II.6 Modul 6 (Pengukuran Waktu Baku ) Penentuan Waktu Baku Secara Langsung Penentuan waktu baku dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Dalam Modul 6 ini pengukuran waktu baku dilakukan secara langsung dengan menggunakan jam henti (stop watch). Adapun langkah-langkah untuk menentukan waktu baku secara langsung adalah sebagai berikut: 1. Melakukan Penelitian Pendahuluan 2. Memilih Operator 3. Melakukan Pengukuran Pendahuluan 4. Melakukan Pengujian kecukupan data 5. Melakukan pengujian keseragaman data 6. Menentukan waktu siklus 7. Menentukan faktor penyesuaian dan waktu normal 8. Menentukan faktor kelonggaran dan waktu baku Faktor penyesuaian dilakukan untuk menentukan kewajaran dari operator, metode yang digunakan adalah: 1. Presentase Persentase merupakan cara awal yang digunakan dalam melakukan penyesuaian. Besarya factor penyesuaian sepenuhnya ditentukan oleh pengukur melalui pengamatan selama melakukan pengukuran. 2. Shumard Cara Shumard memberikan patokan-patokan penilaian melalui kelas-kelas performance kerja dimana setiap kelas mempunyai nilai tersendiri.
BAB II LANDASAN TEORI R-16
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PTI-1 II-58
Tabel II.9 Penyesuaian Shumard. Kelas Penyesuaian Superfast Fast + Fast Fast Execellent Good + Good Good - Normal Fair + Fair Fair Poor 100 95 90 85 80 75 70 65 60 55 50 45 40
Disini pengukur diberi patokan untuk menilai performance kerja operator menurut kelas Superfast, Fast +, Fast -, Execellent dan seterusnya. Misalnya, seorang yang dipandang bekerja dengan baik atau Good diberi nilai 70, dengan performance kerja yang lain dibandingkan untuk menghitung faktor penyesuaian. Bila performance seorang operator dinilai Fast maka dia mendapat nilai 90, dan karenanya faktor penyesuaiannya adalah : P = 90/70 = 1,28 Jika waktu siklus rata-rata sama dengan 233,9 detik, maka waktu normalnya : BAB II LANDASAN TEORI R-16
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PTI-1 II-59
ik x W n det 392 . 171 28 , 1 9 . 133
3. Westinghouse Cara Westinghouse mengarahkan penilaian pada empat factor yang dianggap menentukan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja, yaitu Keterampilan, Usaha, Kondisi Kerja ,dan Konsistensi. Setiap factor terbagi kedalam kelas-kelas dengan nilaiya masing- masing. Keterampilan Keterampilan atau skill didefinisikan sebagai kemampuan mengikuti cara kerja yang ditetapkan. Usaha Usaha atau effort cara Westinghouse membagi juga atas kelas-kelas dengan ciri-ciri masing-masing. Kondisi kerja Kondisi kerja atau condition pada cara Westinghouse adalah kondisi fisik lingkungannya seperti keadaan pencahayaan, temperature dan kebisingan ruangan. Konsistensi Konsistensi atau Consistensy adalah salah satu faktor yang harus diperhatikan. Dikarenakan kenyataannya bahwa pada setiap pengukuran angka-angka yang dicatat tidak pernah senuanya sama, waktu penyelesaian yang ditunjukkan pekerja selalu berubah-ubah dari satu siklus ke siklus lainnya, dari jam ke jam, bahkan dari hari ke hari.
BAB II LANDASAN TEORI R-16
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PTI-1 II-60
Tabel II.10 Penyesuaian Westinghouse. Faktor Kelas Lamban g Penyesuaian Keterampil an
Konsistensi Ideal Exellenty Good Average Fair Poor
Perfect Execellent Good Average Fair Poor A B C D E F
A B C D E F + 0,06 + 0,04 + 0,02 0,00 - 0,03 - 0,07
+ 0,04 + 0,03 + 0,01 0,00 - 0,02 - 0,04
4. Obyektif Cara Obyejtif ini lebih mengarahkan kepada 2 faktor: faktor kecepatan kerja dan tingkat kesulitan pekerjaan. Kecepatan kerja adalah kecepatan dalam melakukan pekerjaan dalam pengertian biasa. Kesulitan kerja adalah berbagai keadaan pekerjaan yang membutuhkan keahlian tertentu.
