Anda di halaman 1dari 7

MANAJEMEN KONFLIK, MOTIVASI DAN KOMUNIKASI

1. Manajemen Konflik
Dalam kehidupan kita sehari-hari sering kali kita mendengar kata Konflik dimana
sebagian orang beranggapan bahwa konflik merupakan suatu hal yang menakutkan.
Pandangan masyarakat awam, bahwa setiap kerusuhan yang terjadi di seluruh pelosok
nusantara ini merupakan klimaks dari konflik.
Dalam sebuah organisai, pekerjaan individual maupun sekelompok pekerja saling
terkait dengan pekerjaan pihak-pihak lain. Ketika suatu konflik muncul di dalam sebuah
organisasi, penyebabnya selalu diidentifikasikan sebagai komunikasi yang kurang baik.
Sudah menjadi tuntutan alam dalam posisi dan kewajiban sebagai manajer untuk selalu
dihadapkan pada konflik. Hal tersebut merupakan salah satu titik penting dari tugas
seorang manajer dalam melaksanakan komunikasi yang efektif didalam organisasi
bisnis yang ditanganinya. Manajer menghabiskan 20 persen dari waktu kerja mereka
berhadapan dengan konflik.
Dalam hal me-manage bawahannya, manajer selalu dihadapkan pada penentuan
tuntuan pekerjaan dari setiap jabatan yang dipegang dan ditangani oleh bawahannya
dan konflik dapat menimbulkan ketegangan yang akan berefleksi buruk kepada sikap
kerja dan perilaku individual. Manajer yang baik akan berusaha untuk meminimasasi
konsukensi negatif ini dengan cara membuka dan mempertahankan komunikasi dua
arah yang efektif kepada setiap anggota bawahannya. Disinilah manajer dituntut untuk
memenuhi sisi lain dari ketrampilan interpersonalnya, yaitu kemampuan untuk
menangani dan menyelesaikan konflik.
2. Konflik
KONFLIK adalah suatu proses dimana sebuah upaya sengaja dilakukan untuk
menghalangi usaha yang dilakukan oleh orang lain dalam berbagai bentuk
hambatan yang menjadikan orang lain tersebut merasa frustasi dalam usahanya
mancapai tujuan yang diinginkan atau merealisasi minatnya. ( ROBBINS, Pakar
ilmu perilaku organisasi)
Konflik merupakan proses perselisihan yang terjadi, sedangkan Peristiwa yang
berupa gejolak dan sejenisnya adalah salah satu manifestasinya.
Sebuah konflik dianggap "ada" oleh fihak-fihak yang terlibat dalam konflik.
Konflik itu ada atau tidak ada, adalah masalah "persepsi". Bila tidak ada
seorangpun yang menyadari bahwa ada konflik, maka dapat dianggap bahwa
konflik tersebut memang tidak ada.
KONFLIK pada dasarnya adalah: "sebuah proses mengekspresikan ketidak
puasan, ketidak setujuan, atau harapan-harapan yang tidak terealisasi" (Cathy A
Constantino & Chistina Sickles Merchant - Pakar penulis tentang Organisasi
(Amerika Serikat)
Konflik pada dasarnya adalah suatu proses. Konflik dapat berupa :
a. perselisihan (disagreement);
b. ketegangan (the presence of tension); atau
c. munculnya kesulitan lain di antara dua pihak atau lebih


Bentuk Konflik dapat berupa :
a. Subtantive conflicts
merupakan perselisihan yang berkaitan dengan tujuan kelompok,
pengalokasian sumber daya dalam suatu organisasi, distribusi
kebijaksanaan dan prosedur, dan pembagian jabatan pekerjaan.
b. Emotional conflicts
Terjadi akibat adanya perasaan marah, tidak percaya, tidak simpatik,
takut dan penolakan, serta adanya pertentangan antar pribadi.
Tingkat Konflik
Konflik yang timbul dalam suatu lingkungan pekerjaan dapat dibagi
dalam 4 tingkatan, yaitu :
a. Konflik dalam diri individu itu sendiri
Dapat timbul jika terjadi kasus overload dimana seseorang dibebani
dengan tanggung jawab pekerjaan yang terlalu banyak.Dapat pula
terjadi ketika dihadapkan kepada suatu titik dimana harus membuat
keputusan yang melibatkan pemilihan alternatif yang terbaik.
