Anda di halaman 1dari 20

T

u
g
a
s


P
r
a
s
i
t
o
l
o
g
i

P
r
a
a
k
t
e
k

1

BAB 1
PENDAHULUAN


Latar Belakang
Serangga merupakan salah satu hewan yang paling sukses di dunia yang
menempati berbagai bentuk habitat, yaitu air, tanah, udara, hutan, tetumbuhan, tanah,
manusia, hewan, dan berbagai habitat lainya. Serangga hidup dengan memakan bahan
keras seperti kayu, menghisap cairan tanaman, menghisap darah manusia dan hewan,
atau menyerap berbagai bentuk makanan lainya, baik saling menguntukngkan
keduanya atau sebagai parasit yang merugikan satu sama lain.
Serangga merupakan golongan hewan yang dominan di muka bumi sekarang ini
dan ia dapat sukses beradaptasi dengan lingkungannya. Hal tersebut disebabkan oleh
ukuran tubuhnya yang kecil, kemampuan reproduksinya yang cepat (poliembrioni),
lapisan tubuhnya yang dilapisi oleh kitin untuk mengurangi penguapan, morfologi
dan fisiologinya yang mudah beradaptasi, dapat bermetamorfosis, dan mempunyai
kemampuan bertahan diri yang efektif, berupa sengat, bau-bauan, dan kemampuan
mobilisasi yang cepat.
Dalam kehidupan manusia, serangga berperan penting antara lain di bidang
pertanian yaitu sebagai pembantu terjadinya penyerbukan; di bidang ekonomi seperti
produksi sutera dari ulat sutera, madu dari lebah, lak sebagai bahan insulin, kupu-
kupu dan sebagainya; sebagai makanan, seperti rayap dan belalang; dekompser,
pemakan bangkai (entomologi forensik), pemakan kotoran (sakrofag), menambah
kesuburan tanah, pengobatan, dan bahan untuk penelitian.



T
u
g
a
s


P
r
a
s
i
t
o
l
o
g
i

P
r
a
a
k
t
e
k

2

BAB II
PEMBAHASAN


A. Definisi
Serangga (disebut pula Insecta, dibaca "insekta") adalah kelompok utama dari
hewan beruas (Arthropoda) yang bertungkai enam (tiga pasang); karena itulah
mereka disebut pula Hexapoda (dari bahasa Yunani yang berarti "berkaki enam".
Kajian mengenai peri kehidupan serangga disebut entomologi Serangga termasuk
dalam kelas insekta (subfilum Uniramia) yang dibagi lagi menjadi 29 ordo, antara
lain Diptera (misalnya lalat), Coleoptera (misalnya kumbang), Hymenoptera
(misalnya semut, lebah, dan tabuhan), dan Lepidoptera (misalnya kupu-kupu dan
ngengat). Kelompok Apterigota terdiri dari 4 ordo karena semua serangga
dewasanya tidak memiliki sayap, dan 25 ordo lainnya termasuk dalam kelompok
Pterigota karena memiliki sayap.
Insect Bites adalah gigitan atau serangan serangga adalah kelainan akibat
gigitan atau tusukan seranggga yang disebabkan reaksi toksin atau alegen yang
dilakukan artopoda penyerang. Gigitan serangga sering kali menyebabkan
bengkak, kemerahan, rasa sakit (senut-senut), datal-gatal. Reaksi tersebut boleh
dibilang biasa, bahkan gigitan serangga ada yang berakhir dalam beberapa jam
sampai berhari-hari. Bayi dan anak-anak labih rentan terkena gigitan serangga
dibanding orang dewasa.Insect bites adalah gigitan atau sengatan serangga. Insect
bites adalah gigitan yang diakibatkan karena serangga yang menyengat atau
menggigit seseorang. Kebanyakan gigitan serangga dan sengatan digunkan untuk
pertahanan. Gigitan serangga biasanya untuk melindungi sarang mereka. Sebuah
gigitan atau sengatan dapat menyuntikkan bisa ( racun ) yang tersusun dari protein
dan substansi lain yang mungkin memicu reaksi alergi kepada penderita.

T
u
g
a
s


P
r
a
s
i
t
o
l
o
g
i

P
r
a
a
k
t
e
k

3

B. Epidemiologi
Gigitan dan sengatan serangga mempunyai prevalensi yang sam di seluruh
dunia. Dapat terjadi pada iklim tertentu dan hal ini juga merupakan fenomena
musiman meskipun tidak menutup kemungkinan kejadian ini dapat terjadi
disekitar kita. Prevalensinya sama antara wanita dan pria. Bayi dan anak-anak
lebih rentan terkena gigitan serangga disbanding orang dewasa. Salah satu factor
yang memepengaruhi timbulnya penyakit ini yaitu pada tempat-tempat yng
banyak serangga, seperti di perkebunanan, persawahan, dll.

