Penyakit Hepatitis adalah penyakit yang disebabkan oleh beberapa
jenis virus yang menyerang dan menyebabkan peradangan serta
merusak sel-sel organ hati manusia. Hepatitis diketegorikan dalam beberapa golongan, diantaranya hepetitis A,B,C,D,E,F dan . Di !ndonesia penderita penyakit Hepatitis umumnya "enderung lebih banyak mengalami golongan hepatitis B dan hepatitis C. namun disini kita akan membahas pada #okus artikel penyakit Hepatitis A,B dan C. $ Penyakit Hepatitis A Hepatitis A adalah golongan penyakit Hepatitis yang ringan dan jarang sekali menyebabkan kematian, %irus hepatitis A &%'A(%irus Hepatitis A) penyebarannya melalui kotoran*tinja penderita yang penularannya melalui makanan dan minuman yang terkomtaminasi, bukan melalui aktivitas se+ual atau melalui darah. ,ebagai "ontoh, ikan atau kerang yang berasal dari ka-asan air yang di"emari oleh kotoran manusia penderita. Penyakit Hepatitis A memiliki masa inkubasi . sampai / minggu sejak penularan terjadi, barulah kemudian penderita menunjukkan beberapa tanda dan gejala terserang penyakit Hepatitis A. 0. Gejala Hepatitis A Pada minggu pertama, individu yang dijangkiti akan mengalami sakit seperti kuning, keletihan, demam, hilang selera makan, muntah-muntah, pusing dan ken"ing yang ber-arna hitam pekat. Demam yang terjadi adalah demam yang terus menerus, tidak seperti demam yang lainnya yaitu pada demam berdarah, tb", thypus, dll. .. Penanganan dan Pengobatan Hepatitis A Penderita yang menunjukkan gejala hepatitis A seperti minggu pertama mun"ulnya yang disebut penyakit kuning, letih dan sebagainya diatas, diharapkan untuk tidak banyak beraktivitas serta segera mengunjungi #asilitas pelayan kesehatan terdekat untuk mendapatkan pengobatan dari gejala yang timbul seperti para"etamol sebagai penurun demam dan pusing, vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan na#su makan serta obat-obatan yang mengurangi rasa mual dan muntah. ,edangkah langkah-langkah yang dapat diambil sebagai usaha pen"egahan adalah dengan men"u"i tangan dengan teliti, dan suntikan imunisasi dianjurkan bagi seseorang yang berada disekitar penderita. $ Penyakit Hepatitis B Hepatitis B merupakan salah satu penyakit menular yang tergolong berbahaya didunia, Penyakit ini disebabkan oleh %irus Hepatitis B &%'B) yang menyerang hati dan menyebabkan peradangan hati akut atau menahun. ,eperti hal Hepatitis C, kedua penyakit ini dapat menjadi kronis dan akhirnya menjadi kanker hati. Proses penularan Hepatitis B yaitu melalui pertukaran "airan tubuh atau kontak dengan darah dari orang yang terin#eksi Hepatitis B. Adapun beberapa hal yang menjadi pola penularan antara lain penularan dari ibu ke bayi saat melahirkan, hubungan seksual, trans#usi darah, jarum suntik, maupun penggunaan alat kebersihan diri &sikat gigi, handuk) se"ara bersama-sama. Hepatitis B dapat menyerang siapa saja, akan tetapi umumnya bagi mereka yang berusia produkti# akan lebih beresiko terkena penyakit ini. 0. Gejala Hepatitis B ,e"ara khusus tanda dan gejala terserangnya hepatitis B yang akut adalah demam, sakit perut dan kuning &terutama pada area mata yang putih*sklera). 1amun bagi penderita hepatitis B kronik akan "enderung tidak tampak tanda-tanda tersebut, sehingga penularan kepada orang lain menjadi lebih beresiko. .. Penanganan dan Pengobatan Hepatitis B Penderita yang diduga Hepatitis B, untuk kepastian diagnosa yang ditegakkan maka akan dilakukan periksaan darah. ,etelah diagnosa ditegakkan sebagai Hepatitis B, maka ada "ara pengobatan untuk hepatitis B, yaitu pengobatan telan &oral) dan se"ara injeksi. a. Pengobatan oral yang terkenal adalah 2 - Pemberian obat 3amivudine dari kelompok nukleosida analog, yang dikenal dengan nama 45C. 6bat ini digunakan bagi de-asa maupun anak- anak, Pemakaian obat ini "enderung meningkatkan en7yme hati &A35) untuk itu penderita akan mendapat monitor bersinambungan dari dokter. - Pemberian obat Ade#ovir dipivo+il &'epsera). Pemberian se"ara oral akan lebih e#ekti#, tetapi pemberian dengan dosis yang tinggi akan berpengaruh buruk terhadap #ungsi ginjal. - Pemberian obat Bara"lude &Ente"avir). 6bat ini diberikan pada penderita Hepatitis B kronik, e#ek samping dari pemakaian obat ini adalah sakit kepala, pusing, letih, mual dan terjadi peningkatan en7yme hati. 5ingkat keoptimalan dan kestabilan pemberian obat ini belum dikatakan stabil. b. Pengobatan dengan injeksi*suntikan adalah 2 Pemberian suntikan 8i"rosphere yang mengandung partikel radioakti# peman"ar sinar 9 yang akan menghan"urkan sel kanker hati tanpa merusak jaringan sehat di sekitarnya. !njeksi Al#a !nter#eron &dengan nama "abang !15:61 A, !1FE:E1, :6FE:61) diberikan se"ara sub"utan dengan skala pemberian 4 kali dalam seminggu selama 0.-0/ minggu atau lebih. E#ek samping pemberian obat ini adalah depresi, terutama pada penderita yang memilki ri-ayat depresi sebelumnya. E#ek lainnya adalah terasa sakit pada otot-otot, "epat letih dan sedikit menimbulkan demam yang hal ini dapat dihilangkan dengan pemberian para"etamol. 3angkah-langkah pen"egahan agar terhindar dari penyakit Hepatitis B adalah pemberian vaksin terutama pada orang-orang yang beresiko tinggi terkena virus ini, seperti mereka yang berprilaku se+ kurang baik &ganti-ganti pasangan*homose+ual), pekerja kesehatan &pera-at dan dokter) dan mereka yang berada didaerah rentan banyak kasus Hepatitis B. $ Penyakit Hepatitis C Penyakit Hepatitis C adalah penyakit hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis C &%'C). Proses penularannya melalui kontak darah ;trans#usi, jarum suntik &terkontaminasi), serangga yang menggiti penderita lalu mengigit orang lain disekitarnya<. Penderita Hepatitis C kadang tidak menampakkan gejala yang jelas, akan tetapi pada penderita Hepatitis C kronik menyebabkan kerusakan*kematian sel-sel hati dan terdeteksi sebagai kanker &"an"er) hati. ,ejumlah =>? dari kasus, in#eksi Hepatitis C menjadi kronis dan se"ara perlahan merusak hati bertahun-tahun. 0. Gejala Hepatitis C Penderita Hepatitis C sering kali orang yang menderita Hepatitis C tidak menunjukkan gejala, -alaupun in#eksi telah terjadi bertahun- tahun lamanya. 