Anda di halaman 1dari 23

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Otolaringologi adalah cabang ilmu kedokteran yang khusus meneliti
diagnosis dan pengobatan penyakit telinga, hidung, tenggorok serta kepala dan leher.
Di Indonesia, cabangkedokteran ini populer dengan nama Ilmu Telinga Hidung
Tenggorokan Bedah Kepala Leher atau THT-KL.Otolaringologi terdiri dari beberapa
cabang yaitu:

Otologi: ilmu yang mempelajari tentang telinga dan kelainan serta operasi mikro
telinga.
Rinologi: ilmu tentang hidung dan sinus paranasal sehingga saat ini
sering juga disebut rinologi dan sinusologi
Laringofaringologi: ilmu tentang tenggorok
Onkologi Bedah Kepala Leher: Subbagian yang menangani tumor di
THT Kepala danleher
Neurotologi
Bronkoesofagologi
Plastik Rekonstruksi
Alergi Imunologi
THT-Komunitas

Sebel um memper dal am i l mu THT i ni per l u di ket ahui
anat omi dan f i s i ol ogi dar i masing masing orang tersebut agar dapat
juga dengan mudah melakukan suat pemeriksaanf i s i k THT dan j uga
t i ndakan t i ndakan yang per l u di l akukan dal am mengat as i
penyaki t - penyakit yang berhubungan dengan telinga, hidung dan tenggorokan.

2



1.2. TUJUAN PEMBAHASAN
Dalam penyusunan makalah ini tentunya memiliki tujuan yang diharapkan berguna
bagi para pembaca dan khususnya kepada penulis sendiri. Dimana tujuannya dibagi
menjadi dua macam yang pertama secara umum makalah ini bertujuan menambah
wawasan mahasiswa/i dalam menguraikan suatu persoalan secara holistik dan tepat, dan
melatih pemikiran ilmiah dari seorang mahasiswa/i fakultas kedokteran, dimana
pemikiran ilmiah tersebut sangat dibutuhkan bagi seorang dokter agar mampu
menganalisis suatu persoalan secara cepat dan tepat. Sedangkan secara khusus tujuan
penyusunan makalah ini ialah sebagai berikut :
1. Mengetahui tentang anatomi Telinga, Hidung dan Tenggorokan
2. Mengetahui tentang fisiologi Telinga, Hidung dan Tenggorokan
Itulah yang merupakan tujuan kami dalam penyusunan makalah ini, dan juga
sangat diharapkan dapat berguna bagi setiap orang yang membaca makalah ini. Semoga
seluruh tujuan tersebut dapat tercapai dengan baik.









3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 SKENARIO

MODUL XVI ( THT )
SKENARIO 1
Sia Ana, Perempuan, 8 tahun, Sewaktu liburan naik pesawat terbang merasa
pendengarannya terganggu, oleh ibunya yang juga seorang dokter, Dianjurkan untuk
menghisap-hisap permen dan menelan ludah agar pendengaran normal kembali
LEARNING OBJECTIVE
Dan selanjutnya kami akan menuju kepada suatu proses pembelajaran, dimana
dengan mencari Learning Objective, yang berguna bagi kami dalam menentukan dari
permasalahan yang ada dalam skenario tersebut untuk dibahas secara tepat. Setelah kami
melakukan diskusi selama satu minggu dalam dua kali pertemuan kami dapat
menyimpulkan Learning Objectivenya adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui dan memahami tentang anatomi THT
2. Mengetahui dan memahami tentang fisiologi THT





4

2.1.1 ANATOMI TELINGA
A. Anatomi telinga
Telinga di bagi menjadi tiga bagian yaitu :
a. Telinga luar
Liang telinga berasal dari celah brankial pertama ektoderm. Membrana
timpanimewakili membran penutup celah tersebut. Selama satu stadium
perkembangannya, liangtelinga akhirnya tertutup sama sekali oleh suatu
sumbatan jaringan telinga tapi kemudian terbuka kembali, namun demikian kejadian
ini mungkin merupakan suatufaktor penyebab dari beberapa kasus atresia atau
stenosis bangun ini. Pinna (aurikula) berasal dari pinggir-pinggir celah brankial
pertama dan arkus brankialis pertama dan kedua.Aurikula dipersarafi oleh cabang
aurikulotemporalis dari saraf mendibularis serta saraf aurikularis mayor dan oksipitalis minor
yang merupakan cabang pleksus servikalis



5

Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang tel inga sampai membran
tympani.Telinga luar atau pinna merupakan gabungan dari tulang rawan yang
diliputi kulit.
Dauntelinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga (meatus
akustikus eksternus) ber bent uk hur uf S, dengan r angka t ul ang r awan pada
s eper t i ga bagi an l uar , di s eper t i ga bagian luar kulit liang telinga terdapat
banyak kelenjar serumen (modifikasikelenjar keringat= Kelenjar serumen) dan rambut.
Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga.
Pada dua pertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar
serumen, dua pertiga bagiandalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya
kira-kira 2,5 - 3 cm. Meatus dibatasi olehkulit dengan sejumlah rambut,
kelenjar sebasea, dan sejenis kelenjar keringat yang telahmengalami
modifikasi menjadi kelenjar seruminosa yai t u kel enj ar apokr i n t ubul er
yang berkelok-kelok yang menghasilkan zat lemak setengah padat berwarna
kecoklat-coklatanyang dinamakan serumen ( mi nyak t el i nga) . Ser umen
ber f ungs i menangkap debu da nmencegah infeksi.


