Anda di halaman 1dari 19

BAB II LANDASAN TEORI R-16

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PTI-1 II-57



II.6 Modul 6 (Pengukuran Waktu Baku )
Penentuan Waktu Baku Secara Langsung
Penentuan waktu baku dapat dilakukan secara langsung dan
tidak langsung. Dalam Modul 6 ini pengukuran waktu baku
dilakukan secara langsung dengan menggunakan jam henti (stop
watch). Adapun langkah-langkah untuk menentukan waktu baku
secara langsung adalah sebagai berikut:
1. Melakukan Penelitian Pendahuluan
2. Memilih Operator
3. Melakukan Pengukuran Pendahuluan
4. Melakukan Pengujian kecukupan data
5. Melakukan pengujian keseragaman data
6. Menentukan waktu siklus
7. Menentukan faktor penyesuaian dan waktu normal
8. Menentukan faktor kelonggaran dan waktu baku
Faktor penyesuaian dilakukan untuk menentukan kewajaran dari
operator, metode yang digunakan adalah:
1. Presentase
Persentase merupakan cara awal yang digunakan dalam melakukan
penyesuaian. Besarya factor penyesuaian sepenuhnya ditentukan
oleh pengukur melalui pengamatan selama melakukan pengukuran.
2. Shumard
Cara Shumard memberikan patokan-patokan penilaian melalui
kelas-kelas performance kerja dimana setiap kelas mempunyai nilai
tersendiri.



BAB II LANDASAN TEORI R-16


LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PTI-1 II-58

Tabel II.9 Penyesuaian Shumard.
Kelas Penyesuaian
Superfast
Fast +
Fast
Fast
Execellent
Good +
Good
Good -
Normal
Fair +
Fair
Fair
Poor
100
95
90
85
80
75
70
65
60
55
50
45
40

Disini pengukur diberi patokan untuk menilai performance kerja
operator menurut kelas Superfast, Fast +, Fast -, Execellent dan
seterusnya.
Misalnya, seorang yang dipandang bekerja dengan baik
atau Good diberi nilai 70, dengan performance kerja yang lain
dibandingkan untuk menghitung faktor penyesuaian. Bila
performance seorang operator dinilai Fast maka dia mendapat nilai
90, dan karenanya faktor penyesuaiannya adalah :
P = 90/70 = 1,28
Jika waktu siklus rata-rata sama dengan 233,9 detik, maka waktu
normalnya :
BAB II LANDASAN TEORI R-16


LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PTI-1 II-59

ik x W
n
det 392 . 171 28 , 1 9 . 133

3. Westinghouse
Cara Westinghouse mengarahkan penilaian pada empat factor
yang dianggap menentukan kewajaran atau ketidakwajaran dalam
bekerja, yaitu Keterampilan, Usaha, Kondisi Kerja ,dan Konsistensi.
Setiap factor terbagi kedalam kelas-kelas dengan nilaiya masing-
masing.
Keterampilan
Keterampilan atau skill didefinisikan sebagai kemampuan mengikuti
cara kerja yang ditetapkan.
Usaha
Usaha atau effort cara Westinghouse membagi juga atas kelas-kelas
dengan ciri-ciri masing-masing.
Kondisi kerja
Kondisi kerja atau condition pada cara Westinghouse adalah kondisi
fisik lingkungannya seperti keadaan pencahayaan, temperature dan
kebisingan ruangan.
Konsistensi
Konsistensi atau Consistensy adalah salah satu faktor yang harus
diperhatikan. Dikarenakan kenyataannya bahwa pada setiap
pengukuran angka-angka yang dicatat tidak pernah senuanya sama,
waktu penyelesaian yang ditunjukkan pekerja selalu berubah-ubah
dari satu siklus ke siklus lainnya, dari jam ke jam, bahkan dari hari
ke hari.



BAB II LANDASAN TEORI R-16


LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PTI-1 II-60

Tabel II.10 Penyesuaian Westinghouse.
Faktor Kelas Lamban
g
Penyesuaian
Keterampil
an