1amun beberapa gejala yang samar diantaranya adalah 2 3elah, 'ilang selera makan, ,akit perut, @rin menjadi gelap dan Aulit atau mata menjadi kuning yang disebut Bjaundi"eB &jarang terjadi). Pada beberapa kasus dapat ditemukan peningkatan en7yme hati pada pemeriksaan urine, namun demikian pada penderita Hepatitis C justru terkadang en7yme hati #luktuasi bahkan normal. .. Penanganan dan Pengobatan Hepatitis C ,aat ini pengobatan Hepatitis C dilakukan dengan pemberian obat seperti !nter#eron al#a, Pegylated inter#eron al#a dan :ibavirin. Adapun tujuan pengobatan dari Hepatitis C adalah menghilangkan virus dari tubuh anda sedini mungkin untuk men"egah perkembangan yang memburuk dan stadium akhir penyakit hati. Pengobatan pada penderita Hepatitis C memerlukan -aktu yang "ukup lama bahkan pada penderita tertentu hal ini tidak dapat menolong, untuk itu perlu penanganan pada stadium a-alnya. A63E,!,5!5!, De#inisiC Kolesistitis adalah radang kandung empedu yang merupakan reaksi in#lamasi akut dinding kandung empedu disertai keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan panas badan.Dikenal klasi#ikasi kolesistitis yaitu kolesistitis akut serta kronik. EpidemiologiC ,ejauh ini belum ada data epidemiologis penduduk,insidensi kolesistitis di 1egara kita relative lebih rendah di banding negara-negara barat. EtiologiC Faktor yang mempengaruhi timbulnya serangan kolesistitis adalah stasis "airan empedu, in#eksi kuman dan iskemia dinding kandung empedu.Adapun penyebab lainnya seperti kepekatan "airan empedu,kolesterol,lisolesitin dan progstaglandin yang merusak lapisan mukosa dinding kandung empedu diikuti oleh reaksi in#lamasi dan supurasi. PatogenesisC . @mumnya kolesistitis sangat berhubungan dengan kolelithiasis. Kolesistitis dapat terjadi sebagai akibat dari jejas kimia-i oleh sumbatan batu empedu yang menjadi predisposisi terjadinya in#eksi atau dapat pula terjadi karena adanya ketidakseimbangan komposisi empedu seperti tingginya kadar garam empedu atau asam empedu, sehingga menginduksi terjadinya peradangan akibat jejas kimia. 8ani#estasi AlinisC D Kolesistitis akutC Biasa terjadi pada -anita dengan kegemukan dan diatas EF tahun, namun tidak menutup kemungkinan semua golongan untuk terkena penyakit ini 1yeri, timbul larut malam atau pada dini hari, biasa pada abdomen kanan atas atau epigastrium dan teralihkan ke ba-ah angulus s"apula de+ter, bahu kanan atau yang ke sisi kiri, kadang meniru nyeri angina pe"toris. 1yeri dapat berlangsung 4F-/F menit tanpa peredaan, berbeda dengan spasme yang "uma berlangsung singkat pada kolik bilier. ,erangan dapat mun"ul setelah makan makanan besar atau makanan berlemak larut malam atau tindakan sederhana seperti palpasi abdomen atau menguap. Penderita berkeringat kadang dapat terbaring tidak bergerak dalam posisi melekuk. Fatulens dan mual biasa ditemukan, tetapi tak biasa muntah, ke"uali bila pada du"tus "holedo"us ada batu. ,elain itu, bentuk nyeri yang dapat mun"ul adalah nyeri distensi karena kontraksi vesi"a biliaris untuk atasi sumbatan duktus sistikus. 1yerinya terletak pro#unda, sentral dan tidak ada rigiditas otot. 1yeri peritoneum super#i"ialis terhadap rasa tekan pada kulit, ada rigiditas otot, hiperestesia. Fundus vesi"a biliaris dipersara#i oleh enam nervus inter"ostalis terakhir dan phreni"us, sehingga rangsangan pada bagian anterior menimbulkan nyeri pada kuadran kanan atas dan "abang kulit posterior menyebabkan nyeri in#ras"apula kanan yang khas. 1yeri yang dialihkan ke punggung dan kuadran kanan atas berasal dari nervus spinalis karena nervus ini meluas jarak singkat ke mesenterium dan ligamentum hepatogastri"um sekeliling dutus bili#er. ,ebagai tanda adanya in#lamasi biasanya ada demam dan peningkatan hitung sel darah putih. D Kolesistitis kronik 8ani#estasi klinisnya antara lain adanya serangan berulang namun tidak men"olok. 8ual, muntah dan tidak tahan makanan berlemak. Pemeriksaan #isis dan penunjangC D Pemeriksaan ultra sonogra#i&@,) Pemeriksaan ini sebaiknya dikerjakan se"ara rutin dan sangat berman#aat untuk memperlihatkan besar, bentuk, penebalan dinding kandung empedu, batu dan saluran empedu e+tra hepati".1ilai kepekaan dan ketepatan @, men"apai GF? - G>?. Penatalaksanaan 0.Aonservati# pada keadaan akutC a) bila penyakit berat, pasien perlu dira-at dan diberi "airan in#us b) istirahat baring ") puasa, pasang pipa nasogastrik d) analgesuk, antibiotik .. bila gagal dengan pengobatan konservati# atau terdapat toksemia yang progresi#, perlu dilakukan kolesistektomi. 'al ini perlu untuk men"egah komplikasi. ,ebaiknya kolesistektomi dikerjakan pula pada serangan yang berulang- ulang. A63E3!5!A,!, !nsiden kolelitiasis atau batu kandung empedu di Amerika ,erikat diperkirakan .F juta orang yaitu > juta pria dan 0> juta -anita. Pada pemeriksaan autopsy di Amerika, batu kandung empedu ditemukan pada .F ? -anita dan = ? pria. 0 !nsiden batu kandung empedu di !ndonesia belum diketahui dengan pasti, karena belum ada penelitian. Banyak penderita batu kandung empedu tanpa gejala dan ditemukan se"ara kebetulan pada -aktu dilakukan #oto polos abdomen, @,, atau saat operasi untuk tujuan yang lain. . Dengan perkembangan peralatan dan teknik diagnosis yang baru @, maka banyak penderita batu kandung empedu yang ditemukan se"ara dini sehingga dapat di"egah kemungkinan terjadinya komplikasi. ,emakin "anggihnya peralatan dan semakin kurang invasi#nya tindakan pengobatan sangat mengurangi morbiditas dan moralitas. 0 Batu kandung empedu biasanya baru menimbulkan gejala dan keluhan bila batu menyumbat duktus sistikus atau duktus koledokus. 6leh karena itu gambaran klinis penderita batu kandung empedu bervariasi dari yang berat atau jelas sampai yang ringan atau samar bahkan seringkali tanpa gejala &silent stone). 4
A. EP!DE8!636! 5iap tahun >FF.FFF kasus baru dari batu empedu ditemukan di Amerika ,erikat. Aasus tersebut sebagian besar didapatkan di atas usia pubertas, sedangkan pada anak-anak jarang. 6rang gemuk ternyata mempunyai resiko tiga kali lipat untuk menderita batu empedu. !nsiden pada laki-laki dan -anita pada batu pigmen tidak terlalu banyak berbeda. E Avni ,ali membuktikan bah-a diet tidak berpengaruh terhadap pembentukan batu, tetapi se"ara tidak langsung mempengaruhi jenis batu yang terbentuk. 'al ini disokong oleh peneliti dari Hepang yang menemukan bukti bah-a orang dengan diet berat biasanya menderita batu jenis kolesterol, sedangkan yang dietnya tetap biasanya menderita batu jenis pigmen. Faktor keluarga juga berperan dimana bila keluarga menderita batu empedu kemungkinan untuk menderita penyakit tersebut dua kali lipat dari orang normal. E A. A1A568! Aandung empedu & %esi"a #ellea) adalah kantong berbentuk buah pear yang terletak pada permukaan vis"eral hepar. %esi"a #ellea dibagi menjadi #undus, "orpus dan "ollum. Fundus berbentuk bulat dan biasanya menonjol diba-ah pinggir in#erior hepar, dimana #undus berhubungan dengan dinding anterior abdomen setinggi ujung ra-an "osta !I kanan. Corpus bersentuhan dengan permukaan vis"eral hati dan arahnya keatas, belakang dan kiri. Collum dilanjutkan sebagai duktus "ysti"us yang berjalan dalam omentum minus untuk bersatu dengan sisi kanan du"tus hepati"us "omunis membentuk duktus koledokus. Peritoneum mengelilingi #undus vesi"a #ellea dengan sempurna menghubungkan "orpus dan "ollum dengan permukaan vis"eral hati. > Pembuluh arteri kandung empedu adalah a. "ysti"a, "abang a. hepati"a kanan. %. "ysti"a mengalirkan darah lengsung kedalam vena porta. ,ejumlah arteri yang sangat ke"il dan vena J vena juga berjalan antara hati dan kandung empedu. > Pembuluh lim#e berjalan menuju ke nodi lymphati"i "ysti"ae yang terletak dekat "ollum vesi"a #ellea. Dari sini, pembuluh lim#e berjalan melalui nodi lymphati"i hepati"um sepanjang perjalanan a. hepati"a menuju ke nodi lymphati"i "oelia"us. ,ara# yang menuju kekandung empedu berasal dari ple+us "oelia"us. > A. PE16,61A1 AA1D@1 E8PED@ Empedu dialirkan sebagai akibat kontraksi dan pengosongan parsial kandung empedu. 