b. Telinga tengah
6



Rongga telinga tengah berasal dari celah brankial pertama endoderm. Rongga berisiudara ini
meluas ke dalam resesus tubotimpanikus yang selanjutnya meluas di
sekitar tulang-tulang dan saraf dari telinga tengah dan meluas kurang lebih ke daerah
mastoid.Osikula berasal dari rawan arkus brankialis. Untuk mempermudah pemikiran ini
malcusdapat dianggap berasal dari rawan arkus brankialis pertama (kartilago Meckel), sedangkaninkus
dan stapes dari rawan arkus brankialis kedua (kartilago Reiehert).
Saraf kordatimpani berasal dari arkus kedua (fasialis) menuju saraf pada arkus pertama
(mandibularis-lingualis). Saraf timpanikus (dari Jacobson) berasal dari saraf
arkus brankialis ketiga(glosofaringeus) menuju saraffasialis. Kedua saraf ini terletak dalam
rongga telinga tengah.Otot-otot telinga tengah berasal dari otot-otot arkus brankialis. Otot
tensor timpani yangmelekat pada maleus, berasal dari arkus pertama dan dipersarafi oleh
saraf mandibularis(saraf kranial kelima). Otot stapedius berasal dari arkus
kedua, dipersarafi oleh suatucabang saraf ketujuh.

Telinga tengah berbentuk kubus dengan :

-B a t a s l u a r : M e m b r a n t i m p a n i
-B a t a s d e p a n : T u b a e u s t a c h i u s
-Bat as bawah : Vena J ugul ar i s ( bul bus j ugul ar i s )
7

-Batas belakang :Aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis
-B a t a s a t a s : T e g m e n t i m p a n i ( m e n i n g e n / o t a k )
-B a t a s d a l a m : B e r t u r u t - t u r u t d a r i a t a s k e
b a w a h k a n a l i s s e m i
s i r k u l a r i s hor i zont al , kanal i s f as i al i s ,
t i ngkap l onj ong ( oval wi ndow) , tingkap bundar
(round window) dan promontorium.

Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang
telingadan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars flaksida
(membranShrapnell). Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar ialah lanjutan
epitel kulitliang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia,
seperti epitel mukosasaluran napas. Pars tensa mempunyai satu lapis lagi di tengah,
yaitu lapisan yang terdiridari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan secara
radier di bagian luar dansirkuler pada bagian dalam.
Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membran timpani disebut sebagaiumbo.
Dari umbo bermula suatu reflek cahaya (cone of light ) ke arah bawah yaitu
pada pukul 7 untuk membran timpani kiri dan pukul 5 untuk membran timpani kanan.
Reflek cahaya (cone of light ) ialah cahaya dari luar yang dipantulkan oleh membran
timpani. Dimembran timpani terdapat 2 macam serabut, sirkuler dan radier.
Serabut inilah yangmenyebabkan timbulnya refleks cahaya yang berupa
kerucut itu. Secara klinis reflek cahaya ini dinilai, misalnya bila letak reflek cahaya
mendatar, berarti terdapat gangguan pada tuba eustachius.
Membran timpani dibagi dalam 4 kuadran, dengan menarik garis searah
dengan prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di umbo,
sehinggadidapatkan bagian atas-depan, atas-belakang, bawah-depan serta bawah-
belakang, untuk menyatakan letak perforasi membran timpani.
Pada pars flaksida terdapat daerah yang disebut atik. Di tempat ini terdapat
aditusadantrum, yaitu lubang yang menghubungkan telinga tengah dengan antrum mastoid.
Tuba eustachius termasuk dalam telinga tengah yang menghubungkan
daerahnasofaring dengan telinga tengah.
8

Telinga tengah yang terisi udara dapat dibayangkan sebagai suatu kotak
denganenam sisi. Dinding posteriornya lebih luas dari pada dinding anterior
sehingga kotak tersebut berbentuk baji. Promontorium pada dinding medial meluas ke lateral ke
arah umbodari membrana timpani sehingga kotak tersebut lebih sempit pada bagian tengah.Dinding
superior telinga tengah berbatasan dengan lantai fosa kranii. Pada bagianatas dinding
posterior terdapat aditus ad antrum tulang mastoid dan di bawahnya adalahsaraf fasialis.
Otot stapedius timbul pada daerah saraf fasialis dan tendonnya menembusmelalui suatu
piramid tulang menuju ke leher stapes. Saraf korda timpani timbul dari saraf fasialis di bawah
stapedius dan berjalan ke lateral depan menuju inkus tetapi di medialmaleus, untuk
keluar dari telinga tengah lewat sutura petrotimpanika. Korda
timpanikemudi an ber gabung dengan s ar af l i ngual i s dan
menghant ar kan s er abut - s er abut sekretomotorik ke ganglion submandibularis dan serabut
pengecap dari dua pertiga anterior lidah.
Dasar telinga tengah adalah atap bulbus jugularis yang di sebelah
superolateralmenjadi sinus sigmodeus dan lebih ke tengah menjadi sinus transversus.
Keduanya adalah aliran vena utama rongga tengkorak. Cabang aurikularis saraf
vagus masuk ke telingatengah dari dasarnya. Bagian bawah dinding anterior
adalah kanalis karoti kus. Di ataskanalis ini, muara tuba eustakius dan otot tensor
timpani yang menempati daerah superior tuba kemudian membalik, melingkari prosesus
kokleariformis dan berinsersi pada leher maleus.
Dinding lateral dari telinga tengah adalah dinding tulang epitimpanum di
bagianatas, membrana timpani dan dinding tulang hipotimpanum di bagian bawah.Bangunan yang
paling menonjol pada dinding medial adalah promontorium yangmenutup lingkaran koklea
yang pertama. Saraf timpanikus berjalan melintas promontoriumini. Fenestra rotundum
terletak di posteroinferior dari promontorium, sedangkan kaki stapes terletak
pada fenestra ovalis pada batas posterosuperior promontorium. Kanalisfalopii
bertulang yang dilalui saraf fasialis terletak di atas fenestra ovalis mulai
dari prosesus kokleariformis di anterior hingga piramid stapedius di posterior.
Rongga mastoid berbentuk seperti piramid berisi tiga dengan puncak mengarah
kekaudal. Atap mastoid adalah fosa kranii media. Dinding medial adalah dinding lateral fosakranii
posterior. Sinus sigmoideus terletak di bawah dura mater pada daerah ini.
9

