Anda di halaman 1dari 20

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kita tahu masalah sampah di Indonesia saat ini sudah mencapai tingkat
permasalahan yang cukup serius,dan sungguh sangat memprihatinkan. Hal tersebut terjadi
bukan hanya karena masalah pengelolaan yang minim, tapi juga karena suatu budaya buruk
akan masyarakat yang senantiasa tidak peduli akan kebersihan lingkungan. Bagi sebagian
besar orang, sampah adalah masalah yang tidak menarik untuk dibicarakan, karena ada
banyak hal lain yang lebih menarik dan lebih penting.
Sudah bertahun-tahun lamanya, bahkan sejak dulu kala, masalah sampah dianggap
bukanlah sebagai masalah. Bagi mereka, jika sampah sudah dibuang, maka masalah sudah
selesai. Tapi, benarkah jika sampah sudah dibuang maka masalah selesai? Mereka lupa
bahwa tempat dimana sampah dibuang itu sangat penting, karena sebenarnya sampah yang
tidak dibuang pada tempatnya akan menimbulkan banyak masalah. Sampah yang dibuang
secara sembarangan di jalan, akan membuat kota menjadi kotor. Sampah yang dibuang di
sungai akan mencemari air sungai dan menimbulkan banjir. Bahkan sampah yang dibuang
di Tempat Pembuangan Akhir pun bisa menjadi masalah.Coba kita lihat kondisi Tempat
Pembuangan Akhir sampah yang ada di kota Pekanbaru ini. Lihatlah, sudah seberapa tinggi
gundukan sampah yang ada disana. Jika kita tak dapat mengelola sampah dengan baik,
maka tak lama lagi gundukan sampah itu akan semakin tinggi.
Pengelolaan sampah itu sendiri ada berbagai macam cara. Ada dengan diangkut
menggunakan mobil sampah, gerobak sampah, dan sebagainya yang kemudian ditampung
di TPS (Tempat Pengelolaan Sampah) terlebih dahulu sebelum dibuang ke TPA (Tempat
Pengelolaan Sampah). Di TPS inilah sampah dipisahkan antara organik dan anorganik.
Sampah yang bisa diuraikan dijadikan kompos, sementara yang tidak dapat dijadikan
kerajinan atau daur ulang, yang nantinya dapat menghasilkan uang.
2

Laporan pengelolaan sampah ini membahas mengenai keadaan kelurahan X dan
pengelolaan sampahnya. Serta rencana pengelolaan sampah di kelurahan Xkedepannya,
guna menciptakan lingkungan sehat .

1.2 Maksud dan Tujuan
Laporan ini bertujuan untuk memenuhi dan menyelesaikan tugas pengelolaan
sampah. Selain itu dapat dijadikan pedoman agar masalah persampahan yang saat ini
terjadi mampu teratasi dan bisa terkelola secara baik dan maksimal.
Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan
kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya. Dari sudut pandang
kesehatan lingkungan, pengelolaan sampah dipandang baik jika sampah tersebut tidak
menjadi media berkembang biaknya bibit penyakit serta sampah tersebut tidak menjadi
medium perantara menyebarluasnya suatu penyakit. Syarat lainnya yang harus dipenuhi,
yaitu tidak mencemari udara, air dan tanah, tidak menimbulkan bau (tidak mengganggu
nilai estetis), tidak menimbulkan kebakaran dan yang lainnya
1.3 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan ini terdiri dari :
1. Bab 1 pendahuluan yang berisikan tentang latar belakang, maksud dan tujuan serta
sistematika penulisan dalam laporan.
2. Bab 2 Tinjauan pustaka yang menjelaskan tentang definisi sampah pengolahan
sampah, klasifikasi sampah, metode pengolahan yang baik serta sarana dan prasarana
sampah itu seperti apa.
3. Bab 3 Gambaran umum wilayah studi yang menjelaskan kondisi kelurahan X, yang
terdiri dari kondisi fisik, demografi, sarana dan prasarana umum, kondisi eksisting
sistem pengelolahan sampah di wilayah studi.
4. Bab 4 Rencana pengelolaan sampah kelurahan yang menjelaskan tentang perencanaan
sarana pengolahan sampah, yang terdiri dari kebutuhan sarana pengelolahan sampah,
system pengelolahan, serta organisasi pengelolahan.
5. Bab 5 Penutup yang berisikan kesimpulan dan saran dari laporan pengelolaan sampah
di kelurahan X
3