Ada 4 bentuk Konflik dalam diri individu itu sendiri, yaitu :
Appriach-approach conflict
Situasi dimana seseorang harus memilih salah satu di antara
beberapa alternatif yang sama baiknya.
Avoidance-avoidance conflict
Keadaan dimana seseorang terpaksa memilih salah satu di
antara beberapa alternatif tujuan yang sama buruknya
Approach-avoidance conflict
Situasi dimana seseorang terdorong oleh keinginan yang kuat
untuk mencapai satu tujuan, tetapi di sisi lain secara simultan
selalu terhalang dari tujuan tersebut oleh aspek-aspek tidak
menguntungkan yang tidak bisa lepas dari proses pencapaian
tujuan itu sendiri.
Multiple aproach-avoidance conflict
Situasi dimana seseorang terpaksa dihadapkan pada kasus
kombinasi ganda dari approach-avoidance conflict.
b. Konflik Interpersonal
Merupakan konflik antara satu individual dengan individual yang
lain.
Dapat berbentuk substantive maupun emotional, bahkan merupakan
kasus utama dari konflik yang dihadapi oleh para manajer dalam hal
hubungan interpersonal sebagai bagian dari tugas manajerial itu
sendiri.
c. Konflik Intergroup
Konflik ini meyebabkan sulitnya koordinasi dan integrasi dari
kegiatan yang berkaitan dengan tugas-tugas dan pekerjaan dalam
suatu organisasi.
d. Konflik interorganisasi
Potensi terjadinya konflik melibatkan individual yang mewakili
organisasi secara keseluruhan, bukan hanya sub unit internal atau
group. Konflik ini sering dikaitkan dengan persaingan yang timbul di
antara perusahaan-perusahaan.
3. KONFLIK SEBAGAI SUATU PROSES
Konflik merupakan proses yang dinamis, bukannya kondisi statis. Konflik memiliki awal,
dan melalui banyak tahap sebelum berakhir.
4. Proses Suatu Konflik
a. Antecedent Conditions or latent Conflict
Merupakan kondisi yang berpotensi untuk menyebabkan, atau mengawali sebuah
episode konflik.
Contoh: Tekanan yang didapat departemen produksi suatu perusahaan untuk
menekan biaya, bisa menjadi sumber frustasi ketika manager penjualan ingin agar
produksi ditingkatkan untuk memenuhi permintaan pasar yang mendesak.
b. Perceived Conflict
Agar konflik dapat berlanjut, kedua belah pihak harus menyadari bahwa mereka
dalam keadaan terancam dalam batas-batas tertentu. Tanpa rasa terancam ini, salah
satu pihak dapat saja melakukan sesuatu yang berakibat negatif bagi pihak lain,
namun tidak disadari sebagai ancaman.
c. Felt Conflict
Persepsi berkaitan erat dengan perasaan. Karena itulah jika orang merasakan
adanya perselisihan baik secara aktual maupun potensial, ketegangan, frustasi, rasa
marah, rasa takut, maupun kegusaran akan bertambah. Di sinilah mulai
diragukannya kepercayaan terhadap pihak lain, sehingga segala sesuatu dianggap
sebagai ancaman, dan orang mulai berpikir bagaimana untuk mengatasi situasi dan
ancaman tersebut.
d. Manifest Conflit
Persepsi dan perasaan menyebabkan orang untuk bereaksi terhadap situasi. Bentuk
reaksi yang mungkin muncul pada tahap ini; argumentasi, tindakan agresif, atau
bahkan munculnya niat baik yang menghasilkan penyelesaian masalah yang
konstruktif.
e. Conflict Resolution or Suppression
Hasil suatu konflik dapat muncul dalam berbagai cara. Kedua belah pihak mungkin
mencapai persetujuan yang mengakhiri konflik tersebut. Konflik juga dapat
dikatakan selesai jika satu pihak berhasil mengalahkan pihak yang lain.
f. Conflict Alternatif
Ketika konflik terselesaikan, tetap ada perasaan yang tertinggal. Terkadang
perasaan lega dan harmoni yang terjadi, seperti ketika kebijaksanaan baru yang
dihasilkan dapat menjernihkan persoalan di antara kedua belah pihak dan dapat
meminimalis konflik-konflik yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. Pihak-
pihak yang terlibat lebih dapat bekerjasama, atau malah semakin jauh akibat
terjadinya konflik.
