Anda di halaman 1dari 9

Executive Summary

KAJIAN AL-QURAN TEMATIK LEMBAGA PENGKAJIAN DAN


PENDALAMAN AL-QURAN (LPPA) TAUHID SUKOHARJO
A. Pengantar
Kebebasan mengekspresikan keyakinan serta kebebasan berpendapat yang semakin
terjamin turut memberi peluang bagi lahirnya berbagai pemikiran baru di ranah keagamaan di
Tanah Air. Munculnya berbagai aliran atau kelompok keagamaan baru di satu sisi
memberikan sinyalemen positif terkait dinamisme masyarakat dalam upayanya
menyelesaikan problem-problem kehidupan dengan merujuk kepada ajaran atau sumber
agama. Tetapi, di lain sisi, munculnya beragam penafsiran atau pemahaman ajaran agama
yang berbeda dari mainstream (arus utama) pemeluk agama, seringkali justru menjadi pemicu
terjadinya konflik sosial.
alam lingkup !a"a Tengah, keberadaan #embaga $engkajian dan $endalaman Al-
%ur&an (#$$A) Tauhid 'ukoharjo, merupakan kelompok keagamaan yang perlu mendapat
perhatian. Mengingat akti(itas syiar #$$A Tauhid 'ukoharjo belakangan ini mendapat respon
yang kurang baik dari sebagian masyarakat karena dinilai menyebarkan ajaran yang
menyimpang. )ahkan, lembaga yang a"alnya bernama *ayasan Tauhid +ndonesia (*ATA+,)
ini disebut-sebut sebagai inkar as-sunnah, yakni mengingkari 'unnah ,abi Muhammad 'a".
'ebagai contoh kasus, pada medio 'eptember -./- silam, pengajian #$$A Tauhid di
Tanjunganom, 0rogol, 'ukoharjo didatangi beberapa elemen masyarakat yang merasa
keberatan terhadap penafsiran Al-%ur&an yang disyiarkan bagi jamaahnya. Tidak berselang
lama, terbitlah Keputusan Kementrian Agama Kantor Kabupaten 'ukoharjo ,omor1
Kd.//.//2/2)A...2/33.2-./- tertanggal /3 4ktober -./- yang menghimbau Ketua #$$A
Tauhid untuk menghentikan kegiatan demi persatuan dan kesatuan umat. Kemudian, pada
pada penghujung 4ktober, kediaman Ketua #$$A Tauhid diserang oleh orang tak dikenal.
5espon-respon sebagian masyarakat terhadap #$$A Tauhid yang mengarah pada agresifitas
dan kontraproduktif dengan harmonisasi umat beragama terus berkembang sehingga
diadakan jumpa pers antara #$$A Tauhid dengan Majelis 6lama +ndonesia (M6+) Kabupaten
'ukoharjo pada /- ,o(ember silam.
Mencermati kasus-kasus tersebut, )alai $enelitian dan $engembangan (#itbang) Agama
'emarang merasa perlu untuk menaruh perhatian lebih kepada keberadaan #$$A Tauhid
'ukoharjo. 7al itu menyangkut dengan tugas dan fungsi )alai #itbang Agama sebagai
pengemban tugas untuk memahami dan menjelaskan berbagai fenomena keagamaan, baik
yang terkait ajaran maupun praktik-praktik keagamaan, yang berkembang di masyarakat.
'elain itu adalah demi menjaga sendi-sendi kerukunan umat beragama sehingga stabilitas
sosial menjadi semakin kokoh
Karenanya )alai #itbang Agama 'emarang merasa penting untuk menggali atau
mendalami informasi a"al terkait profil atau paham keagamaan #$$A Tauhid. Akhirnya,
pada tanggal /8 esember -./- )alai #itbang Agama 'emarang mengadakan pertemuan
dengan #$$A Tauhid 'ukoharjo. Kegiatan yang berlangsung di Aula )alai #itbang Agama
'emarang ini diikuti oleh para peneliti dan calon peneliti, serta rombongan per"akilan dari
#$$A Tauhid yang diketuai oleh Minardi Mursyid. alam acara ini, #$$A Tauhid
mempresentasikan profil kelompoknya beserta kajian-kajian Al-%ur&an yang telah
digencarkannya. $ertemuan ini menjadi dinamis dengan adanya respon dialogis dari para
peserta. Kehadiran K.7. 7adlor +hsan ($engasuh $onpes Al-+slah Mangkang Kulon, spesialis
Tafsir) dan r. 9uhad, M.A. (osen Tafsir 7adits :akultas 6shuluddin +A+, ;alisongo
1
'emarang) memberikan tinjauan yang menarik seputar penfsiran Al-%ur&an maupun
perangkat metodologinya.
