di atas, tetapi menjadi
Analisis Kompleks 43
lebih umum dengan bentuk:
Suku pertama di ruas kanan tidak lain adalah deret
Taylor,dan suku keduanya yang berupa polinomial
berpangkat negatif disebut sebagai bagian utama dari deret
Laurent. Jadi secara umum deret Laurent terdiri dari dua
bagian : deret Taylor dan bagian utamanya.
Jadi secara umum deret Laurent terdiri dari dua
bagian : deret Taylor dan bagian utamanya.
3. Lema Deret Laurent
Diberikan C,K dua lintasan tertutup sederhana Int
(C)_Int (K), A = Ann (C,K). Jika f analitik pada
A,maka untuk setiap z e A, berlaku :
} }
=
c k
dt
z t
t f
i
dt
z t
t f
i
z f
0 0
) (
2
1 ) (
2
1
) (
t t
Analisis Kompleks 44
Bukti :
Diambil lintasan tertutup sederhana L, Sehingga z e Int
(L) _ A. Menurut teorema perluasan Annulus diperoleh:
Sedangkan
Terbukti bahwa
A
C
K
} } }
+
k L C
dt
z t
t f
i
dt
z t
t f
i
dt
z t
t f
i
0 0 0
) (
2
1 ) (
2
1 ) (
2
1
t t t
}
=
L
dt
z t
t f
i
z f
0
) (
2
1
) (
t
} }
=
c k
dt
z t
t f
i
dt
z t
t f
i
z f
0 0
) (
2
1 ) (
2
1
) (
t t
} }
=
c k
dt
z t
t f
i
dt
z t
t f
i
z f
0 0
) (
2
1 ) (
2
1
) (
t t
Analisis Kompleks 45
4. Teorema Deret Laurent
Diberikan C,L dua lintasan tertutup sederhana dengan
C={t: |t-z0|=r} dan K = {t: |t-z0|=R}, dan A = Ann
(C,K) = {t : r |t-z0| R }. Jika f analitik pada A,
maka untuk setiap z e A berlaku :
dan
Bukti :
Menurut lema 6.5.1 untuk setiap z e A berlaku :
Pada deret taylor, diperoleh
dengan
akan dicari
}
=
k
n
n
z t
t f
i
a
1
0
) (
) (
2
1
t
} +
=
C
n
n
z t
t f
i
b
1
0
) (
) (
2
1
t
} }
=
c k
dt
z t
t f
i
dt
z t
t f
i
z f
0 0
) (
2
1 ) (
2
1
) (
t t
}
=
=
0
0
0
) (
) (
2
1
n
n
n
k
z z a dt
z t
t f
i t
!
) (
) (
) (
2
1
0
) (
1
0
n
z f
dt
z t
t f
i
a
n
K
n
n
=
=
} +
t
}
K
dt
z t
t f
i
0
) (
2
1
t
Analisis Kompleks 46
Oleh karena itu, diperoleh :
dan
akibatnya diperoleh
, dengan
Terbukti bahwa
) 1 )( (
1
) ( ) (
1
) ( ) (
1 1
0
0
0
0 0 0 0
z z
z t
z z
z t z z z z z t z t
=
=
=
) ( 1
) (
) ( ..... ) ( 1 (
1
0
0
0
0
1
0
0 2
0
0
0
0
0
z z
z t
z z
z t
z z
z t
z z
z t
z z
z t
z z
n
n
+ +
=
) (
) )( (
) (
) )( (
.....
