Anda di halaman 1dari 7

Material

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)


Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 M- 89
STUDI PENGGUNAAN SERAT IJUK SEBAGAI BAHAN TAMBAH PADA ASPAL
POROUS LIQUID ASBUTON
(108M)
Nur Ali
1
1
Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Makassar 90245
Email: nurali_mti@yahoo.com
ABSTRAK
Pada waktu hujan, genangan air pada permukaan aspal beton masih menjadi masalah utama yang
menyumbang besarnya tingkat kemacetan, kebisingan dan kecelakaan lalu lintas. Penanggulangan
masalah genangan air pada permukaan jalan dapat menggunakan aspal porous. Aspal porous
merupakan campuran beraspal yang didominasi agregat kasar untuk mendapatkan pori yang besar
agar berfungsi sebagai drainase. Serat ijuk merupakan serat lokal alami yang murah, kuat, tahan
cuaca dan tahan terhadap pelapukan. Aplikasi penambahan serat ijuk pada campuran aspal porous
dengan liquid Asbuton sebagai pengikat diharapkan mampu memberikan konstribusi kekuatan yang
dapat meningkatan kinerja campuran sekaligus mengurangi kelemahan aspal porous. Bahan
pengikat yang digunakan penelitian ini adalah 100% liquid Asbuton sebagai substitusi aspal minyak
dengan kadar 8.5% dari berat total campuran dan menggunakan standar gradasi Australia (kadar
optimum) dengan 6 variasi penambahan kadar ijuk dari 0% sampai 5% dimana interval
penambahannya 1% terhadap berat aspal. Kinerja dari campuran aspal porus diselidiki melalui tes
laboratorium terakhir oleh kekuatan Marshall dan karakteristik fungsi aspal porus. Hasilnya
menunjukkan peningkatan sifat campuran dengan penambahan 1% serat ijuk memenuhi persyaratan
spesifikasi aspal porus.
Kata kunci: aspal porous, bahan tambah, liquid asbuton, serat ijuk.
1. PENDAHULUAN
Aspal porous atau aspal berpori adalah campuran beraspal yang sedang dikembangkan untuk konstruksi lapis
permukaan menggunakan gradasi terbuka dan terletak di atas lapisan kedap air. Gradasi yang digunakan memiliki
fraksi agregat kasar berkisar 70 - 85% dan agregat halus berkisar antara 15 - 30% dari berat total campuran.
Keunggulan dari aspal porous diantaranya memiliki permukaan yang agak kasar sehingga tingkat kekesatannya pun
tinggi untuk menghindari slip pada roda kendaraan dan dapat mengurangi kebisingan. Selain itu kadar rongganya
yang tinggi diharapkan dapat berfungsi sebagai drainase agar genangan air di atas permukaan jalan yang seringkali
terjadi setelah hujan dan mengganggu kelancaran lalu lintas dapat diminimalisir. Sayangnya dengan kadar rongga
yang tinggi tersebut, nilai stabilitasnya cenderung lebih rendah, rentan pelapukan serta bahaya disintegrasinya
menjadi besar. Terkait dengan pemanfaatan aspal berpori sebagai bahan perkerasan jalan, hasil penelitian terdahulu
oleh Nur Ali (2010-2011) menyimpulkan bahwa aspal liquid Asbuton dapat menggantikan posisi aspal minyak
sebagai bahan pengikat baik secara keseluruhan ataupun parsial pada aspal berpori. Sedangkan untuk komposisi
campuran aspal berpori menggunakan gradasi design Australia dengan pengikat 100% liquid asbuton yang optimum
adalah sebesar 8.5% telah memenuhi nilai parameter kinerja kriteria standar aspal porous. Berbagai upaya
peningkatan kualitas dari perkerasan jalan raya telah banyak dilakukan dengan penggunaan berbagai jenis bahan
tambah yang diindikasikan mampu memberi kontribusi kekuatan pada perkerasan jalan, salah satunya pada
penelitian ini menggunakan serat ijuk sebagai bahan tambah dalam campuran aspal porous.Serat ijuk sebagai bahan
serat lokal merupakan serat organik alami yang mudah didapatkan, harganya murah dan memiliki sifat-sifat
menguntungkan seperti tahan terhadap pengaruh panas matahari dan cuaca dingin, tahan terhadap pelapukan, tidak
mudah busuk dan awet memungkinkan dapat dijadikan sebagai salah satu pilihan untuk digunakan sebagai bahan
tambah dalam campuran. (Budi Santoso, 1995). Atas dasar kesimpulan peneliti terdahulu, maka aplikasi
penambahan serat ijuk dalam campuran aspal porous liquid asbuton dengan menggunakan gradasi Australia akan
digunakan pada studi eksperimental ini.
