Anda di halaman 1dari 14

4

BAB II
PEMBAHASAN

A. Anatomi Fisiologi Usus
1. Intestinum (Usus Halus)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran
pencernaan yang terletak di antara lambung dan usus besar.
Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-
zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus
melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang
membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang
dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim
yang mencerna protein, gula dan lemak. Di usus halus terdapat
susunan yang sangat rapat dari kelenjar mucus campuran,
yang disebit kelenjar brunner. Kelenjar ini menyekresi mucus
yang alkalis dalam jumlah besar.Fungsi dari mucus yang
disekresikan oleh kelenjar brunner adalah untuk melindungi
dinding duodenum dari pencernaan oleh getah lambung yang
sangat asam, yang keluar dari lambung.
Bila sekresi usus halus dikumpulkan tanpa serpihan sel,
sekresi ini hampir tidak mengandung enzim. Enterosit mukosa,
terutama yang menutupi vili, mengandung enzim pencernaan
yang mencerna zat-zat makanan khusus ketika makanan
diabsorbsi melalui epitel. Enzim-enzim ini adalah sebagai
berikut:
a . Beberapa peptidase untuk memecah peptide kecil menjadi
asam amino.
b . Empat enzim sukrase, maltase, isomaltase, dam lactase
untuk memecah disakarida menjadi monosakarida.
5

c . Sejumlah kecil lipase intestinum untuk memecah lemak
netral menjadi gliserol dan asam lemak.
Lapisan usus halus ; lapisan mukosa (Sebelah Dalam),
lapisan otot melingkar (Muskulus Sirkuler), lapisan otot
memanjang (Muskulus Longitidinal) dan lapisan serosa
(Sebelah Luar).
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari
(duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan
(ileum).
a . Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian
dari usus halus yang terletak setelah lambung dan
menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian
usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus
halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di
ligamentum Treitz.
Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal,
yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput
peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar
pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat
dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung
empedu. Nama duodenum berasal dari bahasa Latin
duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua
belas jari (duodenum), yang merupakan bagian pertama
dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum
melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna
oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan
sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan
makanan.

6

b . Usus Kosong (jejunum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis
yeyunum) adalah bagian kedua dari usus halus, di antara
usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan
(ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus
halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus
kosong. Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan
dalam tubuh dengan mesenterium.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran
mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas
permukaan dari usus. Secara histologis dapat dibedakan
dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar
Brunner. Secara hitologis pula dapat dibedakan dengan
usus penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan plak
Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan
usus penyerapan secara makroskopis.
Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti
"lapar" dalam bahasa Inggris modern. Arti aslinya berasal
dari bahasa Laton, jejunus, yang berarti "kosong\
c . Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir
dari usus halus. Pada sistem pencernaan manusia, ) ini
memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah
duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu.
Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa)
dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam
empedu.

2. Usus Besar (Kolon)
Panjangnya 1 meter, lebar 5-6 cm. Usus besar atau
kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu
7

dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari
feses.
Usus besar terdiri dari :
a . Kolon asendens (kanan).Terletak di abdomen sebelah
kanan, membujur ke atas dari ileum sampai ke hati,
panjangnya 13 cm.
b . Kolon transversum.Membujur dari kolon asenden sampai
ke kolon desenden dengan panjang 28 cm.
c . Kolon desendens (kiri).Terletak dirongga abdomen
disebelah kiri membujur dari anus ke bawah dengan
panjangnya 25 cm.
d . Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum).Terletak
dalam rongga pelvis sebelah kiri yang membentuk huruf
"S" ujung bawah berhubungan dengan rektum.
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar
berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu
penyerapan zat-zat gizi.
Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-
zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi
normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa
menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus
besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan
dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.

3. Usus Buntu (Sekum)
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, "buta")
dalam istilah anatomi adalah suatu kantung yang terhubung
pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus
besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan
beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivora memiliki sekum
yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum
8

yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh
umbai cacing.

B. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian
Obstruksi usus adalah gangguan pada aliran normal isi
usus sepanjang traktus intestinal (Nettina, 2001).
Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan
terhambatnya aliran isi usus ke depan tetapi peristaltiknya
normal (Reeves, 2001).
Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada
usus dimana merupakan penyumbatan yang sama sekali
menutup atau menganggu jalannya isi usus (Sabara, 2007).
Obstruksi usus merupakan suatu blok saluran usus yang
menghambat aliran cairan, flatus dan makanan dapat secara
mekanis atau fungsional (Tucker, 1998)
Obtruksi usus halus adalah suatu kondisi penyumbatan
patologis akibat adanya kelainan mekanik pada usus halus.
Obstruksi usus besar adalah suatu kondisi penyumbatan
patologis akibat adanya kelainan mekanik atau non mekanik
pada usus besar.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan, obstruksi usus
adalah gangguan pada aliran normal atau suatu blok saluran
usus yang menghambat aliran cairan, flatus dan makanan
dapat secara mekanis atau non mekanis yang segera
memerlukan pertolongan atau tindakan.





9

2. Klasifikasi
Terdapat 2 jenis obstruksi usus :
a . Non mekanis (ileus paralitik atau ileus adinamik)
Peristaltik usus dihambat akibat pengaruh
toksin atau trauma yang mempengaruhi
pengendalian otonom motilitas usus.
b . Mekanis
Terjadi obstruksi di dalam lumen usus yang
disebabkan oleh tekanan ekstrinsik.
Obstruksi mekanis selanjutnya digolongkan
sebagai :
1) Obstruksi mekanis simpleks (hanya terdapat
satu tempat obstruksi)
2) Obstruksi lengkung tertutup (sedikitnya terdapat
2 tempat obstruksi)
Obstruksi lengkung tertutup tidak dapat
dikompresi, sehingga tekanan intralumen
meningkat cepat dan mengakibatkan terjadinya
penekanan pembuluh darah, iskemia dan infark
(strangulasi/perlengketan). (Inayah, Iin. 2004)

3. Etiologi
Obstruksi non-mekanis atau ileus adinamik sering terjadi
setelah pembedahan abdomen karena adanya refleks
penghambatan peristaltik akibat visera abdomen yang
tersentuh tangan. Refleks penghambatan peristaltik ini sering
disebut sebagai ileus paralitik, walaupun paralisis peristaltik ini
tidak terjadi secara total. Keadaan lain yang sering
menyebabkan terjadinya ileus adinamik adalah peritonitis. Atoni
usus dan peregangan gas sering timbul menyertai berbagai
10

kondisi traumatik, terutama setelah fraktur iga, trauma medula
spinalis, dan fraktur tulang belakang.
Penyebab obstruksi mekanis berkaitan dengan kelompok
usia yang terserang dan letak obstruksi. Sekitar 50% obstruksi
terjadi pada kelompok usia pertengahan dan tua, dan terjadi
akibat perlekatan yang disebabkan oleh pembedahan
sebelumnya. Tumor ganas dan volvulus merupakan penyebab
tersering obstruksi usus besar pada usia pertengahan dan
orang tua. Kanker kolon merupakan penyebab 90% obstruksi
yang terjadi. Volvulus adalah usus yang terpelintir, paling sering
terjadi pada pria usia tua dan biasanya mengenai kolon
sigmoid. Inkarserasi lengkung usus pada hernia inguinalis atau
femoralis sangat sering menyebabkan terjadinya obstruksi usus
halus. Intususepsi adalah invaginasi salah satu bagian usus ke
dalam bagian berikutnya dan merupakan penyebab obstruksi
yang hampir selalu ditemukan pada bayi dan balita. Intususepsi
sering terjadi pada ileum terminalis yang masuk ke dalam
sekum. Benda asing dan kelainan kongenital merupakan
penyebab lain obstruksi yang terjadi pada anak dan bayi.

4. Manifestasi Klinis
1. Obstruksi usus halus
a. Gejala awal biasanya berupa nyeri abdomen sekitar
umbilicus atau bagian epigasterium yang cenderung
bertambah sejalan dengan beratnya obstruksi dan
bersifat intermiten (hilang timbul). Jika obstruksi
terletak di bagian tengah atau letak tinggi dari usus
halus (jejunum dan ileum bagian proksimal) maka
nyeri bersifat konsten atau menetap.
b. Klien dapat mengeluarkan darah dan mucus, tetapi
bukan materi fekal dan tidak terdapat flatus.
11

