Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ni Luh Adriani

Nim : 1304505102
Kelas : Kewarganegaraan C


Analisislah bagaimana keterkaitan antara indikator-indikator integrasi nasional dengan peran
mahasiswa sebagai kaum intelektual muda untuk mensukseskan pemilu 2014 di Indonesia !


Integrasi nasional adalah usaha dan proses mempersatukan perbedaan-perbedaan yang
ada pada suatu negara sehingga terciptanya keserasian dan keselarasan secara nasional. Integrasi
nasional sangat dibutuhkan dalam kegiatan pembangunan karena mempengaruhi hal hal sebagai
berikut
1. Dapat meringankan beban pembangunan
2. Adanya peningkatan pertisipasi masyarakat dalam pembangunan
3. Alokasi pendapatan yang diperoleh dapat dipergunakan secara utuh untuk kegiatan
nasional
4. Memberi kejelasan arah dan tujuan nasional
Dengan adanya integrasi nasional dapat mempersatukan perbedaan-perbedaan yang ada
pada suatu negara apalagi perbedaan pendapat dalam Pemilihan Umum 2014 yang akan
dilakukan oleh seluruh warga Indonesia ini dalam beberapa waktu dekat ini. Jika pemilu berjalan
lancar dan sesuai ekspektasi publik, masa depan rakyat Indonesia dalam berbagai dimensi
kehidupan diyakini akan semakin membaik. Sebaliknya, penundaan pemilu berpotensi
menghasilkan konflik, kerawanan sosial dan terganggunya stabilitas pemerintahan dalam
melayani kebutuhan masyarakat secara luas. Dalam hal ini peran mahasiswa sebagai kaum
intelektual muda juga mempengaruhi untuk mensukseskan pemilu 2014 di Indonesia
Pemilu merupakan indikator bagaimana jalannya proses demokrasi Indonesia. Meskipun
masih menyisakan sekitar satu bulan, proses menuju pemilu yang luber dan jurdil masih
meninggalkan banyak masalah. Mulai dari buruknya rekrutmen caleg yang dilakukan parpol,
ancaman politik transaksional selama masa kampanye dan menjelang pencoblosan, belum
beresnya logistik pemilu yang seharusnya diselesaikan KPU dan munculnya gugatan pemilu
serentak yang belakangan diputuskan Mahkamah Konstitusi akan dimulai pada tahun 2019.
Segala persoalan itu menyebabkan kekhawatiran mengingat waktu penyelenggaraan semakin
dekat sehingga diperlukan kerja efektif dan efisien dari semua pemangku kepentingan. Sebagai
mahasiswa seharusnya dapat melihat kesalahan pemilu 2009 yang diwarnai banyak kecurangan
sehingga menimbulkan protes dan melukai demokrasi. Sehingga pada pemilu sekarang ini
mahasiswa dapat memberikan inspirasi serta mampu mengajak warga negara Indonesia untuk
memilih wakil rakyat sesuai hati nurani tanpa adanya praktek kecurangan.
Dalam menghadapi pemilu yang akan berlangsung 9 April 2014, tentunya banyak unsur
sosial-politik yang terlibat dengan berbagai variansi kepentingannya. Para parpol berlomba dan
berkompetisi mengejar kekuasaan yang dicerminkan dengan perjuangan mendapatkan
kepemimpinan baik dalam ranah eksekutif dan legislatif Itu dapat terlihat dari maraknya wajah
calon anggota legislatif (caleg) dan calon presiden (capres) yang menghiasi media massa maupun
baliho dan spanduk di sepanjang jalan.
Mahasiswa adalah kelompok strategis yang merupakan bagian dari rakyat, berpendidikan
tinggi dan melek politik yang tersebar di berbagai kampus dan tergabung dalam Organisasi
Kemahasiswaan dan pemuda (OKP). Dengan bekal kemampuan intelektual, para mahasiswa
adalah salah satu kunci yang menentukan kesuksesan pemilu. Untuk itu, sudah selayaknya