) (
) )( ( ) ( ) (
0
0
0
1
0
2
0
0
0
z t
z z
z t
t f
z z
z t t f
z z
z t t f
z z
t f
z t
t f
n
n
n
+ +
0
) )( (
2
1
lim lim
0
0
=
=
}
dt
z t
z z
z t
t f
P
C
n
n
n
n
t
}
K
n
n
n
z z b dt
z t
t f
i
1
0
) (
) (
2
1
t
} }
= =
C
n
C
n
n
dt
z t
t f
z t t f
i
b
1
0
1
0
) (
) (
2
1
) )( (
2
1
t
}
=
k
n
n
z t
t f
i
a
1
0
) (
) (
2
1
t
} +
=
C
n
n
z t
t f
i
b
1
0
) (
) (
2
1
t
Analisis Kompleks 47
dan
C. Contoh Soal
1. Buatlah menjadi deret laurent, jika diketahui :
Penyelesaian:
1 |
3
| 3 | | ,
3
1
) ( < > < >
+
=
z
z
z
z f
z
z
z
z
z
3
1
1
.
1
3
1
1
3
1
+
=
+
=
+
Analisis Kompleks 48
2. Buatlah menjadi deret laurent, jika diketahui :
Penyelesaian:
Untuk z=-2,diperoleh 1=-3A, A=-1/3
Untuk z=1,diperoleh 1=3B, B=1/3
Maka diperoleh,
4 | 2 | 1 ,
) 1 )( 2 (
1
) ( < <
+
= z
z z
z f
=
=
0
)
3
( ) 1 (
1
n
n x
z z
) 2 ( ) 1 ( 1
) 1 )( 2 (
) 2 ( ) 1 (
1 2 ) 1 )( 2 (
1
) (
+ + =
+
+ +
=
+
+
=
+
=
z B z A
z z
z B z A
z
B
z
A
z z
z f
=
+
=
0
1
3 ) 1 (
n
n
x n
z
)
) 2 (
1
1
1
(
3
1
) 1 )( 2 (
1
) (
+
=
+
=
z z z z
z f
Analisis Kompleks 49
Analisis Kompleks 50
D. Latihan Soal
1. Tentukan deret laurent, jika diketahui:
a. Deret Laurent untuk 2 1 < < z
b. Deret Laurent untuk 2 > z
E. Kunci Jawaban
Penyelesaian Latihan Soal
1. a. =
) 2 ( ) 1 (
1
) (
=
z z
z f
2 1 < < z
) 2 (
1
) 1 (
1
) (
=
z z
z f
z
z
z z z
z
z z
n
n
n
n
< =
<
(
(
|
.
|
\
|
=
(
(
=
+
=
1 ,
1
1
1
,
1 1
1
1
1 1
1
1
0
1
0
=
+
=
< =
<
(
(
|
.
|
\
|
=
(
(
0
1
0
2 ,
2
1
2
,
2 2
1
2
1
1
2
1
2
1
n
n
n
n
n
z
z
z z
z
z
) (z f
Analisis Kompleks 51
Jadi,
b. f(z) =
Jadi,
. 2 1 ,
2
1
) 2 (
1
) 1 (
1
) 2 ( ) 1 (
1
) (
0 0
1 1
< < =
=
=
=
+ +
z
z
z
z z z z
z f
n n
n
n
n
2 > z
) 2 (
1
) 1 (
1
) (
=
z z
z f
1 ,
1
1
1
,
1 1
1
1
1 1
1
1
0
1
0
> =
<
(
(
|
.
|
\
|
=
(
(
=
+
=
z
z
z z z
z
z z
n
n
n
n
=
+
=
> =
<
(
(
|
.
|
\
|
=
(
(
0
1
0
2 ,
2
1
2
,
2 1
2
1
1 1
2
1
n
n
n
n
n
z
z
z z z
z
z z
. 2 ,
2 1
) 2 (
1
) 1 (
1
) 2 ( ) 1 (
1
) (
0 0
1 1
> =
=
=
=
+ +
z
z z
z z z z
z f
n n
n
n
n
Analisis Kompleks 52
Bab 5
TRANSFORMASI ELEMENTER
A. Pendahuluan
Pada bab ini akan membicarakan arti geometri fungsi
kompleks. Suatu fungsi dapat dipikirkan sebagai suatu proses
bahwa sebagian dari bidang Z dipetakan ke bagian bidang W .