Executive Summary ini adalah bagian upaya untuk mendokumentasikan serta
memaparkan hasil diskusi <Kajian Al-%ur&an Tematik #$$A Tauhid 'ukoharjo=. i samping
itu merekomendasikan beberapa hal yang bisa ditindaklanjuti oleh pihak-pihak yang
ber"enang.
B. Has! Ds"#s
iskusi dipandu oleh rs. 7. 'ulaiman, M.Ag., sebagai moderator. Adapun narasumber
adalah Minardi Mursyid selaku Ketua #$$A Tauhid, K.7. 7adlor +hsan selaku tokoh agama,
dan r. 9uhad, M.A. selaku akademisi di bidang tafsir Al-%ur&an.
'ebelum acara diskusi dimulai, Kepala )alai #itbang Agama 'emarang r. 7. Arifuddin
+smail, M.$d. turut menyumbangkan beberapa gagasan yang perlu dipikirkan dalam
kaitannya kehidupan beragama. Terkait pertemuan dengan #$$A Tauhid, Arifuddin +smail
mengatakan bah"a sekitar satu bulan yang lalu )alai #itbang Agama 'emarang sudah
mengadakan pertemuan terbatas dengan #$$A Tauhid. Adapun pertemuan kedua dalam
bentuk diskusi kali ini, sebagaimana dijelaskan Arifuddin +smail, adalah untuk mendengarkan
bagaimana #$$A eksis di tengah masyarakat> bagaimana perkembangan #$$A> dan
bagaimana #$$A dipermasalahkan oleh sebagai masyarakat?
$ertanyaan-pertanyaan tersebut dinilai sangat berhubungan dengan keberadaan )alai
#itbang Agama 'emarang, yakni menyangkut tugas pokok untuk melakukan penelitian-
penelitian terhadap berbagai fenomena yang terkait dengan persoalan keagamaan di
masyarakat. 'ebagai <perpanjangan tangan= dari Kementerian Agama, )alai #itbang Agama
'emarang juga mengharapkan terciptanya suasana kondusif di masyarakat. 4leh karena itu
dialog antara )alai #itbang Agama 'emarang dengan #$$A Tauhid ini diharapkan bisa
merumuskan suatu pandangan atau titik temu tentang apa yang dipermasalahkan oleh
masyarakat.
alam pandangan Arifuddin +smail, dinamika masyarakat perkotaan merupakan
fenomena menarik, khususnya menyangkut kehidupan beragama. 'ekarang ini di masyarakat
perkotaan tumbuh kecenderungan meningkatnya animo untuk mempelajari agama.
)arangkali msyarakat perkotaan mengalami kekosongan spiritualitas atau rohaniah sehingga
mereka mencari pemenuhan hal itu melalui agama. :enomena ini sebenarnya sudah
diprediksi oleh para ilmu"an, misalkan Al(in Toffler, yang menyatakan bah"a abad ke--/ ini
animo manusia terhadap agama akan semakin menguat karena keringnya spiritualitas
manusia modern.
0airah keagamaan itu juga di"arnai dengan fakta-fakta adanya kelompok agama yang
dituding <menodai= atau <menyimpangkan= ajaran agama. ,amun, Arifuddin +smail, yakin
bah"a upaya negatif apapun yang dilakukan oleh orang-orang terhadap agama tidak akan
mampu meruntuhkan agama itu sendiri. Karena Allah sendiri telah menjamin di dalam Al-
%ur&an, sesuai firmannya, <inna nahnu nazzalna ad-dizkro wa inna lahu lahafidhun=. Ayat itu
menegaskan bah"a, bukan hanya Tuhan yang akan menjaga Al-%ur&an, tetapi juga bersama
dengan manusia. Maka terkait permasalah #$$A Tauhid, dialog diharapkan bisa memberikan
manfaat bagi kehidupan bersama.
Ketika memulai diskusi, rs. 7. 'ulaiman, M.Ag. mengungkap sedikit seluk-beluk
#$$A Tauhid 'ukoharjo. 'ebagaimana dijelaskan 'ulaiman, #$$A Tauhid merupakan
metamorfosis dari *ayasan Tauhid +ndonesia (*ATA+,). Karena ganjalan administrasi, maka
2
pada sekitar tahun -...-an *ATA+, berubah nama menjadi #embaga $engkajian dan
$endalaman Al-%ur&an (#$$A) Tauhid. Adapun ciri khas dari #$$A Tauhid adalah kajian Al-
%ur&an secara tematik. #embagai ini berhasil menarik masyarakat sekitar 'ukoharjo, bahkan
sampai berkembang di luar kota sehingga pengikut #$$A semakin banyak. +nformasi yang
didengar oleh 'ulaiman dari Ketua #$$A Tauhid, saat ini pengikut #$$A Tauhid sudah
mencapai ribuan orang. $erkembangan ini sangat memungkinkan karena dalam kegiatannya
#$$A Tauhid menggunakan komunikasi massa yakni radio.
