Anda di halaman 1dari 7

II.

PENGERTIAN MASYARAKAT MULTIKULTURAL



1. Furnivall
Masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang terdiri dari dua atau lebih elemen yang
hidup sendiri-sendiri tanpa ada pembauran satu sama lain di dalam suatu satu kesatuan politik.
2. Clifford Gertz
Masyarakat multikultural adalah merupakan masyarakat yang terbagi dalam sub-sub sistem yang
kurang lebih berdiri sendiri dan masing-masing sub sistem terkait oleh ikatan-ikatan primordial.
3. Nasikun
Masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat bersifat majemuk sejauh masyarakat tersebut
secara setruktur memiliki sub-subkebudayaan yang bersifat deverseyang ditandai oleh kurang
berkembangnya sistem nilai yang disepakati oleh seluruh anggota masyarakat dan juga sistem
nilai dari satu-kesatuan sosial, serta seringnya muncul konflik-konflik sosial.
4. Kesimpulan
Masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang teriri dari berbagai elemen, baik itu
suku, ras, agama, pendidikan, ekonomi, politik, bahasa dll. yang hidup dalam suatu kelompok
masyrakat yang memiliki satu pemerintaha tetapi dalam masyarakat itu masing-masing terdapat
segmen- segmen yang tidak bisa disatukan.
III. CIRI-CIRI MASYARAKAT MULTIKULTURAL
1. Terjadi segmentasi, yaitu masyarakat yang terbentuk oleh bermacam-macam suku,ras,agama,
pendidikan, ekonomi, politik, bahasa dll. tapi masih memiliki pemisah. Yang biasanya pemisah
itu adalah suatu konsep yang di sebut primordial. Contohnya, di Jakarta terdiri dari berbagai suku
dan ras, baik itu suku dan ras dari daerah dalam negeri maupun luar negeri, dalam kenyataannya
mereka memiliki segmen berupa ikatan primordial kedaerahaannya.
2. Memilki struktur dalam lembaga yang non komplementer, maksudnya adalah dalam
masyarakat majemuk suatu lembaga akan mengalami kesulitan dalam menjalankan atau
mengatur masyarakatnya alias karena kurang lengkapnya persatuan yang terpisah oleh segmen-
segmen tertentu.
3. Konsesnsus rendah, maksudnya adalah dalam kelembagaan pastinya perlu adanya suatu
kebijakan dan keputusan. Keputusan berdasarkan kesepakatan bersama itulah yang dimaksud
konsensus, berarti dalam suatu masyarakat majemuk sulit sekali dalam penganbilan keputusan.
4. Relatif potensi ada konflik, dalam suatu masyarakat majemuk pastinya terdiri dari berbagai
macam suku adat dan kebiasaan masing-masing. Dalam teorinya semakin banyak perbedaan
dalam suatu masyarakat, kemungkinan akan terjadinya konflik itu sangatlah tinggi dan proses
peng-integrasiannya juga susah
5. Integrasi dapat tumbuh dengan paksaan, seperti yang sudah saya jelaskan di atas, bahwa dalam
masyarakat multikultural itu susah sekali terjadi pengintegrasian, maka jalan alternatifnya adalah
dengan cara paksaan, walaupun dengan cara seperti ini integrasi itu tidak bertahan lama.
6. Adanya dominasi politik terhadap kelompok lain, karena dalam masyarakat multikultural
terdapat segmen-segmen yang berakibat pada ingroup feeling (keikutsertaan dalam kelompok)
tinggi maka bila suatu ras atau suku memiliki suatu kekuasaan atas masyarakat itu maka dia akan
mengedapankan kepentingan suku atau rasnya.
IV. SEBAB TERJADINYA MULTIKULTURALISME
1. Faktor geografis, faktor ini sangat mempengaruhi apa dan bagaimana kebiasaan suatu
masyarakat. Maka dalam suatu daerah yang memiliki kondisi geografis yang berbeda maka akan
terdapat perbedaan dalam masyarakat( multikultural).
2. Pengaruh budaya asing, mengapa budaya asing menjadi penyebab terjadinya multikultural,
karena masyarakat yang sudah mengetahui budaya-budaya asing kemungkinan akan terpengaruh
mind set mereka dan menjadikan perbedaan antara
3. Kondisi iklim yang berbeda, maksudnya hampir sama dengan perbedaan letak geografis suatu
daerah.
V. BENTUK MASYARAKAT MULTIKULTURAL
1. INTERSEKSI
A) Konsep
Interseksi merupakan suatu titik potong atau pertemuan. Dalam sosiologi, interseksi dikenal
sebagai suatu golongan etnik yang majemuk.
B) Definisi
Dalam Sosiologi, interseksi adalah persilangan atau pertemuan keanggotaan suatu kelompok
sosial dari berbagai seksi. Baik berupa suku, agama, jenis kelamin, kelas sosial, dan lain-lain
dalam suatu masyarakat majemuk.
Suatu interseksi terbentuk melalui interaksi sosial atau pergaulan yang intensif dari anggota-
anggotanya melalui sarana pergaulan dalam kebudayaan manusia, antara lain bahasa, kesenian,
sarana transportasi, pasar, sekolah. Dalam memanfaatkan sarana-sarana interseksi sosial itu,