c. Umumnya gejala obstruksi berupa konstipasi yang
berakhir pada distensi abdomen, tetapi pada klien
obstruksi partial bisa mengalami diare.
d. Pada obstruksi komplit, gelombang peristaltic pada
awalnya menjadi sangat keras dan akhirnya berbalik
arah dan isi usus terdorong ke arah mulut.
e. Apabila obstruksi terjadi pada ileum maka muntah
fekal dapat terjadi. Semakin kebawah obstruksi di
area gastrointestinal yang terjadi, semakin jelas
adanya distensi abdomen.
f. Jika obstruksi usus terjadi terus dan tidak diatasi
maka akan terjadi syok hipovolemia akibat dehidrasi
dan kehilangan volume plasma, dengan manifestasi
klinis takikardi dan hipotensi, suhu tubuh biasanya
normal, tapi kadang kadang dapat meningkat.
g. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan abdomen
tampak distensi dan peristaltic meningkat. Pada
tahap lanjut dimana obstruksi terus berlanjut,
peristaltic akan melemah dan hilang. Adanya feces
bercampur darah pada pemeriksaan rectal toucher
dapat dicurigai adanya keganasan dan intususepsi.

2. Obstruksi usus besar
a. Nyeri perut yang bersifat kolik dalam kualitas yang
sama dengan obstruksi pada usus halus tetapi
intensitasnya jauh lebih rendah.
b. Muntah muncul terakhir terutama bila katup ileosekal
kompeten. Pada klien dengan obstruksi di sigmoid
dan rectum, konstipasi dapat menjadi gejala satu
satunya selama beberapa hari.
12

c. Akhirnya abdomen menjadi sangat distensi, loop dari
usus besar menjadi dapat dilihat dari luar melalui
dinding abdomen.
d. Klien mengalami kram akibat nyeri abdomen bawah.
(Suratun & Lusianah, 2010, hlm 339)

5. Patofisiologi
Obstruksi usus halus
Akumulasi isi usus, cairan, dan gas terjadi di daerah
diatas usus yang mengalami obstruksi. Distensi dan retensi
cairan mengurangi absorpsi cairan dan merangsang lebih
banyak sekresi lambung. Dengan peningkatan distensi,
tekanan dalam lumen usus meningkat, menyebabkan
penurunan tekanan kapiler vena dan arteriola. Pada gilirannya
hal ini akan menyebabkan edema, kongesti, nekrosis, dan
akhirnya ruptur atau perforasi dari dinding usus, dengan akibat
peritonitis.
Obstruksi usus besar
Seperti pada obstruksi usus halus, obstruksi usus besar
mengakibatkan isi usus, cairan, dan gas berada proksimal
disebelah obstruksi.Obstruksi dalam kolon dapat menimbulkan
distensi hebat dan perforasi kecuali gas dan cairan dapat
mengalir balik melalui katup ileal.
Obstruksi usus besar, meskipun lengkap, biasanya tidak
dramatis bila suplai darah ke kolon tidak terganggu. Apabila
suplai darah terhenti, terjadi strangulasi usus dan nekrosis
(kematian jaringan); kondisi ini mengancam hidup.

6. PATHWAY

13


Mual/muntah
Akumulasi gas dan cairan di dalam
lumen sebelah proksimal dari letak
obstruksi
Obstruksi Usus
Penekanan dinding
abdomen
Merangsang serabut
syaraf bebas
Distensi abdomen
Kehilangan cairan dan
elektrolit
Pengeluaran
neurotransmitter
(bradikinin, serotonin,
prostaglandin)
Penurunan tekanan kapiler
vena dan arteriola usus
Ekspansi paru kurang
maksimal
Penekanan diafragma
Distensi abdomen
meningkat
Pola napas tidak
efektif
Dehidrasi
Kekurangan Volume
Cairan
Syok hipovolemik
Retensi cairan mengurangi absorpsi dan
merangsang lebih banyak cairan
lambung
Sekresi lambung
meningkat
Distensi meningkat
Tekanan dalam lumen usus
meningkat
Nyeri (akut)

Odema, kongesti, nekrosis
(iskemia dinding usus
Ruptur dinding
usus/perforasi
Peritonitis/septikemia Risti infeksi
14

Skema 2.1 : Pathway Illeus Obstruktif
Nareran. 2013. Askep Obstruksi Usus. (http://nareragan.blogspot.com/2013/03/askep-obstruksi-usus.html.
Diakses pada November 13 2013)


15

7. Komplikasi
1. Nekrosis usus
2. Perforasi usus dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi
selalu lama pada organ intra abdomen.
3. Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga
peritonium sehinnga terjadi peradangan atau infeksi yang
hebat pada intra abdomen.
4. Sepsis infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani
dengan baik dan cepat.
5. Syok dehidrasi terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan
volume plasma
6. Abses sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan
malnutrisi
7. Pneumonia aspirasi dari proses muntah
8. Gangguan elektrolit. Refluk muntah dapat terjadi akibat
distensi abdomen. Muntah mengakibatkan kehilangan ion
hidrogen dan kalium dari lambung, serta menimbulkan
penurunan klorida dan kalium dalam darah (Dermawan,
2010).