C. Etiologi
Secara sederhana gigitan serangga san sengatan lebah dibagi menjadi
menjadi 2 yaitu Venomous ( Beracun ) dan Non Venomous ( Tidak beracun ).
Serangga yang beracun biasanya menyerang denga cara menyengat, misalnya
tawan, lebah, ini merupakan suatu mekanisme pertahanan diri yakni dengan cara
menyuntikan racun atau bias melalui bias atau racun melalui penyengatnya.
Sedangkan serangga yant tidak beracun menggigit menggigit dan menembus
kulit dan masuk mengisap darah, ini biasanya yang menimbulkan rasa gatal. Ada
30 lebih jenis serangga, tapi hanya beberapa saja yang bias menimbulkan
kelainan kulit yang signifikan. Kelas Arthropoda yang melakukan gigitan dan
sengatan pada manusia terbagi atas :
1. Kelas Arachnida
a. Acarina
b. Araneae ( Laba-laba )
c. Scorpionidae ( Kalajengking )
2. Kelas Insecta
a. Anoplura ( Phthirus pubis, Pediculus Humanus Capitis dan Corporis )
b. Coleoptera ( Kumbang )
c. Diptera ( Nyamuk )
d. Hemiptera ( Kutu busuk, Cimex )

T
u
g
a
s


P
r
a
s
i
t
o
l
o
g
i

P
r
a
a
k
t
e
k

4

e. Hymenoptera ( Semut, Lebah, Tawon )
f. Lepidoptera ( Kupu-kupu )
g. Siphonaptera ( Xenopsylla Cheopis, Ctenocephalides Felis dan Canis,
Pulex ).

D. Patogenesis
Gigitan atau sengatan serangga akan menyebabkan kerusakan kecil pada kulit,
lewat gigitan atau serangga antigen yang akan masuk langsung direspon oleh
system imun tubuh. Racun dari serangga mengandung zat-zat yang kompleks.
Reaksi terhadap antigen tersebut biasanya akan melepaskan histamine, serotonin,
asam formic atau kinin. Lesi yang timbul disebabkan oleh respon imun tubuh
terhadap antigen yang dihasilkan melalui gigitan atau sengatan serangga. Reaksi
yang timbul yang timbul melibatkan mekanisme imun. Reaksi yang timbul dapat
dibagi dalam 2 kelompok : Reaksi immediate dan reaksi delayed.
Reaksi immediate merupakan reaksi yang sering terjadi dan ditandai dengan
reaksi local atau reksi sistemik. Lesi juga timbul karena adanya toksin yang
dihasilkan oleh gigitan atau sengatan serangga. Nekrosis jaringan yang lebih luas
dapat disebabkan karena trauma endotel yang dimediasi oleh pelepasan netrofil.
Spengomyelinase D adalah toksin yang berperan dalam timbulnya reaksi
neutrofilik. Enzim hyaluronidase yang juga ada pada racun serangga akan merusak
lapisan dermis sehingga dapat mempercepat penyebaran dari racun tersebut.

E. Manifestasi Klinis
Banyak spesies serangga yang menggigit dan menyenggat manusia, yang
dapat memberikan respon secara berbeda-beda pada setiap masing-masing
individu, reaksi yang timbul dapat berupa local atau generalisata. Reaksi local
yang biasanya muncul dapat berupa papular urtikaria. Papular urtikaria dapat
langsung hilang atau juga akan menetap, biasanya disertai dengan rasa gatal dan
lesi Nampak seperti berkelompok maupun menyebar pada kulit. Papular urtikaria

T
u
g
a
s


P
r
a
s
i
t
o
l
o
g
i

P
r
a
a
k
t
e
k

5

dapat muncul pada semua bagian tubuh atau hanya muncul terbatas diarea area
digigitan dan kemudian muncul papul-papul. Papul yang mengalami ekskoriasi
dapat muncul dan akan menjadi prurigo nodularis. Vesicle dan bulla dapat
muncul yang dapat menyerupai pemphigoid bullosa, sebab manifestasi klinis
yang terjadi juga tergantung dari respon system imun penderita masing-masing.
Infeksi sekunder adalah merupakan kompliakasi tersering yang bermanifestsi
sebagai folikulitis, selulitis atau limfaregitis.

F. Pemeriksaan Penunjang
Dari gambaran histopatologis pada fase akut didapatkan adanya edema antara
sel-sel epidermis, spongiosis, parakeratosis serta sebukan sel polimorfonuklear.
Infiltrat dapat berupa eosinofil, neutrofil, limfosit dan histiosit. Pada dermis
ditemukan pelebaran ujung pembuluh darah dan sebukan sel radang akut.
Pemeriksaan pembantu lainnya yakni dengan pemeriksaan laboratorium
dimana terjadi peningkatan jumlah eosinofil dalam pemeriksaan darah. Dapat
juga dilakukan tes tusuk dengan alergen tersangka.

G. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasar anamnesis, pemeriksaan fisik serta
pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis dapat ditemukan adanya riwayat
aktivitas diluar rumah yang mempunyai resiko mendapat serangan serangga
seperti di daerah perkebunan dan taman. Bisa juga ditanyakan mengenai kontak
dengan beberapa hewan peliharaan yang bisa saja merupakan vektor perantara
dari serangga yang dicurigai telah menggigit atau menyengat. Berikut ini
macam-macam Diagnosa Insekta menurut kelasnya :
1) Ordo Phthriraptera (Anoplura)
Anoplura memiliki tiga pasang kaki yang ujungnya berkait untuk
melekatkan diri pada rambut hospes. Telur parasit yang berwarna putih dan
berbentuk lonjong ini mempunyai penutup telur (operculum). Telur juga

T
u
g
a
s


P
r
a
s
i
t
o
l
o
g
i

P
r
a
a
k
t
e
k

6

berperekat sehingga telur mampu melekat erat pada rambut. Dalam satu hari,
seekor betina bertelur sebanyak 6-9 butir.
Tiga spesies penting yang hanya hidup parasitic pada mnusia adalah
Pediculus humanus capitis, P. humanus corporis dan Phthirus pubis.
Ektoparasit ini tersebar luas di seluruh dunia, terutama di daerah beriklim
dingin yang penduduknya sering berpakaian tebal, jarang mandi dan kurang
menjaga kebersihan badannya. Penyakit pedikulosis yang ditimbulkannya
mudah ditularkan melalui hubungan langsung antar individu, atau melalui
benda benda pribadi yang digunakan bersama-sama, misalnya topi, pakaian
dalam, dan sisir.
a. Phthirus pubis
Phthirus pubis sering ditularkan melalui hubungan kelamin. Pada
suhu 5
o
C, Phthirus pubis mampu hidup selama dua hari tanpa makan,
sedang Pediculus humanus dapat bertahan hidup sepuluh hari. Pada suhu
40
o
C, semua parasit dewasa spesies tersebut akan mati, tetapi telurnya
masih dapat hidup selama 15 menit pada suhu 60
o
C.
b. Pedikulosis
Infestasi parasit ini pada manusia disebut pedikulosis. Gigitan
parasit menimbulkan iritasi kulit yang terjadi akibat air liur yang
dikeluarkan pada waktu menghisap darah mangsanya. Iritasi kulit dapat
berlangsung selama beberapa hari. Akibat gigitan parasit, terbentuk
papula berwarna merah yang terasa sangat gatal. Kulit membengkak dan
berair. Infestasi berulang menyebabkan terjadinya pengerasan kulit
disertai pigmentasi. Keadaan ini disebut morbus errorum atau vagabonds
disease. Jika akibat garukan terjadi infeksi sekunder, akan timbul pustule,
krusta atau proses pernanahan. Penderita dapat terganggu tidurnyadan
mengalami depresi mental.
Diagnosis Pedikulosis

T
u
g
a
s


P
r
a
s
i
t
o
l
o
g
i

P
r
a
a
k
t
e
k

7

Diagnosis pedikulosis ditegakkan jika terjadi rasa gatal disertai
bekas garukan, dan diagnosis pasti dapat ditegakkan jika
ditemukan parasit dewasa atau telurnya. Pengobatan
pedikulosis diberikan simtomatis untuk mengobati gatalnya dan
terhadap parasitnya dapat diberikan insektisida atau benzoas
benzylicus emulsion.
Penyakit yang ditularkan oleh Anoplura. Hanya Pediculus humanus cosporis
yang dapat menjadi vector penular penyakit, yaitu :
a. Epidemic typhus (typhus fever): Infeksi Rikcettsia prowazekii
ini ditularkan melalui kontaminasi luka gigitan ektoparasit
yang tercemar tinja atau koyakan badan ektoparsit yang
infektif. Pada penularan epidemic typhus ini, manusia
merupaka sumber penularan dalam bentuk asymptomatic
carrier.
b. Epidemic relapsing fever: Penyakit yang disebabkan oleh
Borrelia recurrentis ini dapat menular dengan cara seperti
penularan typhus fever. Pediculus humanus corporis yang
terinfeksi Borrelia akan tetap infektif selama hidupnya.
c. Trench fever: Riketsiosis oleh Rickettsia Quintana ini
ditularkan melalui gigitan ektoparasit yang infektif atau
melalui luka lecet yang tercemar tinja ektoparasit yang infektif.
Satu kali anoplura terinfeksi riketsia, ektoparasit ini akan tetap
infektif selama hidupnya.

2) Ordo Siphonapter/ pinjal ( Xenopsylla Cheopis, Ctenocephalides Felis dan
Canis ).
Secara langsung gigitan pinjal dapat menimbulkan alergi atau dermatitis
yang pada anak anak reaksinya dapat berlangsung berat. Pinjal yang sering
menggigit hospes adalah Ctenocephalides dan Pulex irritans. Di daerah tropis