8ekanisme ini dia-ali dengan masuknya makanan berlemak kedalam duodenum. 3emak menyebabkan pengeluaran hormon kolesistokinin dari mukosa duodenum, hormon kemudian masuk kedalam darah, menyebabkan kandung empedu berkontraksi. Pada saat yang sama, otot polos yang terletak pada ujung distal duktus "oledokus dan ampula relaksasi, sehingga memungkinkan masuknya empedu yang kental ke dalam duodenum. aram J garam empedu dalam "airan empedu penting untuk emulsi#ikasi lemak dalam usus halus dan membantu pen"ernaan dan absorbsi lemak. > Proses koordinasi kedua akti#itas ini disebabkan oleh dua hal yaitu C - 'ormonal C Kat lemak yang terdapat pada makanan setelah sampai duodenum akan merangsang mukosa sehingga hormon Chole"ystokinin akan terlepas. 'ormon ini yang paling besar peranannya dalam kontraksi kandung empedu. - 1eurogen C - ,timulasi vagal yang berhubungan dengan #ase Cephalik dari sekresi "airan lambung atau dengan re#leks intestino-intestinal akan menyebabkan kontraksi dari kandung empedu. - :angsangan langsung dari makanan yang masuk sampai ke duodenum dan mengenai ,phin"ter 6ddi. ,ehingga pada keadaan dimana kandung empedu lumpuh, "airan empedu akan tetap keluar -alaupun sedikit. Pengosongan empedu yang lambat akibat gangguan neurologis maupun hormonal memegang peran penting dalam perkembangan inti batu. 0 A. A68P6,!,! CA!:A1 E8PED@ Aomposisi Cairan Empedu E Aomponen Dari 'ati Dari Aandung Empedu Air GL,> gm ? G> gm ? aram Empedu 0,0 gm ? / gm ? Bilirubin F,FE gm ? F,4 gm ? Aolesterol F,0 gm ? F,4 J F,G gm ? Asam 3emak F,0. gm ? F,4 J 0,. gm ? 3e"ithin F,FE gm ? F,4 gm ? Elektrolit - -
0. aram Empedu Asam empedu berasal dari kolesterol. Asam empedu dari hati ada dua ma"am yaitu C Asam Deo+y"holat dan Asam Cholat. Fungsi garam empedu adalah C - 8enurunkan tegangan permukaan dari partikel lemak yang terdapat dalam makanan, sehingga partikel lemak yang besar dapat dipe"ah menjadi partikel-partikel ke"il untuk dapat di"erna lebih lanjut. - 8embantu absorbsi asam lemak, monogly"erid, kolesterol dan vitamin yang larut dalam lemak. E aram empedu yang masuk ke dalam lumen usus oleh kerja kuman- kuman usus dirubah menjadi deo+y"holat dan litho"holat. ,ebagian besar &GF ?) garam empedu dalam lumen usus akan diabsorbsi kembali oleh mukosa usus sedangkan sisanya akan dikeluarkan bersama #eses dalam bentuk litho"holat. Absorbsi garam empedu tersebut terjadi disegmen distal dari ilium. ,ehingga bila ada gangguan pada daerah tersebut misalnya oleh karena radang atau reseksi maka absorbsi garam empedu akan terganggu. E .. Bilirubin 'emoglobin yang terlepas dari eritrosit akan pe"ah menjadi heme dan globin. 'eme bersatu membentuk rantai dengan empat inti pyrole menjadi bilverdin yang segera berubah menjadi bilirubin bebas. Kat ini di dalam plasma terikat erat oleh albumin. ,ebagian bilirubin bebas diikat oleh 7at lain &konjugasi) yaitu =F ? oleh glukuronide. Bila terjadi peme"ahan sel darah merah berlebihan misalnya pada malaria maka bilirubin yang terbentuk sangat banyak. E A. PA56E1E,!, BE15@AA1 BA5@ E8PED@ Avni ,ali tahun 0G=E membagi batu empedu berdasarkan komponen yang terbesar yang terkandung di dalamnya. 'al ini sesuai dengan pembagian dari 5etsuo 8aki tahun 0GG> sebagai berikut C 0. Batu kolesterol dimana paling sedikit >F ? adalah kolesterol. !ni bisa berupa sebagai C - Batu Aolesterol 8urni - Batu Aombinasi - Batu Campuran &8i+ed ,tone) .. Batu bilirubin dimana garam bilirubin kadarnya paling banyak, kadar kolesterolnya paling banyak .> ?. Bisa berupa sebagai C - Batu Ca bilirubinat atau batu pigmen "alsium - Batu pigmen murni 4. Batu empedu lain yang jarang ,ebagian ahli lain membagi batu empedu menjadi C - Batu Aolesterol - Batu Campuran &8i+ed ,tone) - Batu Pigmen. 4 M Batu Aolesterol Pembentukan batu Aolesterol melalui tiga #ase C a. Fase ,upersaturasi Aolesterol, phospolipid &le"ithin) dan garam empedu adalah komponen yang tak larut dalam air. Aetiga 7at ini dalam perbandingan tertentu membentuk mi"elle yang mudah larut. Di dalam kandung empedu ketiganya dikonsentrasikan menjadi lima sampai tujuh kali lipat. Pelarutan kolesterol tergantung dari rasio kolesterol terhadap le"ithin dan garam empedu, dalam keadaan normal antara 0 C .F sampai 0 C 4F. Pada keadaan supersaturasi dimana kolesterol akan relati# tinggi rasio ini bisa men"apai 0 C 04. Pada rasio seperti ini kolesterol akan mengendap. E Aadar kolesterol akan relati# tinggi pada keadaan sebagai berikut C - Peradangan dinding kandung empedu, absorbsi air, garam empedu dan le"ithin jauh lebih banyak. - 6rang-orang gemuk dimana sekresi kolesterol lebih tinggi sehingga terjadi supersaturasi. - Diet tinggi kalori dan tinggi kolesterol &-estern diet) - Pemakaian obat anti kolesterol sehingga mobilitas kolesterol jaringan tinggi. - Pool asam empedu dan sekresi asam empedu turun misalnya pada gangguan ileum terminale akibat peradangan atau reseksi &gangguan sirkulasi enterohepatik). - Pemakaian tablet AB &estrogen) sekresi kolesterol meningkat dan kadar "henodeo+y"holat rendah, padahal "henodeo+y"holat e#eknya melarutkan batu kolesterol dan menurunkan saturasi kolesterol. Penelitian lain menyatakan bah-a tablet AB pengaruhnya hanya sampai tiga tahun. E b. Fase Pembentukan inti batu !nti batu yang terjadi pada #ase !! bisa homogen atau heterogen. !nti batu heterogen bisa berasal dari garam empedu, "al"ium bilirubinat atau sel-sel yang lepas pada peradangan. !nti batu yang homogen berasal dari kristal kolesterol sendiri yang menghadap karena perubahan rasio dengan asam empedu. 0 ". Fase Pertumbuhan batu menjadi besar. @ntuk menjadi batu, inti batu yang sudah terbentuk harus "ukup -aktu untuk bisa berkembang menjadi besar. Pada keadaan normal dimana kontraksi kandung empedu "ukup kuat dan sirkulasi empedu normal, inti batu yang sudah terbentuk akan dipompa keluar ke dalam usus halus. Bila konstruksi kandung empedu lemah, kristal kolesterol yang terjadi akibat supersaturasi akan melekat pada inti batu tersebut. 0 'al ini mudah terjadi pada penderita Diabetes 8ellitus, kehamilan, pada pemberian total parental nutrisi yang lama, setelah operasi trunkal vagotomi, karena pada keadaan tersebut kontraksi kandung empedu kurang baik. ,ekresi mu"us yang berlebihan dari mukosa kandung empedu akan mengikat kristal kolesterol dan sukar dipompa keluar. 0 M Batu bilirubin*Batu pigmen Batu bilirubin dibagi menjadi dua kelompok C a. Batu Cal"ium bilirubinat &batu in#eksi) b. Batu pigmen murni &batu non in#eksi) Pembentukan batu bilirubin terdiri dari . #ase C a. ,aturasi bilirubin Pada keadaan non in#eksi, saturasi bilirubin terjadi karena peme"ahan eritrosit yang berlebihan, misalnya pada malaria dan penyakit ,i"kle"ell. Pada keadaan in#eksi saturasi bilirubin terjadi karena konversi konjugasi bilirubin menjadi unkonjugasi yang sukar larut. Aonversi terjadi karena adanya en7im b glukuronidase yang dihasilkan oleh Es"heri"hia Coli. Pada keadaan normal "airan empedu mengandung glokaro 0,E lakton yang menghambat kerja glukuronidase. 