Padadinding anterior mastoid terdapat aditus ad antrum. Tonjolan kanalis semisirkularis
lateralismenonjol ke dalam antrum. Di bawah ke dua patokan ini berjalan saraf
fasialis dalamkanalis tulangnya untuk keluar dari tulang temporal melalui foramen
stilomastoideus diujung anterior krista yang dibentuk oleh insersio otot digastrikus.
Dinding lateral mastoidadalah tulang subkutan yang dengan mudah dapat dipalpasi di posterior
aurikula.

c. Telinga dalam




Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah lingkarandan
vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak kokleadisebut
helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibuli.
Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan
membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea tampak skala
vestibuli sebelahatas, skala timpani di sebelah bawah dan skala media (duktus koklearis) diantaranya.
Skalavestibuli dan skala timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa.
Iondan garam yang terdapat di perilimfa berbeda dengan endolimfa. Hal ini penting
untuk pendengaran. Dasar skala vestibuli disebut sebagai membran vestibuli
(Reissnersmembrane) sedangkan dasar skala media adalah membran basalis.
Pada membran initerletak organ Corti
10

Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut
membrantektoria dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam,
selrambut luar dan kanalis Corti, yang membentuk organ Corti.
Bentuk telinga dalam sedemikian kompleksnya sehingga disebut labirin.
Derivatves i kel ot i ka membent uk s uat u r ongga t er t ut up yai t u l abi r i n
membr an yang t er i s i endolimfe, satu-satunya cairan ekstraselular dalam tubuh yang
tinggi kalium dan rendahnatrium. Labirin membran dikelilingi oleh cairan perilimfe (tinggi natrium,
rendah kalium)yang terdapat dalam kapsula otika bertulang. Labirin tulang dua membran memiliki
bagianvestibular dan bagian koklear. Bagian vestibularis (pars superior) berhubungan
dengankeseimbangan, sementara bagian koklearis (pars inferior) organ pendengaran kita.
Koklea melingkar seperti rumah siput dengan dua dan satu-setengah putaran. Aksisdari spiral
tersebut dikenal sebagai modiolus, berisi berkas saraf dan suplai arteri dari arterivertabralis. Serabut
saraf kemudian berjalan menerobos suatu lamina tulang yaitu laminaspiralis oseus untuk
mencapai sel-sel sensorik organ Corti. Rongga koklea bertulang dibagimenjadi tiga bagian oleh
doktus koklearis yang panjangnya 35 mm dan berisi endolimfe.Bagian atas adalah skala
vertibuli, berisi ferilimfe dan dipisahkan dari duktus koklearis oleh membrana Reissner
yang tipis. Bagian bawah adalah skala timpani juga mengandung perilimfe dan
dipisahkan dari duktus koklearis oleh lamina spiralis oseus dan membrana basilaris.
Perilimfe pada kedua skala berhubungan pada apeks koklea spiralis tepat setelahujung
buntu duktus koklearis melalui suatu celah yang dikenal sebagai
helikotrema.Membrana basilaris sempit pada basisnya (nada tinggi) dan
melebar pada apeks (nadarendah).
Terletak di atas membrana basilaris dari basis ke apeks adalah organ Corti,
yangmengandung organel-organel penting untuk mekanisme saraf parifer pendengaran.
OrganCorti terdiri dari satu baris sel rambut dalam (3.000) dan tiga baris sel rambut luar (12.000).sel-sel
ini menggantung lewat lubang-lubang lengan horisontal dari suatu jungkat-jangkityang
dibentuk oleh sel-sel penyokong. Ujung saraf aferen dan aferen menempel pada ujung bawah sel
rambut. Pada permukaan sel-sel rambut terdapat stereosilia yang melekat padasuatu
selubung di atasnya yang cenderung datar, bersifat gelatinosa dan aselular,
dikenals ebagai membr ana t ekt or i a. Membr ana t ekt or i a di s ekr es i dan
di s okong ol eh s uat u panggung yang terletak di medial disebut sebagai limbus.
11