Faktor kelonggaran Faktor kelonggaran diberikan untuk 3 hal, yaitu:
BAB II LANDASAN TEORI R-16
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PTI-1 II-62
1. Kebutuhan pribadi. Yang termasuk kedalam kebutuhan pribadi disini adalah hal- hal yang menyangkut kebutuhan seseorang seperti minum (sekadarnya untuk menghilangkan rasa haus), kekamar kecil, bercakap-cakap dengan teman (sekedar untuk menghilangkan ketegangan ataupun kejemuan dalam kerja), dll. Kebutuhan-kebutuhan tersebut jelas terlihat sebagai sesuatu yang mutlak dan tidak bisa dipaksakan karena semua itu merupakan tuntutan psikologis dan fisiologis yang wajar, akantetapi apabila berlebihan sikap tersebut juga dapat merugikan perusahaan karena dengan kondisi yang seperti itu pekerja tidak akan dapat bekerja dengan baik bahkan hampir dapat dipastikan produktivitasnya menurun.
2. Menghilangkan rasa fatique. Rasa fatique tercermin antara lain dari menurunnya hasil produksi baik kuantitas maupun kualitas. Salah satu cara untuk menentukan besarnya kelonggaran ini adalah dengan melakukan pengamatan sepanjang hari kerja dan mencatat pada saat-saat dimana hasil produksi menurun. Tetapi masalahnya adalah kesulitan dalam menentukan pada saat-saat dimana menurunnya hasil produksi disebabkan dengan timbulnya rasa fatique karena masih banyak kemungkinan lain yang dapat menyebabkannya. Jika rasa fatique telah datang dan pekerja harus bekerja untuk menghasilkan performance normalnya, maka usaha yang dikeluarkan pekerja lebih besar dari normal dan ini akan menambah rasa fatique. Bila hal ini berlangsung secara terus-menerus maka pada akhirnya akan terjadi fatique total yaitu jika anggota badan BAB II LANDASAN TEORI R-16
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PTI-1 II-63
yang bersangkutan sudah tidak dapat melakukan gerakan kerja sama sekali walaupun sangat dikehendaki. Hal demikian jarang terjadi karena berdasarkan pengalamannya pekerja dapat mengatur kecepatan kerjanya sedemikian rupa, sehingga lambatnya gerakan- gerakan kerja ditujukan untuk menghilangkan rasa fatique ini.
3. Hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindarkan. Dalam melaksanakan pekerjaannya, pekerja tidak akan lepas berbagai hambatan. Ada beberapa hambatan yang dapat dihindarkan seperti mengobrol yang berlebihan dan menganggur dengan sengaja ada pula hambatan yang tidak dapat dihindarkan karena berada diluar kekuasaan pekerja untuk mengendalikannya. Bagi hambatan yang pertama jelas tidak ada pilihan selain menghilangkannya, sedangkan bagi yang terakhir walaupun yang harus diusahakan serendah mungkin, hambatan akan tetap ada dan karenanya harus diperhitungkan dalam perhitungan waktu baku. Beberapa contoh hambatan yang tak terhindarkan: - Menerima atau meminta petunjuk kepada pengawas. - Melakukan penyesuaian-penyesuaian mesin. - Memperbaiki kemacetan-kemacetan singkat seperti mengganti alat-alat potong yang patah. - Mengasah peralatan potong. - Mengambil alat-alat khusus atau bahan-bahan khusus dari gudang.