T
u
g
a
s


P
r
a
s
i
t
o
l
o
g
i

P
r
a
a
k
t
e
k

8

Afrika, Tunga penetrans menimbulkan dermatitis karena betina menggali kulit
kaki di bawah kuku dan kemudian menghisap darah penderita. Penderita akan
merasa gatal hebat, kemudian terjadi peradangan yang sering diikuti infeksi
sekunder.
Penularan penyakit
Sebagai penular penyakit, pinjal dapat bertindak sebagai vector
penular atau sebagai hospes perantara:
a. Xenopsylla cheopis
Spesies ini adalah vector utama penular penyakit pes yang
disebabkan oleh kuman Yersinia pestis. Akibtanya terjadi wabah
pes pada tikus, pinjal menjadi infektif untuk waktu yang panjang.
Jika populasi tikus punah akibat wabah pes, maka pinjal akan
menjadi hospes baru termasuk manusia sehingga terjadi epidemic
pes pada manusia. Karena itu, jika terjadi epidemic pes pada tikus,
kita harus waspada dan mencegah kemungkinan terjadinya pes
pada manusia. Pulex irritans dapat menjadi vector kedua pada
penularan pes.
Selain pes, Xenopsylla cheopis juga dapat bertindak sebagai vector
penular endemic thypus yang disebabkan oleh Rickettsia mooseri
yang secara alami merupakan penyakit pada tikus. Penularan pada
manusia terjadi melalui luka gigitan atau luka lecet yang tercemar
tinja atau jaringan yang rusak dari pinjal yang infektif. Penularan
dengan tinja pinjal dapat terjadi juga melalui konjungtiva atau
membrane mukosa penderita. Sesudah terinfeksi, pinjal tetap
infektif seumur hidupnya. Endemic thypus juga dapat ditularkan
oleh Nosopsyllus fasciatus.
b. Ctenocephalides sp
Ctenocephalides adalah pinjal yang umum pada anjing dan
kucing. Pinjal ini juga menggigit hewan lain termasuk sapi dan

T
u
g
a
s


P
r
a
s
i
t
o
l
o
g
i

P
r
a
a
k
t
e
k

9

manusia sebagai induk semang antara cacing pita anjing
(Dipylidum caninum) dan cacing filarial anjing (Dipetalonema
reconditum). Ctenocephalides felis yang makan pada inangnya dan
bisa hidup selam 58 hari serta tanpa makan tetapi tinggal pada
lingkungan yang lembab dan dapat hidup selama 23 hari.
Ctenochepalic felis memiliki morfologi sisir pronetal
genal,bentuk kepala melancip,gigi satu dan dua sama besar .
Ctenochepalic canis memiliki morfologi sisir pronotal
genal,bentuk kepala bundar,gigi satu dan dua tidak sama panjang.
Diagnosa
Diagnosa Flea pada hewan seperti anjing dan kucing dapat
dilakukan dengan melihat adanya kotoran seperti butiran pasir
diantara bulu kucing.
Biasanya flea dapat ditemukan pada daerah yang berbulu lebat
seperti pada bagian leher.
Biasanya hewan yang berkutu atau sebagai habitat dari pinjal
mempunyai kebiasaan menggaruk dan merasa gelisah, akibat dari
gigitan dari pinjal apabila dibiarkan akan mengakibatkan penyakit
Flea Allergy Dermatitis (FAD).

3) Ordo Hemiptera ( Kutu busuk/ Cimex )
Kutu busuk/ Cimex biasanya dapat menyebabkan dermatitis. Namun,
penyakit dermatitis selalu berhubungan dengan kulit yang bereaksi terhadap
kekeringan berat, menggaruk, zat iritasi, atau alergen. Biasanya, substansi
yang datang dalam kontak langsung dengan kulit, tetapi kadang-kadang
substansi juga datang karena ditelan (seperti alergi makanan).

T
u
g
a
s


P
r
a
s
i
t
o
l
o
g
i

P
r
a
a
k
t
e
k

10

Kutu busuk memakan darah dan memiliki mulut yang secara khusus
disesuaikan untuk menusuk kulit manusia. Mereka menyuntikkan air liur
selama makan, yang memiliki sifat antikoagulan dan anestesi.
Bila diamati benjolan merah dan sering disertai dengan rasa gatal yang
sangat intens. Tanda merah adalah akibat dari reaksi alergi terhadap anestesi
yang terkandung dalam air liur kutu busuk, yang dimasukkan ke dalam darah
tubuh korban. Reaksi terhadap gigitan kutu busuk mungkin muncul
dibedakan dari gigitan nyamuk walaupun mereka cenderung berlangsung
lama.
Sebuah sifat bersama dengan gigitan kutu adalah kecenderungan pola
gigitan sekuensial sering selaras dalam deretan tiga. Hal ini mungkin
disebabkan oleh kutu busuk yang sedang terganggu sewaktu makan dan
relokasi setengah inci atau lebih jauh sepanjang kulit sebelum melanjutkan
makan. Atau, penataan gigitan dapat disebabkan oleh kutu busuk berulang
kali mencari pembuluh darah. Orang bereaksi secara berbeda terhadap kutu
busuk, dan tanggapan individu bervariasi dengan faktor termasuk jenis kulit
dan lingkungan.
Pengobatan Dermatitis Akibat Kutu Busuk
Untuk mengobati dermatitis ini, diperlukan obat untuk membunuh
kutunya, contohnya yang mengandung permethrin, gamma benxena
heksachlorida, dsb. Obat-obat ini bersifat toksik dan pemakaiannya
harus atas pengawasan dokter. Dioleskan di seluruh tubuh (kecuali
wajah). Jangan ada bagian kulit yang terlewatkan. Diamkan selama 8-
10 jam (semalaman) dan besok paginya dibilas /mandi. Obat ini hanya
digunakan sekali (tidak diulang). Pakaian / sperai, dsb sebaiknya
direndam air hangat / panas dan dijemur di terik matahari. Kasur
dijemur di terik matahari. Perhatikan kebersihan leingkungan dalam
rumah.