0 b. Pembentukan inti batu Pembentukan inti batu selain oleh garam-garam "al"ium dan sel bisa juga oleh bakteri, bagian dari parasit dan telur "a"ing. 5atsuo 8aki melaporkan bah-a >> ? batu pigmen dengan inti telur atau bagian badan dari "a"ing as"aris lumbri"oides. ,edangkan 5ung dari %ietnam mendapatkan LF ? inti batu adalah dari "a"ing tambang. 0 B. 8A1!FE,5A,! A3!1!, Penderita batu kandung empedu baru memberi keluhan bila batu tersebut bermigrasi menyumbat duktus sistikus atau duktus koledokus, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari yang tanpa gejala &asimptomatik), ringan sampai berat karena adanya komplikasi. 4 Dijumpai nyeri di daerah hipokondrium kanan, yang kadang-kadang disertai kolik bilier yang timbul menetap*konstan. :asa nyeri kadang- kadang dijalarkan sampai di daerah subkapula disertai nausea, vomitus dan dyspepsia, #latulen dan lain-lain. Pada pemeriksaan #isik didapatkan nyeri tekan hipokondrium kanan, dapat teraba pembesaran kandung empedu dan tanda 8urphy positi#. Dapat juga timbul ikterus. !kterus dijumpai pada .F ? kasus, umumnya derajat ringan &bilirubin N E,F mg*dl). Apabila kadar bilirubin tinggi, perlu dipikirkan adanya batu di saluran empedu ekstra hepati". 0 Aolik bilier merupakan keluhan utama pada sebagian besar pasien. 1yeri viseral ini berasal dari spasmetonik akibat obstruksi transient duktus sistikus oleh batu. Dengan istilah kolik bilier tersirat pengertian bah-a mukosa kandung empedu tidak memperlihatkan in#lamasi akut. Aolik bilier biasanya timbul malam hari atau dini hari, berlangsung lama antara 4F J /F menit, menetap, dan nyeri terutama timbul di daerah epigastrium. 1yeri dapat menjalar ke abdomen kanan, ke pundak, punggung, jarang ke abdomen kiri dan dapat menyerupai angina pektoris. Aolik bilier harus dibedakan dengan gejala dispepsia yang merupakan gejala umum pada banyak pasien dengan atau tanpa kolelitiasis. Diagnosis dan pengelolaan yang baik dan tepat dapat men"egah terjadinya komplikasi yang berat. Aomplikasi dari batu kandung empedu antara lain kolesistitis akut, kolesistitis kronis, koledokolitiasis, pankreatitis, kolangitis, sirosis bilier sekunder, ileus batu empedu, abses hepatik dan peritonitis karena per#orasi kandung empedu. Aomplikasi tersebut akan mempersulit penanganannya dan dapat berakibat #atal. 0 ,ebagian besar &GF J G> ?) kasus kolesititis akut disertai kolelitiasis dan keadaan ini timbul akibat obstruksi duktus sistikus yang menyebabkan peradangan organ tersebut. L Pasien dengan kolesistitis kronik biasanya mempunyai kolelitiasis dan telah sering mengalami serangan kolik bilier atau kolesistitis akut. Aeadaan ini menyebabkan penebalan dan #ibrosis kandung empedu dan pada 0> ? pasien disertai penyakit lain seperti koledo kolitiasis, panleneatitis dan kolongitis. L Batu kandung empedu dapat migrasi masuk ke duktus koledokus melalui duktus sistikus &koledokolitiasis sekunder) atau batu empedu dapat juga terbentuk di dalam saluran empedu &koledokolitiasis primer). Perjalanan penyakit koledokolitiasis sangat bervariasi dan sulit diramalkan yaitu mulai dari tanpa gejala sampai dengan timbulnya ikterus obstrukti# yang nyata. = Batu saluran empedu &B,E) ke"il dapat masuk ke duodenum spontan tanpa menimbulkan gejala atau menyebabkan obstruksi temporer di ampula vateri sehingga timbul pankreatitis akut dan lalu masuk ke duodenum &gallstone pan"reatitis). B,E yang tidak keluar spontan akan tetap berada dalam saluran empedu dan dapat membesar. ambaran klinis koledokolitiasis didominasi penyulitnya seperti ikterus obstrukti#, kolangitis dan pankreatitis. = A. D!A16,!, Diagnosis pasti dilakukan dengan pemeriksaan radiologi 0. Pemeriksaan 3aboratorium 5idak ada pemeriksaan yang spesi#ik untuk batu kandung empedu, ke"uali bila terjadi komplikasi kolesistitis akut bisa didapatkan leukositosis, kenaikan kadar bilirubin darah dan #os#atase alkali. .. Foto Polos Abdomen Aurang lebih 0F ? dari batu kandung empedu bersi#at radio opak sehingga terlihat pada #oto polos abdomen. 4. Aolesistogra#i Foto dengan pemberian kontras baik oral maupun intravena diharapkan batu yang tembus sinar akan terlihat. Hika kandung empedu tidak tervisualisasikan sebaiknya dilakukan pemeriksaan ulang dengan dosis ganda 7at kontras. oldberg dan ka-an-ka-an menyatakan bah-a reliabilitas pemeriksaan kolesistogra#i oral dalam mengindenti#ikasikan batu kandung empedu kurang lebih L> ?. Bila kadar bilirubin serum lebih dari 4 mg? kolesistogra#i tidak dikerjakan karena 7at kontras tidak diekskresi ke saluran empedu. 0. @ltra ,onogra#i Penggunaan @, dalam mendeteksi batu di saluran empedu sensitivitasnya sampai G= ? dan spesi#itas GL,L ?. Aeuntungan lain dari pemeriksaan "ara ini adalah mudah dikerjakan, aman karena tidak in#asi# dan tidak perlu persiapan khusus. Ditambah pula bah-a @, dapat dilakukan pada penderita yang sakit berat, alergi kontras, -anita hamil dan tidak tergantung pada keadaan #aal hati. Ditinjau dari berbagai segi keuntungannya, @gandi menganjurkan agar pemeriksaan @, dipakai sebagai langkah pemeriksaan a-al. Dengan pemeriksaan ini bisa ditentukan lokasi dari batu tersebut, ada tidaknya radang akut, besar batu, jumlah batu, ukuran kandung empedu, tebal dinding, ukuran CBD &Common Bile Du"t) dan jika ada batu intraduktal. 0. 5omogra#i Aomputer Aeunggulan 5omogra#i Aomputer adalah dengan memperoleh potongan obyek gambar suara se"ara menyeluruh tanpa tumpang tindih dengan organ lain. Aarena mahalnya biaya pemeriksaan, maka alat ini bukan merupakan pilihan utama. A. PE1E363AA1 KOLELITIASIS A. 5!1DAAA1 6PE:A5!F 0. Aolesistektomi 5erapi terbanyak pada penderita batu kandung empedu adalah dengan operasi. Aolesistektomi dengan atau tanpa eksplorasi duktus komunis tetap merupakan tindakan pengobatan untuk penderita dengan batu empedu simptomatik. Pembedahan untuk batu empedu tanpa gejala masih diperdebatkan, banyak ahli menganjurkan terapi konservati#. ,ebagian ahli lainnya berpendapat lain mengingat Osilent stoneP akhirnya akan menimbulkan gejala-gejala bahkan komplikasi, maka mereka sepakat bah-a pembedahan adalah pengobatan yang paling tepat yaitu kolesistektomi e#ekti# dan berlaku pada setiap kasus batu kandung empedu kalau keadaan umum penderita baik. !ndikasi kolesistektomi sebagai berikut C - Adanya keluhan bilier apabila mengganggu atau semakin sering atau berat. - Adanya komplikasi atau pernah ada komplikasi batu kandung empedu. - Adanya penyakit lain yang mempermudah timbulnya komplikasi misalnya Diabetes 8ellitus, kandung empedu yang tidak tampak pada #oto kontras dan sebagainya. 0. Aolesistostomi Beberapa ahli bedah menganjurkan kolesistostomi dan dekompresi "abang-"abang saluran empedu sebagai tindakan a-al pilihan pada penderita kolesistitis dengan resiko tinggi yang mungkin tidak dapat diatasi kolesistektomi dini. !ndikasi dari kolesistostomi adalah o Aeadaan umum sangat buruk misalnya karena sepsis, dan o Penderita yang berumur lanjut, karena ada penyakit lain yang berat yang menyertai, kesulitan teknik operasi dan o 5ersangka adanya pankreatitis. Aerugian dari kolesistostomi mungkin terselipnya batu sehingga sukar dikeluarkan dan kemungkinan besar terjadinya batu lagi kalau tidak diikuti dengan kolesistektomi. A. 5!1DAAA1 161 6PE:A5!F 0. 