2.Pengaturan Kerja. Salah satu jenis pemborosan di lantai pabrik adalah waktu proses. Lamanya waktu proses ditentukan oleh seluruh kegiatan BAB II LANDASAN TEORI R-16
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PTI-1 II-64
yang membentuk pekerjaan tersebut, sehingga diperlukan pengaturan kerja untuk meningkatkan efisiensi di tempat kerja. Pengaturan kerja berisi prinsip-prisip yang mengatur komponen- komponen system kerja untuk mendapatkan alternatif-alternatif system kerja terbaik. Ada empat criteria yang dipandang sebagai pengukur yang baik tentang perbaikan suatu system kerja, yaitu waktu, tenaga, psikologis, dan sosiologis. Artinya suatu system kerja dinilai baik jika system kerja tersebut memungkinkan waktu penyelesaian sangat singkat, tenaga yang diperlukan untuk menyelesaikan sangat sedikit, dan akibat psikologis serta sosiologis yang ditimbulkan sangat minim. Ruang lingkup Teknik Tata Cara Kerja bisa dilihat pada gambar di bawah ini. 3.Studi Gerakan Studi gerakan merupakan salah satu metode perancangan kerja dengan cara melakukan proses analisis terhadap beberapa gerakan bagian badan dalam menyelesaikan pekerjaan. Analisis diarahkan khususnya untuk dapat menghilangkan gerakan yang tidak efektif, yang pada akhirnya dapat menghemat waktu kerja maupun pemakaian peralatan atau fasilitas kerja. Dalam konsep analisis gerakan, suatu pekerjaan diuraikan menjadi gerakan dasar pembentuknya. Gerakan dasar ini dikembangkan oleh Frank B. Gilberth dan Lilian Gilberth, yang dinamakan Therbligh yang berjumlah 17 gerakan dasar. Penerapannya lebih diefektifkan oleh Mr. Siego Singo seorang konsultan Method Engineering Jepang. Ia mengklasifikasikan Therbligh yang disusun oleh Gilberth menjadi 4 kelompok : BAB II LANDASAN TEORI R-16
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PTI-1 II-65
Tabel II.11 Elemen Gerakan KELOMPOK ELEMEN GERAK
KETERANGAN
Utama
Assembly (A) Use (U) Diassembly (DA) Gerakan-gerakan dalam kelompok ini bersifat memberikan nilai tambah. Perbaikan kerja untuk kelompok ini dapat dilaksanakan dengan cara mengefisienkan gerakan. Pendukung Reach (R) Grasp (G) Move (M) Released Load (RL)
Gerakan-gerakan dalam kelompok ini diperlukan, tetapi tidak memberikan nilai tambah. Perbaikan kerja untu kelompok ini dapat dilakukan dengan meminimumkan gerakan.
Pembantu
Search (SH) Select (ST) Position (P) Hold (H) Inspection (I) Preposition (PP) Gerakan-gerakan dalam kelompok ini tidak memberikan nilai tambah dan mungkin dapat dihilangkan. Perbaikan untuk kelompok ini dapat dilakukan dengan pengaturan kerja yang BAB II LANDASAN TEORI R-16
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PTI-1 II-66
KELOMPOK ELEMEN GERAK
KETERANGAN
baik atau dengan menggunakan alat bantu Gerakan Elemen Luar Rest Plan Unavoidable Gerakan-gerakan dalam kelompok ini sedapat mungkin dihilangkan
4.Prinsip -Prinsip Ekonomi Gerakan Untuk mendapatkan hasil kerja yang baik, cara kerja harus dirancang dengan memadukan gerakan yang benar dan menghemat tenaga (ekonomis). Prinsip-prinsip gerakan yang demikian disebut ekonomi gerakan, dimana secara garis besar dibagi menjadi 3 kelompok yang berhubungan dengan:
Tubuh manusia dan gerakan-gerakannya. Kedua tangan sebaiknya memulai dan mengakhiri gerakan pada saat yang sama. Kedua tangan sebaiknya tidak menganggur pada saat yang sama kecuali pada waktu istirahat. Gerakan kedua tangan akan lebih mudah jika satu terhadap lainnya simetris dan berlawanan arah. Gerakan tangan atau badan sebiknya dihemat, yaitu hanya menggerakkan tangan atau bagian badan yang diperlukan saja untuk melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya. BAB II LANDASAN TEORI R-16
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PTI-1 II-67
Sebaiknya pekerja dapat memanfaatkan momentom untuk membantu pekerjaannya, pemanfaatan ini timbul karena berkurangnya kerja otot dalam pekerja. Gerakan yang patah-patah, banyak perubahan arah akan memperlambat gerakan tersebut. Gerakan balistik akan lebih cepat, menyenangkan dan lebih teliti daripada gerakan yang dikendalikan. Pekerjaan sebaiknya dirancang mudah dan jika memungkinkan irama kerja harus mengikuti irama yang alamiah bagi si pekerja. Usahakan sesedikit mungkin gerakan mata.
