Selama ini telah banyak organisasi pergerakan yang bergerak untuk mengusung (politik) Islam. Tidak sedikit dari pergerakan ini yang mengusung berbagai pemikirannya seperti Hizbut Tahrir, Partai Keadilan Sejahtera, PBB, PKB yag ingin memperjuangkan Islam di ranah politik. Kesan yang muncul kemudian adalah bagaimana politik menjadi sebuah tujuan dan menempatkan orang- orangnya di parlemen entah itu dalam jajaran tingkat kampus sampai kepada tingkat Negara. Ada pula organisasi yang menggugat tentang system yang ada kemudian ingin menegakkan suatu system tersendiri yang sesuai dengan islam. Bagi saya, hal ini merupakan sebuah pemikiran yang terlalu besar terutama untuk mengurusi sebuah Negara. Jangankan sebuah Negara, masyarakat sendiri pun masih terlalu sulit untuk diurus. Berbagai tudingan dilancarkan dan berbagai kesesuaian pun dilakukan oleh berbagai pergerakan itu sendiri. Sehingga memunculkan sikap skeptic saya terhadap partai islam untuk membawa maju termasuk system yang dipergunakannya. Konsep Negara dan perangkatnya sudah tersedia, selama tidak mengganggu aktivitas peribadatan dan menjalankan keislaman secara menyeluruh. Dan pada saat itu, saya memutuskan untuk berdamai dengan seperangkat aturan yang dibuat oleh system barat itu.
Tentang Hizbut Tahrir Konsep khilafah selalu menjadi konsep yang khas bagi salah satu organisasi ini. Bahwa semua system harus sesuai dengan islam. Pembentukan Negara yang ideal. Setuju dengan salah satu pernyataan dari pemakalah diskusi JiTu bahwa bagaimana mungkin mewujudkan sebuah Negara tanpa masuk ke dalam system sebauh Negara? (Wallahu alam). Penggugat sekaligus pengguna karena seharusnya apabila menggugat sebuah system maka yang berhubungan dengan system tersebut harus dilarang contoh HT menggugat demokrasi dan segala system yang ada di kenegaraan. Seharusnya ia tidka membuat sebuah KTP karena KTP bagian dari administrasi Negara. Negara juga bukan persoalan satu atau dua orang, tetapi persoalan masyarakat yang mencakup jumlah besar dan beragam pendirian Negara tidak terlepas dari aspek demografis, antropologis, dan psikologis masyarakat. Hingga ditanyakan apakah jika seandainya konsep khilafah ini diimplementasikan di Indonesia akan cocok dengan masyarakatnya? Dan apakah masyarakat akan menerima? Dan sudah siapkah perangkat Negara yang akan diimplementasikan?
The Answers : Islamic Politic Tentang Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Penempatan perorangan untuk mencampuri kebijakan di ranah public politik adalh salah satu jalan menjaga diyn adalah sebuah ide yang bagus. Mengontrol, dan membuat kebijakan serta melaksanakan fungsi-fungsi yang seharusnya menjadi saemangat. Dan membawa pencerahan bagi ummat muslim Indonesia khususnya Jawa Barat (karena dahulu saya berada di Bandung, Jawa Barat). Tetapi, ketika doktrin yang (menurut saya) cenderung untuk terjun ke dalam dunia politik lebih besar dengan maksud untuk menjaga masyarakat. Hal ini bertentangan dengan informasi yang didapat bahwa dahulu, ulama pun menjauhi ranah politik karenanya politik itu tentang kekuasaan dan kekuasaan bisa menjauhkan diri dari kelangsungan beragama. Seakan-akan diwajibkan untuk memasuki ranah politik ini.
Hasil JiTu : Islamisasi Demokrasi menuju Khilafah, Mungkinkah?