5erapi Disolusi Penggunaan garam empedu yaitu asam Chenodeodeo+y"holat &CDCA) yang mampu melarutkan batu kolesterol invitro, se"ara invivo telah dimulai sejak 0GL4 di klinik 8ayo, Amerika ,erikat juga dapat berhasil, hanya tidak dijelaskan terjadinya kekambuhan. 0 Pengobatan dengan asam empedu ini dengan sukses melarutkan sempurna batu pada sekitar /F ? penderita yang diobati dengan CDCA oral dalam dosis 0F J 0> mg*kg berat badan per hari selama / sampai .E bulan. Penghentian pengobatan CDCA setelah batu larut sering timbul rekurensi kolelitiasis. Pemberian CDCA dibutuhkan syarat tertentu yaitu C - Qanita hamil - Penyakit hati yang kronis - Aolik empedu berat atau berulang-ulang - Aandung empedu yang tidak ber#ungsi. 0 E#ek samping pengobatan CDCA yang terlalu lama menimbulkan kerusakan jaringan hati, terjadi peningkatan transaminase serum, nausea dan diare. Asam @rsodio+y"holat &@DCA) merupakan alternati# lain yang dapat diterima dan tidak mengakibatkan diare atau gangguan #ungsi hati namun harganya lebih mahal. Pada saat ini pemakaiannya adalah kombinasi antara CDCA dan @DCA, masing-masing dengan dosis L,> mg*kg berat badan*hari. Dianjurkan dosis terbesar pada sore hari karena kejenuhan "airan empedu akan kolesterol men"apai pun"aknya pada malam hari. 0 8ekanisme kerja dari CDCA adalah menghambat kerja dari en7im '8 Ao-a reduktase sehingga mengurangi sintesis dan ekskresi kolesterol ke dalam empedu. Aekurangan lain dari terapi disolusi ini selain harganya mahal juga memerlukan -aktu yang lama serta tidak selalu berhasil. 0 .. E+tra"orporeal ,ho"k Qave 3ithotripsi &E,Q3) E,Q3 merupakan litotripsi untuk batu empedu dimana dasar terapinya adalah disintegrasi batu dengan gelombang kejut sehingga menjadi partikel yang lebih ke"il. Peme"ahan batu menjadi partikel ke"il bertujuan agar kelarutannya dalam asam empedu menjadi meningkat serta pengeluarannya melalui duktus sistikus dengan kontraksi kandung empedu juga menjadi lebih mudah. 0 ,etelah terapi E,Q3 kemudian dilanjutkan dengan terapi disolusi untuk membantu melarutkan batu kolesterol. Aombinasi dari terapi ini agar berhasil baik harus memenuhi beberapa kriteria mengingat #aktor e#ekti#itas dan keamanannya. 0. Ariteria 8uni"h C - 5erdapat ri-ayat akibat batu tersebut &simptomatik). - Penderita tidak sedang hamil. - Batu radiolusen - 5idak ada obstruksi dari saluran empedu - 5idak terdapat jaringan paru pada jalur transmisi gelombang kejut ke arah batu. .. Ariteria Dublin C - :i-ayat keluhan batu empedu - Batu radiolusen - Batu radioopak dengan diameter kurang dari 4 "m untuk batu tunggal atau bila multiple diameter total kurang dari 4 "m dengan jumlah maksimal 4. - Fungsi konsentrasi dan kontraksi kandung empedu baik. 0 5erapi E,Q3 sangatlah menguntungkan bila dipandang dari sudut penderita karena dapat dilakukan se"ara ra-at jalan, sehingga tidak mengganggu akti#itas penderita. Demikian juga halnya dengan pembiusan dan tindakan pembedahan yang umumnya ditakutkan penderita dapat dihindarkan. 1amun tidak semua penderita dapat dilakukan terapi ini karena hanya dilakukan pada kasus selekti#. Di samping itu penderita harus menjalankan diet ketat, -aktu pengobatan lama dan memerlukan biaya yang tidak sedikit, serta dapat timbul rekurensi setelah pengobatan dihentikan. Faal hati yang baik juga merupakan salah satu syarat bentuk terapi gabungan ini , karena gangguan #aal hati akan diperberat dengan pemberian asam empedu dalam jangka panjang. E,Q3 dapat dikatakan sangat aman serta selekti# dan tidak in#asi# namun dalam kenyataannya masih terdapat beberapa komplikasi yang dapat terjadi misalnya rasa sakit di hipokondrium kanan, kolik bilier, pankreatitis, ikterus, pendarahan subkapsuler hati, penebalan dinding dan atropi kandung empedu. E B. D!E5E5!A Prinsip pera-atan dieteti" pada penderita batu kandung empedu adalah memberi istirahat pada kandung empedu dan mengurangi rasa sakit, juga untuk memperke"il kemungkinan batu memasuki duktus sistikus. Di samping itu untuk memberi makanan se"ukupnya untuk memelihara berat badan dan keseimbangan "airan tubuh. 0 Pembatasan kalori juga perlu dilakukan karena pada umumnya batu kandung empedu tergolong juga ke dalam penderita obesitas. Bahan makanan yang dapat menyebabkan gangguan pen"ernaan makanan juga harus dihindarkan. 4 Aadang-kadang penderita batu kandung empedu sering menderita konstipasi, maka diet dengan menggunakan buah-buahan dan sayuran yang tidak mengeluarkan gas akan sangat membantu. ,yarat-syarat diet pada penyakit kandung empedu yaitu C -:endah lemak dan lemak diberikan dalam bentuk yang mudah di"erna. -Cukup kalori, protein dan hidrat arang. Bila terlalu gemuk jumlah kalori dikurangi. -Cukup mineral dan vitamin, terutama vitamin yang larut dalam lemak. -5inggi "airan untuk men"egah dehidrasi. 5@16: AA1D@1 E8PED@ Tumor kandung empedu adalah kejadian yang tidak bahaya tetapi merupakan masalah yang serius. ,pektrum dari lesi berkisar rata-rata dari tumor jinak, seperti adenoma, ke lesi ganas seperti adenokarsinoma. Beberapa pasien dengan jaundis dikarenakan oleh tumor pada "abang kandung empedu. Biasanya tumor terlihat ke"il dan sulit untuk divisualisasikan dengan menggunakan studi pen"itraan, seperti ultrasonogra#i dan tomogra#i, tetapi teknik ini bisa mememukan adanya obstruksi dan membantu mendeteksi penyebaran penyakitnya. Aolangiogra#i mele-ati transhepatik atau pendekatan endoskopi bias digunakan untuk mendeteksi anatomi kandung empedu dan melihat lesinya. Penanggulangan dari beberapa kasus tumor kandung empedu meliputi pen"egahan obstruksi kandung empedu dengan komplikasinya, penyebaran lo"al, dan kematian dalam /-0. bulan. Pera-atan tergantung dari lokasi dan penyebaran dari lesi, dan teknik pembedahan memperbaiki peluang hidup dan prognosis. Tumor dari kandung empedu telah ditemukan beberapa abad yang lalu. 8usser yang pertama kali melaporkan adanya 0= kanker kandung empedu ekstrahepatika. Pada tehun 0G4> J 0G>E, ,ako dan teman-temannya menemukan >LF kasus kanker kandung empedu ekstrahepatika.di lain pihak, Altmeir juga menjelaskan adanya keganasan kandung empedu intrahepatik Tumor dari kandung empedu adalah jarang terjadi baik itu yang jinak ataupun yang ganas. :ata-rata . ? dari seluruh kanker ditemukan pada autopsi. Adenoma jinak atau papiloma se"ara nyata jarang terjadi dibandingkan dengan tumor ganas. Aolangiokarsinoma adalah tumor primer yang paling penting dari kandung empedu dan dapat melibatkan diantara intrahepatik atau ekstrahepatik kandung empedu. Pasien dengan intrahepatik kolangiokarsinoma &karsinoma kolangiokarsinoma) mempunyai prognosis yang jelek, dan metastasis tumor yang dini. Angka kejadian kanker kandung empedu di amerika serikat kira-kira 0 kasus dari 0FF.FFF orang dalam penelitian otopsi, variasi angka kejadiannya F,F0-F,E/ ?. Aanker kandung empedu lebih biasa terjadi di !srael, Hepang dan !ndia amerika. Di !ndonesia, penyakit tumor empedu masih kurang mendapat perhatian dibandingkan penyakit hati lainnya seperti hepatitis virus