Meski begitu, repson masyarakat 'olo kurang menggembirakan terhadap #$$A Tauhid,
sehingga memunculkan berbagai pandangan reaktif. i antaranya, #$$A dianggap sebagai
aliran inkar as-sunnah (mengingkari hadis). 'elain itu, #$$A Tauhid juga dianggap
menafsirkan Al-%ur&an dengan tidak menggunakan kaidah-kaidah tafsir.
Tiba "aktunya Ketua #$$A Tauhid, Minardi Musryid, memaparkan seputar kegiatan dan
produk-produk pemahaman agama yang diajarkan kepada jamaahnya maupun masyarakat
umum. Menurut Minardi Mursyid, karakteristik kajian Al-%ur&an di #$$A dilakukan dengan
cara menentukan tema persoalan lebih dahulu, kemudian dilanjutkan menelusuri ayat-ayat
terkait untuk membentuk struktur pemahaman yang bisa menja"ab persoalan. alam
perjalanannya, #$$A Tauhid menemukan banyak pertanyaan atau permasalahan yang selama
ini belum bisa terja"ab. #$$A Tauhid mencoba mencari ja"aban-ja"aban melalui buku,
kitab, atau referensi-referensi yang lain. #$$A juga membaca berbagai terjemahan Al-%ur&an,
misal Terjemah Al-%ur&an Kementerian Agama, Terjemah Al-%ur&an $rof. Mahmud *unus,
dan Terjemahan #embaga $ercetakan Al-%ur&an 5aja :ahd.
Minardi Musyid menegaskan bah"a dirinya atau pemuka-pemuka #$$A Tauhid
bukanlah <ahli tafsir=. #$$A hanya mencoba menja"ab berbagai persoalan tematik dengan
mencari ayat-ayat Al-%ur&an. Karena Al-%ur&an berlaku uni(ersal sekaligus sepanjang
@aman. #$$A mulanya tergelitik dengan pertanyaan1 Apa benar Al-%uran tidak bisa
menja"ab semua persoalan? Akhirnya #$$A mencari tema-tema yang kontekstual, kemudian
mencari ja"aban melalui ayat-ayat Al-%ur&an untuk bisa diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari.
Tema-tema yang diangkat #$$A Tauhid, diakui 4leh Minardi Mursyid, memang cukup
aneh. Misalnya, adanya kehidupan manusia di luar planet bumi. Misalnya adalah tema
<Masyarakat Manusia di #uar $lanet )umi=, <)enarkah 9abur Kitab 'uci?=, <)anjir 'ebuah
)encana dan 5enungan=, <'emua ,abi Ajarkan +slam=, <Kedudukan 7adits Menurut Al-
%ur&an=, dan sebagainya.
Mengenai kehidupan manusia di luar planet bumi, Minardi Mursyid menggarisba"ahi
sedikitnya tiga istilah kunci, yaitu ardl (dunia), sama/samawat (langit), dan dabbat (binatang
melata).
6ntuk memahami persoalan itu, Minardi Mursyid menganjurkan agar orang-orang
melihat konsep alam semesta secara berbeda daripada konsep bumi yang selama ini
diajarkan. Menurutnya, bumi hanyalah bagian kecil dari alam semesta. 'elama ini orang
menganggap seolah-olah yang dimaksud dunia ini hanyalah bumi. Kalau dunia ini nantinya
akan dihancurkan pada yaum as-saat maka yang dihancurkan bukan hanya bumi, tetapi
seluruh jagad raya yang ada di semesta ini. Karena semesta raya ini terdiri dari milyaran
bintang, dan setiap bintang di angkasa merupakan satu solar sistem (tata surya). Kehidupan di
dunia berarti kehidupan yang bukan hanya di bumi, melainkan di seluruh semesta. )umi
hanyalah salah satu planet dari anggota tata surya kita yang merupakan merupakan bagian
dari gugus )ima 'akti. 'ementara itu ada banyak galaksi di angkasa yang di dalamnya
3
terdapat milyaran bintang1 6ntuk apa semua itu diciptakan Allah kalau dibiarkan kosong
tanpa penghuni, bukankah muba@ir? 'emua itu diciptakan Allah bukan untuk main-main.
Masih menurut Minardi Mursyid, jika selama ini samaa ad-dunya diartikan dengan
<langit yang dekat dengan bumi= atau <langit yang hampir ke dunia=, maka langit manakah
yang jauh dari dunia? 'eolah-oleh pengertian dunia dalam pemahaman itu hanyalah bumi.
'emestinya samaa ad-dunya harus diartikan <angkasa dunia=, yakni angkasanya atau
langitnya semesta raya ini, dan bukan hanya langitnya bumi. Kalau diperhatikan lebih jauh,
maka sama mempunyai berbagai arti, yakni atmosfir, tata surya, semesta raya,
angkasa2langit.
