Kedudukan dan tanggung jawab franchisee dalam perjanjian
waralaba di outlet kebab Turki baba Rafi cabang Surakarta
Oleh : Vita Ryandini Putri NI M : E.1104223
BAB I V PENUTUP
A. SIMPULAN Berdasarkan analisis dan pembahasan data yang telah dilakukan, maka penulis dapat mengambil simpulan sebagai berikut : 1. Mengenai Kedudukan dan Tanggung Jawab Franchisee a. Bahwa kedudukan antara franchisee dengan franchisor adalah seimbang di dalam hukum. Karena pada hakekatnya mereka bertanggung jawab secara mandiri dalam usaha yang dijalankan. Bisnis waralaba dapat berkembang pesat jika antara kedua bisa menjalin kerjasama yang solid dan mematuhi perjanjian yang telah disepakati. b. Bahwa franchisee di dalam perjanjian waralaba adalah sebagai franchisee perwakilan tunggal dalam pelaksanaan harian outlet milik franchisor pusat, yang mana operasional dari usaha franchisee tersebut berada di wilayah Jalan Doyosudirman, Pasar Kliwon, Surakarta. c. Tanggung jawab franchisee di dalam perjanjian waralaba adalah meliputi segala aspek dari substansi perjanjian dan akibat-akibat dari dilangsungkannya kerjasama waralaba Kebab Turki Baba Rafi baik dari pembayaran royalty fee, menjaga merek dan citra dari usaha waralaba Kebab Turki Baba Rafi, atas berjalannya usaha waralaba dalam seluruh aspek bisnis yang termuat dalam usaha waralaba Kebab Turki Baba Rafi tersebut, atas semua biaya-biaya yang timbul dari konsekuensi di berikannya hak lisensi dan hak eksklusif atas usaha waralaba Kebab Turki Baba Rafi tersebut, Wajib membeli bahan baku utama di master franchisee sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh franchisor, dan secara hukum bila dikemudian hari melakukan pelanggaran atau melakukan perbuatan melawan hukum menyelewengkan kesepakatan dalam perjanjian waralaba yang telah dibuat . 2. Pelaksanaan Perjanjian Waralaba Pihak franchisee a. Prosedur yang harus dilalui oleh franchisee dalam menjadi franchisee Kebab Turki Baba Rafi adalah : Presentasi bisnis, isi formulir calon franchisee, Pembayaran Commitment Fee dan Protect Lokasi, Penjelasan Operasional, time schedule pengerjaan dan Penandatanganan MOU dan Franchisee Agreement masa kerja untuk 5 tahun, Pembayaran sebesar 70% dari total investasi fee oleh franchisee dan penyerahan SOP oleh franchisor, Pembuatan Outlet dan training karyawan, Pembayaran 30% sisa investasi fee oleh franchisee, serta Persiapan Openning. b. Hak dan Kewajiban Pihak Franchisee dalam Perjanjian Waralaba Kebab Turki Baba Rafi, meliputi : Hak franchisee adalah hak pemberian lisensi dan hak eksklusif untuk menjalankan usaha serta menggunakan rahasia dagang Kebab Turki Baba Rafi milik franchisor. Sedangkan Kewajiban franchisee antara lain : terhadap pembayaran Royalty Fee yang waktu pembayarannya sudah ditentukan di dalam perjanjian, jalannya usaha, sarana usaha, pemerintah, membeli bahan baku utama di tempat franchisee, tidak membuka usaha lain yang mirip atau sejenis baik produk ataupun mereknya, tidak boleh melakukan inovasi secara mandiri, tidak boleh mengalihkan hak kepemilikan Outlet kecuali yang telah ditentukan di dalam perjanjian, memberikan laporan usaha dan keuangan yang waktunya telah dijelaskan di dalam perjanjian, dan menjaga kerahasiaan atas usaha Kebab Turki Baba Rafi. c. Bentuk perjanjian waralaba Kebab Turki Baba Rafi Bentuk perjanjian waralaba Kebab Turki Baba Rafi tersebut dibuat di bawah tangan, berbentuk tertulis, dan berbentuk baku. Jadi perjanjian waralaba tersebut berbentuk formulir yang sudah dibuat terlebih dulu secara sepihak oleh franchisor Kebab Turki Baba Rafi . namun pada dasarnya perjanjian tersebut tidak serta merta langsung ditandatangani oleh franchisee, melainkan di dahului negosiasi terlebih dahulu dengan franchisee. Jika franchisee setuju baru perjanjian tersebut ditandatangani dengan menggunakan saksi. 3. Hambatan Yang Dihadapi oleh Franchisee Dalam Pelaksanaan Perjanjian waralaba dan Cara Mengatasinya Bahwa dalam melaksanakan usaha waralaba ini pihak franchisee mengalami hambatan dari faktor karyawan. Dimana karyawan tersebut tidak menjalankan tugasnya sebagaimana mestinya dan telah melakukan kecurangan penjualan produk kebab milik outlet franchisee atau dengan kata lain karyawan tersebut telah melakukan korupsi penjualan produk kebab tersebut. Franchise dalam kenyataannya telah melakukan pergantian karyawan sampai enam (6) kali.
Menyikapi permasalahan tersebut franchisee mempercayakan perihal penggantian karyawan yang baru kepada pihak franchisor pusat. Jadi disini franchisee menuggu karyawan baru dari pilihan pihak franchisor untuk mengatasi masalahnya tersebut
B. SARAN Berdasarkan kesimpulan di atas dan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya pada bab hasil penelitian dan pembahasan, maka ada beberapa saran sederhana yang disampaikan penulis, yaitu : 1. Hendaknya peraturan mengenai waralaba dituangkan dalam suatu undang- undang tersendiri. Karena Peraturan Pemerintah dan Keputusan Menteri Perdagangan sering berganti-ganti peraturan. 2. Hendaknya ketika akan membeli suatu bisnis waralaba harus benar-benar teliti dan bisnis tersebut sudah berjalan dan diakui memiliki kualitas ciri khas produk waralaba yang berkualitas. 3. Hendaknya dalam memilih karyawan pihak franchisee ataupun franchisor, terutama pihak franchisor diharapkan lebih teliti dalam melihat calon karyawannya.
Kajian Yuridis Terhadap Ketentuan Tata Cara Pelaksanaan Usaha Waralaba Menurut Undang-Undang No. 42 Tahun 2007 Tentang Waralaba (Studi KasusPada Usaha Waralaba PT. Indomaret