kronik, sirosis hati dan karsinoma hepatoseluler. Padahal gejala dan komplikasi penyakit tumor empedu juga mempunyai dampak terhadap biaya kesehatan. Dibandingkan dengan kondisi di Amerika, biaya pengobatan komplikasi penyakit tumor empedu sudah termasuk kelainan saluran "erna termahal dan melebihi kombinasi biaya penyakit hati menahun dan sirosis hati, hepatitis kronik C dan kelainan pankreas. ,ementara itu dengan kemajuan di bidang pen"itraan dan endoskopi telah terjadi perubahan yang bermakna dalam pendekatan diagnosis dan terapi dari penyakit tumor empedu. Ae-aspadaan terhadap penyakit tumor empedu masih perlu ditingkatkan sebab tidak jarang gejalanya mirip sakit lambung &maag) dan sakit kuning &hepatitis) &,inar harapan, .FF.). Aandung empedu merupakan kantong otot ke"il yang ber#ungsi untuk menyimpan empedu &"airan pen"ernaan ber-arna kuning kehijauan yang dihasilkan oleh hati). Empedu mengalir dari hati melalui duktus hepatikus kiri dan kanan, lalu keduanya bergabung membentuk duktus hepatikus utama. Duktus hepatikus utama bergabung dengan saluran yang berasal dari kandung empedu &duktus sistikus) membentuk saluran empedu utama. ,aluran empedu utama masuk ke usus bagian atas pada s#ingter oddi, yang terletak beberapa sentimeter diba-ah lambung. ,ekitar separuh empedu dikeluarkan diantara jam-jam makan dan dialirkan melalui duktus sistikus ke dalam kandung empedu. sisanya langsung mengalir ke dalam saluran empedu utama, menuju ke usus halus. Hika kita makan, kandung empedu akan berkontraksi dan mengosongkan empedu ke dalam usus untuk membantu pen"ernaan lemak dan vitamin-vitamin tertentu. Empedu terdiri dariC garam-garam empedu, elektrolit pigmen empedu &misalnya bilirubin), kolesterol, lemak. Fungsi empedu adalah untuk membuang limbah tubuh tertentu &terutama pigmen hasil peme"ahan sel darah merah dan kelebihan kolesterol) serta membantu pen"ernaan dan penyerapan lemak. aram empedu menyebabkan meningkatnya kelarutan kolesterol, lemak dan vitamin yang larut dalam lemak, sehingga membantu penyerapannya dari usus. 'emoglobin yang berasal dari penghan"uran sel darah merah dirubah menjadi bilirubin &pigmen utama dalam empedu) dan dibuang ke dalam empedu. Berbagai protein yang memegang peranan penting dalam #ungsi empedu juga disekresi dalam empedu. Tumor kandung empedu bisa menyumbat aliran empedu dari kandung empedu, dan menyebabkan nyeri &kolik bilier) atau peradangan kandung empedu &kolesistitis) &8edi"astore, .FF4).
II. 1. Embriologi Kandung Empedu Cikal bakal salura empedu dan hati berupa penonjolan sebesar tiga millimeter yang timbul di daerah ventral usus depan. Bagian "ranial tumbuh menjadi hati, bagian kaudal tumbuh menjadi pan"reas, sedangkan bagian sisanya menjadi kandung empedu. Dari tonjolan berongga yang bagian padatnya kelak jadi sel hati, tumbuh saluran empedu yang ber"abang-"abang seperti pohon di antara sel hati tersebut. II. . Anatomi Kandung Empedu Aandung empedu berbentuk bulat lonjong seperti buah advokat dengan panjang sekitar E-/ "m dan berisi 4F-/F ml empedu. Bagian #undus umumnya menonjol sedikit ke luar tepi hati, di ba-ah lengkung iga kanan, di tepi lateral mus"ulus rektus abdominalis. ,ebagian besar korpus menempel dan tertamam di bagian dalam jaringan hati. Aandung empedu tertutu seluruhnya oleh lipatan peritoneum vis"eral. !n#undibulum kandung empedu longgar, karena tidak ter#iksasi ke permukaan hati oleh lapisan peritoneum. Apabila kandung empedu mengalami distensi akibat bendungan oleh batu, maka bagian in#undibulum menonjol seperti kantong dan disebut kantong 'artmann. Duktus sistikus panjangnya 0-. "m dengan diameter .-4 mm. dinding lumennya mengandung katup berbentuk spiral disebut katup spiral 'eister, yang memudahkan "airan empedu mengalir masuk ke dalam kandung empedu tetapi menahan aliran keluarnya. ,aluran empedu ekstra hepati" terletak di dalam ligamentum hepatoduodenale dengan batas atas porta hepati" sedangkan batas ba-ahnya distal papilla %ater. Bagian hulu saluran empedu intrahepatik bermuara ke saluran yang paling ke"il yang disebut kanalikulus empedu yang yang meneruskan "urahan sekresi empedu melalui duktus interlobaris ke duktus lobaris, dan selanjutnya ke duktus hepatikus di hilus. Panjang duktus hepatikus kanan dan kiri masing-masing antara 0-E "m. panjang duktus hepatikus komunis sangat bervariasi bergantung pada letak muara duktus sistikus. Duktus koledokus berjalan di belakang duodenum menembus jaringan pan"reas dan dinding duodenum membentuk papilla %ater yang terletak di sebelah medial dinding duodenum. @jung distalnya dikelilingi oleh otot s#ingter 6ddi &m. s#ingter ampula hepatikopankreatika), yang mengatur aliran empedu ke dalam duodenum. Duktus pankreatikus umumnya bermuara ditempat yang sama dengan duktus koledokus di dalam ampula %ater, tetapi dapat pula terpisah. %ariasi anatomi kandung empedu, saluran empedu dan pembuluh arteri yang memperdarahi kandung empedu dan hati sering ditemukan. %ariasiseperti ini, yang kadang ditemukan dalam bentuk luas, perlu diperhatikan oleh ahli bedah untuk menghindari komplikasi pembedahan seperti perdarahan atau "edera pada duktus hepatikus atau duktus koledokus. Anatomi saluran empeduC A. ,aluran empedu dan hubungannya dengan saluran "erna. 0. hati, .. "abang duktus hepatikus, 4. kandung empedu, E. duktus sistikus, >. duktus koledokus, /. lambung, L. pylorus, =. duodenum, G. pan"reas, 0F. duktus pan"reas, 00. papilla %ater. B. ,aluran empedu, ligament hepatoduodenale dan struktur peritoneal. 0-00 sama dengan gambar A, 0.. v. kava in#erior, 04. v. lienalis, 0E. v. mesenterika superior, 0>. v. porta, 0/. aorta, 0L. trunkus seliakus dengan "abang a. lienalis , a. gastroduodenalis dan a. hepati"a, 0=. a. hepati"a naik ke porta hati melalui ligamentum hepatoduodenale bersama duktus koledokus dan v. porta. II. !. "isiologi Kandung Empedu Empedu diproduksi oleh sel hepatosit sebanyak >FF-0>FF ml perhari. Di luar -aktu makan, empedu disimpan sementara di dalam kandung empedu dan di sini mengalami pemekatan sekitar >F persen. Pengaliran "airan kantung empedu diatur oleh tiga #a"tor, yaitu sekresi empedu oleh hati, kontraksi kandung empedu dan tahanan s#ingter koledokus. Dalam keadaan puasa empedu yang diprodukasi akan dialih- alirkan ke dalam kandung empedu. ,etelah makan, kandung empedu berkontraksi, s#ingter relaksasi dan empedu mengalir ke arah duodenum. Aliran tersebut se-aktu--aktu seperti disemprotkan karena se"ara intermiten tekanan saluran empedu akan lebih tinggi dari pada tahanan s#ingter. 