Material
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
M- 90 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
2. PROGRAM EKSPERIMEN
Benda Uji
Aspal porous dengan bahan tambah serat ijuk dibuat dalam bentuk briket benda uji, dimana jumlah briket/benda uji
yang direncanakan menggunakan pendekatan bahwa setiap parameter aspal porous yang diuji dibuat 3 buah sampel.
Hal ini dilakukan pada setiap variasi penambahan kadar ijuk untuk bahan pengikat aspal liquid asbuton 100%
dengan menggunakan hanya satu variasi kadar aspal yaitu 8.5% sehingga ada 6 kadar ijuk yang dicoba dan
memerlukan jumlah briket keseluruhan sebanyak 3x6x4 = 72 buah briket. Rincian jumlah benda uji dan standar
acuan pengujian aspal porous dapat dilihat pada Tabel 1. Campuran direncanakan menggunakan gradasi terbuka
versi australia dengan menggunakan bahan pengikat liquid asbuton dengan menggunakan hanya satu kadar aspal
sebesar 8,5% (kadar optimum untuk gradasi australia dan liquid asbuton sebagai pengikat) terhadap berat total
campuran. Gradasi tersebut dipilih sebagai gradasi design dengan perbandingan antara agregat kasar dan agregat
halus sebesar 85 :15, dan harus memenuhi syarat koridor yang ditetapkan oleh spesifikasi australian asphalt
pavement association 2004 (Tabel 2).
Tabel 1. Jumlah benda uji dan standar acuan pengujian aspal porous
Jenis
Pengujian
Kadar Aspal
(%)
Kadar Ijuk
(%)
Jumlah
Benda Uji
Standar
Pengujian
Permeabilitas 8.5
0 3
Simposium III
FSTPT,
ISBN No. 979-
96241-0-X
1 3
2 3
3 3
4 3
5 3
Cntabro loss 8,5
0 3
ASTM
C-131
1 3
2 3
3 3
4 3
5 3
Marshal Test 8,5
0 3
SNI-06-2489-
1991
1 3
2 3
3 3
4 3
5 3
Binder Drain-
Down Test
8,5
0 3
AASHTO
T 305
1 3
2 3
3 3
4 3
5 3
Jumlah 72
Untuk bahan tambah yang digunakan yaitu serat ijuk yang telah dibersihkan dan dipotong-potong 0.5 cm. Pengujian
sifat bahan penyusun campuran aspal porous berupa agregat kasar dan agregat halus serta aspal liquid Asbuton
dilakukan sesuai jenis dan metode pengujian yang berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI). Komposisi
campuran aspal porous dengan penambahan serat ijuk pada penelitian ini bervariasi dari 0% sampai 5% dengan
interval penambahan 1% terhadap berat aspal. Pencampuran serat ijuk dilakukan pada saat
pemanasan/penggorengan agregat bersama aspal sebelum pemadatan, dimana ijuk yang telah dipotong-potong
0.5cm dicampur ke dalam campuran agregat dan aspal dengan orientasi penyebarannya secara acak dan merata,
diaduk dengan pengaduk tahan panas kemudian dipadatkan dalam mould briket. tahapan pembuatan briket benda uji
dapat dilihat pada Gambar 1.
