Anda di halaman 1dari 20

PENDAHULUAN

Endapan mineral epitermal telah menerima banyak perhatian dunia


oleh karena dapat dieksploitasi secara ekonomis,dan tersedia
banyak dibandingkan dengan sumberdaya logam mulia lainnya.
Secara geologi endapan ini relatif mudah ditemukan,karena
secaragenesa endapan epitermal ini secara umum telah dikethui
keberadaannya. Endapan epitermal logam dasar dan mulia adalah
banyak macamnya,mencerminkan perbedaan tektonik,batuan beku
dan kedudukan dtruktur dimana mereka terbentuk, dan melibatkan
banyak proses di dalam proses pembentukannya. Kebanyakan dari
endapan epitermal terbentuk dalam suatu level kerak bumi yang
dangkal dimana perubahan secara tiba-tiba dalam kondisi fisik dan
kimianya menghasilkan endapan logam dan hadir bersama ubahan
hidrotermal.
PENGERTIAN
PARA AHLI
Banyak definisi tentang endapan epitermal, beragam dari sudut
pandang masing masing, diantaranya sebagai berikut :
Lindgren (1933) dalam klasifikasi endapan epitermalnya
menyebutkan bahwa endapan epitermal adalah endapan
metalifferous yang terbentuk di dekat permukaan karena adanya
kenaikan suhu air dan kaitannya dengan pembentukan batuan
beku.
Simmons (2005) mendefinisikan endapan epitermal sebagai
salah satu endapan dari sistem hidrotermal yang terbentuk pada
kedalaman dangkal yang umumnya pada busur vulkanik yang
dekat dengan permukaan.
PENGERTIAN
SECARA UMUM
Secara umum endapan epitermal dipahami sebagai endapan
yang terbentuk pada kedalaman dangkal (50-1000 m) pada
rentang temperatur tertentu (150-300
0
C). Logam ekonomis
utama dari endapan epitermal ini adalah emas (Au). Jenis
endapan emas epitermal terdapat pada kedalaman 500 m,
bagian atas dari suatu sistem hidrotermal, dimana terjadi
perubahan-perubahan suhu dan tekanan maksimum yang
mengalami fluktuasi yang cepat. Fluktuasi tekanan ini
menyebabkan perekahan hidraulik (hidraulic fracturing),
pendidihan (boiling), perubahan-perubahan hidrologi sistem yang
mendadak. Proses-proses fisika ini secara langsung
berhubungan dengan proses-proses kimiawi yang menyebabkan
mineralisasi.
KARAKTERISTIK
MENURUT SIMSON (2005)
1) Jenis air berupa air meteorik dengan sedikit air magmatik.
2) Endapan epitermal mengandung mineral bijih epigenetic yang pada umumnya
memiliki batuan induk berupa batuan vulkanik.
3) Tubuh bijih memiliki bentuk yang bervariasi yang disebabkan oleh kontrol dan
litologi dimana biasanya merefleksikan kondisi paleo permeability pada kedalaman
yang dangkal dari sistem hidrotermal.
4) Sebagian besar tubuh bijih yang terbentuk berupa sistem urat dengan dip yang
terjal yang terbentuk disepanjang zona regangan. Beberapa diantaranya terdapat
bidang sesar utama, tetapi biasanya pada bidang-bidang sesar minor.
5) Pada suatu jaringan sesar dan kekar akan terbentuk bijih pada urat.
6) Mineral penyerta yang utama adalah kuarsa sehingga menyebabkan bijih keras dan
relatif tahan terhadap pelapukan.
7) Kandungan sulfida pada urat relatif sedikit (<1% - 20%)
Ciri-ciri umum
menurut Lindgren (1933)
1) suhu relatif rendah (50-250
0
C) dengan salinitas bervariasi antara 0-5 wt %.
2) terbentuk pada kedalman dangkal (~1 km)
3) pembentukan endapan epitermal terjadi pada batuan sedimen atau batuan
beku, terutama yang berasosiasi dengan batuan intrusif dekat permukaaan
atau ekstrusif, biasanya diserta oleh sesar turun dan kekar.
4) zona bijih berupa urat-urat sederhana, beberapa tidak beraturan dengan
pembentukan kantung-kantung bijih, seringkali terdapat pada pipa dan
stockwork. Jarang terbentuk sepanjang permukaan lapisan dan sedikit
kenampakan tekstur replacement (penggantian).
5) logam muli terdiri dari : Pb, Zn, Au, Ag, Hg, Sb, Cu, Se, Bi, U.
6) mineral bijih berupa : native Au, Ag, Cu, Bi, Pirit, Markasit, Sfalerit, Galena,
Kalkopirit, Cinnabar, Jamesonite, Stibnite, Realgar, Orpiment, Ruby, Silver,
Argentite, Selenides, dan Tellurides.