anggota masyarakat dari latar belakang ras, agama, suku, jenis kelamin, tingkat ekonomi,
pendidikan, atau keturunan berbeda-beda dapat bersama-sama menjadi anggota suatu kelompok
sosial tertentu atau menjadi penganut agama tertentu.
C) Penjelasan definisi
Jadi, yang dimaksud dengan interseksi adalah suatu masyarakat yang terdiri dari banyak
suku,budaya,agama, dll yang berbaur menjadi satu kesatuan di dalam komunitas tertentu.
2. KONSOLIDASI
A) Konsep
Suatu proses penguatan pemikiran atas kepercayaan yang telah diyakini agar kepercayaan akan
sesuatu yang diyakini semakin kuat. Yang mana hal ini dilakukan oleh orang yang lebih
mengerti akan kepercayaan yang dianut.
B) Definisi
Konsolidasi adalah suatu proses penguatan yang dilakukan untuk memberikan tambahan
keimanan atas apa yang telah seseorang yakini, yang biasanya dilakukan oleh orang yang sudah
mencapai tingkatan tertenatu.
C) Penjelasan definisi
Jadi, yang dimaksud dengan konsolidasi adalah suatu penguatan atas apa yang telah melekat
pada dirinya.
3. PRIMORDIALISME
A) Konsep
Primordialisme adalah sebuah pandangan atau paham yang memegang teguh hal-hal yang
dibawa sejak kecil, baik mengenai tradisi, adat-istiadat, kepercayaan, maupun segala sesuatu
yang ada di dalam lingkungan pertamanya (tempat kelahiran).
B) Definisi
Primordialisme berasal dari kata bahasa latin primus yang artinya pertama dan ordiri yang
artinya tenunan atau ikatan.
Ikatan seseorang pada kelompok yang pertama dengan segala nilai yang diperolehnya melalui
sosialisasi akan berperan dalam membentuk sikap primordial. Di satu sisi, sikap primordial
memiliki fungsi untuk melestarikan budaya kelompoknya. Namun, di sisi lain sikap ini dapat
membuat individu atau kelompok memiliki sikap etnosentrisme, yaitu suatu sikap yang
cenderung bersifat subyektif dalam memandang budaya orang lain. Mereka akan selalu
memandang budaya orang lain dari kacamata budayanya. Hal ini terjadi karena nilai-nilai yang
telah tersosialisasi sejak kecil sudah menjadi nilai yang mendarah daging (internalized value) dan
sangatlah susah untuk berubah dan cenderung dipertahankan bila nilai itu sangat menguntungkan
bagi dirinya.
C) Penjelasan definisi
Jadi, suatu etnosentrisme adalah suatu kepercayaan yang sudah mendarah daging. Maka setiap
orang yang memiliki etnosentrisme pasti dia akan sulit menerima paham lain selain paham yang
telah mendarah daging dalam dirinya.
4. ETNOSENTRISME
A) Konsep
Etnosentris sangat erat hubungannya dengan apa yang disebut in group feeling (keikut sertaan
dalam kelompok) tinggi. Biasanya dalam suatu kelompok sosial sering kita melihat perang antar
desa, perang antar suku ataupun perang dalam agama dan sebagainya. Tapi entosentris lebih
kepada anggapan suatu kelompok sosial bahwa kelompoknyalah yang paling unggul.
B) Definisi
Jadi, yang dimaksud dengan etnosentris adalah suatu anggapan dari kelompok sosial bahwa
kelompoknyalah yang paling unggul.
C) Penjelasan definisi
Dari definisi di atas kita dapat memahami bahwa dalam suatu masyarakat majemuk terdapat
suatu kelompok yang beranggapan bahwa kelompoknyalah yang paling unggul dari kelompok-
kelompok sosial lain.
5. POLITIK ALIRAN
A) Konsep
Politik aliran adalah suatu kelompok masyarakat yang tergabung dalam ormas-ormas yang
memiliki suatu pemersatu berupa partai politik dalam suatu negara, sehingga ormas tersebut
dikatakan penganut partai yang memang dijadikan pemersatu dalam negara.
B) Definisi
Politik Aliran adalah suatu organisasi masyarakat yang memiliki dekengan (jawa) untuk
memelihara dan mensejahterakan anggotanya. Contoh : Nahdhotul Ulama memiliki dekengan
berupa Partai Keadilan Sejahtera(PKB), Muhammadiyyah memiliki dekengan berupa Partai
Amanat Nasional(PAN), dll.
C) Penjelasan definisi
Jadi, jelas bahwa politik aliran adalah suatu partai politik yang memiliki suatu dukungan dari
suatu organisasi masyarakat sebagai pembangun kekuatan dalam pemilihan umum.
Multikulturalisme adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan pandangan seseorang
tentang ragam kehidupan di dunia, ataupun kebijakan kebudayaan yang menekankan tentang
penerimaan terhadap realitas keragaman, dan berbagai macam budaya (multikultural) yang ada
dalam kehidupan masyarakat menyangkut nilai-nilai, sistem, budaya, kebiasaan, dan politik yang
mereka anut.
Definisi
Multikulturalisme berhubungan dengan kebudayaan dan kemungkinan konsepnya dibatasi
dengan muatan nilai atau memiliki kepentingan tertentu.
[1]