Material
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 M- 91
Tabel 2. Gradasi Campuran Aspal Porous
yang digunakan dalam penelitian
Ukuran ayakan % lolos
ASTM (mm) WC
19 100
1/2 13,2 85 -100
3/8 9,50 45-70
2/7 6,70 25-45
No 4 4,75 10-25
No 8 2,36 7-15
No 16 1,18 6-12
No 30 0,60 5-10
No 50 0,30 4-8
No 100 0,15 3-7
No 200 0,075 2-5
Sumber : Australian Asphalt Pavement Association, 2004
Gambar 1. Tahapan pembuatan briket. (a) Penggorengan/Pemanasan agregat; (b) Serat ijuk yang digunakan; (c)
Pencampuran serat ijuk ke dalam agregat; (d) Pengukuran suhu campuran; (e) Pencampuran aspal; (f) Pengukuran
suhu setelah dicampur aspal; (g)Pemadatan; (h) Benda uji dikeluarkan dari mould dengan ejector; (i) Pengukuran
specimen briket benda uji
Pengujian Aspal Porous
Selanjutnya dilakukan pengujian benda uji briket aspal porous,dimana terdapat 4 (empat) macam pengujian,yaitu
pengujian cantabro loss test, permeabilitas, binder drain down, dan pengujian stabilitas dengan metode marshall.
kemudian parameter yang diperoleh dari hasil pengujian tersebut lalu dibandingkan dengan parameter standar acuan
yang telah ditetapkan. parameter yang tidak memenuhi standar akan dilakukan evaluasi bersama parameter lainnya.
pengaruh terhadap parameter tersebut di atas yang menjadi bahan evaluasi terhadap penggunaan serat ijuk pada
aspal porous. Pada aspal porous terdapat standar kinerja seperti terlihat pada Tabel 3.
(a) (b) (c) (d) (e)
(l) (h) (g) (f)
Material
M- 92
Tabel
Standar kinerja Marshall aspal berpori
Stability
Flow
VIM
Marshall Quetion
Standar kinerja fungsi aspal berpori
Permeabilitas
Porositas
Cantabro Loss
Binder Drain
Down
Sumber: Specitication For Porous Asphalt, Australian Road Standard, 2002
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian Catambro
Gambar 2 memperlihatkan nilai cantabro
kemudian meningkat seiring dengan penambahan kadar ijuk. Perilaku
antar agregat dalam campuran semakin berkurang setelah melampaui kadar ijuk optimumny
yang tinggi tidak baik karena ijuk dapat menyerap aspal lebih banyak, menyebabkan tebal film aspal menjadi
berkurang sehingga ikatan antar agregat melemah karena aspal sudah tidak dapat menyelimuti permukaan agregat
dengan baik. Hal inilah yang menyebabkan disintegrasi semakin besar saat dilakukan pengujian
mesin Los Angeles.
Pengujian Porositas
Gambar 3 menunjukkan nilai porositas dimana persentase kandungan rongga dalam campuran aspal
pemadatan. Nilai porositas semakin menurun
bersifat termoplastis bersama ijuk mengisi dan menempati rongga
memperkecil kadar rongga dalam campuran.
hingga 4% masih memenuhi spesifikasi yang ditentukan antara 1
Gambar 2. Hubungan antara kadar ijuk
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta
Tabel 3. Standar kinerja aspal porous
Standar kinerja Marshall aspal berpori
Stability >500 kg
Flow 2-6 mm
VIM 10% - 25%
Marshall Quetion >200 kg/mm
Standar kinerja fungsi aspal berpori
Permeabilitas >10 cm/det
Porositas 10% - 30%
Cantabro Loss <15%
Binder Drain
Down
Max. 0,3%
Sumber: Specitication For Porous Asphalt, Australian Road Standard, 2002
HASIL DAN PEMBAHASAN
cantabro mengalami yang penurunan pada kadar ijuk yang dianggap optimum
kemudian meningkat seiring dengan penambahan kadar ijuk. Perilaku cantabro tersebut, menunjukkan daya ikat
antar agregat dalam campuran semakin berkurang setelah melampaui kadar ijuk optimumnya.