Minardi Mursyid menukil dalil dari surat Ali-+mron (A) ayat 8A yang menerangkan
bah"a bah"a orang-orang di samawat dan ardl telah +slam dengan patuh dan terpaksa. Kalau
samawat diartikan sebagai langit, maka bagaimana orang bisa hidup di langit, di mana
kakinya harus berpijak untuk berjalan? Maka samawat mestilah planet-planet di luar bumi.
i dalam Al-%ur&an banyak ditemui ayat yang menerangkan ardl dengan didahului samawat.
Tepatlah kalau samawat itu adalah planet-planet yang semisal atau sama dengan bumi,
sebagaimana dimaksudkan pada 'urat At-TholaaB (C3) ayat /-. i planet-planet selain bumi
yang disebut sebagai samawat tadi ternyata telah berkembang masyarakat manusia yang
kondisinya sama dengan di bumi.
i dalam Al-%ur&an dinyatakan bah"a Allah menciptakan dabbat di langit dan di bumi
(%.'. Asy-'yuro DE-F1 -G). Memperhatikan terjemahan Al-%urHan selama ini, dabbat diartikan
<binatang melata=. Kalau diperhatikan dalam surat An-,uur (-E) ayat E3, cukup jelas dan
tegas bah"a di antara dabbat itu ada yang berjalan atas perutnya (ular, buaya, cecak, kadal
dan lain-lain), juga ada yang berjalan atas dua kaki (ayam, bebek, manusia dan lain-lain), dan
ada pula yang berjalan dengan empat kaki (kerbau, sapi, kambing, unta dan lain-lain).
!elaslah kalau yang dimaksud dengan dabbat bukan hanya binatang melata, tetapi termasuk
manusia dan binatang berkaki lainnya. )elum lagi 'urat Al-Anfal (8) ayat -- dan 33
menerangkan bah"a sejahat-jahat dabbat adalah orang-orang pekak, kafir, tidak berpikir dan
tidak beriman. !elas yang dimaksud disini adalah manusia, bukan binatang melata. Tiga
istilah kunci itu menjadi petunjuk yang saling menjelaskan bah"a di planet lain selain bumi
ini juga bermasyarakat manusia dan juga berkembang biak berbagai binatang.
Mengenai pentingnya pengkajian Al-%ur&an secara tematik, Minardi Mursyid mengutip
pemikiran ,ashruddin )aidan, bah"asanya mengingat banyaknya masalah yang timbul di
masyarakat, terutama masyarakat modern, sedianya digencarkan tafsir tematik, agar
senantiasa siap membimbing umat kapanpun dan di manapun. Karenanya ketika terjadi
tsunami di Aceh, #$$A Tauhid mengkaji tema tentang tsunami, begitu juga ketika banjir
melanda. icarilah ayat-ayat di dalam Al-%ur&an untuk memahami makna terjadinya suatu
peristi"a bencana alam dan bagaimana menyelesaikannya.
ari penelusuran #$$A Tauhid di dalam Al-%ur&an, sebenarnya sudah dijelaskan tentang
perlunya daerah resapan air. 6ntuk menghindari banjir maka bumi ini perlu resapan air. !adi
tidak semua air hujan dibuang ke saluran air atau sungai. Ketika bumi ditutup dengan semen,
maka yang terjadi adalah pengeroposan di dalam tanah sebab tidak adanya penyelarasan air
di dalamnya. 4leh sebab itu #$$A Tauhid menganjurkan setiap rumah untuk membuat
resapan. 'elain resapan air, untuk melestarikan lingkungan #$$A Tauhid juga melakukan
upaya konkret dengan melepaskan sepasang burung di hutan. 'ebanyak -E pasang dari
berbagai jenis burung dilepaskan dan diantisipasi untuk tidak tertangkap orang. Kepada
binatang buas, sebaiknya orang tidak langsung membunuh.
4
i akhir paparannya, Minardi Mursyid menegaskan bah"a dalam menggelar beberapa
kajian atau majelis taklim, #$$A Tauhid tidak pernah mengundang orang-orang untuk datang.
4rang-orang datang dengan sendirinya, dan #$$A Tauhid hanya menyampaikan informasi.
Artinya #$$A Tauhid tidak pernah memaksakan sesuatu, justru sebaliknya pihak-pihak lain
yang terkadang memaksakan sesuatu terhadap #$$A Tauhid.
$resentasi Minardi Mursyid memancing banyak tanggapan atau pertanyaan, bahkan
sanggahan. 'amidi, peneliti )idang #ektur dan Kha@anah Keagamaan, menilai bah"a materi-
materi yang disampaikan oleh Minardi Mursyid memang tidak ada penyimpangan, karena
yang digunakan adalah ayat Al-%ur&an untuk menjelaskan Al-%ur&an. 'ebaliknya #$$A
Tauhid tidak merujuk hadits atau kitab-kitab tafsir. Maka yang perlu dijelaskan sebenarnya
adalah sumber apa saja yang dirujuk #$$A Tauhid dalam kajian tematiknya.