Multikulturalisme pada dasarnya adalah pandangan dunia yang kemudian dapat
diterjemahkan dalam berbagai kebijakan kebudayaan yang menekankan tentang
penerimaan terhadap realitas keagamaan, pluralitas, dan multikultural yang terdapat
dalam kehidupan masyarakat. Multikulturalisme dapat juga dipahami sebagai pandangan
dunia yang kemudian diwujudkan dalam kesadaran politik (Azyumardi Azra, 2007)
[2]

Masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang terdiri dari beberapa macam
kumunitas budaya dengan segala kelebihannya, dengan sedikit perbedaan konsepsi
mengenai dunia, suatu sistem arti, nilai, bentuk organisasi sosial, sejarah, adat serta
kebiasaan (A Multicultural society, then is one that includes several cultural
communities with their overlapping but none the less distinc conception of the world,
system of [meaning, values, forms of social organizations, historis, customs and
practices; Parekh, 1997 yang dikutip dari Azra, 2007).
[3]

Multikulturalisme mencakup suatu pemahaman, penghargaan serta penilaian atas budaya
seseorang, serta suatu penghormatan dan keingintahuan tentang budaya etnis orang lain
(Lawrence Blum, dikutip Lubis, 2006:174)
[4]

Sebuah ideologi yang mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan baik
secara individual maupun secara kebudayaan (Suparlan, 2002, merangkum Fay 2006, Jari
dan Jary 1991, Watson 2000)
[5]

Multikulturalisme mencakup gagasan, cara pandang, kebijakan, penyikapan dan tindakan,
oleh masyarakat suatu negara, yang majemuk dari segi etnis, budaya, agama dan
sebagainya, namun mempunyai cita-cita untuk mengembangkan semangat kebangsaan
yang sama dan mempunyai kebanggan untuk mempertahankan kemajemukan tersebut (A.
Rifai Harahap, 2007, mengutip M. Atho Muzhar).
[6]