yang tinggi tidak baik karena ijuk dapat menyerap aspal lebih banyak, menyebabkan tebal film aspal menjadi
berkurang sehingga ikatan antar agregat melemah karena aspal sudah tidak dapat menyelimuti permukaan agregat
inilah yang menyebabkan disintegrasi semakin besar saat dilakukan pengujian
menunjukkan nilai porositas dimana persentase kandungan rongga dalam campuran aspal
semakin menurun dengan meningkatnya kadar ijuk. Hal ini disebabkan oleh aspal yang
bersifat termoplastis bersama ijuk mengisi dan menempati rongga-rongga yang ada dalam campuran sehingga
memperkecil kadar rongga dalam campuran. Dari hasil pengujian porositas, campuran aspal porus dengan kadar ijuk
hingga 4% masih memenuhi spesifikasi yang ditentukan antara 10% - 30%.
. Hubungan antara kadar ijuk dengan cantabro Gambar 3. Hubungan antara kadar ijuk
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
Sumber: Specitication For Porous Asphalt, Australian Road Standard, 2002
mengalami yang penurunan pada kadar ijuk yang dianggap optimum
tersebut, menunjukkan daya ikat
antar agregat dalam campuran semakin berkurang setelah melampaui kadar ijuk optimumnya. Pemakaian kadar ijuk
yang tinggi tidak baik karena ijuk dapat menyerap aspal lebih banyak, menyebabkan tebal film aspal menjadi
berkurang sehingga ikatan antar agregat melemah karena aspal sudah tidak dapat menyelimuti permukaan agregat
inilah yang menyebabkan disintegrasi semakin besar saat dilakukan pengujian cantabro dengan
menunjukkan nilai porositas dimana persentase kandungan rongga dalam campuran aspal porous setelah
ijuk. Hal ini disebabkan oleh aspal yang
rongga yang ada dalam campuran sehingga
jian porositas, campuran aspal porus dengan kadar ijuk
. Hubungan antara kadar ijuk dengan porositas
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24
Pengujian Permeabilitas
Gambar 4 menunjukkan koefisien permeabilitas yang semakin kecil seiring penambahan serat ijuk disebabkan
penggunaan kadar ijuk yang semakin tinggi, mengurangi volume rongga yang berada dalam campuran yang secara
otomatis menyebabkan permeabilitas menurun, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk mengalirkan air dari
permukaan semakin lama. Perilaku permeabilitas sangat dipengaruhi juga dari persentase porositas dalam campuran.
Dari hasil pengujian, kadar ijuk hingga 2% masih memenuhi spe
aspal porus yaitu minimal 10
-1
cm/detik.
Pengujian Binder Drain-Down
Gambar 5 menunjukkan dengan bertambahnya kadar
Hal ini dikarenakan kemampuan ijuk
Pengujian binder draindown bertujuan untuk mengetahui jumlah
yang belum dipadatkan, yaitu selam
down terbesar terjadi pada campuran aspal tanpa ijuk (kadar ijuk 0
menunjukkan telah memenuhi spesifikasi
total campuran sebelum dipadatkan.
Gambar 6 menunjukkan nilai VIM
mengalirkan air permukaan sehingga mengurangi genangan di permukaan. Grafik di atas menunjukkan nilai VIM
yang menurun akibat penggunaan kadar ijuk yang besar karena ijuk mengisi dan menutupi rongga
campuran. Kadar ijuk hingga 4% telah memenuhi spesifikasi aspal porous untuk lalu lintas sedang yaitu
Gambar 4. kadar ijuk dengan permeabilitas Gambar 5. kadar
Gambar 6. Hubungan antara kadar ijuk
(KoNTekS 7)
Surakarta, 24-26 Oktober 2013
Gambar 4 menunjukkan koefisien permeabilitas yang semakin kecil seiring penambahan serat ijuk disebabkan
penggunaan kadar ijuk yang semakin tinggi, mengurangi volume rongga yang berada dalam campuran yang secara
permeabilitas menurun, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk mengalirkan air dari
Perilaku permeabilitas sangat dipengaruhi juga dari persentase porositas dalam campuran.
Dari hasil pengujian, kadar ijuk hingga 2% masih memenuhi spesifikasi untuk pengujian permeabilitas campuran
cm/detik.