T
u
g
a
s


P
r
a
s
i
t
o
l
o
g
i

P
r
a
a
k
t
e
k

11

4) Ordo Acarina (Sarcoptes scabiei)
Penularan skabies pada manusia dapat melalui kontak langsung dengan
penderita (kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama dan
hubungan seksual. Penularan skabies pada manusia juga dapat secara tidak
langsung melalui pakaian, handuk, sprai dan barang-barang lainnya yang
pernah digunakan oleh penderita. Jumlah rata-rata tungau pada awal infestasi
adalah sekitar lima sampai sepuluh ekor. Tungau S. scabiei hidup dari sampel
debu penderita, lantai, furniture dan tempat tidur.
Manfestasi Klinis
Ketika seseorang terinfestasi oleh scabies untuk yang pertama
kalinya, gejala biasanya tidak Nampak hingga mencapai 2 bulan
kemudian (2-6 minggu) setelah terinfestasi. Namun bagaimanapun,
seseorang yang terinfestasi masih bisa menyebarkan scabies ini kepada
orang lain. Jika seseorang telah pernah menderita scabies sebelumnya,
gejala akan muncul dengan segera (1-4 hari) setelah terekspos.
Seseorang yang terinfestasi scabies juga dapat menularkan
penyakitnya, walaupun mereka tidak memiliki gejala lagi. Hal ini
berlaku sampai scabies pada penderita tersebut diberantas beserta
tungau dan telur-telurnya.
Diagnosis skabies dapat ditegakkan dengan menemukan 2 dari 4 tanda
cardinal sebagai berikut :
1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang
disebabkan karena aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu
yang lebih lembab. Gejala ini adalah yang sangat menonjol.
2. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya
dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga
terkena infeksi. Begitu juga dalam sebuah perkampungan yang
padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan
akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan

T
u
g
a
s


P
r
a
s
i
t
o
l
o
g
i

P
r
a
a
k
t
e
k

12

hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya terkena.
Walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak
memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa
(carrier).
3. Adanya terowongan (kanalikulus) pada tempat-tempat
predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk
garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung
terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul
infeksi sekunder, ruam kulitnya menjadi polimorf (pustule,
ekskoriasi dan lain-lain). Umumnya tempat predileksi tungau
adalah lapisan kulit yang tipis, seperti di sela-sela jari tangan,
pergelangan tangan, siku bagian luar, lipatan ketiak depan,
pinggang, punggung, pusar, dada termasuk daerah sekitar alat
kelamin pada pria dan daerah periareolar pada wanita . Telapak
tangan, telapak kaki, wajah, leher dan kulit kepala adalah
daerah yang sering terserang tungau pada bayi dan anak-anak.
4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik.
Pemeriksaan Penunjang
Untuk menemukan tungau dapat dilakukan dengan beberapa cara:
1. Kerokan kulit dapat dilakukan di daerah sekitar papula yang
lama maupun yang baru. Hasil kerokan diletakkan di atas
kaca objek dan ditetesi dengan KOH 10% kemudian ditutup
dengan kaca penutup dan diperiksa di bawah mikroskop.
Diagnosis scabies positif jika ditemukan tungau, nimpa, larva,
telur atau kotoran S. scabiei.
2. Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung pada
kertas putih kemudian dilihat dengan kaca pembesar.

T
u
g
a
s


P
r
a
s
i
t
o
l
o
g
i

P
r
a
a
k
t
e
k

13

3. Dengan membuat biopsy irisan, yaitu lesi dijepit dengan 2 jari
kemudian dibuat irisan tipis dengan pisau kemudian diperiksa
dengan mikroskop cahaya.
4. Dengan biopsy eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan
Hematoxylin Eosin.
Tes tinta pada terowongan di dalam kulit dilakukan dengan
cara menggosok papula menggunakan ujung pena yang berisi
tinta. Papula yang telah tertutup dengan tinta didiamkan selama
dua puluh sampai tiga puluh menit, kemudian tinta diusap/
dihapus dengan kapas yang dibasahi alkohol. Tes dinyatakan
positif bila tinta masuk ke dalam terowongan dan membentuk
gambaran khas berupa garis zig-zag.
Strategi lain untuk melakukan diagnosis scabies adalah
video dermatoskopi, biopsi kulit dan mikroskopi epiluminesken.
Video dermatoskopi dilakukan menggunakan sistem mikroskop
video dengan pembesaran seribu kali dan memerlukan waktu
sekitar lima menit. Umumnya metode ini masih dikonfirmasi
dengan basil kerokan kulit. Pengujian menggunakan mikroskop
epiluminesken dilakukan pada tingkat papilari dermis superfisial
dan memerlukan waktu sekitar lima menit serta mempunyai
angka positif palsu yang rendah. Kendati demikian, metode-
metode diagnosis tersebut kurang diminati karena memerlukan
peralatan yang mahal.
Diagnosis Banding
Penyakit skabies juga ada yang menyebutnya sebagai the great
imitator karena dapat mencakup hampir semua dermatosis pruritik
berbagai penyakit kulit dengan keluhan gatal. Adapun diagnosis
banding yang biasanya mendekati adalah prurigo, pedikulosis
corporis, dermatitis dan lain-lain.