Sejarah Multikulturalisme
Multikulturalisme bertentangan dengan monokulturalisme dan asimilasi yang telah menjadi
norma dalam paradigma negara-bangsa (nation-state) sejak awal abad ke-19. Monokulturalisme
menghendaki adanya kesatuan budaya secara normatif (istilah monokultural juga dapat
digunakan untuk menggambarkan homogenitas yang belum terwujud (pre-existing
homogeneity). Sementara itu, asimilasi adalah timbulnya keinginan untuk bersatu antara dua atau
lebih kebudayaan yang berbeda dengan cara mengurangi perbedaan-perbedaan sehingga tercipta
sebuah kebudayaan baru.
Multikulturalisme mulai dijadikan kebijakan resmi di negara berbahasa-Inggris (English-
speaking countries), yang dimulai di Kanada pada tahun 1971.
[7]
Kebijakan ini kemudian
diadopsi oleh sebagian besar anggota Uni Eropa, sebagai kebijakan resmi, dan sebagai konsensus
sosial di antara elit.
[rujukan?]
Namun beberapa tahun belakangan, sejumlah negara Eropa, terutama
Belanda dan Denmark, mulai mengubah kebijakan mereka ke arah kebijakan
monokulturalisme.
[8]
Pengubahan kebijakan tersebut juga mulai menjadi subyek debat di Britania
Raya dam Jerman, dan beberapa negara lainnya.
Jenis Multikulturalisme
Berbagai macam pengertian dan kecenderungan perkembangan konsep serta praktek
multikulturalisme yang diungkapkan oleh para ahli, membuat seorang tokoh bernama Parekh
(1997:183-185) membedakan lima macam multikulturalisme (Azra, 2007, meringkas uraian
Parekh):
1. Multikulturalisme isolasionis, mengacu pada masyarakat dimana berbagai kelompok
kultural menjalankan hidup secara otonom dan terlibat dalam interaksi yang hanya
minimal satu sama lain.
2. Multikulturalisme akomodatif, yaitu masyarakat yang memiliki kultur dominan yang
membuat penyesuaian dan akomodasi-akomodasi tertentu bagi kebutuhan kultur kaum
minoritas. Masyarakat ini merumuskan dan menerapkan undang-undang, hukum, dan
ketentuan-ketentuan yang sensitif secara kultural, dan memberikan kebebasan kepada
kaum minoritas untuk mempertahankan dan mengembangkan kebudayaan meraka.
Begitupun sebaliknya, kaum minoritas tidak menantang kultur dominan.
Multikulturalisme ini diterapkan di beberapa negara Eropa.
3. Multikulturalisme otonomis, masyarakat plural dimana kelompok-kelompok kultural
utama berusaha mewujudkan kesetaraan (equality) dengan budaya dominan dan
menginginkan kehidupan otonom dalam kerangka politik yang secara kolektif bisa
diterima. Perhatian pokok-pokok kultural ini adalah untuk mempertahankan cara hidup
mereka, yang memiliki hak yang sama dengan kelompok dominan; mereka menantang
kelompok dominan dan berusaha menciptakan suatu masyarakat dimana semua
kelompok bisa eksis sebagai mitra sejajar.
4. Multikulturalisme kritikal atau interaktif, yakni masyarakat plural dimana kelompok-
kelompok kultural tidak terlalu terfokus (concern) dengan kehidupan kultural otonom;
tetapi lebih membentuk penciptaan kolektif yang mencerminkan dan menegaskan
perspektif-perspektif distingtif mereka.
5. Multikulturalisme kosmopolitan, berusaha menghapus batas-batas kultural sama sekali
untuk menciptakan sebuah masyarakat di mana setiap individu tidak lagi terikat kepada
budaya tertentu dan, sebaliknya, secara bebas terlibat dalam percobaan-percobaan
interkultural dan sekaligus mengembangkan kehidupan kultural masing-masing.
[9]