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Sampah dan Pengelolaan Sampah
Definisi sampah menurut UU-18/2008 tentang Pengelolaan Sampah adalah sisa
kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Pengelolaan
sampah (UU-18/2008) adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan
berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.
Dalam paradigma lama pengelolaan persampahan terdiri dari sumber sampah,
pewadahan, pengumpulan/pemindahan, pengangkutan dan pembuangan akhir. Jelas terlihat
dan dirasakan tentang sampah hanya pantas untuk dibuang begitu saja tanpa ada tanggapan
dan langkah lain yang dapat dilakukan. Pengelolaan sampah diidentikkan sebagai tanggung
jawab satu pihak yang terkait saja.
Dalam paradigma baru berbagai potensi kelembagaan dipacu untuk aktif berperan
dan juga sekaligus mengawasi pengelolaan sampah. Kegiatan dan penanganan
persampahan bukan hanya menjadi tugas dan kewajiban dari Dinas PU (Pekerjaan Umum)
Cipta Karya atau Kebersihan, tapi juga masyarakat memegang peranan yang sama.
Pengelolaan sampah adalah suatu upaya untuk mengurangi volume sampah atau
merubah bentuk menjadi lebih bermanfaat antara lain dengan cara pembakaran,
pengomposan, penghancuran, pengeringan dan pendaur ulangan. (SNI T-13-1990-F)

2.2 Klasifikasi Sampah
Sampah dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara tergantung dari kondisi yang
dianut oleh kebijakan negara setempat. Penggolongan ini dapat didasarkan atas sumber
sampah, komposisi, bentuk, lokasi, proses terjadinya, sifat, dan jenisnya. Penggolongan ini
sangat penting dalam penentuan penanganan dan pemanfaatan sampah.

4

2.2.1 Klasifikasi sampah berdasarkan sumbernya, yaitu:
a. Sampah Domestik/Pemukiman Penduduk
Jenis sampah yang dihasilkan biasanya berupa sisa makanan, bahan-bahan sisa dari
pengolahan makanan atau samapah basah (garbage), dan sampah kering (rubbish).
b. Sampah Komersil
Sampah yang berasal dari toko, restoran, hotel, dan perkantoran. Jenis sampah yang
dihasilkan berupa sampah makanan, kertas, karton, plastik, kaca, logam, sampah
khusus, dan kadang-kadang sampah B3.
c. Sampah Institusi
Sampah institusi antara lain sekolah, rumah sakit, penjara, dan pusat pemerintahan.
Jenis sampah yang dihasilkan berupa sampah makanan, kertas, karton, plastik, kaca,
logam, sampah khusus, dan kadang-kadang sampah B3.
d. Sampah Konstruksi dan Pemugaran
Sampah yang berasal dari kegiatan konstruksi, remodeling, perbaikan perumahan,
dan perbaikan bangunan komersil. Sampah yang dihasilkan berupa batu bara, beton,
plester, dan lain-lain. Sampah pemugaran adalah sampah yang berasal dari
reruntuhan bangunan, jalan retak, trotoar, dan jembatan. Jenis sampah yang
dihasilkan adalah kaca, plastik, baja, dan juga sama dengan sampah konstruksi.
e. Sampah Pelayanan Kota
Sampah pelayanan kota terdiri atau sampah penyapuan jalan, sampah taman,
pantai, dan sampah sarana rekreasi. Lumpur instalasi pengolahan dan sisa-sisa lain
yang termasuk ke dalam jenis ini berasal dari pengolahan air minum, pengolahan air
buangan, dan pengolahan limbah indusri.
f. Sampah Industri
Macam dan jenis sampah yang dihasilkan tergantung kepada jenis industri.
g. Sampah Pertanian
Sampah jenis ini berasal dari aktifitas pertanian seperti kegiatan penanaman, panen,
peternakan, dan pemupukan. Pada umumnya sampah jenis ini bukan merupakan
tanggung jawab dari pihak persampahan kota.