5. Penyebab Terjadinya Konflik
a. KARAKTERISTIK INDIVIDUAL
1) Nilai sikap dan Kepercayaan (Values, Attitude, and Baliefs)
Perasaan tentang apa yang benar dan apa yang salah, dan predisposisi untuk
bertindak positif maupun negatif terhadap suatu kejadian, dapat dengan mudah
menjadi sumber terjadinya konflik.

Contoh :
Ketua serikat pekerja cenderung untuk memiliki nilai-nilai yang berbeda dengan
para manager.
2) Kebutuhan dan Kepribadian (Needs and Personality)
Konflik muncul karena adanya perbedaan yang sangat besar antara kebutuhan
dan kepribadian setiap orang, yang bahkan dapat berlanjut kepada perseteruan
antar pribadi.
3) Perbedaan Persepsi (Persptual Differences)
Persepsi dan penilaian dapat menjadi penyebab terjadinya konflik. Konflik juga
dapat timbul jika orang memiliki persepsi yang salah, misalnya dengan tuduhan
yang salah.
b. Faktor Situasi
1) Kesempatan dan Kebutuhan interaksi (Opportunity and Need to Interact)
Kemungkinan terjadinya konflik akan sangat kecil jika orang-orang terpisah
secara fisik dan jarang berinteraksi. Sejalan dengan meningkatnya assosiasi di
antara pihak-pihak yang terlibat, semakin mengikat pula terjadinya konflik.
2) Kebutuhan untuk Berkonsensus (Need for Consensus)
Ada banyak hal di mana para manager dari departemen yang berbeda harus
memiliki persetujuan bersama, hal ini menolong menekan konflik tingkat
minimum. Tetapi banyak pula hal dimana tiap-tiap departemen harus
melakukan konsensus bersama. Proses menuju tercapainya konsensus
seringkali didahului dengan munculnya konflik.
3) Ketergantungan satu pihak kepada Pihak lain (Dependency of One Party to
Another)
Dalam kasus seperti ini, jika satu pihak gagal melaksanakan tugasnya, yang lain
juga terkena akibatnya, sehingga konflik lebih sering muncul.
4) Perbedaan Status (Status Differences)
Apabila seseorang bertindak dalam cara-cara yang menghandalkan statusnya,
konflik dapat muncul. Contoh : Dalam bisnis konstruksi, insinyur sering menolak
ide-ide juru gambar.
5) Rintangan Komunikasi (Communication Barriers)
Komunikasi sebagai media interaksi diantara orang-orang dapat dengan mudah
menjadi basis terjadinya konflik.
6) Batas-batas tanggung jawab dan Jurisdiksi yang tidak jelas (Ambiguous
tesponsibilites and Jurisdictions)
Orang-orang dengan jabatan dan tanggung ajwab yang jelas dapat mengetahui
apa yang dituntut dari dirinya masing-masing. Ketika terjadi ketidakjelasan
tanggung jawab dan jurisdiksi, kemungkinan terjadinya konflik jadi semakin
besar.
6. PERUBAHAN PARADIGMA MANAJEMEN KONFLIK
Konflik terkadang mesti diundang (artian yang luas). Sehingga dengan demikian kita
dapat mengetahui ada permasalahan apa yang terjadi di tengah-tengah organisasi.
Maksudnya konflik itu sendiri akan menjadikan organisasi lebih dinamis terutama
dalam menghadapi hidupnya.