'ormon sel AP@D &Amin Pre"ursor @ptake and De"arbo+ylation Cells) kolesistokinin &CCA) dari selaput lender usus halus yang disekresi karena rangsang makanan berlemak atau produk lipolitik di dalam lumen usus, merangsang nervus vagus, sehingga terjadi kontraksi kadung empedu. Demikian CCA berperan besar terhadap terjadinya kontraksi kandung empedu setelah makan. II. #. $iokimia Kandung Empedu aram empedu, lesitin, dan kolesterol merupakan komponen terbesar &GF ?) "airan empedu. ,isanya adalah bilirubin, asam lemak dan garam anorganik. aram empedu adalah molekul steroid yang dibuat oleh hepatosit dan berasal dari kolesterol. Pengaturan produksinya dipengaruhi mekanisme umpan balik yang dapat ditingkatkan sampai .F kali produksi normal kalau diperlukan. ,intesis asam empedu berkurang yang berpengaruh se"ara signi#ikan terhadap pengurangan hidroksilasi kolesterol & kolesterol-L-hidro+ilase ). Perubahan ini menyebabkan peningkatan insiden kolelitiasis * batu empedu pada lansia. ,elain itu berkurangnya ekstraksi 3D3 kolesterol dari darah didalam hepar dan peningkatan serum kolesterol total dapat men"etuskan Coronary Arterial Disease pada lansia. Aeduanya merangsang peningkatan konsentrasi kolesistokinin & suatu hormon peptida yang dikeluarkan mukosa duodenum yang merangsang kontraksi kandung empedu dan merelaksasi s#ingter bilier ) pada -aktu puasa, dengan insiden lebih tinggi pada lansia. 8eski begitu, pengosongan kandung empedu pada -aktu puasa dan tidak puasa tidak berubah sejalan dengan pertambahan usia, yang menurunkan sensitivitas kolesistokinin. II. %. Tumor ganas kandung empedu Aarsinoma kandung empedu jarang ditemukan dan biasanya didapat pada usia lanjut. Aebanyakan berhubungan dengan batu kandung empedu. :esiko keganasan sesuai dengan lamanya menderita batu kandung empedu. Tumor ganas primer kandung empedu adalah jenis adenokarsinima dengan penyabaran invasive langsung ke dalam hati dan porta hati. 8etastasis terjadi ke kelenjar getah bening regional, hati, dan paru. Aadang karsinoma ditemukan se"ara tidak sengaja se-aktu melakukan kolesistektomi untuk kolelitiasis, dan sering telah terjadi penyebaran. Stage tumor& ,tage dibentuk dengan tumor &primer), nodul &lim#e regional), metastasis &perpindahan). M 50 J Tumor pada mukosa M 5. J Tumor menginvasi pada jaringan periduktus M 54 - 5umour menginvasi struktur yang lebih luas. M 1F J 5idak melibatkan kelenjar lim#e regional. M 10 J 8elibatkan kelenjar lim#e regional M 8F J 5idak ada metastasis jauh. M 80 J adanya metastasis jauh. Stage& M ,tage ! - 50, 1F, 86 M ,tage !! - 5., 1F, 8F M ,tage !!! - 50-., 10, 8F M ,tage !%A - 54, 1F-0, 8F M ,tage !%B - 50-4, 1F-0, 80 II. '. Etiologi a. :i-ayat penyakit keluarga dengan #ibrosis kongenitalC - hepati" #ibrosis kongenital - kista koledokus - polikistik liver b. ParasitC - Clonor"his sinensis - 6pisthor"his viverrini yang ditemukan di thailan, laos dan 8alaysia barat. ". Batu empedu dan hepatolitiasis, resiko e+strahepatik kanker kandung empedu diturunkan hingga 0F tahun atau lebih setelah kolesistektomi. d. ,klerosis kolangitis primer. e. Aolitis ulserative. #. Kat-7at bera"unC - 5horium dio+ide &thorotrast) - :adionu"lides - Car"inogens &eg, arseni", dio+in, nitrosamines, poly"hlorinated biphenyls) g. 6bat-obatanC - Aontrasepsi oral. - 8etildopa - !sonia7id h. 5ipoid kronik yang karier mempunyai angka kejadian yang lebih besar dari kanker hepatobilier, yang meliputi kolangiokarsinoma. i. ,irosis kandung empedu. II. (. Insidensi :ata-rata, pasien dengan umur /F-/> tahun. Penyakit ini khas pada -anita usia lanjut, dengan #rekuensi F,.-> ?. 5erdapat hubungan erat dengan batu empedu. 8ani#estasi utama biasanya berupa ikterus obstrukti#, nyeri kuadran perut kanan atas, dan penurunan berat badan. Pada pemeriksaan #isik biasanya teraba massa keras di hipokondrium kanan. II.). *ato+isiologi Tumor kandung empedu disebabkan oleh karena sumbatan dari kandung empedu dengan stasis bilier dan menyebabkan penurunan #ungsi hati. ,umbatan pada bilier menyebabkan dis#ungsi hepatoseluler, malnutrisi yang progresi#, koagulopathi, pruritus, dis#ungsi ginjal dan kolangitis. !n#lamasi yang sangat lama dengan perkembangan dari peradangan yang kronis adalah poss akhir dari proses pembentukan tumor pada kandung empedu. 6rganisme parasit yang mema"u perubahan D1A dan mutasi mema"u produksi karsinogen dan radikal bebas dan stimulasi dari proli#erasi sel pada epitel kandung empedu, yang menyebabkan kanker. Bakteri dapat mema"u adanya 7at endogen, derivate karsinogen garam empedu, seperti litho"holate, juga merupakan implkasi dari patogenesis. 'al ini didukung oleh penelitian epidemiologi pada penderita typoid. ,el kolangiokarsinoma terdiri dari reseptor somatostatin :1A, dan garis sel memiliki reseptor yang spesi#ik. Pertumbuhan sel dihambat oleh analog somatostatin. II. ,. -ani+estasi Klinik Aeluhan utama biasanya ditentukan oleh kolesistolitiasis. ,ering ditemukan nyeri menetap di perut kuadran kanan atas, mirip kolik bilier. Apabila terjadi obstruksi duktus sistikus akan timbul kolesistitis akut. ejala lain yang dapat terjadi adalah ikterus obstruksi dan kolangitis akibat invasi tumor ke duktus koledokus. M ,atu diantara tiga pasien dengan nyeri epigastrik yang sedang. M Diare, anoreksi dan penurunan brat badan adalah gejala tambahan. II. 1.. /iagnosis Diagnosis jaringan dapat didapat dengan biopsy aspirasi per"utan, atau pemeriksaan sitologi. Qalaupun, teknik ini menunjukkan diagnosis yang de#initive hanya 4F->F persen pada pasien. Pada pemeriksaan #isik, dapat diraba massa di daerah kandung empedu. 8assa ini tidak akan disangka tumor apabila disertai kolesistitis akut. Apabila gejala klinisnya hanya kolangitis, dan kandung empedu teraba membesar, harus di"urigai kemungkinan keganasan kandung empedu, sebab keadaan ini tidak biasa ditemukan pada koledokolitiasis. Pemeriksaan ultrasonogra#i dan payaran-C5 dapat menemukan tumor dan batu. Bila tumor masih ke"il, yang terlihat hanya batu empedu saja. Diagnosis prabedah yang tepat hanya 0F persen. Diagnosis banding adalah kolesistolitiasis kronik terutama bila ada dinding yang #ibrotik. Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan @, dan E:CP. Pengobatan dengan operasi, tetapi sayang prognosisnya buruk, => ? meninggal 0 tahun setelah mani#estasi penyakit timbul. ,eringkali hanya tindakan paliati# yang bisa dikerjakan, berupa insersi protesis untuk mengurangi ikterus, karena tumor biasanya inoperabel. II. 11. *emeriksaan *enunjang II. 11. a. *emeriksaan Laboratorium& M 5es #ungsi hati o 'asil pada #ungsi tes hati menunjukkan adanya kolestasis pada pasien dengan tumor kandung empedu. 1aik turunnya kadar serum menunjukkan adanya obstruksi yang tidak lengkap atau hanya melibatkan satu duktus hepatikus. o Pada obstruksi yang tidak lengkap, bilirubin serum naik. Alkalin #os#atase serum dan gamma glutamine trans#erase juga mengalami kenaikan karena adanya kandung empedu yang mengalami peradangan. o Asparat aminotrans#erase serum dan alanin aminotrans#erase, yang menunjukkan adanya kerusakan sel hepar, biasanya meningkat sedang. M ambaran darah se"ara menyeluruh menunjukkan adanyaC o Pasien biasanya anemia. o Humlah leukosit mungkin normal-tinggi. Al#a-#etoprotein biasanya normal dan tidak mengalami kenaikan. 