Multikulturalisme di Indonesia
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat dengan tingkat keanekaragaman yang sangat
kompleks. Masyarakat dengan berbagai keanekaragaman tersebut dikenal dengan istilah
mayarakat multikultural. Bila kita mengenal masyarakat sebagai sekelompok manusia yang telah
cukup lama hidup dan bekerja sama sehingga mereka mampu mengorganisasikan dirinya dan
berfikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu (Linton), maka
konsep masyarakat tersebut jika digabungkan dengan multikurtural memiliki makna yang sangat
luas dan diperlukan pemahaman yang mendalam untuk dapat mengerti apa sebenarnya
masyarakat multikultural itu.
Multikultural dapat diartikan sebagai keragaman atau perbedaan terhadap suatu kebudayaan
dengan kebudayaan yang lain. Sehingga masyarakat multikultural dapat diartikan sebagai
sekelompok manusia yang tinggal dan hidup menetap di suatu tempat yang memiliki kebudayaan
dan ciri khas tersendiri yang mampu membedakan antara satu masyarakat dengan masyarakat
yang lain. Setiap masyarakat akan menghasilkan kebudayaannya masing-masing yang akan
menjadi ciri khas bagi masyarakat tersebut.
Dari sinilah muncul istilah multikulturalisme. Banyak definisi mengenai multikulturalisme,
diantaranya multikulturalisme pada dasarnya adalah pandangan dunia -yang kemudian dapat
diterjemahkan dalam berbagai kebijakan kebudayaan- yang menekankan tentang penerimaan
terhadap realitas keragaman, pluralitas, dan multikultural yang terdapat dalam kehidupan
masyarakat. Multikulturalisme dapat juga dipahamni sebagai pandangan dunia yang kemudian
diwujudkan dalam politics of recognition (Azyumardi Azra, 2007). Lawrence Blum
mengungkapkan bahwa multikulturalisme mencakup suatu pemahaman, penghargaan dan
penilaian atas budaya seseorang, serta penghormatan dan keingintahuan tentang budaya etnis
orang lain. Berbagai pengertian mengenai multikulturalisme tersebut dapat ddisimpulkan bahwa
inti dari multikulturalisme adalah mengenai penerimaan dan penghargaan terhadap suatu
kebudayaan, baik kebudayaan sendiri maupun kebudayaan orang lain. Setiap orang ditekankan
untuk saling menghargai dan menghormati setiap kebudayaan yang ada di masyarakat. Apapun
bentuk suatu kebudayaan harus dapat diterima oleh setiap orang tanpa membeda-bedakan antara
satu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain.
Pada dasarnya, multikulturalisme yang terbentuk di Indonesia merupakan akibat dari kondisi
sosio-kultural maupun geografis yang begitu beragam dan luas. Menurut kondisi geografis,
Indonesia memiliki banyak pulau dimana stiap pulau tersebut dihuni oleh sekelompok manusia
yang membentuk suatu masyarakat. Dari masyarakat tersebut terbentuklah sebuah kebudayaan
mengenai masyarakat itu sendiri. Tentu saja hal ini berimbas pada keberadaan kebudayaan yang
sangat banyak dan beraneka ragam.
Dalam konsep multikulturalisme, terdapat kaitan yang erat bagi pembentukan masyarakat yang
berlandaskan bhineka tunggal ika serta mewujudkan suatu kebudayaan nasional yang menjadi
pemersatu bagi bangsa Indonesia. Namun, dalam pelaksanaannya masih terdapat berbagai
hambatan yang menghalangi terbentuknya multikulturalisme di masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai

  • Ac
    Ac
    Dokumen2 halaman
    Ac
    Yulia Salsabila
    Belum ada peringkat
  • Rumah Gadang, Minangkabau: Nama: Vidya Meileen Azizah Budiman Kelas: IV.B
    Rumah Gadang, Minangkabau: Nama: Vidya Meileen Azizah Budiman Kelas: IV.B
    Dokumen1 halaman
    Rumah Gadang, Minangkabau: Nama: Vidya Meileen Azizah Budiman Kelas: IV.B
    Yulia Salsabila
    Belum ada peringkat
  • Kwitansi
    Kwitansi
    Dokumen6 halaman
    Kwitansi
    Yulia Salsabila
    Belum ada peringkat
  • MKLH Banjir
    MKLH Banjir
    Dokumen15 halaman
    MKLH Banjir
    Yulia Salsabila
    Belum ada peringkat
  • BIODATA Iwan Fals
    BIODATA Iwan Fals
    Dokumen5 halaman
    BIODATA Iwan Fals
    Yulia Salsabila
    Belum ada peringkat
  • Pai
    Pai
    Dokumen12 halaman
    Pai
    Yulia Salsabila
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar
    Yulia Salsabila
    Belum ada peringkat
  • Amar Ma
    Amar Ma
    Dokumen10 halaman
    Amar Ma
    Yulia Salsabila
    Belum ada peringkat
  • Intan Novi Rangkuman
    Intan Novi Rangkuman
    Dokumen28 halaman
    Intan Novi Rangkuman
    Yulia Salsabila
    Belum ada peringkat
  • Kepada 1
    Kepada 1
    Dokumen2 halaman
    Kepada 1
    Yulia Salsabila
    Belum ada peringkat
  • Lionel Messi
    Lionel Messi
    Dokumen3 halaman
    Lionel Messi
    Yulia Salsabila
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Yulia Salsabila
    Belum ada peringkat
  • Kepada 1
    Kepada 1
    Dokumen2 halaman
    Kepada 1
    Yulia Salsabila
    Belum ada peringkat