2.1.2 FISIOLOGI PENDENGARAN
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun
telingadalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke
koklea. Getarantersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga tengah
melalui rangkaiantulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran
melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran
timpani dan tingkap lonjong.Energi getar yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke
stapes yang menggerakkantingkap lonjong sehingga perilimfa pada skala
vestibuli bergerak. Geteran diteruskanmelalui membrana Raissner yang
mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkangerak relatif antara
membran basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakanrangsang
mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel -sel
rambut,sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik
dari badan sel. Kea daan i ni meni mbul kan pr os es depol ar i s as i s el
r ambut , s ehi ngga mel epas akan neurotransmiter ke dalam sinapsis yang
akan menimbulakan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus
auditorius sampai ke konteks pendengaran (area 39-40) di lobus tamporalis.
2.1.3 ANATOMI HIDUNG


Hidung merupakan organ penting yang seharusnya mendapat perhatian
lebih dari biasanya dan hidung merupakan salah satu organ pelindung tubuh terhadap
lingkungan yangt i dak mengunt ungkan. Hi dung t er di r i at as hi dung l uar
12

dan hi dung dal am. Hi dung l uar menonj ol pada gar i s t engah di ant ar a
pi pi dengan bi bi r at as , s t r ukt ur hi dung l uar dapat di bedakan at as t i ga
bagi an yai t u: pal i ng at as kubah t ul ang yang t ak dapat
di ger akkan, dibawahnya terdapat kubah kartilago yang sedikit dapat
digerakkan dan yang pali ng bawahadalah lobolus hidung yang mudah digerakkan.
Bagian puncak hidung biasanya disebut apeks. Agak keatas dan belakang dari
apeksdisebut batang hidung (dorsum nasi), yang berlanjut sampai kepangkal hidung dan
menyatudengan dahi. Yang disebut kolumela membranosa mulai dari apeks, yaitu
diposterior bagiantengah pinggir dan terletak sebelah distal dari kartilago
septum. Titik pertemuan kolumeladengan bibir atas dikenal sebagai dasar hidung.
Disini bagian bibir atas membentuk cekungandangkal memanjang dari atas
kebawah yang disebut filtrum. Sebelah menyebelah kolumelaadalah nares
anterior atau nostril(Lubang hidung)kanan dan kiri, sebelah latero-
superior dibatasi oleh ala nasi dan sebelah inferior oleh dasar hidung.
Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh
kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk melebarkan
atau menyempitkanl ubang hi dung. Bahagi an hi dung dal am t er di r i at as
s t r ukt ur yang membent ang dar i os internum disebelah anterior hingga koana di
posterior, yang memisahkan rongga hidung darinasofaring. Rongga hidung atau
kavum nasi berbentuk terowongan dari depan kebelakang,dipisahkan oleh
septum nasi dibagian tengahnya menjadi kavum nasi kanan dan kiri.
Pintuatau lubang masuk kavum nasi bagian depan disebut nares anterior dan
lubang belakangdisebut nares posterior (koana)yang menghubungkan kavum nasi
dengan nasofaring.Bagian dari kavum nasi yang letaknya sesuai ala nasi, tepat dibelakang
nares anterior,disebut dengan vestibulum.Vestibulum ini dilapisi oleh kulit
yang banyak kelenjar sebaseadan rambut-rambut panjang yang disebut dengan
vibrise.
Tiap kavum nasi mempunyai 4 buah dinding yaitu dinding medial, lateral, inferior
dansuperior. Dinding medial hidung ialah septum nasi. Septum nasi ini dibentuk oleh
tulang dantulang rawan, dinding lateral terdapat konkha superior, konkha
media dan konkha inferior.Yang terbesar dan letaknya paling bawah ialah
13

konkha inferior, kemudian yang lebih keciladalah konka media, yang lebih
kecil lagi konka superior, sedangkan yang terkecil ialahkonka suprema dan
konka suprema biasanya rudimenter. Konka inferior merupakan
tulangtersendiri yang melekat pada os maksila dan labirin etmoid, sedangkan konka
media, superior dan suprema merupakan bagian dari labirin etmoid. Celah antara konka
inferior dengan dasar hidung dinamakan meatus inferior, berikutnya celah antara konkha
media dan inferior disebutmeatus media dan sebelah atas konkha media disebut meatus
superior.
Meatus medius merupakan salah satu celah yang penting dan
merupakan celah yanglebih luas dibandingkan dengan meatus superior. Disini
terdapat muara dari sinus maksilla, sinus frontal dan bahagian anterior sinus etmoid.
Dibalik bagian anterior konka media yangletaknya menggantung, pada dinding
lateral terdapat celah yang berbentuk bulat sabit yangdi kenal s ebagai
i nf undi bul um. Ada s uat u muar a at au f i s ur a yang ber bent uk bul an
s abi t menghubungkan meatus medius dengan infundibulum yang dinamakan
hiatus semilunaris.Dinding inferior dan medial infundibulum membentuk
tonjolan yang berbentuk seperti laci dan dikenal sebagai prosesus unsinatus.
Di bagian atap dan lateral dari rongga hidung terdapat sinus yang
terdiri atas sinusmaksilla, etmoid, frontalis dan sphenoid. Dan sinus maksilla
merupakan sinus paranasalterbesar diantara lainnya, yang berbentuk pyramid
iregular dengan dasarnya menghadap kefossa nasalis dan puncaknya kearah apek
prosesus zigomatikus os maksilla.Dasar cavum nasi dibentuk oleh os frontale da
os palatinus sedangkan atap cavumnas i adal ah cel ah s empi t yang
di bent uk ol eh os f r ont al e dan os s phenoi dal e. Membr ana mukosa
olfaktorius, pada bagian atap dan bagian cavum nasi yang berdekatan, mengandungs e l
s a r a f k h u s u s y a n g me n d e t e k s i b a u . Da r i s e l - s e l i n i s e r a t
s a r a f me l e wa t i l a mi n a cribriformis os frontale dan kedalam bulbus olfaktorius
nervus cranialis I olfaktorius.
Perdarahan hidungSecara garis besar perdarahan hidung berasal dari 3 sumber utama
yaitu:
1 . Ar t e r i E t mo i d a l i s a n t e r i o r
14