T
u
g
a
s


P
r
a
s
i
t
o
l
o
g
i

P
r
a
a
k
t
e
k

14


5) Ordo Diptera ( Nyamuk )
Nyamuk termasuk jenis serangga yang masuk pada kelas Hexapoda orde
Diptera. Pada umumnya nyamuk mengalami 4 tahap dalam siklus hidupnya
(metamorfosis), yaitu telur, larva, pupa dan dewasa. Nyamuk Aedes aegypti
mengalami metamorfosis sempurna, yaitu telur larva pupa dewasa.
Stadium telur, larva dan pupa hidup didalam air, sedangkan stadium dewasa
hidup diluar air. Pada umumnya telur akan menetas dalam 1-2 hari setelah
terendam dalam air. Stadium jentik biasanya berlangsung antara 5-15 hari,
dalam keadaan normal berlangsung 9-10 hari. Stadium berikutnya adalah
stadium pupa yang berlangsung 2 hari, kemudian menjadi nyamuk dewasa
dan siklus tersebut akan berlangsung kembali. Dalam kondisi yang optimal,
perkembangan dari stadium telur sampai menjadi nyamuk dewasa
memerlukan waktu sedikitnya 9 hari.
Berdasarkan kesenangannya nyamuk suka mencari darah, dikenal 2 golongan
nyamuk yaitu :
1. Nyamuk yang senang mencari darah orang
2. Nyamuk yang senang mencari darah binatang
Waktu keaktifan mencari darah bagi nyamuk berbeda-beda, di bedakan atas :
a. Nyamuk yang aktif pada waktu malam hari misalnya : Anopheles dan
Cule,
b. Nyamuk yang aktif pada waktu siang hari misalnya : Aedes
Diagnosa :
1. Telur
Telur panjang kurang dari 1 mm, disusun secara bergaris, baik dalam
kelompok maupun satu persatu. beberapa spesies nyamuk meletakkan
telur-telurnya saling menggabung membentuk suatu rakit yang bisa
terdiri dari 300 telur. Telur berada pada masa periode inkubasi
(pengeraman). inkubasi sempurna terjadi pada musim dingin. Setelah

T
u
g
a
s


P
r
a
s
i
t
o
l
o
g
i

P
r
a
a
k
t
e
k

15

itu larva mulai keluar dari telurnya semua hampir dalam waktu yang
sama. Sampai siklus pertumbuhan ini selesai secara keseluruhan
menjadi larva nyamuk.
2. Larva
Larva menghabiskan sebagian besar waktu mereka untuk makan
ganggang , bakteri , dan mikro-organisme lain. Mereka
menyelam di bawah permukaan hanya bila terganggu. Larva
berenang dengan gerakan tersentak-sentak dari seluruh tubuh.
Larva berkembang melalui empat tahap, atau instar , setelah itu
mereka bermetamorfosis menjadi kepompong. Pada akhir setiap
instar, yang berganti bulu larva, exoskeleton shedding mereka,
atau kulit, untuk memungkinkan pertumbuhan lebih lanjut.
3. Pupa
Kepala dan dada digabung menjadi cephalothorax dengan perut
melengkung di bawahnya.. Seperti halnya larva, pupa harus
datang ke permukaan sering untuk bernapas, yang mereka
lakukan melalui sepasang terompet pernafasan pada
cephalothorax tersebut. Selama tahap ini pupa tidak makan.
Setelah beberapa hari, pupa naik ke permukaan air, nyamuk
dewasa muncul. Nyamuk harus keluar dari air tanpa kontak
langsung dengan air, sehingga hanya kakinyalah menyentuh
permukaan air.
4. Dewasa
Nyamuk biasanya meletakkan telur di tempat yang berair, pada
tempat yang keberadaannya kering telur akan rusak dan mati.
Kebiasaan meletakkan telur dari nyamuk berbeda beda
tergantung dari jenisnya.
1. Nyamuk Aedes

T
u
g
a
s


P
r
a
s
i
t
o
l
o
g
i

P
r
a
a
k
t
e
k

16

Meletakkan telur dan menempel pada yang terapung diatas
air atau menempel pada permukaan benda yang merupakan
tempat air pada batas permukaan air dan tempatnya
2. Nyamuk anopeles
Meletakkan telurnya dipermukaan air satu persatu atau
bergerombolan tetapi saling lepas, telur anopeles mempunyai
alat pengapung.
3. Nyamuk culex
Meletakkan telur diatas permukaan air secara bergerombolan dan
bersatu berbentuk rakit sehingga mampu untuk mengapung,
sedangkan jentiknya menggantung di air (Nurmaini, 2001).
Berikut Identifikasi Nyamuk Dewasa :
Metode Kerja
Alat Dan Bahan
Alat :
1. Botol Sekrup (Ukuran Kecil)
2. Jarum Pentul
3. Objek Glass
4. Deck Glass
5. Lup
6. Mikroskop
Bahan :
1. Nyamuk Anopheles, Aedes Aegypti, Culex dan Mansonia