Pengaturan tata letak tempat kerja. Sebiknya diusahakan agar badan dan peralatan mempunyai tempat yang tetap. Tempatkan bahan-bahan dan peralatan ditempat yang mudah, cepat dan enak untuk dicapai. Tempat penyimpanan bahn yang akan dikerjakan sebaiknya memanfaatkan prinsip gaya berat sehingga badan yang akan dipakai selalu tersedia ditempat yang dekat untuk diambil. Sebaiknya untuk menyalurkan obtek yang sudah selsai dirancang mekanismenya yang baik. Bahan- bahan dan peralatan sebaiknya ditempatkan sedemikian rupa sehingga gerakan-gerakan dapat dilakukan dengan urutan- urutan berbaik. Tinggi tempat kerja dan kursi sebaiknya sedemikian rupa sehingga alternatif berdiri atau duduk dalam menghadapi pekerjaan merupakan suatu hal yang menyenangkan. BAB II LANDASAN TEORI R-16
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PTI-1 II-68
Tipe tinggi kursi harus sedemikian rupa sehingga yang mendudukinya bersikap (mempunyai postur) yang baik. Tata letak peralatan dan pencahayaan sebaiknya diatur sedemikian rupa sehingga dapat membentuk kondisi yang baik untuk penglihatan.
Perancangan peralatan. Sebaiknya tangan dapat dibebaskan dari semua pekerjaan bila penggunaan dari perkakas pembantu atau alat yang dapat digerakan dengan kaki dapat ditingkatkan. Sebaiknya peralatan dirancang sedemikian rupa agar mempunyai lebih dari satu kegunaan. Peralatan sebaiknya dirancang sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam pemegangan dan penyimpanan. Bila setiap jari tangan melakukan gerakan sendiri-sendiri, misalnya seperti pekerjaan mengetik, beban yang didistribusikan pada jari harus sesuai dengan kekuatan masing- masing jari. Roda tangan, palang dan peralatan yang sejenis dengan itu sebaiknya diatur sedemikian rupa sehigga badan dapat melayaninya dengan posisi yang baik dan dengan tenaga yang minimum.
Metode Pengukuran Waktu Tidak Langsung 1.Work Factor Pada faktor kerja, suatu pekerjaan dibagi atas elemen- elemen gerak menjangkau (reach), membawa (move), pegang BAB II LANDASAN TEORI R-16
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PTI-1 II-69
(grasp), mengarahkan sementara (preposition), merakit (assemble), lepas rakit (disassemble), memakai (use), melepaskan (release), dan proses mental (mental proces), sesuai dengan pekerjaan yang bersangkutan. Variabel-variabel dan faktor-faktor kerja Ada empat variabel diperhitungkan disini, yaitu angota badan yang digerakan, jarak yang ditempuh, kontrol manusia (manual control) yang diperlukan dan berat atau tahanan yang menghambat. Dalam faktor kerja diperhatikan enam faktor anggota badan berikut : o Jari atau telapak tangan (F atau H) o Putaran lengan (LS) o Lengan (A) o Badan bagian Atas (T) o Telapak kaki (F) o Jarak (D) Yang dimaksud dengan jarak adalah jarak lurus antara titik dimulainya gerakan sampai titik berhentinya. Berat atau tahanan (W) Dua gaya yang harus diperhatikan adalah tahanan yang harus diatasi dan berat benda yang dipindahkan. Penyelidikan kerja menunjukan bahwa berart atau tahanan, untuk sekelompok berat tertentu tidak mempunyai pebedaan yang berarti satu dari lainnya sehingga perbedaan ini dapat diabaikan. Kontrol Manual Kontrol terhadap suatu gerakan mempengaruhi lamanya gerakan. Semakin besar kontrol diperlukan, semaskin lama waktu yang dibutuhkannya. Besar kecilnya kontrol ditentukan oleh BAB II LANDASAN TEORI R-16
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PTI-1 II-70
beberapa banyak diantara fator dibawah ini yang tersangkut dalam suatu gerakan : Keadaan Perhentian yang pasti /definete stop (D) Bila letak perhentian suatu gerakan merupakan tempat yang pasti, maka perhentian ini disebut perhentian pasti. Pengarahan /Steering (S) Bila letak perhentian suatu gerakan merupakan tempat yang pasti maka perhentian ini disebut pengarahan.