'amidi menambahkan bah"a dalam hal tafsir tematik sebenarnya sudah popular adanya
tafsir bi al-hadits. Tetapi kalau tafsir tematik yang digunakan #$$A Tauhid adalah ayat Al-
%uran untuk menjelaskan Al-%ur&an. Memang #$$A Tauhid bukan ahli tafsir, lantas
bagaimana bisa dikatakan kalau Al-%ur&an yang turun di bumi sekecil ini dan hanya
disampaikan oleh seorang nabi bisa diterima keislamannya di planet lain?
Minardi Mursyid menanggapi bah"a Allah tidak hanya Tuhannya makhluk bumi. Tetapi
juga rabb al-alamin, Tuhan alam semesta. engan petunjuk yang kita terima, yaitu Al-
%ur&an, diyakini sama dengan petunjuk di planet lain. 'emua nabi dan rasul menyampaikan
risalah. Karena Allah adalah Isa, maka ketentuan hukum pun satu dan berlaku uni(ersal.
alam penjelasannya ini, Minardi Mursyid juga mengatakan bah"a antarayat Al-%ur&an
itu saling menjelaskan. 'epanjang hadits yang ditelusuri #$$A Tauhid belum menemukan
ja"aban-ja"aban yang diajukan dalam temanya. Karena itu dalam pengkajiannya
menggunakan Al-%ur&an.
$ertanyaan pun berkembang pada seputar masalah sosial-keagamaan yang
mempersoalkan keberadaan #$$A Tauhid. Mulyani Mudis Taruna, peneliti bidang $endidikan
Agama dan Keagamaan, menanyakan mengapa #$$A Tauhid menjadi masalah di masyarakat,
dan mengapa disinyalir sebagai inkar as-sunnah? Karena sejauh yang diperhatikan dalam
paparan Minardi Mursyid mengenai tema-tema aktual seperti planet atau lingkungan maka
orang-orang akan senang sekali.
Minardi Mursyid malah mengajukan pertanyaan balik1 sebenarnya sunnah mana yang
#$$A Tauhid ingkari? 7al itu membingungkan. 6ntuk masalah ini disarankan agar orang-
orang membaca penjelasan #$$A Tauhid tentang korelasi shalat dengan Al-%ur&an.
)ah"asanya sejak di bangku sekolah umat muslim sering diajari bah"a hadits itu tiga
macam, yakni qauliyah, filiyah dan taqririyah. #$$A Tauhid sangat menjunjung tinggi dan
menghormati ,abi Muhammad 'a", karenanya syahadat tidak diubah atau ditambah.
alam hal shalat pun #$$A Tauhid sama dengan orang lain, bedanya #$$A Tauhid
melakukan shalat tepat pada "aktu. Ketika duhur jatuh pada pukul //.EC, misalnya, maka
saat itu juga jamaah #$$A Tauhid menunaikan shalat. Adapun penentuan "aktu shalat yang
diterapkan oleh #$$A Tauhid adalah dengan cara mengukur istiwa di Kota $ontianak, karena
kota tersebut terdapat tugu katulisti"a yang menandai bah"a matahari melintasi garis
katulisti"a. #$$A Tauhid meneliti dan melihat matahari melintas di ekuator. 7al itu
dilakukan karena umat muslim sampai hari ini belum memiliki <jam matahari=, sementara
yang dianut adalah 0MT #ondon. Karena itu #$$A Tauhid berupaya menentukan "aktu
shalat dengan duhur ketika matahari berada di titik .
o
di $ontianak, dan itu bisa diterapkan
di daerah-daerah lain dengan menghitung selisih "aktunya.
5
!amaah #$$A Tauhid juga melakukan shalat-shalat yang disebutkan di dalam Al-%ur&an,
contohnya shalat di dua tepi siang atau shalat tengah malam. #$$A Tauhid tidak menganggap
shalat-shalat tersebut itu sunnah, tetapi melakukan sekuat tenaga sebagai bagian ke"ajiban.
!amaah #$$A Tauhid sekuat tenaga melakukan shalat uha atau Tahajud sebagaimana
ke"ajiban shalat lain.
Kenapa sering muncul respon negatif? Menurut Minardi Mursyid, banyak jamaah yang
datang ke pengajiannya tanpa diundang. 7al itu mungkin menimbulkan kekha"atiran bagi
para pemimpin jamaah lain kalau saja pengikutnya akan habis. +tulah yang niscaya
memunculkan fitnah-fitnah terhadap #$$A Tauhid.
$ada prinsipnya tema-tema atau konsep yang diulas oleh #$$A Tauhid bisa diterima.