Hal ini menjelaskan istilah pemetaan dan transformasi sebagai
Analisis Kompleks 53
nama lain untuk suatu fungsi f memetakan
0
z ke
0
w dengan
0
w adalah peta
0
z dibawah f dan
0
z adalah prapeta dari
0
w
.Keadaan seperti ini yang mendasari pembahasan mengenai
transformasi elementer.
B. Transformasi Linear
Transformasi yang berbentuk e + = = b a b az z f w , , ) ( C
disebut transformasi linear . sebelum membicarakan lebih jauh
mengenai transformasi linear, perhatikan beberapa gejala
berikut.
(1) Misalkan iz z f = ) ( dengan iy x z + = , maka
) (z f
2
1 , ) (
t
= = + = + = = danArgi i ix y iy x i iz
Fungsi iz z f = ) ( , bila dituliskan dalam bentuk
pengaitannya diperoleh
iz z
ix y iv u iy x + = + +
Hal ini memperlihatkan bahwa setiap titik (x,y) dibidang Z
ditransformasikan oleh iz z f = ) ( ke bidang W dititik ( -y,x
), diperoleh dengan rotasi |
.
|
\
|
2
, 0
t
Analisis Kompleks 54
(2) Misalkan iz z f 2 ) ( = dengan iy x z + = , maka
2 2 ), ( 2 2 2 ) ( 2 2 ) ( = + = + = + = = i ix y ix y iy x i iz z f
dan
2
) 2 (
t
= i Arg
Fungsi iz z f 2 ) ( = bila ditulis dalam bentuk pengaitannya
diperoleh
iz z 2
) ( 2 ix y iv u iy x + = + +
Hal ini memperlihatkan bahwa setiap titik (x,y) dibidang Z
ditransformasikan oleh iz z f 2 ) ( = ke bidang W di titik
) 2 , 2 ( x y diperoleh dengan rotasi |
.
|
\
|
2
, 0
t
di dilatasi oleh
factor 2.
Secara umum fungsi 0 , ) ( = = = a az z f w
mentransformasikan z ke bidang W dengan cara :
(1) Merotasikan z sebesar Arg a , dan
(2) Didilatasi oleh factor a
Faktor dilatasi a menentukan jenis transformasi z ke bidang
W , yaitu :
Analisis Kompleks 55
(1) Jika 1 = a , maka z ditransformasikan ke bidang W dengan
rotasi ( ) Arga , 0
(2) Jika 1 > a , maka z ditransformasikan ke bidang W dengan
rotasi ( ) Arga , 0 kemudian didilatasi ( diperbesar ) oleh
factor 1 > a
(3) Jika 1 < a , maka z ditransformasikan ke bidang W dengan
rotasi ( ) Arga , 0 kemudian didilatasi ( diperkecil ) oleh
factor 1 < a
Transformasi b az w + = dapat dipikirkan sebagai dua
transformasi berurutan, yaitu :
az s = dan b s w + =
Jadi, Transformasi linear e + = b a b az w , ; C
mentransformasikan z ke bidang W dengan cara :
(1) Merotasikan z sebesar ( ) Arga , 0
(2) Dilatasi oleh factor a
(3) Translasi sejauh ( )
2 1
, b b b =
Transformasi linear e + = b a b az w , ; C, bila dituliskan dalam
bentuk pengaitannya diperoleh seperti berikut:
Analisis Kompleks 56
z
a r iolehfakto dandilatas Arga rotasi ) , 0 (
az
( )
=
2 1
,b b ejauhb translasis
az+b
Contoh :
Tentukan peta dari kurva
2
x y = oleh transformasi linear
( ) i iz w + = 1 ( 2
Penyelesaian :
2
0 cot ) 2 (
t
= = arc i Arg dan . 2 2 = i Transformasi linear
) 1 ( 2 i iz w + = bila ditulis dalam bentuk pengaitannya,
diperoleh
z
|
.
|
\
|
2
, 0
t
R
iz
2 ehfaktor dilatasiol
iz 2
) 1 ( 2
) 1 (
i iz
i ejauh translasis
+
Kurva
2
x y = bila ditulis dalam bilangan kompleks
2
ix x z + =
diperoleh
(1) iy x w ix x z
R
+ = + =
|
.