Kehati-hatian/Precaution (P) Gerakan yang pengerjaannya memerlukan kehati-hatian misalnya untuk menghindari, atau kontrol lain, mengandung faktor kehati- hatian didalamnya. Perubahan arah gerak/Change direction (U) Perubahan arah gerak adalah faktor yang tersangkut bila dalam suatu gerakan terjadi perubahan arah yang cukup tajam. Notasi Untuk Gerakan Pada Work Faktor Notasi umum untuk setiap gerakan adalah : a b c Dimana : a : adalah notasi untuk anggota badan yang bergerak b : adalah jarak yang ditempuh c : adalah menyatakan banyaknya faktor kerja yang tersangkut dalam gerakan.
2. MTM (Method Time Measurement) Pengukuran waktu ini membagi gerakan-gerakan kerja atas elemen-elemen gerakan menjangkau (R), mengangkut (M), memutar BAB II LANDASAN TEORI R-16
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PTI-1 II-71
(T), posisi (position), melepas (RL), lepas rakit (D), gerakan mata (eye movement) (E), dan beberapa gerakan anggota badan lainnya. Gerakan waktu untuk setiap elemen gerakan ini ditentukan menurut beberapa kondisi yang disebut dengan kelas-kelas. Kelas yang terdapat pada gerakan menjangkau : -Menjangkau kelas A : adalah gerakan menjangkau kearah suatu objek ke tangan lain. -Menjangkau kelas B : adalah gerakan menjangkau kearah suatu sasaran yang tempatnya berada pada jarak kira-kira tapi tertentu dan diketahui. -Menjangkau kelas C : adalah gerakan menjangkau kearah objek yang tercamur aduk dengan objek lain. -Menjangkau kelas D : adalah gerakan menjangkau kearah suatu objek yang sangat kecil sehingga diperlukan suatu pegangan teliti. -Menjangkau kelas E : adalah gerakan menjangkau kearah suatu sasaran yang tempatnya tidak pasti. Kelas yang terdapat pada gerakan mengangkut : -Mengangkut kelas A : adalah bila mengangkut merupakan pemindahan objek dari satu tangan ketangan lain, atau berhenti karena suatu penahan. -Mengangkut kelas B : adalah bila mengangkut merupakan pemindahan objek kesuatu sasaran yang letaknya tidak pasti. -Mengangkut kelas C : adalah bila mengangkut merupakan pemindahan objek kesuatu sasaran yang letaknya pasti. Notasi Untuk Gerakan Pada MTM Notasi umum untuk setiap gerakan adalah : a b c Dimana : BAB II LANDASAN TEORI R-16
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PTI-1 II-72
a : adalah elemen gerak yang bekerja b : adalah jarak yang ditempuh c : kelas dari gerak yang bersangkutan Contoh : Memegang sebuah benda yang sangat kecil : G 1 B = 3,5 TMU menit. 1 TMU = 0,036 detik
3.MOST (Maynard Operation Sequence Technique) Most adalah salah satu teknik pengukuran kerja yang disusun berdasarkan urutan sub-sub aktivitas. Sub-sub aktivitas ini diperoleh karena pada dasarnya gerakan-gerakan itu memiliki pola yang berulang-ulang, seperti menjangkau, memegang, bergerak, dan memposisikan objek, serta pola-pola tersebut diidentifikasikan dan diatur sebagai suatu urutan kejadian (subaktivitas) yang diikuti dengan perpindahan objek. Konsep MOST berdasarkan pada perpindahan objek, karena pada dasarnya kerja itu adalah memindahkan suatu objek. Misalnya : mengangkat peti, menggeser panel kendali, dan lain-lain kecuali berfikir. Secara umum, karena aktivitas memindahkan objek dalam urutan kejadian tertentu bias secara manual atau dengan menggunakan alat, Most mempunyai 2 model, yaitu : Model-model urutan dasar (The basic sequence models) Model ini terdiri atas 3 model, yaitu : 1. The General Move Sequence (Urutan Gerakan Umum) 2. The Controlled Move Sequence (Urutan Gerakan terkendali) 3. The Tool Use Sequence (Urutan pemakaian peralatan)