2.Arteri Etmoidalis posterior cabang dari arteri oftalmika
3. Ar t er i Sf enopal at i na, caba ng t er mi nal ar t er i maks i l ar i s i nt er na
yang ber as al dar i ar t er i karotis eksterna
Sistem Vaskularisasi HidungBagian bawah rongga hidung mendapat
pendarahan dari cabang arteri maksilarisinterna, diantaranya ialah ujung
arteri palatina mayor dan arteri sfenopalatina yang keluar dar i f or amen
s f enopal at i na ber s ama ner vus s f enopal at i na dan memas uki r ongga
hi dungdibelakang ujung posterior konka media. Bagian depan hidung
mendapat pendarahan dari cabang-cabang arteri fasialis.P a d a b a g i a n d e p a n
s e p t u m t e r d a p a t a n a s t o m o s i s d a r i c a b a n g - c a b a n g
a r t e r i sfenopalatina, arteri etmoid anterior, arteri labialis superior dan arteri
palatina mayor, yangdisebut pleksus kieesselbach (littles area). Pleksus
Kiesselbach letaknya superfisialis danmudah cedera oleh truma, sehingga sering
menjadi sumber epistaksis.Vena-vena hidung mempunyai nama yang sama dan
berjalan berdampingan denganarterinya. Vena divestibulum dan struktur luar
hidung bermuara ke vena oftalmika yang berhubungan dengan sinus kavernesus.

Persyarafan hidung

PersarafanHidungBa gi an depan dan at as r ongga hi dung mendapat
per s ar af an s ens or i s dar i ner vus etmoidalis anterior, yang merupakan cabang dari
nervus nasosiliaris, yang berasal dari nervusoftalmikus. Saraf sensoris untuk hidung
terutama berasal dari cabang oftalmikus dan cabangmaksilaris nervus trigeminus.
Cabang pertama nervus trigeminus yaitu nervus oftalmikus member i kan
cabang ner vus nas os i l i ar i s yang kemudi an ber cabang l agi menj adi
ner vus etmoidalis anterior dan etmoidalis posterior dan nervus
infratroklearis. Nervus etmoidalisanterior berjalan melewati lamina kribrosa
bagian anterior dan memasuki hidung bersamaarteri etmoidalis anterior melalui
foramen etmoidalis anterior, dan disini terbagi lagi menjadicabang nasalis internus
medial dan lateral. Rongga hidung lainnya, sebagian besar mendapat p e r s a r a f a n
15

s e n s o r i s d a r i n e r v u s ma k s i l a me l a l u i g a n g l i o n
s f e n o p a l a t i n u m.
Ga n g l i o n sfenopalatina, selain memberi persarafan sensoris, juga
memberikan persarafan vasomotor atau otonom untuk mukosa hidung.
Ganglion ini menerima serabut serabut sensorid dari n e r v u s
m a k s i l a . S e r a b u t p a r a s i m p a t i s d a r i n e r v u s p e t r o s u s
p r o f u n d u s . G a n g l i o n sfenopalatinum terletak dibelakang dan sedikit diatas
ujung posterior konkha media.
Ner vus Ol f akt or i us t ur un mel al ui l ami na kr i bos a dar i
per mukaan bawah bul bus olfaktorius dan kemudian berakhir pada sel-sel reseptor
penghidupada mukosa olfaktorius didaerah sepertiga atas hidung.2.2.2 Fisiologi
hidungHidung berfungsi sebagai indra penghidu , menyiapkan udara inhalasi
agar dapatdi gunakan par u s er t a f ungs i f i l t r as i . Sebagai f ungs i
penghi du, hi dung memi l i ki epi t el olfaktorius berlapis semu yang
berwarna kecoklatan yang mempunyai tiga macam sel -sel syaraf yaitu sel
penunjang, sel basal dan sel olfaktorius. Fungsi filtrasi, memanaskan dan
melembabkan udara inspirasi akan melindungi saluran napas dibawahnya dari
kerusakan.Par t i kel yang bes ar nya 5 - 6 mi kr omet er at au l ebi h, 85 % -
90% di s ar i ng di dal am hi dungdengan bantuan TMS. Fungsi hidung terbagi
atas beberapa fungsi utama yaitu (1)Sebagai jalan nafas, (2) Alat pengatur kondisi
udara, (3) Penyaring udara, (4) Sebagai indra penghidu,(5) Untuk resonansi suara, (6)
Turut membantuproses bicara,(7) Reflek nasal


