JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER 2013
Microbial Conversion And In Vitro And In Vivo Antifungal Assessment Of Bioconverted Docosahexaenoic Acid (bDHA) Used Against Agricultural Plant Pathogenic Fungi Konversi DHA secara mikrobiologis dan penilaian antijamur dari biokonversi Docosahexaenoic Acid (bDHA) secara in Vivo dan In Vitro menggunakan Jamur patogen penyerang tanaman pertanian
Proses penggunaan organisme hidup (seringkali mikroorganisme) untuk melakukan reaksi kimia guna memberikan nilai tambah tertentu. Contoh: Asam oleat yang dikonversi menjadi senyawa 7,10-dihydroxy-8(E)- octadecenoic acid (DOD) oleh strain Pseudomonas aeruginosa PR3, yang mampu menghambat pertumbuhan Candida albicans DHA adalah asam lemak tak jenuh ganda (PUFA) yang tergolong dalam omega 3. DHA dibuat dari senyawa induknya, yaitu asam linoleat/ALA (Alpha Linoleic Acid). Sebelum diturunkan menjadi DHA, ALA diubah terlebih dahulu menjadi EPA (Eicosapentanoic Acid). Gambar 1. Struktur asam decosahexaenoic gambar 2D, b) gambar 3D Biokonversi DHA dilakukan menggunakan bakteri strain Pseudomonas aeruginosa PR3 sehingga diperoleh minyak sebagai produk biotransformasi (44 produk). Lima komponen utama dalam minyak tersebut (berdasarkan analisis GC-MS) adalah carbonochloridic acid (2.99%), methoxymethane (40.6%), caproaldehyde (7.85%), 2-propenoic acid (8.13%) and cyclohexanone (2.07%).
Gambar 2. Bakteri strain Pseudomonas aeruginosa Jalur Biokimia dalam Proses inter-konversi pada asam lemak n-6 dan n-3
(Arterburn L. M. et. al, 2006) Proses konversi ALA menjadi EPA dan DHA
Strain tipe PR (Pathogenesis-Related) 3 merupakan jenis mikroba yang dapat berfungsi sebagai antijamur dengan adanya aktivitas lisozim dan enzim kitinase. P. aeruginosa memiliki sistem metabolisme yang mudah untuk memproduksi mono-,di-, dan tri-hydroxy fatty acid sebagai produk turunan asam lemak tidak jenuh.
Jenis produk yang dikaji dalam jurnal ini adalah asam decosahexaenoic yang mengalami biokonversi. Berdasarkan hasil penelitian penulis, DHA hasil biokonversi menunjukkan aktivitas mikrobiologis yang cukup tinggi untuk melawan staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, Listeria monocytogenes, dan Pseudomonas aeruginosa. bDHA diuji kemampuannya sebagai zat yang memberikan efek antijamur pada tanaman anggur, tomat, lada, kubis, kentang, dan kacang - kacangan. a. Sifat Fisik Produk Tidak larut dalam air Terdiri dari atom C, H dan O (docosahexanoic acid = DHA, C 22:6). Merupakan senyawa yang larut dalam pelarut organik non polar. Cenderung berbentuk cair karena minyak nabati Mudah terhidrolisis dan teroksidasi pada suhu ruang Ikatan ganda pada asam lemak mudah bereaksi dengan oksigen (mudah teroksidasi). b. Sifat Kimia Produk : Stabilitasnya cenderung stabil Asam lemah yang bila larut dalam air, molekulnya terionisasi sebagian & melepaskan ion H+ Memiliki lebih dari satu ikatan rangkap Golongan PUFA (asam lemak tak jenuh jamak) yang dikenal sebagai omega-3. Termasuk dalam golongan omega 3 c. Sifat Fungsional Produk : Sebagai bahan antijamur yang potensial. Mengendalikan jamur patogen pada tanaman pangan, tanaman hias, dan sayuran. Pseudomonas aeruginosa PR3 memiliki sistem mikrobial khusus yang mempu memproduksi senyawa asam lemak mono-, di-trihydroxy fatty acid dari asam lemak tidak jenuh (omega 3, dalam penelitian ini adalah DHA).
Mekanisme bDHA sebagai anti jamur saat ini masih dipelajari. Sehingga penelitian tentang bDHA saat ini terbatas pada penentuan MIC sebagai antibakteri maupun sebagai anti jamur. Berpotensi mengendalikan kerusakan tanaman tertentu yang disebabkan serangan jamur patogen. Berpotensi dimanfaatkan sebagai antijamur sehingga meningkatkan nilai tambah produk. Memiliki aktivitas antibakteri yang kuat terhadap Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, Listeria monocytogenes dan Pseudomonas aeruginosa.
Berikut disajikan efek anti jamur pada konsentrasi 1500 dan 500 g ml -1 sebagai kontrol, sedangkan konsentrasi 300 g ml -1 pada sampel tanaman yang terserang jamur berturut-turut yaitu terserang jamur Colletotrichum capsici, Phytophthora capsici dan Fusarium oxysporum, (pada tingkat serangan tertentu)
Penelitian lebih lanjut mengenai stuktur dari masing-masing produk biokonversi yang dihasilkan bDHA . Contoh: Propenoic acid digunakan dalam industri coatings, super absorbent polymers, flocculants (bahan penggumpal) Penjelasan mekanisme bDHA sebagai zat antifungal. Memudahkan pengalikasian produk (dosis, aturan pakai, anjuran-anjuran lainnya) Menggunakan strain mikroba yang bebas didapatkan di lingkungan, seperti Pseudomonas aeruginosa PR3 yang didapatkan dari limbah peternakan babi, sehingga lebih hemat biaya produksi.