'ebagaimana Muntakib, staf )alai #itbang Agama 'emarang, yang menyetujui konsep
rahmatan li al-alamin, bukannya rahmatan li al-ardl. Alam memang mencakup alam-alam
seterusnya setelah bumi, maka bisa dikatakan bah"a bumi masih serumpun dengan planet
lainnya. $ertanyaannya, Bani dam dalam konteks Al-%ur&an itu seperti apa? Kemudian
mengenai penempatan sarang burung di rumah sebagai "ujud mengasihi binatang yang
dilakukan oleh Minardi Mursyid. Tetapi, masalahnya bagaimana dengan rumput dan
tumbuhan yang selalu terinjak kaki?
Minardi Mursyid menerangkan, Bani dam adalah keturunan ,abi Adam As. Manusia
seperti kita ini termasuk Bani dam. i Al-%ur&an tidak ditemukan terjemahan tentang
planet, sementara #$$A Tauhid menggagas bah"a samawat bisa diterjemahkan sebagai
planet. Tetapi hal ini tentu butuh suatu kajian dan kesepakatan. Mengenai burung yang harus
dilestarikan sementara rumput tetap boleh diinjak, alasannya adalah karena burung apabila
disembelih akan mati, tetapi kalau rumput dipotong akan tumbuh lagi.
Meskipun begitu, Ahmad 'idiB, peneliti bidang #ektur dan Kha@anah Keagamaan, tetap
mengkritisi #$$A Tauhid terkait perangkat metodologis dalam memahami Al-%ur&an. Ahmad
'idiB menegaskan bah"a sah-sah saja seseorang memahami Al-%ur&an sesuai dengan
konteks pemahamannya, namun perlu adanya rukun atau metodologi. Memahami tema-tema
Al-%uran bukan hanya disesuaikan dengan kemampuan seseorang, tetapi juga harus sesuai
dengan konteks yang diinginkan Al-%ur&an. Karenanya #$$A Tauhid perlu memenuhi
perangkat-perangkat metodologis terkait ilmu tafsir. itambah lagi, untuk menggapai tema-
tema khusus Al-%ur&an diperlukan keahlian atau keilmuan spesifik yang selaras dengan tema-
tema yang diangkat.
6paya #$$A Tauhid 'ukoharjo dalam mengkaji Al-%ur&an secara tematik pun tidak
luput dari tinjauan kritis K.7. 7adlor +hsan dan r. 9uhad, M.A. 7adlor +hsan menyatakan
bah"a Al-%ur&an adalah bacaan untuk dipahami dan diamalkan. 'emuanya dalam konteks itu
harus benar1 bacaan harus benar, pemahaman harus benar, kemudian pengamalan pun harus
benar. Al-%ur&an sendiri tidak pernah menyebutkan bagaimana cara membaca dirinya.
$adahal kalau kita membaca Al-%ur&an dengan tidak pas atau tidak benar maka maknanya
bisa fatal. Keterangan cara-cara membaca Al-%ur&an hanya bisa ditemukan di dalam ri"ayat
atau hadits.
7adlor +hsan berpandangan, ketika seseorang hendak memahami Al-%ur&an maka kita ia
membutuhkan bayan atau tafsir. )ukan saja karena Al-%ur&an berbahasa Arab, tetapi juga
karena betapa sempitnya akal manusia dibandingkan dengan kebesaran Al-%ur&an. 'ebab
itulah manusia butuh alat bantu, ilmu bantu dan perangkat bantu untuk mencapai pemahaman
dan pengamalan Al-%ur&an. Kalau kita melihat para mufassir, maka mereka pasti memiliki
berbagai disiplin ilmu yang luar biasa.
6
alam kha@anah ilmu tafsir, memang telah ada tafsir bi al-!uran atau bi al-matsur, ada
juga tafsir bi al-hadits. Menurutnya, tidak bisa menafsirkan Al-%uran tanpa hadits. 7adlor
+hsan mengutip pendapat Muhammad Abu 'yuhbah dalam buku "ii #ihabis Sunnah,
bah"asanya kebutuhan Al-%ur&an terhadap sunnah lebih besar daripada kebutuhan sunnah
terhadap Al-%ur&an.
+lmu lu$hat (bahasa) juga sangat penting dalam tafsir, tanpanya seorang mufassir akan
<habis=. $enjelasan soal alam semesta oleh #$$A Tauhid memang luar biasa dalam konteks
tematik, tetapi dalam konteks bahasa, nah"u, dan gramatika masih dipertanyakan
kejeliannya. alam teks Al-%ur&an, kadang-kadang ada lafa@ mufrad dan kadang-kadang ada
lafa@ %ama, kadang-kadang pula lafa@ mufrad lebih banyak daripada yang %ama. Kita bisa
melihat contoh, misalnya, kata al-arab (mufrad) artinya adalah orang Arab secara umum,
tetapi kalau di-%ama-kan menjadi al-arabu sebagaimana dalam ayat <al-arabu asyaddu
kufran wa nifaqa= maka kata tersebut justru menunjuk pada orang-orang Arab tertentu.