T
u
g
a
s


P
r
a
s
i
t
o
l
o
g
i

P
r
a
a
k
t
e
k

17

2. Alkohol 60%, 70% dan 90%
3. Formalin 10%
4. Lem Alteco
5. Gabus
Cara Kerja
1. Siapkan nyamuk yang akan diawetkan
2. Siapkan alkohol 60%, 70% , 90% dan formalin masukkan
kedalam wadah
3. Rendam nyamuk Anopheles, Aedes Aegypti, Culex dan
Mansonia di alkohol 60%, 70% dan 90% masing-masing selama
30 menit , kemudian keringkan.
4. Siapkan jarum pentul, kemudian lem nyamuk pakai dinding
jarum pentul. Lihat di mikroskop pada pebesaran 10x40.
Penyakit Akibat Nyamuk-nyamuk yang berperan dalam penyebaran
penyakit di Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Penyebab Penyakit Malaria: Malaria adalah penyakit yang
disebabakan oleh parasit malaria (plasmodium) yang merupakan
salah satu protozoa darah yang disebarkan melalui nyamuk
anopheles sp. Dalam epidemiologi ada tiga faktor yang harus
diperhatikan untuk penyakit malaria yaitu agent (penyebab
malaria), host (penjamu), dan environment (lingkungan),
(Kencono Gunawan, 1999).
2. Penyebab Penyakit Demam Berdarah: Demam berdarah
disebabkan oleh nyamuk Aedes group, terutama Aedes Aegypti.

T
u
g
a
s


P
r
a
s
i
t
o
l
o
g
i

P
r
a
a
k
t
e
k

18

3. Penyebab Penyakit Filaria: Bibit penyakit dari filaria adalah :
Wuchercria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori.
H. Diagnosis Banding
Reaksi yang diakibatkan oleh sengatan atau gigitan serangga kebanyakan
menyerupai erupsi kulit yang lainnya. Dibawah ini merupakan beberapa
diagnosis banding dari reaksi akibat gigtan atau serangan serangga antara lain:
1. Prurigo : Biasanya kronik, berbentuk papula/nodula kronik yang gatal.
Mengenai ekstremitas terutama pada permukaan anterior paha dan
tungkai bawah.
2. Dermatitis Kontak : Biasanya jelas ada bahan-bahan kontaktan atau
alergen, lesi sesuai dengan tempat kontak.
I. Penatalaksanaan
Terapi biasanya digunakan untuk menghindari gatal dan mengontrol
terjadinya infeksi sekunder pada kulit. Gatal biasanya merupakan keluhan utama,
campuran topikal sederhana seperti menthol, fenol, atau camphor bentuk lotion
atau gel dapat membantu untuk mengurangi gatal, dan juga dapat diberikan
antihistamin oral seperti diphenyhidramin 25-50 mg untuk mengurangi rasa
gatal. Infeksi sekunder dapat diatasi dengan pemberian antibiotik topikal maupun
oral, dan dapat juga dikompres dengan larutan kalium permanganat.

J. Prognosis
Prognosis dari gigitan serangga sebenarnya baik, tapi tergantung jenis serangga
serta racun yang dimasukkannya ke dalam tubuh manusia. Dan apabila terjadi
syok anafilaktik maka prognosisnya bergantung dari penangan yang cepat dan
tepat.




T
u
g
a
s


P
r
a
s
i
t
o
l
o
g
i

P
r
a
a
k
t
e
k

19

BAB III
KESIMPULAN

Insect Bite atau gigitan serangga adalah kelainan akibat gigitan atau
tusukan serangga yang disebabkan reaksi terhadap toksin atau alergen yang
dikeluarkan artropoda penyerang. Prevalensinya sama antara pria dan wanita.
Bayi dan anak-anak labih rentan terkena gigitan serangga dibanding orang
dewasa. Salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit ini yaitu
terjadi pada tempat-tempat yang banyak serangga, seperti di perkebunan,
persawahan, dan lain-lain. Secara sederhana gigitan dan sengatan lebah dibagi
menjadi 2 grup yaitu Venomous (beracun) dan Non Venomous (tidak beracun).
Diagnosis ditegakkan berdasar anamnesis, pemeriksaan fisik serta
pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis dapat ditemukan adanya riwayat
aktivitas diluar rumah yang mempunyai resiko mendapat serangan serangga.
Terapi biasanya digunakan untuk menghindari gatal dan mengontrol terjadinya
infeksi sekunder pada kulit. Gatal biasanya merupakan keluhan utama, campuran
topikal sederhana seperti menthol, fenol, atau camphor bentuk lotion atau gel
dapat membantu untuk mengurangi gatal, dan juga dapat diberikan antihistamin
oral. Steroid topikal dapat digunakan untuk mengatasi reaksi hipersensitifitas dari
sengatan atau gigitan. Infeksi sekunder dapat diatasi dengan pemberian antibiotik
topikal maupun oral. Jika terjadi reaksi berat dengan gejala sistemik dapat
diberikan Epinefrin.