7. PEDOMAN MELAKSANAKAN MANAJEMEN KONFLIK
a. Manager sudah seharusnya memiliki keterampilan komunikasi dan penanganan
konflik yang tentunya dapat membantu mereka mengimplementasikan keputusan-
keputusan untuk mendukung proses pencapaian tujuan suatu organsiasi.
b. Manager harus dapat mengenali hambatan-hambatan yang dapat mengganggu
efektivitas komunikasi yang dapat memacu terjadinya konflik.
c. Keterampilan komunikasi yang baik dapat mengklarifikasi konflik yang timbul serta
dapat memperkecil konsekuensi negatif dari konflik itu sendiri terhadap individual
dan organsiasi.
d. Manager dituntut untuk memahami akar dari sebuah konflik, mendiagnosis situasi
konflik untuk dapat menemukan substansi spesifik dan perbedaan emosional
lainnya yang mendasari terjadinya konflik tersebut sehingga dapat ditemukan
sebab-sebab dari perbedaan.
e. Hubungan interpersonal seorang manager menghadirkan kesempatan untuk
meningkatkan atau malah mengurangi kesuksesannya dalam menangani konflik
f. Terlatihnya seorang manager dalam komunikasi dan proses konflik akan
menempatkan posisinya sebagai salah satu titik yang paling penting dalam
kesuksesan suatu organisasi atau perusahaan.
g. Berbagai strategi manajer konflik harus diketahui oleh seorang manager, sehingga
dapat diputuskan strategi mana yang cocok untuk berbagai macam konflik yang
dihadapi.
8. MOTIVASI
Motivasi adalah karakteristik psikologi manusia yang memberi kontribusi pada tingkat
komitmen seseorang. Motivasi termasuk ke dalam faktor-faktor yang menyebabkan,
menyalurkan, dan mempertahankan tingkah laku manusia dalam arah tingkah laku
tertentu.
9. MEMOTIVASI
Memotivasi Adalah proses manajemen untuk mempengaruhi tingkah laku manusia
berdasarkan pengetahuan mengenai apa yang membuat orang tergerak. Memotivasi
merupakan bagian dari Fungsi Kepemimpinan.
10. ASUMSI DASAR MENGENAI MOTIVASI DAN MEMOTIVASI
a. Motivasi biasanya diasumsikan sebagai hal yang baik
b. Motivasi adalah salah satu dari beberapa faktor yang menentukan prestasi kerja
seseorang
c. Manajer dan peneliti sama-sama mengasumsikan bahwa pasokan motivasi kurang
banyak dan perlu penggantian secara periodik
d. Motivasi merupakan peralatan yang dapat dipakai oleh manajer untuk mengatur
hubungan pekerjaan dalam organisasi
11. PANDANGAN KONTEMPORER MENGENAI MOTIVASI
Landy dan Becker mengelompokan banyak pendekatan modern pada teori dan praktek
motivasi menjadi lima kategori :
a. Teori kebutuhan (need theory)
Teori motivasi yang menangani apa yang dibutuhkan atau persyaratan orang untuk
menjalani kehidupannya, terutama menyangkut pekerjaan.



b. Teori keadilan (equity theory)
Suatu teori motivasi kerja yang menekankan peran yang dimainkan oleh keyakinan
seseorang akan keadilan dan kejujuran dari penghargaan dan hukuman dalam
menentukan prestasi dan kepuasan kerjanya.
c. Teori harapan (expectancy theory)
Teori motivasi yang menyatakan bahwa orang memilih bagaimana bertindak dari
berbagai alternatif tingkah laku, berdasarkan harapannya apakah ada keuntungan
yang diperoleh dari tiap tingkah laku.
d. Teori penguatan (reinforcement theory)
Pendekatan pada motivasi berdasarkan hukum pengaruh ide bahwa tingkah
dengan konsekuensi positif cenderung untuk diulang, sementara tingkah laku
dengan konsekuensi negatif cenderung untuk tidak diulang.
e. Teori penetapan Sasaran (goal-setting theory)
Sebuah teori proses motivasi yang memfokuskan pada proses penetapan sasaran.
12. KOMUNIKASI
Komunikasi adalah penyampaian dan pamahaman suatu maksud.
13. PROSES KOMUNIKASI INTERPERSONAL
Adanya maksud yang dinyatakan sebagai pesan yang akan disampaikan.
Pesan berlalu antara sumber (pengirim) dan penerima.