Membahas ayat Al-%ur&an terkait alam dalam konteks astronomi memang tidak masalah,
tetapi tetap harus mengacu pada aturan gramatika. Misalnya #$$A Tauhid tadi menyinggung
soal al-alam dan al-alamin. Kedua kata tersebut berbeda, kalau al-alam berarti ma
siwallah (sesuatu selain Allah) sedangkan al-alamin adalah mukhtasun bi al-mukhalla.
Artinya, al-alamin lebih khusus daripada al-alam meskipun bentuknya jamak. l-alamin
ini bukan %ama mudzakar salim tetapi mulhaq %ama mudzakar salim.
'ebab itu untuk menafsirkan Al-%ur&an hati-hati dan menggunakan metode ilmiah yang
disepakati oleh para ahli tafsir, sebagaimana telah muncul tafsir bi ar-rayi (tafsir yang
mengunggulkan rasio2akal pikiran) dan tafsir bi al-matsur (tafsir dengan nash). Kemudian
ada satu lagi yang jarang disebutkan, yaitu tafsir bi al-ha"a, yaitu tafsir yang $u$u kare&e
dewe (meyakini keinginan sendiri). Tafsir inilah yang kemudian memunculkan persoalan.
4leh karena itu mari kita bertafsir dengan standar yang mutabar.
'ementara itu 9uhad menerangkan aspek-aspek seputar penyimpangan di dalam
penafsiran Al-%ur&an. 9uhad mengutip pernyataan Muhammad 7usein ad@-@ahabi menulis
buku l-'tti%ahat al-(unharifah fi al-)afsir (arah yang menyimpang dari penafsiran Al-
%ur&an) yang menyatakan bah"a penyimpangan-penyimpangan tafsir disebabkan oleh
berbagai faktor. *ertama, subyektifitas. *akni seorang mufassiri yang mengaklaim tafsirnya
sebagai yang paling benar tanpa mempertimbangkan berbagai tolok ukur untuk melihat
kebenaran yang disampaikan. +edua, mufassir kurang mengerti kaidah-kaidah kebahasaan,
sehingga tafsirnya bisa menyimpang.
Karenanya sarat bagi mufassir yang mandiri tanpa bergantung pada sumber-sumber lain
adalah1 /) memahami kaidah bahasa Arab secara komprehensif (nahwu, sharf, bala$hah dan
sebagainya)> -) serta memahami ilmu-ilmu tafsir (asbab an-nuzul, nasakh-mansukh, hadits,
qiraat, ushul fiqh dan sebagainya)> A) harus memahami prinsip-prinsip pokok keagamaan> E)
memahami tema bahasan ayat, kalau orang keliru memasukkan kategori tematis ayat nanti
juga akan keliru penafsirannya.
Mencermati #$$A Tauhid, kalau dilihat berdasarkan disiplin ilmu tafsir sebenarnya
bukan tafsir tematik, tetapi menafsirkan Al-%ur&an dengan Al-%uran. +tupun masih terhadang
oleh persoalan penggunaan kata, bah"asanya suatu kata yang digunakan dalam satu ayat
maknanya bisa berbeda dengan di ayat lain. Karenanya ulama tafsir memperkenalkan
pendekatan semantic, yaitu mencari makna dasar dan makna relasional. 'uatu kata dipakai
untuk apa maka itu akan menentukan makna dari kata tersebut. !adi bukan berarti kalau kata
yang sama bermakna sama.
7
9uhad juga mengkritisi penerjemahan dalam l-!uran dan )er%emah versi )addabur.
Menurut 9uhad, dari segi judul buku itu sudah keliru, yang benar secara tata kebahasaan Arab
adalah )adabbur. i dalamnya ditemukan beberapa penerjemahan ayat yang janggal. i
antaranya Al-+sra& ayat JC yang mengatakan <dan mereka hampir dapat melenyapkan engkau
dari bumi, setelah itu yang tinggal di sepeninggalmu sedikit saja=. Menurut 9uhad,
penerjemahan yang mutamad ((aliditasnya diakui) adalah <dan mereka hampir membuat
tidak betah, jika demikian maka mereka tidak akan tinggal kecuali sebentar=. !adi lafa@ qalila
itu bukan berarti sedikit dalam artian jumlah, tetapi sebentar dalam ukuran "aktu.
'elain itu pada halaman G3/ )addabur, ketika menerjemahkan ayat wa al-adiyati
dlabha yang diterjemahkan <demi yang sering datang dengan megahnya=. $adahal kalau
melihat karya-karya tafsir yang ada ayat itu diterjemahkan <demi yang lari kencang sehingga
terengah-engah=. Makanya banyak mufassir menafsirkan hal itu adalah kuda perang. !adi
terjemahan (ersi Taddabur tersebut sangat jauh dari umumnya.