7) mineral penyerta adalah kuarsa, chert, kalsedon, ametis, serisit, klorit rendah
Fe, epidot, karbonat, fluorit, barite, adularia, alunit, dickite, rhodochrosite,
zeolit.
8) ubahan batuan samping terdiri dari chertification (silisifikasi), kaolinisasi,
piritisasi, dolomitisasi, kloritisasi.
9) tekstur dan struktur yang terbentuk adalah crustification (banding), yang
sangat umum sering sebagai fine banding, vugs, uarat terbreksikan.
Endapan
Emas Epitermal
Sebagian besar emas epitermal terdapat pada urat-urat
yang berasosiasi dengan alterasi quatz-illite yang
menunjukkan pengendapan dari fluida-fluidan dengan
pH mendekati netral. Dalam alterasi jenis fluida ini,
emas ditemukan dalam vein, veinlet, breksi eksplosi
atau breksi hidrotermal, dan stockwork. Emas
epitermal juga terbentuk pada alterasi advanced-argilic
dan alterasi lain yang terbentuk dari fluida asam sulfat,
dimana dalam alterasi jenis ini emas ditemukan dalam
bentuk veinlet, batuan silika masif, rekahan batuan
atau breksi dalam batuan.
Proses
pembentukan emas
Emas diangkut oleh larutan hidrotermal yang kaya akan ligan
HS
-
dan OH
-
. Ligan ini mengangkut emas hingga ke tempat
pengendapannya. Kehadiran breksi hidrotermal merupakan salah satu
ciri adanya proses pendidihan pada larutan hidrotermal. Pendidihan
terjadi karena adanya pertemuan antara larutan yang bersuhu tinggi
(hidrtotermal) dengan larutan yang bersuhu rendah (meteoric). Selama
proses pendidihan ini tekanan menjadi semakin besar sehinggam
menghancurkan dinding batuan yang dilalui larutan hidrotermal.
Akibat proses pendidihan tersebut , yaitu hilangnya gas H
2
S, terjadi
penigkatan pH, serta penurunan suhu. Ketiga proses tersebut dapat
menghantarkan emas pada batuan sehingga kadar emas primer tinggi
biasanya dijumpai pada breksi hidrotermal.
Karakteristik Spesifik
Endapan Emas Epitermal
1. sistem yang berperan dikontrol oleh sistem pemanasan
magmatik dangkal dan mineralisasi emas yang ekonomis
terjadi pada daerah yang sangat sempit jika dibandingkan
dengan keseluruhan sistem, umumnya dekat dengan
permukaan dimana fluida mengalami perubahan secara fisik
dan kimia.
2. fluida di dominasi oleh air meteorik dengan suhu berbeda pada
kesatuan substansi magmatik.
3. Emas ditransportaasikan sebagian besar sebagai fluida
kompleks yang dapat berdisosiasi menghasilkan endapan
emas, proses yang efektif mencakup kombinasi dari
pemanasan, perubahan pH dari yang mendekati netral dan
proses oksidasi.
Klasifikasi
Endapan Emas Epitermal
1. batuan induk vulkaniktipe sulfidasi rendah
(adularia-serisit atau
tipe quatrz-adularia)
tipe sulfidasi tinggi (tipe asam sulfat)
2. batuan induk sedimen ( termasuk tipe Carlin)
Magmatik Dan Kontrol Struktural
Pada Mineralisasi Emas Epitermal
Penelitian mineralisasi emas epitermal terhadap lingkungan fisik dan
kimia dengan teknik seperti geotermometri inklusi fluida, analisis isotop
stabil dan penerapan teori termokima dapat menghubungkan teksur endapan
dengan suhu pembentukannya dan parameter-parameter lainnya
sehubungan degan genesis endapan tersebut.
Diketahui pula peranan magma dalam pembentukan deposit epitermal
seiring dengan ditemukannya bukti dilapangan dimana magma tingkat tinggi
adalah sumber emas dan pada umumnya sulfur diperlukan untuk
mentransportasikan emas tersebut.
Di Taupo Volcanic Zone, Selandia Baru, sistem panas bumi yang kaya
emas terjadi disepanjang jalur yang terletak beberapa kilometer di batas
patahan graben dan bertepatan dengan jalur pegungungan muda andesit dan
dasit. Hal ini mengindikasikan bahwa endapan ini muncul dari interaksi
konduktif dari pemanasan air tanah dengan salinitas rendah dan
kemungkinan fase uap dari cairan magmatik ini terbentuk pada kedalaman 5-
8 km.