|
\
|
2
, 0
2
t
|
|
.
|
\
|
|
|
|
|
.
|
\
|
=
|
|
.
|
\
|
2
'
'
2
cos
2
sin
2
sin
2
cos
x
x
y
x
t t
t t
Analisis Kompleks 57
=
|
|
.
|
\
|
|
|
.
|
\
|
2
0 1
1 0
x
x
=
|
|
.
|
\
|
x
x
2
Jadi, iy y ix x w ix x z + = + = + =
2 2 2
Dengan demikian kurva
2
x y = dirotasi sejauh |
.
|
\
|
2
, 0
t
petanya adalah
2
y x =
(2) Kurva
2
y x = didilatasi oleh factor 2, diperoleh
iy y ix x w ix x z + = + = + =
2 2 2
2
1
2
Jadi, kurva
2
y x = didilatasi oleh factor 2, petanya
adalah
2
2
1
y x =
(3) Kurva
2
2
1
y x = ditranslasi oleh vector (1, -1 )
diperoleh
( ) ( ) 1 2 1 2 2 2
2 2
+ + = + = x i x w xi x z
=
( ) ) iy y + + +
\
|
1 1
2
1
2
Analisis Kompleks 58
Jadi, kurva
2
2
1
y x = ditranslasi oleh vector ( 1, -1 )
petanya adalah
( ) 1 1
2
1
2
+ + = y x
Dari (1), (2) dan (3) diperoleh peta dari kurva
2
x y = oleh
transformasi linear ) 1 ( 2 i iz w + =
Ke bidang W adalah 1 ) 1 (
2
1
2
+ + = v u
Catatan :
Misalkan Arg az w , = a a = dan 1 = a . Jika iy x z + = dan
R a a y x i a a a e + =
2 1 2 1
, , , ; , diperoleh
2
2
1
1
sin , cos a
a
a
a a
a
a
a = = = = dan
( )( ) iy x i a a az + + =
2 1
=( ) ( ) y a x a i y a x a
1 2 2 1
+ +
=
|
|
.
|
\
|
+
y a x a
y a x a
1 2
2 1
=
|
|
.
|
\
|
|
|
.
|
\
|
y
x
a a
a a
1 2
2 1
Analisis Kompleks 59
=
|
|
.
|
\
|
|
|
.
|
\
|
y
x
a a
a a
cos sin
sin cos
Matriks
|
|
.
|
\
|
a a
a a
cos sin
sin cos
disebut matriks transformasi rotasi
( ) o , 0 .
Dengan demikian jika e z C dirotasi sejauh ( ) o , 0 ,petanya
adalah
|
|
.
|
\
|
|
|
.
|
\
|
y
x
a a
a a
cos sin
sin cos
C. Transformasi Kebalikan
Transformasi kebalikan asalah transformasi yang berbentuk
dilakukan dengan cara sebagai berikut. Jika
diperoleh:
Analisis Kompleks 60
Dengan demikian transformasi kebalikan memetakan suatu
titik pada bidang-Z dengan modulus sama dengan dan
argumennya menjadi suatu titik pada bidang W dengan
modulus sama dengan
dn argumennya
Selanjutnya akan ditentukan peta dari garis lurus dan
lingkaran di
Adapun
prosesnya sebagai berikut.
1. Misalkan persamaan garis lurus di
adalah
dan tak bersama- sama nol ditransformasikan oleh
Sehingga diperoleh
dan
Jika dan dinyatakan dalam dan maka
Sehingga diperoleh
dan
Jadi peta garis lurus di
oleh transformasi
adalah:
Analisis Kompleks 61
) (
Jika maka petanya berupa garis lurus. Tetapi jika
petanya berupa suatu lingkaran.
Seperti pada gambar di bawah ini:
2. Misalkan persamaan lingkaran di
adalah
ditransformasikan oleh
diperoleh:
Jika maka petanya berupa garis lurus. Tetapi jika
petanya berupa suatu lingkaran.