mereka dilibatkan dalam mengawal pemilu melalui partisipasi aktif lembaga kepemiluan.\
Dalam memandang Pemilu, aktivis mahasiswa sebagai insan terdidik memiliki empat
tugas penting. Pertama, mendidik rakyat agar melek politik sehingga tidak salah menentukan
pilihannya. Mahasiswa diharapkan mampu mendukung terciptanya demokratisasi, mendorong
rakyat agar memilih pemimpin berkualitas, kompeten dan memiliki gagasan segar untuk
membuat Indonesia lebih baik. Para aktivis mahasiswa juga diharapkan mampu menjagar jarak
agar tidak bersentuhan dengan politik praktis dalam wacana yang berlebihan sehingga tetap
mampu mempertahankan nilai independensinya sehingga idealisme perjuangan lebih dapat
terjaga. Gerakan mahasiswa memiliki satu problem serius yakni masih kuatnya cengkeraman dan
hegemoni partai politik patron (yang dibawa oleh senior), sehingga menyebabkan banyak
aktivitas gerakan seperti setengah-setengah.
Kedua, mengkampanyekan pemilu yang berintegritas dan budaya politik santun. Tak
dipungkiri, kontestasi politik dalam pemilu sangat tinggi sehingga saling sindir antar parpol,
politik uang dan kampanye negatif banyak bermunculan. Pada situasi inilah, aktivis mahasiswa
dituntut kepekaan politik nilainya sehingga ajang pemilu mampu menampilkan budaya politik
santun sehingga mampu mencapai demokrasi subtansial yang mentransaksikan gagasan dan visi
pembangunan Indonesia ke depan. Ketika itu terjadi, maka masyarakat akan mendapatkan
pencerdasan politik dari adanya pesta demokrasi tersebut.
Ketiga, mengawal proses pemilu yang disinyalir akan meninggalkan beberapa problema
kerawanan sosial sehingga dikhawatirkan menimbulkan dampak kurang baik terhadap keamanan
dalam negeri. Tugas menjaga stabilitas keamanan jelas merupakan pekerjaan bersama sehingga
kedamaian tetap dirasakan masyarakat ketika pemilu dijalankan. Konteks itu, mahasiswa harus
mampu mendorong semua pihak tetap mengedepankan rasionalitas, mentalitas siap menang dan
kalah serta tidak mengutamakan kekerasan dalam menyikapi hasil pemilu kelak. Ketika terjadi
perbedaan pandangan dalam menyikapi sebuah persoalan dalam pemilu, perlu dikedepankan
dialog intensif sehingga harmonisasi dan tertib sosial dapat berjalan baik.
Keempat, mengadvokasi berbagai temuan pelanggaran selama proses pemilu. Selama
pelaksanaan pemilu, pelanggaran dipastikan akan banyak dilakukan partai politik untuk
mendapatkan kemenangan. Kondisi ini membuat mahasiswa dituntut berfikir kritis dalam
menyikapi pelanggaran dengan mengedepankan kerjasama dengan lembaga pemantau pemilu
dan aparat penegak hukum sehingga pelanggaran yang ada dapat diberikan sanksi tegas.
Hukuman itu diperlukan agar pelanggaran serupa tidak terulang dan menjadi pelajaran yang
mendidik untuk kehidupan demokrasi di masa mendatang.
Akhirnya gerakan mahasiswa perlu mengingatkan dirinya agar dapat berperan maksimal
dalam menyongsong perubahan sosial di tahun politik ini. Untuk itu gerakan mahasiswa harus
mampu menampilkan dirinya sebagai poros kekuataan politik alternatif yang visioner, tidak
mudah terjebak kepada fragmatisme partai politik. Sebab mahasiswa adalah kelompok netral
dimana masyarakat menitipkan harapan proses pengawalan pemilu dapat berjalan maksimal
sehingga perbaikan kesejahteraan hidup masyarakat dapat tercipta.
Hidup Mahasiswa Indonesia! Sukseskan Pemilihan Umun 2014.

Anda mungkin juga menyukai