8. Pemeriksaan Diagnostik
a . Pemeriksaan laboratorium
Pada tahap awal, ditemukan hasil laboratorium yang
normal. Selanjutnya ditemukan hemokonsentrasi,
leukositosis dan nilai elektrolit yang abnormal.
Peningkatan serum amilase sering didapatkan.
Leukositosis menunjukkan adanya iskemik atau
strangulasi. Hematokrit yang meningkat dapat terjadi pada
dehidrasi. Selain itu dapat ditemukan adanya gangguan
elektrolit. Analisa gas darah mungkin terganggu, dengan
alkalosis metabolic bila muntah berat, dan metabolik
16

asidosis bila ada tanda tanda syok, dehidrasi dan
kitosis.

b . Pemeriksaan Radiologi
1) Pemeriksaan foto polos abdomen
Dapat memperlihatkan dilatasi lengkung usus
halus disertai dengan batas antara air dan udara
atau gas (air fluid lever) yang membentuk bagaikan
tangga, terutama pada obstruksi bagian distal. Jika
terjadi strangulasi dan nekrosis, maka akan terlihat
gambaran berupa hilangnya mukosa yang regular
dan adanya gas dalam dinding usus. Udara bebas
pada foto thorax tegak menunjukkan adanya
perforasi usus.
2) Pemeriksaan CT scan
Dikerjakan secara klinis dan foto polos
abdomen dicurigai adanya strangulasi. CT scan akan
mempertunjukkan secara lebih teliti adanya kelainan
pada dinding usus (obstruksi komplit, abses,
keganasan), kelainan mesenterikus, dan peritoneum.
Pada pemeriksaan ini dapat diketahui derajat dan
lokasi dari obstruksi.
3) Pemeriksaan radiologi dengan barium enema
Pemeriksaan ini mempunyai suatu peran
terbatas pada klien dengan obstruksi usus halus.
Pengujian enema barium terutama sekali bermanfaat
jika suatu obstruksi letak rendah yang tidak dapat
pada pemeriksaan foto polos abdomen.
4) Pemeriksaan USG
Pemeriksaan ini akan mempertunjukkan
gambaran penyebab dari obstruksi.
17

5) Pemeriksaan MRI
Teknik ini digunakan untuk mengevaluasi
iskemia mesenteric kronis.
(Suratun & Lusianah, 2010)

9. Penatalaksanaan
Hal umum yang perlu mendapat perhatian adalah atasi
dulu ABC (Airway, Breathing, Circulation) bila klien stabil, baru
penataksanaan abdomen itu sendiri. Dasar pengobatan
obstruksi usus adalah koreksi keseimbangan cairan dan
elektrolit, menghilangkan peregangan dan muntah. Dekompresi
usus lewat nasoenteral tube berhasil dalam banyak kasus.
Memperbaiki peritonitis dan syok (bila ada), memperbaiki
kelangsungan fungsi usus kembali normal. Obstruksi usus
halus jauh lebih berbahaya dan lebih cepat berkembang dari
pada obstruksi kolon karena proses penyakitnya lebih cepat
berkembang dari pada obstruksi kolon karena proses
penyakitnya lebih cepat. Ketika usus mengalami obstruksi
menyeluruh, memungkinkan bagi strangulasi dapat dilakukan
tindakan pembedahan/operasi. (Price & Wilson,1994)

10. Pencegahan
Pada klien dengan Obstruksi Usus perlu adanya
penyuluhan terhadap faktor-faktor penyebab yang perlu
dihindari yaitu makanan yang pedas-pedas, emosi tinggi, stres,
penggunaan obat yang sembarangan. Untuk menghindari
komplikasi lebih berat hendaknya klien segera untuk periksa ke
petugas kesehatan atau rumah sakit bila mendapat nyeri di
epigastrium. Rasa panas di bagian perut rasa terbakar, mual
dan muntah. Karena gejala ini merupakan gejala yang khas
pada klien dengan Obstruksi Usus.

Anda mungkin juga menyukai