Perbedaan pada bentuk endapan epitermal berhubungan dengan
kedalaman relatifnya dari intrusi. Dengan demikian jenis deposit alunit
kaolinit terkait dengan magma penghilang gas tingkat tinggi (misalnya
kubah riolit) dengan aliran hidortermal kemudian didorong oleh yang
lebih besar, yaitu sistem magma yang lebih dalam. Jenis adularia-serisit
terkait dengan tubuh magma yang lebih dalam (4-8 km) yang berperan
dalam penghilangan gas ke dalam sistem air tanah diatasnya. Struktur
utama dibawah batuan induk dapat mengontrol aliran air tanah dan
dengan demikian dapat terbentuk endapan yang ekonomis.
Hal yang penting kaitannya dengan kegiatan eksplorasi adalah
pemahaman tentang kontrol struktur pada susunan rekahan dimana
endapan epitermal terbentuk. Teknik untuk menentukan kontrol stuktural
antara lain survei aeromagmatik, survei ketinggian dikombinasikan
dengan teknik komputasi modern dan pengolahan gambar dapat
mendefinisikan pola struktur dilapangan.
ASOSIASI ENDAPAN LOGAM
MULIA DENGAN SISTEM
VULKANIK
Cadangan logam berharga epitermal terjadi dalam berbagai macam sistem
vulkanik yang berbagai ukuran, gaya vulkanisme, dan pengaturan tektonik.
Kubah vulkanik dan aliran terkait, kompleks tanggul, dan maar adalah sistem
vulkanik terkecil terkait dengan cadangan logam mulia dan beberapa sistem
ini berkembang dalam sistem kaldera (kawah gunung api) yang besar.
Meskipun cadangan emas secara spasial terkait dengan masing-masing
fitur vulkanik, cadangan selalu dari akhir dalam evolusi sistem vulkanik dan
sering berhubungan dengan fase terakhir dari aktivitas gunung berapi.
Cadangan emas dapat berkisar dalam jenis dari cadangan kuarsa-nontronit
(nansatsu) dan cadangan kuarsa-adulaia (sado), yang keduanya mungkin
memiliki permukaan yang hot-spring sinter yang terkait dengan keduanya.
Karena cadangan terjadi pada fitur vulkanik yang terbentuk pada atau sangat
dekat permukaan, suhu gradien membentang dari sumber panas magmatik
selama awal dari sistem hydrothemal sampai tingkat vertikal dari cadangan.
Magma terkait dengan pengembangan struktur kaldera biasanya
dikategorikan dengan bagian atas dapur magma yang terdiri dari lelehan
felsic yang menjadi lebih mafik dengan meningkatnya kedalaman. karena
letusan kaldera awal menyebar tutup silikat dari dapur magma, magma
sisa yang berfungsi untuk kebangkitan bisa lebih mafik dalam
komposisinya.
Fase terakhir dari aktivitas gunung berapi diperubahan kaldera adalah
emplacement dari intrusive dan kubah yang biasanya lebih menengah
dalam komposisi, mulai dari dasit ke andesit. doming struktural yang
terkait dengan peristiwa magmatic berperan penting dalam membuka
kaldera yang sudah ada cincin-dan radial-rekahan dan patahan yang
terkait untuk aliran fluida.
Magmatik event terakhir ini juga menyediakan sumber panas dan
mungkin logam dari sistem hidrotermal yang dari deposito emas.
Deposito emas dari jenis kuarsa-nontronit, seperti deposito Rodalquilar
di Spanyol, secara spasial dan temporal yang terkait dengan magma
tahap akhir. Tempat menguntungkan untuk pengendapan emas terjadi di
sepanjang cincin fraktur lipatan kaldera dan radial dan konsentris lipatan
dan patahan berkembang di luar struktur runtuh, seperti dalam cadangan
Rodalquilar di Spanyol
Mineralisasi Dari Sistem
Hidrotermal Vulkanik Dan
Pengenalannya
Cadangan bijih epitermal dihasilkan oleh batuan induknya, yaitu
batuan vulkanik dan proses pembentukannya berhubungan
dengan sistem hidrotermal vulkanik yang telah diketahui banyak
menghasilkan emas berharga yang diikuti dengan mieral penyerta
lainnya. Pada lingkungan epitermal terdapat dua kondisi sistem
hidortermal yang dapat dibedakan berdasarkan reaksi yang terjadi
dan keterdapatan mineral bijihnya. Pengklasifikasian endapan
epitermal masih menjadi perdebatan hingga saat ini, namun
sebagian besar mengacu pada aspek mineralogi dan mineral
penyertanya, dimana aspek tersebut merefleksikan aspek kimia
fluida maupun mineralogi alterasi dan bentuk endapan pada
lingkungan epitermal tersebut.