Pesan di ubah menjadi bentuk simbol (disebut encoding) atau pembuatan kode atau
pembuatan sandi dan disampaikan melalui beberapa media (saluran) kepada
penerima.
Penerima menterjemaahkan ulang pesan pengirimnya (disebut decoding) atau
penguraian kode atau penguraian sandi.
Hasilnya adalah penyampaian maksud dari satu orang ke orang lain.
Proses rentan terhadap kegaduhan (noise) gangguan yang terjadi pada
penyampaian, penerimaan, atau umpan balik.
Dalam Komunikasi Interpersonal, dikenal adanya Komunikasi Non-Verbal.
Komunikasi Non-Verbal Adalah komunikasi yang disampaikan tanpa kata-kata.

14. Bentuk Komunikasi Non-Verbal
a. Bahasa Tubuh : Mengacu pada gerak gerik, ekspresi wajah, dan gerak tubuh lainnya
yang menyampaikan maksud.
b. Intonasi Verbal: Mengacu pada penekanan seseorang pada kata-kata atau kalimat
yang menyampaikan maksud.
15. PENGHALANG KEEFEKTIFAN KOMUNIKASI
a. Penyaringan adalah manipulasi (pengubah-ubahan) informasi yang disengaja
sehingga membuat informasi tersebut tampak lebih menyenangkan bagi penerima.
b. Persepsi Selektif adalah Ketika orang-orang secara selektif menafsirkan apa yang
mereka lihat atau dengar berdasarkan kepentingan, latar belakang, pengalaman, dan
sikap mereka.
c. Emosi adalah Bagaimana perasaan penerima ketika menerima pesan akan
mempengaruhi cara ia menerima pesan itu.
d. Kebanjiran Informasi adalah Informasi yang harus kita olah melampaui kapasitas
pemrosesan kita.
e. Perilaku Defensif adalah Ketika seseorang merasa terancam, mereka cenderung
akan bereaksi dengan cara mengurangi kemampuan mereka untuk mencapai saling
pengertian.
f. Bahasa adalah Kata-kata mempunyai arti yang sangat berbeda bagi orang-orang
yang berbeda. Umur, pendidikan, dan latar belakang budaya adalah tiga variabel
yang paling mempengaruhi bahasa yang digunakan sseorang dan defenisi yang ia
berikan pada kata-kata itu.
g. Budaya Nasional adalah Perbedaan komunikasi dapat juga timbul dari bahasa yang
berbeda yang digunakan individu untuk berkomunikasi dan budaya nasional dimana
mereka menjadi bagiannya.
16. MENGATASI PENGHALANG KEEFEKTIFAN KOMUNIKASI
a. Menyederhanakan Bahasa adalah Memilih kata dan menyusun pesannya dengan
cara yang akan membuat pesan itu menjadi jelas dan dipahami oleh penerima.
b. Menyimak Dengan Aktif adalah Menyimak untuk mendapatkan maksud yang
lengkap tanpa membuat penilaian atau penafsiran dini.
c. Kendala Emosi adalah Menahan diri untuk berkomunikasi dengan suasana tenang.
d. Perhatikan Isyarat Non-Verbal adalah Komunikator yang efektif mengawasi
isyarat non-verbalnya untuk memastikan bahwa mereka dapat menyampaikan
pesan yang diinginkan.
17. KOMUNIKASI ORGANISASI
a. Komunikasi Formal : Komunikasi yang terjadi dalam rancangan kerja organisasi
yang telah ditentukan sebelumnya.
b. Komunikasi Informal : Komunikasi yang tidak didefinisikan oleh hierarki struktur
organisasi.
18. ARAH ARUS KOMUNIKASI
Komunikasi organisasional dapat mengalir kebawah, ke atas, lateral, atau diagonal.
a. Komunikasi ke bawah : komunikasi yang mengalir ke bawah dari manajer ke para
karyawan.
b. Komunikasi ke atas : komunikasi yang mengalir ke atas dari karyawan ke manajer
c. Komunikasi lateral : komunikasi yang terjadi diantara semua karyawan
ditingkatan organisasi yang sama.
d. Komunikasi diagonal : komunikasi yang memotong bidang kerja dan tingkatan
organisasi.

Anda mungkin juga menyukai