8itokondria antibody serum tes juga menunjukkan hasil yang negative. Feses terlihat pu"at dengan disertai darah. II. 11. b. *emeriksaan 0adiologis& @ltrasound pada hati adalah pemeriksaan pilihan pada pasien dengan jaundis obstruksi dan biasanya menunjukkan dilatasi duktus biliaris intrahepatik. o 8assa tumor dapat diobservasi pada EF ? kasus sebagai lesi hiperekoik. o Aetiadaan dilatasi pada duktus biliaris menunjukkan diagnosis yang lain seperti obat yang dikaitkan dengan jaundis dan sirosis biliaris primer. C5 s"an pada abdomen menunjukkan adanya dilatasi bilier intrahepatik dan atropi lobus, tetapi massa tumor biasanya sulit untuk ditunjukkan. Aalsi#ikasi biasanya ditemukan. C5 s"an sangat berguna untuk mendiagnosis tingkat obstruksi pada hamper seluruh pasien, dan diagnosis spesi#ik dimungkinkan pada L= ? pasien. ,piral C5 s"an juga merupakan "ara analisis yang akurat yang menunjukkan vaskuler dan anatomi kandung empedu pada hilus. Digital subtra"tion angiography &D,A) berguna sebelum diadakan tindakan operasi yang menunjukkan adanya anatomi pada arteri hepati"a dan vena porta. Aolangiogra#i di indikasikan pada pasien dengan kolestatik dengan kandung empedu yang tidak mengalami dilatasi, ketika diagnosis masih dalam keragu-raguan. Pemilihan pemeriksaan dengan kolangiogra#i tergantung pada tetak dari tumor. M Endos"opi" retrograde "holangio pan"reatography &E:CP) yang memiliki sensitivitas lebih tinggi. 5eknik ini memiliki sensitivitas GF persen dalam mendeteksi batu di saluran empedu. ,e"ara radiologi, kolangiokarsinoma menunjukkan 4 halC o 8assa intra hepati" pada .F-4F ? kasus. Aalsi#ikasi mungkin ada. @ltrasound menunjukkan hipoekoik, hiperekoik, atau gabungan dari masa yang ekogen. o Alatskin tumor adalah yang biasanya dijumpai. II. 11. 1. *emeriksaan Histologi Pada kasus tumor kandung empedu, G> ? adalah adenokarsinoma, tumor dapat berupa noduler, papiler atau dapat menunjukkan adanya striktur. Diagnosis dari kanker kandung empedu ditegakkan dengan penemuan yang positive pada . dari 4 indikator, reaksi pasiti# CEA, ukuran inti yang bervariasi, dan pembentukan dari lumen intra sitoplasmik yang distensi. !nvasi neurologis pada penemuan histologi menunjukkan adanya kanker pada kandung empedu. II.1. Terapi 5erapi medik diindikasikan pada pasien dengan pasien dengan kondisi umum yang tidak baik untuk prosedur operasi dan pasien dengan tumor yang tidak bisa diangkat. 5eknik endoskopi pada sumbatan meliputi spingterektomi, dilatasi balon pada striktur. Endoprostetik transhepatik insersi perkutan juga menunjukkan keberhasilan, tetapi meningkatkan komplikasi. Aemoterapi telah di"oba pada pasien tetapi tidak menunjukkan keuntungan. :adio terapi intraoperative menggunakan sten bilier dengan iridium &!r 0G.), radium, atau "obalt &Co /F), radioimunoterapi menggunakan sodium iodide &! 040). :adioterapi internal bisa dikombinasikan dengan drainase bilier, tetapi kemajuannya belum terbukti. II. 1. a. Terapi pembedahan& Indikasi pembedahan meliputi& - 5idak ada metastasis ke hati, tidak ada karsinomatosis dan tidak ada perluasan ke vaskuler. - Pasien yang mempunyai keadaan umum yang baik. Kontraindikasi& - Hika tumor telah meluas ke vena porta atau arteri hepati"a. - 8etastasis yang melibatkan paritonel yang di#us. - !nvasi vaskuler. - Pasien yang mempunyai resiko tinggi pada anestesi general dan pembedahan karena kondisi umum kesehatannya. :eseksi adalah pera-atan yang terbaik dan paliasi yang terbaik. Aeuntungan dari reseksi meliputi kemungkinan sembuh untuk jangka -aktu yang lama, terutama pada pasien dengan tumor bagian distal. :eseksi adalah paliasi yang paling baik dari terjadinya komplikasi in#eksi. 5ipe prosedur pembedahan tergantung pada lokasi dan perluasan dari penyakit. 5umor proksimal &Alatskin tumor) dapat dimanage dengan teknik yang bervariasi, meliputiC M Pasien dengan tumor perihiler, tanpa invasi vas"ular, dapat dengan eksisi lo"al. M 5umor tipe !!! dengan lobektomi hepar kanan atau kiri. :eseksi pada kandung empedu, mungkin dapat dikombinasikan dengan reseksi hepar, rekontruksi dapat dilakukan dengan unilateral atau bilateral hepatikojejunostomi dengan menggunakan stents transhepatik. 5umor kandung empedu yang moderat dapat dimanage dengan reseksi kandung empedu dan rekontruksi :ou+-en-R. 5umor yang tidak dapat direseksi dapat di manage dengan kolesistektomi, :ou+-en-R hepatikojejunostomi, atau koledojejunostomi proksimal dari tumor, dan gastrojejunostomi dan simpathektomi kimia. II. 1. b. Tindakan preorerati2e& ,tage dari penyakit dapat dievaluasi dengan menggunakan C5 s"a" dan 8:!. Pelibatan vaskuler dapat diidenti#iksi dan ditegakkan dengan C5 s"an, 8:! dan angiogra#i. Pasien dengan resiko tinggi pembedahan dan anestesi, dan kardial dan pulmo perlu dipertimbangkan kehati-hatian operasi, atau tidak dilakukan. II. 1. 1. Tindakan intraoperati2e& Pen"egahan dengan melakukan kolesistektomi pada penderita kolelitiasis merupakan "ara yang paling baik. Cara ini terbukti menurunkan angka kejadian karsinoma kandung empedu. Diperkirakan setiap melakukan 0FF kolisistektomi dapat di"egah satu penderita karsinoma kandung empedu. Apabila ditemukan karsinoma kandung empedu ditemukan se-aktu laparotomi, harus dilakukan kolisistektomi dan reseksi baji hepar selebar 4-> "m disertai diseksi kelenjar lim# regional di daerah ligamentum hepatoduodenale. :eseksi yang lebih luas seperti hemihepatektomi atau lobektomi, tidak memberi hasil yang lebih baik. 3aparoskopi dapat berguna pada identi#ikasi metastasis dan penyakit peritoneal, ultrasonogra#i juga berguna untuk tindakan intraoperative. 3aparatomi eksplorasi dapat dilakukan pada pasien yang keadaan umumnya baik untuk pembedahan dengan tidak ada metastasis pada pemeriksaan preoperative. II. 1. d. Tindakan post operati2e& Pasien mempunyai resiko komplikasi yang umum, meliputi pneumonia, trombosis vena, dan in#eksi. Pemberian antibiotik dan koagulopati diijinkan. Fisioterapi, latihan na#as dianjurkan. Aomplikasi postoperasi dapat lo"al atau general. Aomplikasi general meliputiC M !n#ar"t 8yo"ardial M Pneumonia M !n#eksi pada daerah pembedahan. M 5hrombosis vena M Embolisme Pulmo Aomplikasi dari teknik pembedahan meliputiC M ,triktur M Perdarahan postoperasi Aomplikasi dari pemasangan stent meliputiC M A-al - Aolangitis &L?) dan per#orasi M 3ambat - Blokade and migrasi stent II.1!. *rognosis Pilihan pengobatan dan prognosis sangat ditentukan oleh lokasi dari tumor. Prognosis adalah baik jika tumor kandung empedu pada distal, dan tumor polipoid. Beberapa #a"tor yang menunjukkan adanya prognosis yang jelek meliputi keterlibatan pada nodus lim#atikus, invasi vaskuler, stage 5 yang luas, dan mutasi dari gen P >4. :ata-rata peluang hidup pada reseksi "urative adalah /L-=F ? dalam 0 tahun dan 00-.0 ? dalam > tahun. :eseksi lo"al mempunyai rata-rata kematian &= ?) dari pada reseksi hepar mayor &0> ?), dengan -aktu harapan hidup .0 bulan dibandingkan .E bulan pada reseksi hepar mayor. Pada kanker distal kandung empedu, rata-rata reseksi lebih dari /F ?, dan prognosisnya lebih baik dari pada tumor hiler, rata-rata umur harapan hidupnya 4G bulan. %ariasi persentase harapan hidup dari >F- LF ? dalam 0 tahun, 0L-4G ? dalam 4 tahun. 5umor intrahepatik yang di#us kemungkinan meninggal dalam satu tahun. Hika tidak dira-at, >F ? pasien dengan kanker kandung empedu dapat bertahan hidup sampai 0 tahun, .F ? selama . tahun, dan 0F ? dapat bertahan dalam 4 tahun.