2.1.4. FISIOLOGI PENCIUMAN

Bau yg masuk ke rongga hidung akan merangsang n. olfaktorius di bulbus olfaktorius
Indera bau bergerak lewat traktus olfaktorius dg perantaraan stasiun penghubung
hingga mencapai daerah penerima akhir dlm pusat olfaktorius pd lobus temporalis di
otak besar tempat penafsiran bau tsb.
16

Rasa penciuman dirangsang oleh gas yg masuk dan akan mudah hilang pd bau yg sama
dlm waktu lama
Rangsangan reseptor hanya berespon thd senyawa2 yg kontak dg epitel olfaktorius dan
dilarutkan dlm lapisan tipis mukus yg menutupinya
Ambang olfaktorius yg menggambarkan sensitivitas hebat reseptor olfaktorius thd
sejumlah senyawa yg dpt dicium pd konsentrasi >500pg/L diubah 30% dr sebelum dpt
dideteksi.
Molekul penghasil bau mengandung 3-20 atom karbon yg memiliki bau yg berbeda
Manusia dpt membedakan 2000-4000 bau yg berbeda & menghasilkan pola ruang yg
berbeda dr peningkatan aktivitas metabolik di dlm olfaktoria
Bau khusus bergantung pd pola ruang perangsangan reseptor dlm membran mukosa
olfaktorius
Bila seseorang scr kontinyu terpapar pd bau yg paling tdk disukai, mk perserpsi bau
menurun lalu berhenti. Ini disebabkan oleh adaptasi yg cukup cepat yg timbul dlm sistem
olfaktorius
2.1.5. ANATOMI TENGGOROKAN

17

Tenggorokan merupakan bagian dari leher depan dan kolumna vertebra,
terdiri darifaring dan laring. Bagian terpenting dari tenggorokan adalah epiglottis, ini
menutup jika adamakanan dan minuman yang lewat dan menuju esophagus.
Rongga mulut dan faring dibagi menjadi beberapa bagian. Rongga
mulut terletak didepan batas bebas palatum mole, arkus faringeus anterior
dan dasar lidah. Bibir dan pipit er ut ama di s us un ol eh s ebagi an bes ar ot ot
or bi kul ar i s or i s yang di per s ar af i ol eh ner vus fasialis. Vermilion
berwarna merah karena ditutupi lapisan sel skuamosa. Ruangan
diantaramukosa pipi bagian dalam dan gigi adalah vestibulum oris.
Pal at um di bent uk ol eh dua bagi an: pr emaks i l a yang ber i s i gi gi
s er i dan ber as al pr os es us nas al i s medi a, dan pal at um pos t er i or bai k
pal at um dur um dan pal at um mol e, dibentuk olehgabungan dari prosesus
palatum, oleh karena itu, celah palatum terdapat garis tengah belakang tetapi
dapat terjadi kearah maksila depan.
Li dah di bent uk dar i beber apa t onj ol an epi t el di das ar mul ut .
Li dah bagi an depanterutamaberasal dari daerah brankial pertama dan
dipersarafi oleh nervus lingualis dengancabang kordatimpani dari saraf
fasialis yang mempersarafi cita rasa dan sekresi kelenjar submandibula. Saraf
glosofaringeus mempersarafi rasa dari sepertiga lidah bagian belakang.Otot lidah
berasal dari miotom posbrankial yang bermigrasi sepanjang duktus tiroglosus
keleher. Kelenjar liur tumbuh sebagai kantong dari epitel mulut yang terletak
dekat sebelahdepan saraf-saraf penting. Duktus sub mandibularis dilalui oleh saraf
lingualis. Saraf fasialismelekat pada kelenjar parotis.

Berdasarkan letak, faring dibagi atas:
a. Nasofaring
Berhubungan erat dengan beberapa struktur penting misalnya adenoid, jaringan
limfoid pada dinding lareral faring dengan resessus faring yang disebut fosa
rosenmuller, kantongrathke, yang merupakan invaginasi struktur embrional hipofisis
serebri, torus tubarius, suaturefleksi mukosa faring diatas penonjolan kartilago tuba
eustachius, konka foramen jugulare,yang dilalui oleh nervus glosofaring, nervus vagus
18