Usaha










Superskill

Execellent

Good

Average
Fair

Poor


Excessive

Excellent

Good

Average
Fair

Poor


A1
A2
B1
B2
C1
C2
D
E1
E2
F1
F2

A1
A2
B1
B2
C1
C2
D
E1
E2
F1
F2

+ 0,15
+ 0,13
+ 0,11
+ 0,08
+ 0,06
+ 0,03
0,00
- 0,05
- 0,10
- 0,16
- 0,22

+ 0,13
+ 0,12
+ 0,10
+ 0,08
+ 0,05
+ 0,02
0,00
- 0,04
- 0,08
- 0,12
- 0,17

BAB II LANDASAN TEORI R-16


LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PTI-1 II-61

Faktor Kelas Lamban
g
Penyesuaian

Kondisi
Kerja





Konsistensi
Ideal
Exellenty
Good
Average
Fair
Poor

Perfect
Execellent
Good
Average
Fair
Poor
A
B
C
D
E
F

A
B
C
D
E
F
+ 0,06
+ 0,04
+ 0,02
0,00
- 0,03
- 0,07

+ 0,04
+ 0,03
+ 0,01
0,00
- 0,02
- 0,04



4. Obyektif
Cara Obyejtif ini lebih mengarahkan kepada 2 faktor: faktor
kecepatan kerja dan tingkat kesulitan pekerjaan. Kecepatan kerja
adalah kecepatan dalam melakukan pekerjaan dalam pengertian
biasa. Kesulitan kerja adalah berbagai keadaan pekerjaan yang
membutuhkan keahlian tertentu.

Faktor kelonggaran
Faktor kelonggaran diberikan untuk 3 hal, yaitu:

BAB II LANDASAN TEORI R-16


LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PTI-1 II-62

1. Kebutuhan pribadi.
Yang termasuk kedalam kebutuhan pribadi disini adalah hal-
hal yang menyangkut kebutuhan seseorang seperti minum
(sekadarnya untuk menghilangkan rasa haus), kekamar kecil,
bercakap-cakap dengan teman (sekedar untuk menghilangkan
ketegangan ataupun kejemuan dalam kerja), dll.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut jelas terlihat sebagai sesuatu
yang mutlak dan tidak bisa dipaksakan karena semua itu merupakan
tuntutan psikologis dan fisiologis yang wajar, akantetapi apabila
berlebihan sikap tersebut juga dapat merugikan perusahaan karena
dengan kondisi yang seperti itu pekerja tidak akan dapat bekerja
dengan baik bahkan hampir dapat dipastikan produktivitasnya
menurun.

2. Menghilangkan rasa fatique.
Rasa fatique tercermin antara lain dari menurunnya hasil
produksi baik kuantitas maupun kualitas. Salah satu cara untuk
menentukan besarnya kelonggaran ini adalah dengan melakukan
pengamatan sepanjang hari kerja dan mencatat pada saat-saat
dimana hasil produksi menurun. Tetapi masalahnya adalah kesulitan
dalam menentukan pada saat-saat dimana menurunnya hasil
produksi disebabkan dengan timbulnya rasa fatique karena masih
banyak kemungkinan lain yang dapat menyebabkannya.
Jika rasa fatique telah datang dan pekerja harus bekerja untuk
menghasilkan performance normalnya, maka usaha yang
dikeluarkan pekerja lebih besar dari normal dan ini akan menambah
rasa fatique. Bila hal ini berlangsung secara terus-menerus maka
pada akhirnya akan terjadi fatique total yaitu jika anggota badan
BAB II LANDASAN TEORI R-16


LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PTI-1 II-63

yang bersangkutan sudah tidak dapat melakukan gerakan kerja sama
sekali walaupun sangat dikehendaki. Hal demikian jarang terjadi
karena berdasarkan pengalamannya pekerja dapat mengatur
kecepatan kerjanya sedemikian rupa, sehingga lambatnya gerakan-
gerakan kerja ditujukan untuk menghilangkan rasa fatique ini.

3. Hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindarkan.
Dalam melaksanakan pekerjaannya, pekerja tidak akan lepas
berbagai hambatan. Ada beberapa hambatan yang dapat
dihindarkan seperti mengobrol yang berlebihan dan menganggur
dengan sengaja ada pula hambatan yang tidak dapat dihindarkan
karena berada diluar kekuasaan pekerja untuk mengendalikannya.
Bagi hambatan yang pertama jelas tidak ada pilihan selain
menghilangkannya, sedangkan bagi yang terakhir walaupun yang
harus diusahakan serendah mungkin, hambatan akan tetap ada dan
karenanya harus diperhitungkan dalam perhitungan waktu baku.
Beberapa contoh hambatan yang tak terhindarkan:
- Menerima atau meminta petunjuk kepada pengawas.
- Melakukan penyesuaian-penyesuaian mesin.
- Memperbaiki kemacetan-kemacetan singkat seperti mengganti
alat-alat potong yang patah.
- Mengasah peralatan potong.
- Mengambil alat-alat khusus atau bahan-bahan khusus dari
gudang.