Down
engan bertambahnya kadar ijuk maka drain-down yang terjadi juga semakin
Hal ini dikarenakan kemampuan ijuk dalam menyerap aspal sehingga aspal yang jatuh atau mengalir berkurang.
bertujuan untuk mengetahui jumlah drain-down yang terjadi pada campuran ber
yang belum dipadatkan, yaitu selama produksi, pengangkutan dan pemadatan campuran.
terbesar terjadi pada campuran aspal tanpa ijuk (kadar ijuk 0%). Secara umum hasil yang diperoleh
menunjukkan telah memenuhi spesifikasi binder drain down yang diisyaratkan yaitu maksimum 0.3% dari berat
an sebelum dipadatkan.
ilai VIM yang pada dasarnya mirip dengan nilai porositas
mengalirkan air permukaan sehingga mengurangi genangan di permukaan. Grafik di atas menunjukkan nilai VIM
aan kadar ijuk yang besar karena ijuk mengisi dan menutupi rongga
campuran. Kadar ijuk hingga 4% telah memenuhi spesifikasi aspal porous untuk lalu lintas sedang yaitu
dengan permeabilitas Gambar 5. kadar liquid asbuton dengan
Gambar 6. Hubungan antara kadar ijuk dengan VIM Gambar 7. Hubungan antara kadar
Material
M- 93
Gambar 4 menunjukkan koefisien permeabilitas yang semakin kecil seiring penambahan serat ijuk disebabkan
penggunaan kadar ijuk yang semakin tinggi, mengurangi volume rongga yang berada dalam campuran yang secara
permeabilitas menurun, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk mengalirkan air dari
Perilaku permeabilitas sangat dipengaruhi juga dari persentase porositas dalam campuran.
sifikasi untuk pengujian permeabilitas campuran
yang terjadi juga semakin berkurang.
dalam menyerap aspal sehingga aspal yang jatuh atau mengalir berkurang.
yang terjadi pada campuran beraspal
ampuran. Dari grafik, binder drain
). Secara umum hasil yang diperoleh
yang diisyaratkan yaitu maksimum 0.3% dari berat
pada dasarnya mirip dengan nilai porositas yang berfungsi untuk
mengalirkan air permukaan sehingga mengurangi genangan di permukaan. Grafik di atas menunjukkan nilai VIM
aan kadar ijuk yang besar karena ijuk mengisi dan menutupi rongga-rongga dalam
campuran. Kadar ijuk hingga 4% telah memenuhi spesifikasi aspal porous untuk lalu lintas sedang yaitu 10 25%.
asbuton dengan Binder Drain Down
Gambar 7. Hubungan antara kadar ijuk dengan stabilitas
Material
M- 94
Hubungan Kadar Ijuk dengan Stabilitas
Gambar 7 menunjukkan nilai stabilitas meningkat dengan bertambahnya kadar ijuk dan kemudian kembali menurun
setelah melewati kadar ijuk 1% yang dapat diindikasikan sebagai kadar ijuk optimum campuran.
yang berlebihan tidak baik karena daya ikat dari lapisan aspal sudah tidak efektif untuk penguncian antar partikel
sehingga terjadi geseran antar butir, atau dengan kata lain interlocking antar agregat berkurang yang menyebabkan
nilai stabilitas menurun. Sebaliknya pada saat k
penguncian antar partikel yang lebih baik karena dapat
menjadi naik.
Hubungan Kadar Ijuk dengan Flow
Kelelehan atau flow merupakan parameter untuk menunjukkan kelenturan campuran atau
vertikal akibat beban yang bekerja pada perkerasan.
semakin bertambahnya kadar ijuk yang
terhadap deformasi karena penggunaan ijuk yang besar.