dan nervus asesorius spinal saraf kranialdan vena jugularis interna bagian petrosus
os.tempolaris dan foramen laserum dan muara tubaeustachius.
b. Orofaring
Disebut juga mesofaring dengan batas atasnya adalah palatum mole, batas
bawahnyaadalah tepi atas epiglotis kedepan adalah rongga mulut sedangkan kebelakang
adalah vertebraservikal. Struktur yang terdapat dirongga orofaring adalah
dinding posterior faring, tonsil palatina fosa tonsil serta arkus faring anterior dan
posterior, uvula, tonsil lingual dan foramensekum.
Dinding Posterior FaringSecara klinik dinding posterior faring penting karena
ikut terlibat pada radang akut atau radang kronik faring, abses retrofaring, serta
gangguan otot bagian tersebut. Gangguanotot posterior faring bersama-sama dengan
otot palatum mole berhubungan dengan gangguann.vagus.
Fosa tonsilFosa tonsil dibatasi oleh arkus faring anterior dan posterior.
Batas lateralnya adalahm.konstriktor faring superior. Pada batas atas yang
disebut kutub atas (upper pole) terdapatsuatu ruang kecil yang dinamakan
fossa supratonsil. Fosa ini berisi jaringan ikat jarang dan biasanya
merupakan tempat nanah memecah ke luar bila terjadi abses. Fosa tonsil
diliputioleh fasia yang merupakan bagian dari fasia bukofaring dan disebu
kapsul yang sebenar- benarnya bukan merupakan kapsul yang sebena-benarnya.
TonsilTonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh
jaringan ikatdengan kriptus didalamnya.
Ter dapat macam t ons i l yai t u t ons i l f ar i ngal ( adenoi d) , t ons i l
pal at i na dan t ons i l l i ngual yang ket i ga - t i ganya membent uk
l i ngkar an yang di s ebut ci nci n wal deyer . Tons i l palatina yang biasanya
disebut tonsil saja terletak di dalam fosa tonsil. Pada kutub atas tonsils er i ngkal i
di t emukan cel ah i nt r at ons i l yang mer upakan s i s a kant ong f ar i ng
yang kedua. Kutub bawah tonsil biasanya melekat pada dasar lidah.
Per mukaan medi al t ons i l bent uknya ber aneka r agam dan
mempunyai c el ah yangdisebut kriptus. Epitel yang melapisi tonsil ialah epitel
skuamosa yang juga meliputi kriptus.Di dalam kriptus biasanya biasanya ditemukan
leukosit, limfosit, epitel yang terlepas, bakteridan sisa makanan.
19

Permukaan lateral tonsil melekat pada fasia faring yang sering juga
disebut kapsultonsil. Kapsul ini tidak melekat erat pada otot faring, sehingga
mudah dilakukan diseksi padatonsilektomi.Tonsil mendapat darah dari a.palatina
minor, a.palatina ascendens, cabang tonsila.maksila eksterna, a.faring ascendens dan
a.lingualis dorsal.
Tons i l l i ngual t er l et ak di das ar l i dah dan di bagi menj adi dua ol eh
l i gament umglosoepiglotika. Di garis tengah, di sebelah anterior massa ini terdapat
foramen sekum padaapeks , yai t u s udut yang t er bent uk ol eh papi l a
s i r kumval at a. Tempat i ni kadang- kadangmenunjukkan penjalaran duktus
tiroglosus dan secara klinik merupakan tempat penting bilaada massa tiroid lingual
(lingual thyroid) atau kista duktus tiroglosus.
Infeksi dapat terjadi di antara kapsul tonsila dan ruangan sekita r jaringan
dan dapatmeluas keatas pada dasar palatum mole sebagai abses peritonsilar.

c. Laringofaring (hipofaring)
Bat as l ar i ngof ar i ng di s ebel ah s uper i or adal ah t epi at as yai t u
di bawah val ekul a epiglotis berfungsi untuk melindungi glotis ketika
menelan minuman atau bolus makanan pada saat bolus tersebut menuju ke
sinus piriformis (muara glotis bagian medial dan lateral t er dapat r uangan)
dan ke es of agus , ner vus l ar i ng s uper i or ber j al an di bawah das ar
s i nus piriformis pada tiap sisi laringofaring. Sinus piriformis terletak di antara lipatan
ariepiglotikadan kartilago tiroid.
Batas anteriornya adalah laring, batas inferior adalah esofagus serta batas posterior
adalah vertebra servikal. Lebih ke bawah lagi terdapat otot-otot dari lamina krikoiddan di
bawahnya terdapat muara esofagus.Bila laringofaring diperiksa dengan kaca
tenggorok pada pemeriksaan laring tidak langsung atau dengan laringoskop pada
pemeriksaan laring langsung, maka struktur pertamayang tampak di bawah dasar lidah
ialah valekula. Bagian ini merupakan dua buah cekunganyang dibentuk oleh
ligamentum glosoepiglotika medial dan ligamentum glosoepiglotikalateral pada
tiap sisi. Valekula disebut juga kantong pil ( pill pockets), sebab pada beberapaorang,
kadang-kadang bila menelan pil akan tersangkut disitu.Dibawah valekula terdapat
20

epiglotis. Pada bayi epiglotis ini berbentuk omega dan perkembangannya
akan lebih melebar, meskipun kadang-kadang bentuk infantil (bentuk omega)
i ni t et ap s ampai dewas a.
Dal am per kembangannya, epi gl ot i s i ni dapat menj adi demikian lebar
dan tipisnya sehingga pada pemeriksaan laringoskopi tidak langsung tampak menut upi
pi t a s uar a. Epi gl ot i s ber f ungs i j uga unt uk mel i ndungi ( pr ot eks i )
gl ot i s ket i ka menelan minuman atau bolus makanan, pada saat bolus tersebut menuju
ke sinus piriformisdan ke esofagus.
Nervus laring superior berjalan dibawah dasar sinus piriformis pada tiap
sisilaringofaring. Hal ini penting untuk diketahui pada pemberian anestesia
lokal di faring danlaring pada tindakan laringoskopi langsung.

2.1.6. FISIOLOGI TENGGOROKAN
Fungsi faring yang terutama ialah untuk respirasi, waktu menelan,
resonasi suara dan untuk artikulasi.