2.Pengaturan Kerja.
Salah satu jenis pemborosan di lantai pabrik adalah waktu
proses. Lamanya waktu proses ditentukan oleh seluruh kegiatan
BAB II LANDASAN TEORI R-16


LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PTI-1 II-64

yang membentuk pekerjaan tersebut, sehingga diperlukan
pengaturan kerja untuk meningkatkan efisiensi di tempat kerja.
Pengaturan kerja berisi prinsip-prisip yang mengatur komponen-
komponen system kerja untuk mendapatkan alternatif-alternatif
system kerja terbaik.
Ada empat criteria yang dipandang sebagai pengukur yang
baik tentang perbaikan suatu system kerja, yaitu waktu, tenaga,
psikologis, dan sosiologis. Artinya suatu system kerja dinilai baik
jika system kerja tersebut memungkinkan waktu penyelesaian sangat
singkat, tenaga yang diperlukan untuk menyelesaikan sangat sedikit,
dan akibat psikologis serta sosiologis yang ditimbulkan sangat
minim.
Ruang lingkup Teknik Tata Cara Kerja bisa dilihat pada gambar di
bawah ini.
3.Studi Gerakan
Studi gerakan merupakan salah satu metode perancangan
kerja dengan cara melakukan proses analisis terhadap beberapa
gerakan bagian badan dalam menyelesaikan pekerjaan. Analisis
diarahkan khususnya untuk dapat menghilangkan gerakan yang tidak
efektif, yang pada akhirnya dapat menghemat waktu kerja maupun
pemakaian peralatan atau fasilitas kerja.
Dalam konsep analisis gerakan, suatu pekerjaan diuraikan
menjadi gerakan dasar pembentuknya. Gerakan dasar ini
dikembangkan oleh Frank B. Gilberth dan Lilian Gilberth, yang
dinamakan Therbligh yang berjumlah 17 gerakan dasar.
Penerapannya lebih diefektifkan oleh Mr. Siego Singo seorang
konsultan Method Engineering Jepang. Ia mengklasifikasikan
Therbligh yang disusun oleh Gilberth menjadi 4 kelompok :
BAB II LANDASAN TEORI R-16


LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PTI-1 II-65


Tabel II.11 Elemen Gerakan
KELOMPOK
ELEMEN
GERAK

KETERANGAN


Utama

Assembly (A)
Use (U)
Diassembly
(DA)
Gerakan-gerakan dalam
kelompok ini bersifat
memberikan nilai tambah.
Perbaikan kerja untuk
kelompok ini dapat
dilaksanakan dengan cara
mengefisienkan gerakan.
Pendukung
Reach (R)
Grasp (G)
Move (M)
Released Load
(RL)

Gerakan-gerakan dalam
kelompok ini diperlukan,
tetapi tidak memberikan
nilai tambah. Perbaikan
kerja untu kelompok ini
dapat dilakukan dengan
meminimumkan gerakan.

Pembantu

Search (SH)
Select (ST)
Position (P)
Hold (H)
Inspection (I)
Preposition (PP)
Gerakan-gerakan dalam
kelompok ini tidak
memberikan nilai tambah
dan mungkin dapat
dihilangkan. Perbaikan
untuk kelompok ini dapat
dilakukan dengan
pengaturan kerja yang
BAB II LANDASAN TEORI R-16


LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PTI-1 II-66

KELOMPOK
ELEMEN
GERAK

KETERANGAN

baik atau dengan
menggunakan alat bantu
Gerakan
Elemen Luar
Rest
Plan
Unavoidable
Gerakan-gerakan dalam
kelompok ini sedapat
mungkin dihilangkan

4.Prinsip -Prinsip Ekonomi Gerakan
Untuk mendapatkan hasil kerja yang baik, cara kerja harus
dirancang dengan memadukan gerakan yang benar dan menghemat
tenaga (ekonomis). Prinsip-prinsip gerakan yang demikian disebut
ekonomi gerakan, dimana secara garis besar dibagi menjadi 3
kelompok yang berhubungan dengan:

Tubuh manusia dan gerakan-gerakannya.
Kedua tangan sebaiknya memulai dan mengakhiri gerakan pada
saat yang sama.
Kedua tangan sebaiknya tidak menganggur pada saat yang sama
kecuali pada waktu istirahat.
Gerakan kedua tangan akan lebih mudah jika satu terhadap
lainnya simetris dan berlawanan arah.
Gerakan tangan atau badan sebiknya dihemat, yaitu hanya
menggerakkan tangan atau bagian badan yang diperlukan saja
untuk melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya.
BAB II LANDASAN TEORI R-16


LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PTI-1 II-67

Sebaiknya pekerja dapat memanfaatkan momentom untuk
membantu pekerjaannya, pemanfaatan ini timbul karena
berkurangnya kerja otot dalam pekerja.
Gerakan yang patah-patah, banyak perubahan arah akan
memperlambat gerakan tersebut.
Gerakan balistik akan lebih cepat, menyenangkan dan lebih
teliti daripada gerakan yang dikendalikan.
Pekerjaan sebaiknya dirancang mudah dan jika memungkinkan
irama kerja harus mengikuti irama yang alamiah bagi si pekerja.
Usahakan sesedikit mungkin gerakan mata.

Pengaturan tata letak tempat kerja.
Sebiknya diusahakan agar badan dan peralatan mempunyai
tempat yang tetap.
Tempatkan bahan-bahan dan peralatan ditempat yang mudah,
cepat dan enak untuk dicapai.
Tempat penyimpanan bahn yang akan dikerjakan sebaiknya
memanfaatkan prinsip gaya berat sehingga badan yang akan
dipakai selalu tersedia ditempat yang dekat untuk diambil.
Sebaiknya untuk menyalurkan obtek yang sudah selsai
dirancang mekanismenya yang baik.
Bahan- bahan dan peralatan sebaiknya ditempatkan sedemikian
rupa sehingga gerakan-gerakan dapat dilakukan dengan urutan-
urutan berbaik.
Tinggi tempat kerja dan kursi sebaiknya sedemikian rupa
sehingga alternatif berdiri atau duduk dalam menghadapi
pekerjaan merupakan suatu hal yang menyenangkan.
BAB II LANDASAN TEORI R-16


LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PTI-1 II-68

Tipe tinggi kursi harus sedemikian rupa sehingga yang
mendudukinya bersikap (mempunyai postur) yang baik.
Tata letak peralatan dan pencahayaan sebaiknya diatur
sedemikian rupa sehingga dapat membentuk kondisi yang baik
untuk penglihatan.

Perancangan peralatan.
Sebaiknya tangan dapat dibebaskan dari semua pekerjaan bila
penggunaan dari perkakas pembantu atau alat yang dapat
digerakan dengan kaki dapat ditingkatkan.
Sebaiknya peralatan dirancang sedemikian rupa agar
mempunyai lebih dari satu kegunaan.
Peralatan sebaiknya dirancang sedemikian rupa sehingga
memudahkan dalam pemegangan dan penyimpanan.
Bila setiap jari tangan melakukan gerakan sendiri-sendiri,
misalnya seperti pekerjaan mengetik, beban yang
didistribusikan pada jari harus sesuai dengan kekuatan masing-
masing jari.
Roda tangan, palang dan peralatan yang sejenis dengan itu
sebaiknya diatur sedemikian rupa sehigga badan dapat
melayaninya dengan posisi yang baik dan dengan tenaga yang
minimum.

Metode Pengukuran Waktu Tidak Langsung
1.Work Factor
Pada faktor kerja, suatu pekerjaan dibagi atas elemen-
elemen gerak menjangkau (reach), membawa (move), pegang
BAB II LANDASAN TEORI R-16


LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PTI-1 II-69

(grasp), mengarahkan sementara (preposition), merakit (assemble),
lepas rakit (disassemble), memakai (use), melepaskan (release), dan
proses mental (mental proces), sesuai dengan pekerjaan yang
bersangkutan.
Variabel-variabel dan faktor-faktor kerja
Ada empat variabel diperhitungkan disini, yaitu angota badan
yang digerakan, jarak yang ditempuh, kontrol manusia (manual
control) yang diperlukan dan berat atau tahanan yang menghambat.
Dalam faktor kerja diperhatikan enam faktor anggota badan
berikut :
o Jari atau telapak tangan (F atau H)
o Putaran lengan (LS)
o Lengan (A)
o Badan bagian Atas (T)
o Telapak kaki (F)
o Jarak (D)
Yang dimaksud dengan jarak adalah jarak lurus antara titik
dimulainya gerakan sampai titik berhentinya.
Berat atau tahanan (W)
Dua gaya yang harus diperhatikan adalah tahanan yang harus
diatasi dan berat benda yang dipindahkan. Penyelidikan kerja
menunjukan bahwa berart atau tahanan, untuk sekelompok berat
tertentu tidak mempunyai pebedaan yang berarti satu dari lainnya
sehingga perbedaan ini dapat diabaikan.
Kontrol Manual
Kontrol terhadap suatu gerakan mempengaruhi lamanya
gerakan. Semakin besar kontrol diperlukan, semaskin lama waktu
yang dibutuhkannya. Besar kecilnya kontrol ditentukan oleh
BAB II LANDASAN TEORI R-16


LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PTI-1 II-70

beberapa banyak diantara fator dibawah ini yang tersangkut dalam
suatu gerakan :
Keadaan Perhentian yang pasti /definete stop (D)
Bila letak perhentian suatu gerakan merupakan tempat yang pasti,
maka perhentian ini disebut perhentian pasti.
Pengarahan /Steering (S)
Bila letak perhentian suatu gerakan merupakan tempat yang pasti
maka perhentian ini disebut pengarahan.

Kehati-hatian/Precaution (P)
Gerakan yang pengerjaannya memerlukan kehati-hatian misalnya
untuk menghindari, atau kontrol lain, mengandung faktor kehati-
hatian didalamnya.
Perubahan arah gerak/Change direction (U)
Perubahan arah gerak adalah faktor yang tersangkut bila dalam suatu
gerakan terjadi perubahan arah yang cukup tajam.
Notasi Untuk Gerakan Pada Work Faktor
Notasi umum untuk setiap gerakan adalah :
a b c
Dimana :
a : adalah notasi untuk anggota badan yang bergerak
b : adalah jarak yang ditempuh
c : adalah menyatakan banyaknya faktor kerja yang tersangkut
dalam gerakan.

2. MTM (Method Time Measurement)
Pengukuran waktu ini membagi gerakan-gerakan kerja atas
elemen-elemen gerakan menjangkau (R), mengangkut (M), memutar
BAB II LANDASAN TEORI R-16


LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PTI-1 II-71

(T), posisi (position), melepas (RL), lepas rakit (D), gerakan mata
(eye movement) (E), dan beberapa gerakan anggota badan lainnya.
Gerakan waktu untuk setiap elemen gerakan ini ditentukan
menurut beberapa kondisi yang disebut dengan kelas-kelas.
Kelas yang terdapat pada gerakan menjangkau :
-Menjangkau kelas A : adalah gerakan menjangkau kearah suatu
objek ke tangan lain.
-Menjangkau kelas B : adalah gerakan menjangkau kearah suatu
sasaran yang tempatnya berada pada jarak kira-kira tapi tertentu dan
diketahui.
-Menjangkau kelas C : adalah gerakan menjangkau kearah objek
yang tercamur aduk dengan objek lain.
-Menjangkau kelas D : adalah gerakan menjangkau kearah suatu
objek yang sangat kecil sehingga diperlukan suatu pegangan teliti.
-Menjangkau kelas E : adalah gerakan menjangkau kearah suatu
sasaran yang tempatnya tidak pasti.
Kelas yang terdapat pada gerakan mengangkut :
-Mengangkut kelas A : adalah bila mengangkut merupakan
pemindahan objek dari satu tangan ketangan lain, atau berhenti
karena suatu penahan.
-Mengangkut kelas B : adalah bila mengangkut merupakan
pemindahan objek kesuatu sasaran yang letaknya tidak pasti.
-Mengangkut kelas C : adalah bila mengangkut merupakan
pemindahan objek kesuatu sasaran yang letaknya pasti.
Notasi Untuk Gerakan Pada MTM
Notasi umum untuk setiap gerakan adalah :
a b c
Dimana :
BAB II LANDASAN TEORI R-16


LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PTI-1 II-72

a : adalah elemen gerak yang bekerja
b : adalah jarak yang ditempuh
c : kelas dari gerak yang bersangkutan
Contoh : Memegang sebuah benda yang sangat kecil : G 1 B = 3,5
TMU menit.
1 TMU = 0,036 detik