Tujuan berpolitik dalam islam adalah menegakkan Islam yaitu sebagai alat penjaga agama dan mensejahterakan masyarakat dalam artian mengelola urusan ummat. Namun, istilah daulah Islamiyah baru muncul pada thesisnya Harun Nasution dan setelah adanya masyumi sedangkan istilah khilafah setelah runtuhnya Turki ustmani. Istilah tersebut tidak dikenal pada zaman dahulu. Perbincangan mengenai politik Islam memang sesuatu yang tiada habisnya. Berbeda dengan perbincangan ekonomi Islam yang telah banyak menghasilkan karya dan banyak studi tentangnya sehingga menjadi suatu ilmu yang mapan. Dengannya bisa dibedakan antara Islam dan sekuler. Berbeda dnegan politik islam yang ada pelakunya namun seolah tiada keseriusan di dalamnya. Kajian yang dilakukan pun masih berkutat kepada demokrasi dan Islam atau kesesuaian system yang ada dengan system Islam seolah mengalami kekurangan rumusan masalah. Padahal, ranah politik merupakan ranah yang banyak menyangkut kebijakan public, implementasi, dan sebagainya. Tidak heran apabila partai politik sekarang baru sebatas how to get the power bukan melaksanakan politik Islam yang sesungguhnya. Setelah mendapatkan kekuasaan, banyak yang limbung apa yang akan dilaksanakan karena kurangnya kajian mengenai perpolitikan. Pada akhirnya, semuanya tidka membuahkan hasil apapun. Fenomena yang terjadi adalah ideologinya berbasis Islam namun system yang idgunakan masih menggunakan system dari barat. Karena Kajian tentang Politik Islam masih berada di tataran ranah ideologis bukan ke ranah praktis. Lihatlah IPDN! Setidkanya ada yang terjun kesana untuk Islamisasi ilmu administrasi Negara. Karena ujung tombak teknis pelaksanaan politik public ada disana. Inilah dampak dari kurangnya Ilmu. Islam adalah agama Ilmu, maka segala sesuatu harus dikembalikan lagi kepada ilmunya. Lalu, apa yang bisa kita lakukan hari ini? 1. Gerakan Ilmiah tentang kajian Fiqh siyasah The Answers : Islamic Politic Berangkat dari keilmuan yang kurang mapan. Apabila ummat Islam ingin serius memperjuangkan politik islam, tidak hanya menggaungkan istilah politik Islamnya saja. Tetapi juga melakukan berbagai kajian ilmiah. Salah satunya adalah emngkaji dari sejarah Islam. Karena segala sesuatu tidka bisa dilepaskan dari sejarah. Contoh kajian adalah tentang Umar bin Abdul Aziz, bukan hanya tentang kejayaannya saja, tetapi tentang apa yang dilakukan oleh beliau ketika masanya? Sistem yang diberlakukan, hingga pada keadaan masyarakatnya.
2. Politik bergantung kepada orangnya Kacaunya demokrasi berada pada orang-orang yang memangkunya yaitu tidak amanah. Mengapa bisa terjadi? Berawal dari komitmen moral terhadap calon pemimpin. Memang, bahwa hal ini adalah pekerjaan peradaban Islam dan peradaban berdasar pada ilmu.
Simpulan Menjadi pekerja dalam sebuah peradaban tidaklah mudah. Harus bergelut dengan lamanya waktu dan juga berkorban dengan perasan pikiran serta ditopang dengan kuatnya keilmuan.
Barangsiapa yang ingin mengejar dunia dengan ilmu, barang siapa yang ingin mengejar akhirat maka dengan ilmu.
Diantaranya ada satu kotak hitam yang jarang dibuka yaitu keberadaan ilmu. Keseriusan untuk menggali ilmu. Menseriusi pekerjaan peradaban tidka akan menuai hasil seperti menanam padi dan tak langsung pedas seperti memakan cabai, tetapi memerlukan kesabaran. Sehingga masyarakat Islam tidak menjadi bahan ejekan bagi masyarakat lain. Tentang politik Islam yang tidak sekedar menjadi utopia dalam mewujudkannya. Perlu ranah teknis dan praktis bukan sekedar ideologis.
Janji Allah mengenai kembali berjayanya Islam adalah sebuah kepastian. Tinggal bagaimana kita. Bagaimana mungkin kan datang apabila tidak diusahakan semenjak dini? Bagaimana mungkin terjadi jika diusahakan dengan cara yang tidak dikehendakinya?
Sebagai seorang mahasiswa teknologi pendidikan, mempersiapkan masyarakat yang berkualitas bukankah lebih penting untuk terjalinnya sebuah masyarakat madani? (entah teori apa yang didapat dalam pelajaran kewarganegaraan). Kembali kepada tradisi ilmiah kembali kepada pendidikan masyarakat itu sendiri. Apalah artinya sebuah system politik apabila masyarakat nya belum siap untuk menerima sebuah system?. Hmmm, kembali kepada pekerjaan peradaban >> menjadi petani peradaban. Dan serahkan kepada sang Ahli.