Proses menelan
Proses penelanan dibagi menjadi tiga tahap. Pertama gerakan makanan
dari mulut kefaring secara volunter. Tahap kedua, transport makanan melalui faring dan
tahap ketiga, jalannya bolus melalui esofagus, keduanya secara involunter. Langkah yang
sebenarnyaadalah: pengunyahan makanan dilakukan pada sepertiga tengah
lidah. Elevasi lidah dan palatum mole mendorong bolus ke orofaring. Otot supra hiod
berkontraksi, elevasi tulanghioid dan laring intrinsik berkontraksi dalam gerakan
seperti sfingter untuk mencegahas pi r as i . Ger akan yang kuat dar i l i dah
bagi an bel akang akan mendor ong makanan kebawah melalui orofaring,
gerakan dibantu oleh kontraksi otot konstriktor faringis mediadan superior. Bolus
dibawa melalui introitus esofagus ketika otot konstriktor faringisinferior
berkontraksi dan otot krikofaringeus berelaksasi. Peristaltik dibantu oleh
gaya berat, menggerakkan makanan melalui esofagus dan masuk ke lambung.

21

Proses Berbicara
Pada saat berbicara dan menelan terjadi gerakan terpadu dari otot-otot palatum
dan faring.Gerakan ini antara lain berupa pendekatan palatum mole kearah dinding
belakang faring.Gerakan penutupan ini terjadi sangat cepat dan melibatkan
mula-mula m.salpingofaringdan m.palatofaring, kemudian m.levator veli palatine
bersama-sama m.konstriktor faringsuperior. Pada gerakan penutupan nasofaring
m.levator veli palatini menarik palatummole ke atas belakang hampir
mengenai dinding posterior faring. Jarak yang tersisa ini diisi oleh tonjolan (fold
of) Passavant pada dinding belakang faring yang terjadi akibat 2macam mekani s me,
yai t u pengangkat an f ar i ng s ebagai has i l ger akan
m. pal at of ar i ng(bersama m,salpingofaring) oleh kontraksi aktif m.konstriktor faring
superior. Mungkinkedua gerakan ini bekerja tidak pada waktu bersamaan.
Ada yang berpendapat bahwa tonjolan Passavant ini menetap pada periode fonasi,
tetapia d a p u l a p e n d a p a t y a n g me n g a t a k a n t o n j o l a n i n i t i mb u l
d a n h i l a n g s e c a r a c e p a t bersamaan dengan gerakan palatum.











22

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Anatomi telinga terdiri dari 3 bagian yaitu telinga luar, telinga tengah, dan
telinga luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai
membran tympani.Telinga luar atau pinna merupakan gabungan
dari tulang rawan yang diliputi kulit.
Telinga tengah terdiri dari tulang pendengaran (maleus, inkus dan stapes )
dan saluran tuba eustasius
Telinga dalam terdiri dari vestibulum, koklea dan kanalis semisirkularis
Anatomi hidung terdiri dari cavum nasi, septum nasi,konka superior,
konka media dan konka inferior
Sedangkan anatomi tenggorokan terdiri dari nasofaring, orofaring dan
laringo faring

3.2 SARAN
Dalam penyeleseian makalah ini kami juga memberikan saran bagi para pembaca
dan mahasiswa yang akan melakukan pembuatan makalah berikutnya :
1. Kombinasikan pembuatan makalah berikutnya
2. Pembahasan secara langsung dengan informasi yg benar benar up to date
Beberapa poin diatas merupakan saran yang kami berikan apabila ada pihak pihak
yang ingin melanjutkan penelitian terhadap makalah ini, dan demikian makalah ini di
susun serta besar harapan nantinya makalah ini dapat berguna bagi pembaca
khususnya mahasiswa fakultas kedokteran UISU semester IV/2012 dalam
penambahan wawasan dan ilmu pengetahuan.
23

DAFTAR PUSTAKA
1. Soetirto Indro,Bashiruddin Jenny,Bramantyo Brastho,Gangguan
pendengaranAkibat Obat ototoksik,Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga ,Hidung
,Tenggorok Kepala & Leher.Edisi IV.Penerbit FK-UI,jakarta 2007,halaman 9-15,53-
56.
2. Anatomi fisiologi telinga. Available from : http://arispurnomo.com/anatomi-fisiologi-
telinga
3. Telinga : Pendengaran dan sistem vestibular.Available
from:http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://webschool
solutions.com/patts/systems/ear.htm4.Adams,G.L.1997.Obat -obatan
ototoksik.Dalam:Boies,Buku Ajar
PenyakitTHT,hal.129.EGC,Jakarta.5.Andrianto,Petrus.1986.Penyakit
Telinga,Hidung dan Tenggorokan,75-76.EGC,Jakarta
4. Anatomi dan fisiologi hidung. Available
from:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21283/4/Chapter%20II.pdf
5. Anatomi dan fisiologi system pernapasan. Available from
:http://fraxawant.wordpress.com/2008/07/16/anatomi-dan-fisiologi-sistem-
pernapasan/
6. Difteri. Available from http://www.scribd.com/doc/44244704/Refrat-Difteri-Sari
7. Difteri tonsil. Available fromhttp://www.scribd.com/doc/36494895/difteri-tonsil

Anda mungkin juga menyukai