1. Karakteristik endapan epitermal sulfida tinggi (Epithermal High Sulfidation
Acis Sulfate)
Endapan epitermal high sulfidation dicirikan dengan hostrock berupa batuan
vulkanik yang bersifat asam hingga intermediet dengan kontrol struktur
berupasesar secara regional atau intrusi subvulkanik. Kedalaman formasi
batuan sekitar 500- 2000 m dengan temperatur 100
0
C-320
0
C.
Endapan ini terbentuk dari reaksi batuan induk dengan fluida magm asam yang
panas yang menghasilkan karakteristik zona alterasi yang pada akhirnya
menghasilkan endapan Au+Cu+Ag. Sistem bijih menunjukkan kontrol
permeabilitas yang tergantung pada litologi struktur, alterasi batuan samping,
mineralogi bijih dan kedalaman formasi. High sulfidation berhubungan dengan
pH asam, timbul dari bercampurnya fluida yang mendekati pH asam dengan
larutan sisa magma yang bersifat encer sebagai hasil differensiasi magma di
kedalaman yang dekat dengan tipe endapan porfiri dan dicirikan dengan jenis
sulfur yang mengoksidasi menjadi SO.
Interaksi fluida yang terjadi pada endapan ini berupa suatu siste mamgmatik-
hidrotermal yang didominasi oleh fluida hidrotermal yang asam,dimana
terdapat fluks larutan magmatik dengan vapor yang mengandung H
2
O, CO
2
,
HCl, H
2
S, dan SO
2
dengan variabel input dari air meteorik lokal.
2. Karakteristik endapan epitermal sulfidasi rendah (epithermal low sulfidation- adularia
serisit)
Endapan epitermal sulfidasi rendah dicirikan oleh larutan hidrotermal yang bersifat
netral dan mengisi celah-celah batuan. Tipe ini berasoisasi dengan alterasi kuarsa
adularia, karbonat, serisit, pada lingkungan sulfur rendah.
Endapan ini terbentuk jauh dari tubuh intrusi dan terbentuk melalui larutan sisa magma
yang berpisah jauh dari sumbernya kemudian bercampur dengan air meteorik di dekat
permukaan dan mebentuk cebakan tipe sulfidasi rendah dipengaruhi oleh sistem
boilingsebagai mekanisme pengendapan mineral-mineral bijih. Proses boliling disertai
pelepasan unsur gas merupakan proses utama untuk pengendapan emas sebagai
respons atas turunnya tekanan. perulangan proses booiling akan tercermin dari tekstur
crustiform banding dari silika dalam urat kuarsa. pembentukan cebakan kuarsa berkadar
tinggi mengisyaratkan pelepasan tekanan secara tiba-tiba dari cairan hidrotermal untuk
memungkinkan proses boiling.
Sistem ini terbentuk pada sistem tektonik lempeng subduksi, kolisi dan pemekaran.
Batuan samping dari endapan epitermal sulfidasi rendah adalah andesit
alkali,riodasit,dasit,riolit ataupun batuan alkali lainnya. Bentuk endapan didominasi oleh
urat-urat kuarsa yang mengisi ruang terbuka,tersebar dan umumnya terdiri dari urat-urat
breksi.
Interaksi fluida pada endapan ini terbentuk pada suatu sistem geotermal yang
didominasi oleh air klorit dengan pH netral dan terdapat kontribusi dominan dari
sirkulasi air meteorik yang dalam dan mengandung CO
2
, NaCl,dan H
2
S.
Pedoman ekplosrasi endapan
emas epithermal
Harga emas di pasaran dunia yang tinggi disertai pula dengan
perkembangan teknologi pemrosesan bijih emas dengan biaya yang
rendah mendorong banyak pihak untuk meneliti lebih lanjut mengenai
endapan emas epitermal. Adanya usaha pengembangan tersebut
membuahkan hasil berupa ditemukannya tiga endapan utama emas di
wilayah Sirkum-Pasifik : El Indio, Chile; McLaughlin, California, Amerika
Serikat; dan Hishikari, Jepang, serta disusul pula dengan penemuan
berikutnya di Porgera dan Lihir, Papua Nugini.
Hingga saat ini kejelasan mengenai eksplorasi endapan epitermal masih
terus disuahakan beserta pengklasifikasian yang lebih spesifik lagi. Salah
satu usaha untuk meneliti endapan ini adalah dengan cara melakukan
pemboran ke dalam sistem hidrotermal yang mengontorl pembentukan
endapan epitermal yang dapat memberikan informasi untuk
pengembangan lebih lanjut mengenai potensi endapan emas epitermal
dan upaya eksplorasi yang efektif.

Anda mungkin juga menyukai