3.MOST (Maynard Operation Sequence Technique)
Most adalah salah satu teknik pengukuran kerja yang
disusun berdasarkan urutan sub-sub aktivitas. Sub-sub aktivitas ini
diperoleh karena pada dasarnya gerakan-gerakan itu memiliki pola
yang berulang-ulang, seperti menjangkau, memegang, bergerak, dan
memposisikan objek, serta pola-pola tersebut diidentifikasikan dan
diatur sebagai suatu urutan kejadian (subaktivitas) yang diikuti
dengan perpindahan objek.
Konsep MOST berdasarkan pada perpindahan objek, karena pada
dasarnya kerja itu adalah memindahkan suatu objek. Misalnya :
mengangkat peti, menggeser panel kendali, dan lain-lain kecuali
berfikir. Secara umum, karena aktivitas memindahkan objek dalam
urutan kejadian tertentu bias secara manual atau dengan
menggunakan alat, Most mempunyai 2 model, yaitu :
Model-model urutan dasar (The basic sequence models)
Model ini terdiri atas 3 model, yaitu :
1. The General Move Sequence (Urutan Gerakan Umum)
2. The Controlled Move Sequence (Urutan Gerakan terkendali)
3. The Tool Use Sequence (Urutan pemakaian peralatan)

BAB II LANDASAN TEORI R-16


LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PTI-1 II-73

Model urutan penanganan peralatan (The Equipment Handling
Sequence Models)
1. The Manual Crane Sequence (Pemindahan Dengan Crane
Manual)
2. The Powered Crane Sequence (Perpindahan Dengan crane
Listrik/Disel)
3. The Truck Sequence (Pemindahan dengan Truk)
Satuan yang digunakan dalam most adalah satuan TMU (Time
Measurment Unit), dimana 1 TMU = 0,00001 jam = 0.036 detik.
Nilai waktu yang ditunjukan oleh most merupakan waktu kerja
operator yang mempunyai tingkat keterampilan rata-rata pada level
performansi kerja 100% (normal). Dengan demikian tidak
memerlukan suatu factor penyesuaian.
Most tepat digunakan pada setiap pekerjaan manual yang
mempunyai variasi antara satu siklus dengan siklus lainnya. MOST
sebaiknya tidak digunakan untuk pekerjaan yang mempunyai
pengulangan tanpa variasi dalam jangka waktu yang lama. Untuk
kondisi seperti ini sebaiknya digunakan system yang lebih
mendetail, misalnya MTM, sebagi alat analisis.
Urutan kegiatan dalam gerakan-gerakan umum ini terdiri dari 4
subkegiatan, yaitu :
A : jarak gerakan, terutama dalam arah horizontal
B : gerakan badan, terutama dalam arah vertikal
G : proses pengendalian
P : penempatan
Gerakan umum : A B G A B P A
Pemakaian alat : A B G A B P F A B P A
Gerakan terkendali : A B G M X I A
BAB II LANDASAN TEORI R-16


LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PTI-1 II-74

Dimana : M = gerakan terkndali
X = waktu proses
I = meluruskan
F = mengencangkan dengan menggunakan alat
Contoh :
-Membawa komponen 2
Notasinya : A
1
B
0
G
1
A
1
B
0
P
3
A
0
= (1+0+1+1+0+3) x 10
= 60 TMU
-Merakit Komponen 9B unutk baut 1
Notasinya : A
1
B
0
G
1
A
1
B
0
P
3
F
37
A
1
B
0
P
1
A
0
(1+0+1+1+0+3+37+1+0+1+0)x10 = 450 TMU
F
37
menunjukan penggunaan alat (kunci pas), disini jumlah
putarannya 20 kali maka berdasarkan pada tabel dan setelah
diinterpolasikan diperoleh indek 37. Angka-angka yang ditulis
adalah besarnya indeks berdfasarkan pada tabel MOST.

Langkah Perbaikan Sistem kerja Melalui Studi Gerakan
Perbaikan sistem kerja melalui studi gerakan dan ekonomi
gerakan merupakan salah satu cara perbaikan sistem kerja dengan
melakukan analisis gerakan dalam meyelesaikan pekerjaan. Dalam
proses analisis, pekerjaan diuraikan menjadi elemen-elemen
gerakan. Adapun langkah-langkah perbaikan sistem kerja melalui
studi gerakan dan ekonomi gerakan adalah sebagai berikut :
1. Mengukur waktu proses pekerjaan yang akan diperbaiki.
2. Menguraikan elemen pekerjaan yang membentuk suatu
pekerjaan.
3. Mengidentifikasi elemen gerakan efektif dan tidak efektif.
BAB II LANDASAN TEORI R-16


LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PTI-1 II-75

4. Menganalisa kondisi kerja yang menyebabkan terbentuknya
gerakan tidak efektif.
5. Memperbaiki sistem kerja.
6. Mengurangi/menghilangkan elemen gerakan yang tidak efektif.
Mengukur waktu proses setelah perbaikan.

Anda mungkin juga menyukai