T
u
g
a
s


P
r
a
s
i
t
o
l
o
g
i

P
r
a
a
k
t
e
k

20

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

1. Siregar RS. Prof. Dr. Atlas berwarna Saripati Penyakit Kulit.
Indonesia. Jakarta : EGC ; 2000 p. 174-175
2. Rohmi Nur. Insect Bites. [online] 2006 [cited 2008 June 04] : [ 3
screens]. Available from:
http://www.fkuii.org/tiki-index.php?page=Insect+Bites7
3. Elston DM. Nit picking. J Am Acad Dermatol. Jul 2005;53(1):164-7. ]
4. Leung AK, Fong JH, Pinto-Rojas A. Pediculosis capitis. J Pediatr Health
Care. Nov-Dec 2005;19(6):369-73.
5. Soekidjo Notoadmojo dan Prabu. Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta : PT. Rineka Cipta. 2003
6. http://id.wikipedia.org/wiki/Nyamuk.
7. Brown, H. W, 1983. Dasar Parasitologi Klinik. Jakarta: PT. Gramedia
8. Ganda Husada, S, 1992. Parasitologi Kedokteran. Jakarata: Fakultas
Kedokteran.
9. Garcia & Bruener, 1986. Diagnosa Parasitologi Kedokteran. Cetakan
1. Jakarta: EGC.
10. Prabu, B.D.R, 1990. Penyakit-penyakit Infeksi Umum. Edisi I. Jakarta:
Widya Medica.

Anda mungkin juga menyukai

  • Tugas Terjemahan Kimia Klinik
    Tugas Terjemahan Kimia Klinik
    Dokumen23 halaman
    Tugas Terjemahan Kimia Klinik
    Dyahh Yunaa Cassiee
    Belum ada peringkat
  • Imser Caker
    Imser Caker
    Dokumen2 halaman
    Imser Caker
    Dyahh Yunaa Cassiee
    Belum ada peringkat
  • Ciri Citrobakter
    Ciri Citrobakter
    Dokumen2 halaman
    Ciri Citrobakter
    Dyahh Yunaa Cassiee
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen4 halaman
    Daftar Pustaka
    Dyahh Yunaa Cassiee
    Belum ada peringkat
  • Laboratorium Mikrobiologi
    Laboratorium Mikrobiologi
    Dokumen9 halaman
    Laboratorium Mikrobiologi
    Dyahh Yunaa Cassiee
    Belum ada peringkat
  • Lampiran 1
    Lampiran 1
    Dokumen9 halaman
    Lampiran 1
    Dyahh Yunaa Cassiee
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen4 halaman
    Daftar Pustaka
    Dyahh Yunaa Cassiee
    Belum ada peringkat
  • Anemia Aplastik
    Anemia Aplastik
    Dokumen10 halaman
    Anemia Aplastik
    Dyahh Yunaa Cassiee
    Belum ada peringkat
  • SirsakKlasifikasi
    SirsakKlasifikasi
    Dokumen3 halaman
    SirsakKlasifikasi
    Dyahh Yunaa Cassiee
    100% (1)
  • S D
    S D
    Dokumen7 halaman
    S D
    Dyahh Yunaa Cassiee
    Belum ada peringkat
  • Amalan Sebelum Tidur
    Amalan Sebelum Tidur
    Dokumen1 halaman
    Amalan Sebelum Tidur
    Dyahh Yunaa Cassiee
    Belum ada peringkat
  • Perasan Daun
    Perasan Daun
    Dokumen1 halaman
    Perasan Daun
    Dyahh Yunaa Cassiee
    Belum ada peringkat
  • Manfaat Daun Sirsak
    Manfaat Daun Sirsak
    Dokumen6 halaman
    Manfaat Daun Sirsak
    Dyahh Yunaa Cassiee
    Belum ada peringkat
  • Kajian Herbal 2012
    Kajian Herbal 2012
    Dokumen90 halaman
    Kajian Herbal 2012
    Fiki Hikmah Hayati
    Belum ada peringkat
  • Manfaat Daun Sirsak
    Manfaat Daun Sirsak
    Dokumen6 halaman
    Manfaat Daun Sirsak
    Dyahh Yunaa Cassiee
    Belum ada peringkat
  • Shigella Lagi
    Shigella Lagi
    Dokumen4 halaman
    Shigella Lagi
    Dyahh Yunaa Cassiee
    Belum ada peringkat
  • Uji Aktivitas Antibakteri
    Uji Aktivitas Antibakteri
    Dokumen3 halaman
    Uji Aktivitas Antibakteri
    Dyahh Yunaa Cassiee
    100% (1)
  • Anova Dan Kruskal Wallis
    Anova Dan Kruskal Wallis
    Dokumen13 halaman
    Anova Dan Kruskal Wallis
    roubum
    Belum ada peringkat
  • Tugas Mikologi
    Tugas Mikologi
    Dokumen10 halaman
    Tugas Mikologi
    Dyahh Yunaa Cassiee
    Belum ada peringkat
  • Diare
    Diare
    Dokumen5 halaman
    Diare
    Dyahh Yunaa Cassiee
    Belum ada peringkat
  • S D
    S D
    Dokumen7 halaman
    S D
    Dyahh Yunaa Cassiee
    Belum ada peringkat
  • Diare Akut
    Diare Akut
    Dokumen38 halaman
    Diare Akut
    Dyahh Yunaa Cassiee
    Belum ada peringkat
  • Shige Los Is
    Shige Los Is
    Dokumen9 halaman
    Shige Los Is
    Dyahh Yunaa Cassiee
    Belum ada peringkat