Contoh:
Analisis Kompleks 62
Tentukan peta dari garis oleh transformasi
Penyelesaiaan:
Jadi garis pada bidang-Z dipetakan oleh
ke
bidang-W menjadi lingkaran dengan pusat (
) dan jari-
jari
.
Contoh:
Tentukan peta dari lingkaran
oleh
transformasi
Penyelesaiaan:
Analisis Kompleks 63
Jadi lingkaran
, untuk ad bc 0, dinamakan
Transformasi bilinear.
Kita asumsikan c 0 guna menghindari persamaan
bilinear berubah menjadi persamaan linnear. Analog dengan
transformasi kebalikan, maka transformasi bilinear juga
memetakan garis dan lingkarang menjadi garis atau lingkaran.
Pemetaan bilinear w = f(z) =
=
merupakan komposisi dari fungsi-fungsi berikut :
k(z) = cz + d, h(z) =
, g(z) =
z
Jadi, transformasi bilinear merupakan gabungan dari
transformasi linear diikuti dengan transformasi kebalikan dan
dilanjutkan dengan transformasi linear sekali lagi.
Analisis Kompleks 64
Teorema 3.3.1:
Jika
dengan j = 1, 2, 3 adalah :
Bukti :
dengan ad bc 0
Analisis Kompleks 65
Analisis Kompleks 66
(TERBUKTI)
E. Contoh Soal
1) Carilah transformasi bilinear dari titik
ke titik
Penyelesaian :
Dengan menggunakan teorema 3.a :
Jadi, transformasi bilinear yang memetakan adalah :
Analisis Kompleks 67
2) Tentukan peta I(z) > 0 oleh transformasi bilinear
Penyelesaian:
{
{
||
{
{
||
y
x
I(z) >
0
Digeser
1
y
x
I(z) >
1
Analisis Kompleks 68
) (
Jadi, diperoleh lingkaran dengan pusat (
) dan r =
Diperbesar 2
kali
v
u
(
)
v
u
Analisis Kompleks 69
Berikut ini diberikan cara lain untuk menentukan hasil
transformasi oleh w =
Nyatakan z dalam w, sehingga w =
( )
Digeser
2
v
u
v
u
Diputar
Analisis Kompleks 70
( )
Jadi peta dari I(z) > 0 oleh transformasi w =
adalah
I(z) > 0
Analisis Kompleks 71
F. Latihan Soal:
1. Carilah transformasi bilinear yang memetakan berturut-turut
0, 1, dan i ke -1, 0, dan i.
2. Carilah bayangan garis I =
di bawah pemetaan w =
3. Carilah bayangan setengah bidang I(z) 0 di bawah pemetaan
w =
Analisis Kompleks 72
Daftar Pustaka
Ekowati. CK 2010. Bahan Ajar Mandiri Kompleks. Kupang:
Universitas Nusa Cendana.
Http//:diktat-anakom.pdf
Http://elnicovengeance.wordpress.com/2011/07/30/deret-dan-
teorema-taylor/
Http://rifan-alif.blogspot.com/2012/03/buku-pegangan-mate-
kuliah-analisis.html
Gunawan Wibisono dan John D. Paliouras. 1987. Peubah Kompleks
Untuk Ilmuan Dan Insinyur. Penerbit: Erlangga.
http://laurent.grimmonprez.pagespersoorange.fr/photos%20familles
.htm
http://www.slideshare.net/pedydevil/makalah-ankomderetkompleks#
http://en.wikipedia.org/wiki/Laurent_series
E. B. Shaff, A. D. Snider, Fundamental of Complex Analysis for
Mathematics, Science, and Engineering, Prentice Hall , Inc,
New Jersey, 1976.
Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Individual Texbook Fungsi
Variabel Kompleks, (Bandung: JICA, 2001).
http://asimtot.files.wordpress.com/2012/02/fungsi-kompleks-
transformasi-bilinear.pdf