Kemudian di halaman GC. )addabur ketika menerjemahkan surat Al-:alaB. !ul audzu
bi rabb al-falaq diterjemahkan <katakanlah aku berlindung kepada Tuhan segala gerak=.
9uhad mengoreksi bah"asanya kata al-falaq mempunyai arti <terbelah=. 'ehingga para
ulama dimaknai sebagai "aktu pagi ketika matahari membelah kegelapan malam. 'edangkan
menurut tafsir %uraish 'hihab atau tafsir Muhammad Abduh, ayat itu diterjemahkan <Tuhan
segala yang terbelah=, karena semua penciptaan itu dia"ali dengan keterbelahan. Misalkan
biji-bijian, tumbuh karena membelah. Manusia juga tercipta karena terjadinya pembelahan,
yakni pertemuan sperma dan o(um yang membelah sehingga terbentuk zy$ot.
9uhad menengarai bah"a keberadaan terjemahan seperti itu mungkin disebabkan karena
perbendaharaan bahasa Arab yang kurang memadai. 7al ini bisa diperbaiki lagi dengan
mengacu kepada bahasa Arab yang betul-betul bisa dipertanggungja"abkan.
C. Re"$%en&as
)erdasarkan temuan-temuan pada diskusi di atas, muncul beberapa hal yang layak
ditindaklanjuti bersama, yaitu1
1) $uslitbang #ektur dan Kha@anah Keagamaan hendaknya melakukan penelitian lebih
mendalam mengenai sumber-sumber acuan yang dipakai oleh #$$A Tauhid 'ukoharjo
dalam mengkaji Al-%ur&an secara tematik. 7al ini perlu untuk mengungkap apakah kerja-
kerja metodologis yang dilakukan #$$A Tauhid dalam memahami Al-%ur&an sudah
memadai serta sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu tafsir yang ada. 'elain meneliti sumber-
sumber, juga penting untuk melakukan pengkajian terhadap l-!uran dan )er%emah versi
)addabur yang diterbitkan oleh #$$A Tauhid, sejauh mana akurasi penerjemahan dari
bahasa Arab ke bahasa +ndonesia, sekaligus dibandingkan dengan terjemahan-terjemahan
lainnya. 6ntuk menghimpun gambaran yang utuh, kiranya juga perlu untuk mengungkap
proses pengkajian Al-%ur&an yang dilakukan #$$A Tauhid meliputi siapa saja yang
berperan aktif hingga menelurkan sebuah hasil kajian (tafsir) tematik yang dipublikasikan>
apakah kajian-kajian yang ada adalah hasil pemikiran Ketua #$$A Tauhid Minardi
Mursyid sendiri atau bersama anggota lain> kalau ada keterlibatan para anggota maka bisa
dijabarkan pula latar belakang sosial, keagamaan, mupun keilmuan mereka.
2) $uslitbang Kehidupan )eragama hendaknya melakukan penelitian untuk mengungkap
profil #$$A Tauhid 'ukoharjo yang meliputi latar belakang "ilayah, sejarah
pembentukannya hingga perkembangannya, serta tokoh-tokohnya secara komprehensif.
'trategi dak"ah yang dilakukan juga menjadi persoalan yang patut diteliti, selain paham-
paham yang diajarkan kepada jamaah internal dan dipersuasikan kepada masyarakat
8
muslim pada umumnya. Karena keberadaan #$$A Tauhid telah memicu ketegangan sosial,
maka perlu dilakukan studi sosial mengenai pandangan atau tanggapan ulama serta
masyarakat sekitar terhadap #$$A Tauhid sehingga terungkapkan apa yang disetujui atau
ditolak secara lebih spesifik, dan kitanya ini bisa dilakukan dengan menggunakan sample.
!ika nantinya terdapat temuan tentang respon positif terhadap #$$A Tauhid, barangkali
memungkinkan untuk didorong dan dikembangkan dalam tataran lebih luas (negara).
3) #ajnah $entashihan Mushaf Al-%ur&an (#$MA) bisa meneliti dan menguji kebenaran
penafsiran atau penerjemahan l-!uran dan )er%emah versi )addabur yang diterbitkan
oleh #$$A Tauhid 'ukoharjo. 7al ini penting apabila terjadi penyele"engan atau
ketidakcocokan dengan penerjemahan yang disepakati para ulama, bisa dilakukan
tindakan praktis terhadap terjemahan tersebut. #$MA selayaknya menjabarkan kriteria-
kriteria tafsir secara lengkap, syarat dan proses, serta mengategorikan hasil pemikiran
#$$A Tauhid sebagai tafsir yang mana.
9

Anda mungkin juga menyukai