BAB II LANDASAN TEORI R-16
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PTI-1 II-73
Model urutan penanganan peralatan (The Equipment Handling Sequence Models) 1. The Manual Crane Sequence (Pemindahan Dengan Crane Manual) 2. The Powered Crane Sequence (Perpindahan Dengan crane Listrik/Disel) 3. The Truck Sequence (Pemindahan dengan Truk) Satuan yang digunakan dalam most adalah satuan TMU (Time Measurment Unit), dimana 1 TMU = 0,00001 jam = 0.036 detik. Nilai waktu yang ditunjukan oleh most merupakan waktu kerja operator yang mempunyai tingkat keterampilan rata-rata pada level performansi kerja 100% (normal). Dengan demikian tidak memerlukan suatu factor penyesuaian. Most tepat digunakan pada setiap pekerjaan manual yang mempunyai variasi antara satu siklus dengan siklus lainnya. MOST sebaiknya tidak digunakan untuk pekerjaan yang mempunyai pengulangan tanpa variasi dalam jangka waktu yang lama. Untuk kondisi seperti ini sebaiknya digunakan system yang lebih mendetail, misalnya MTM, sebagi alat analisis. Urutan kegiatan dalam gerakan-gerakan umum ini terdiri dari 4 subkegiatan, yaitu : A : jarak gerakan, terutama dalam arah horizontal B : gerakan badan, terutama dalam arah vertikal G : proses pengendalian P : penempatan Gerakan umum : A B G A B P A Pemakaian alat : A B G A B P F A B P A Gerakan terkendali : A B G M X I A BAB II LANDASAN TEORI R-16
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PTI-1 II-74
Dimana : M = gerakan terkndali X = waktu proses I = meluruskan F = mengencangkan dengan menggunakan alat Contoh : -Membawa komponen 2 Notasinya : A 1 B 0 G 1 A 1 B 0 P 3 A 0 = (1+0+1+1+0+3) x 10 = 60 TMU -Merakit Komponen 9B unutk baut 1 Notasinya : A 1 B 0 G 1 A 1 B 0 P 3 F 37 A 1 B 0 P 1 A 0 (1+0+1+1+0+3+37+1+0+1+0)x10 = 450 TMU F 37 menunjukan penggunaan alat (kunci pas), disini jumlah putarannya 20 kali maka berdasarkan pada tabel dan setelah diinterpolasikan diperoleh indek 37. Angka-angka yang ditulis adalah besarnya indeks berdfasarkan pada tabel MOST.
Langkah Perbaikan Sistem kerja Melalui Studi Gerakan Perbaikan sistem kerja melalui studi gerakan dan ekonomi gerakan merupakan salah satu cara perbaikan sistem kerja dengan melakukan analisis gerakan dalam meyelesaikan pekerjaan. Dalam proses analisis, pekerjaan diuraikan menjadi elemen-elemen gerakan. Adapun langkah-langkah perbaikan sistem kerja melalui studi gerakan dan ekonomi gerakan adalah sebagai berikut : 1. Mengukur waktu proses pekerjaan yang akan diperbaiki. 2. Menguraikan elemen pekerjaan yang membentuk suatu pekerjaan. 3. Mengidentifikasi elemen gerakan efektif dan tidak efektif. BAB II LANDASAN TEORI R-16
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PTI-1 II-75
4. Menganalisa kondisi kerja yang menyebabkan terbentuknya gerakan tidak efektif. 5. Memperbaiki sistem kerja. 6. Mengurangi/menghilangkan elemen gerakan yang tidak efektif. Mengukur waktu proses setelah perbaikan.