Hubungan Kadar Aspal dengan Marshall Quontient
Hasil Bagi Marshall atau Marshall Quotient
yang merupakan hasil bagi stabilitas dengan kelelehan. Semakin tinggi nilai MQ, maka kemungkinan akan semakin
tinggi kekakuan suatu campuran dan semakin rentan campuran tersebut terhadap keretakan, sebaliknya jika semakin
kecil nilainya maka campuran semakin lentur. Gambar
sudah memenuhi spesifikasi untuk campuran aspal
Gambar 8. Hubungan antara kadar ijuk dengan Flow
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta
dengan Stabilitas
Gambar 7 menunjukkan nilai stabilitas meningkat dengan bertambahnya kadar ijuk dan kemudian kembali menurun
setelah melewati kadar ijuk 1% yang dapat diindikasikan sebagai kadar ijuk optimum campuran.
baik karena daya ikat dari lapisan aspal sudah tidak efektif untuk penguncian antar partikel
sehingga terjadi geseran antar butir, atau dengan kata lain interlocking antar agregat berkurang yang menyebabkan
nilai stabilitas menurun. Sebaliknya pada saat kadar ijuk optimum membuktikan bahwa posisi ijuk memberikan
penguncian antar partikel yang lebih baik karena dapat mengikat agregat lebih kuat, sehingga
Hubungan Kadar Ijuk dengan Flow
rameter untuk menunjukkan kelenturan campuran atau
akibat beban yang bekerja pada perkerasan. Gambar 8 memperlihatkan bahwa nilai flow
ijuk yang menggambarkan campuran menjadi semakin plastis dan lebih rentan
terhadap deformasi karena penggunaan ijuk yang besar.
Marshall Quontient
Marshall Quotient (MQ) adalah indikator terhadap kekakuan campur
yang merupakan hasil bagi stabilitas dengan kelelehan. Semakin tinggi nilai MQ, maka kemungkinan akan semakin
tinggi kekakuan suatu campuran dan semakin rentan campuran tersebut terhadap keretakan, sebaliknya jika semakin
maka campuran semakin lentur. Gambar 9 memperlihatkan hasil pengujian Marshall Quotient
sudah memenuhi spesifikasi untuk campuran aspal porous yaitu lebih besar dari 200 kg/mm.
ijuk dengan Flow Gambar 9. Hubungan antara kadar
Gambar 10. Kadar ijuk optimum
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
Gambar 7 menunjukkan nilai stabilitas meningkat dengan bertambahnya kadar ijuk dan kemudian kembali menurun
setelah melewati kadar ijuk 1% yang dapat diindikasikan sebagai kadar ijuk optimum campuran. Penambahan ijuk
baik karena daya ikat dari lapisan aspal sudah tidak efektif untuk penguncian antar partikel
sehingga terjadi geseran antar butir, atau dengan kata lain interlocking antar agregat berkurang yang menyebabkan
adar ijuk optimum membuktikan bahwa posisi ijuk memberikan
sehingga nilai stabilitasnya pun
rameter untuk menunjukkan kelenturan campuran atau besarnya deformasi
nilai flow meningkat dengan
menggambarkan campuran menjadi semakin plastis dan lebih rentan
(MQ) adalah indikator terhadap kekakuan campuran secara empirik,
yang merupakan hasil bagi stabilitas dengan kelelehan. Semakin tinggi nilai MQ, maka kemungkinan akan semakin
tinggi kekakuan suatu campuran dan semakin rentan campuran tersebut terhadap keretakan, sebaliknya jika semakin
Marshall Quotient 0%-2%
.
Gambar 9. Hubungan antara kadar ijuk dengan MQ
Material
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 M- 95
Kadar Liquid Asbuton Optimum
Penentuan Kadar Ijuk Optimum ditentukan dari hubungan beberapa parameter hasil pengujian mix design aspal
porous seperti yang terlihat pada Gambar 10. Titik temu dari hubungan beberapa grafik parameter pengujian mix
design diperoleh titik temu minimum dan maksimum yaitu 0% dan 2% dari titik temu ini kemudian diambil rata-rata
dari nilai yang diperoleh yaitu 1%.
4. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian diperoleh beberapa keseimpulan, diantaranya:
1. Persentase serat ijuk ideal yang diperoleh dari hasil analisis grafik hubungan yang memenuhi spesifikasi
parameter karakteristik aspal porous dan karakteristik Marshall didapatkan nilai kadar ijuk optimum sebesar
1%.
2. Penggunaan serat ijuk sebagai bahan tambah (additive) dalam campuran aspal porous memberikan pengaruh
terhadap karakteristik campuran pada kadar optimum sebesar 1 % yang ditinjau dari segi kekuatan atau
karakteristik Marshall yaitu ;
Nilai cantabro loss menurun menunjukkan interlocking antar agregat yang semakin baik sehingga bahaya
disentegrasi pada aspal porous dapat diminimalisir.
Meningkatkan stabilitas campuran yaitu meningkatkan kemampuan campuran aspal porous untuk memikul
beban lalu lintas / lebih tahan terhadap deformasi, membuktikan bahwa ijuk dapat memberikan penguncian
antar partikel lebih baik sehingga dapat menahan struktur agregat kokoh pada posisinya.
Nilai binder drain down menurun menunjukkan bahwa adanya penambahan ijuk ke dalam campuran dapat
mengurangi kepekaan aspal terhadap suhu.
3. Penggunaan serat ijuk sebagai bahan tambah (additive) dalam campuran aspal porous memberikan pengaruh
terhadap karakteristik campuran pada kadar optimum sebesar 1 % yang ditinjau dari karakteristik fungsi aspal
porous dimana nilai porositas dan permeabilitasnya menunjukkan adanya penurunan, tetapi penurunan tersebut
tidak terlalu besar dan masih menghasilkan parameter kinerja yang nilainya tetap berada dalam batas toleransi
kriteria standar yang sekaligus masih memenuhi syarat karakteristik fungsi aspal porous sebagai drainase.
DAFTAR PUSTAKA
A. S. Affan. M, (2000). Perilaku Aspal berpori di Uji Dengan Alat Marshall dan Wheel Tracking Machine,
Simposium III FSTPT, ISBN No.979-96241-0-X.
Alderon. A, John. B, John. O, John. R, (1997). Open Graded Asphalt Design Guide, Australian Asphalt
Pavement Association.
Australian Asphalt Pavement Association, (2004). National Asphalt Specification.
Cabrera. J. G and Dixon. J. R, March 1994, Performance and Durability of Bituminous Material, Proceeding of
Symposium University of Leeds, London.
Diana. I. W, Siswosoebrotho Ismanto Bambang, Karsaman Hermawan Rudy, (2000). Sifat-Sifat Teknik dan
Permeabilitas Pada Aspal Berpori, Simposium III FSTPT, ISBN No. 979-96241-0-X.
Direktorat Jenderal Bina Marga. (2010), BAB VII Spesifikasi Umum, Departemen Pekerjaan Umum.
Hardiman M. Y, (2004). Pengaruh Ukuran Maksimum Agregat Kasar Dalam Desain Gradasi Campuran Aspal
berpori, Jurnal Teknik Sipil, Volume 11, No. 2.
Hermadi, M., (2006). Berbagai Alternatif Penggunaan Asbuton pada Perkerasan Jalan Beraspal. Puslitbang
Jalan dan Jembatan.
http://members.tripod.com/sultra/ASPAL_BUTON.htm
Nur Ali. (2010). Kajian Pemanfaatan Liquid Asbuton sebagai Bahan Pengikat Aspal Porous pada Lapis
Permukaan Perkerasan Jalan.
Nur Ali, M. Wihardi Tjaronge, November (2011). Kajian Eksperimental Aspal berpori Menggunakan Liquid
Asbuton Sebagai Bahan Subsitusi Aspal Minyak Pada Lapis Permukaan Jalan. The 14
th
International
Symposium Forum Studi Tansportasi Antar Perguruan Tinggi (FSTPT), Pekanbaru Riau.
Santoso. Budi, (1995). Penggunaan Serat Ijuk Sebagai Campuran Split Mastic Asphalt (SMA).
Sarwono Djoko, Astuti Koes Wardhani, (2007). Pengukuran Sifat Permeabilitas Campuran Porus Aspal, Media
Teknik Sipil, 131.
Sukirman, Silvia, (1995). Perkerasan Lentur Jalan Raya, Nova, Bandung

Anda mungkin juga menyukai