5

2.2.2 Klasifikasi sampah berdasarkan kandungan organik dan anorganik, yaitu:
a. Sampah Basah (Garbage)
Sampah basah adalah sampah yang mengandung unsur-unsur organik, sifatnya
mudah terurai dn membusuk, dan akan menghasilkan air lindi. Sampah golongan ini
merupakan sisa-sisa makanan dari rumah tangga, hasil sampingan kegiatan pasar.
b. Sampah kering
Sampah kering adalah sampah yang mengandung unsur-unsur anorganik, tidak
membusuk, tidak mudah terurai, dan tidak mengandung air. Sampah kering terdiri
atas:
a. Sampah yang mudah terbakar (combustible) seperti kayu, kertas, kain, dan lain-
lain.
b. Sampah tidak mudah terbakar (non combustible) seperti logam, kaca, keramik,
dan lain-lain.
c. Abu (Dust/Ash)
Abu adalah sampah yang mengandung unsur organik dan anorganik yang berasal
dari proses atau kegiatan pembakaran.
2.2.3 Klasifikasi sampah bersasarkan komposisinya
a. Sampah yang berseragam
Sampah yang berasal dari kegiatan industri pada umumnya termasuk pada sampah
seragam serta sampah perkantoran yang terdiri atas kertas, karton, dan kertas
karbon.
b. Sampah yang tidak seragam (campuran)
Sampah campuran berasal dari pasar atau sampah dari tempat-tempat umum.

2.3 Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan (SNI 19-3964-1994)
Contoh timbulan sampah adalah sampah yang diambil dari lokasi pengambilan
terpilih untuk diukur volumenya dan ditimbang beratnya serta diukur komposisinya.
Komponen komposisi sampah adalah komponen fisik sampah seperti sisa-sisa makanan,
6

kertas karton, kayu, kain tekstil, karet, kulit, plastik, logam besi-non besi, kaca dan lain-lain
(misalnya tanah, pasir, batu, keramik).
Metode pengukuran contoh timbulan sampah yaitu: sampah terkumpul diukur
volume dengan wadah pengukur 40 liter dan ditimbang beratnya; dan atau sampah
terkumpul diukur dalam bak pengukur besar 500 liter dan ditimbang beratnya, kemudian
dipisahkan berdasarkan komponen komposisi sampah dan ditimbang beratnya. Peralatan
yang digunakan adalah:
a. Alat pengambil contoh berupa kantong plastic dengan volume 40 liter.
b. Alat pengukur volume contoh berupa kotak berukuran 20 cm x 20 cm x 100 cm yang
dilengkapi dengan skala tinggi.
c. Timbangan
d. Alat pengukur volume contoh berupa kotak berukuran 1,0 m x 0,5 m x 1, 0 m botol isi 1
liter dilengkapi dengan skala tinggi
e. Perlengkapan berupa alat pemindah (seperti sekop) dan sarung tangan.

2.4 Tata Cara Pengelolaan Sampah Di Pemukiman (SNI 03-3242-1994)
Tata cara yang digunakan untuk menentukan pengelolaan sampah di kawasan
pemukiman mencakup tentang perencanaan, pengoperasian, pembiayaan, institusi dan
peran serta masyarakat. Operasional pengelolaan sampah di permukiman disyaratkan
adanya keterlibatan aktif masyrakat pengelola sampah kota dan pengembang perumahan
baru terutama dalam mengelola dan mengadakan sarana persampahan di lingkungan
permukiman . Ketentuan pengelola sampah :
a. Perencanaan dilakukan dengan mempertimbangkan jumlah rumah, klas dan tipe
bangunan; jumlah sampah yang akan dikelola berdasarkan jumlah penduduk, jumlah
dan luas bangunan/fasilitas umum, besaran timbulan sampah berdasarkan sumbernya.
b. Teknik operasional ditentukan berdasarkan kondisi topografi dan lingkungan
pelayanan, kondisi social ekonomi, partisipasi masyrakat, jumlah dan jenis timbulan
sampah, pola operasional dilakukan melaui pewadahan, pengumpulan, pemindahan di
transfer depo, pengangkutan ke TPA.
7

c. Pembiayaan meliputi seluruh biaya pengelolaan untuk operasi, pemeliharaan serta
penggantian alat. Cara pengerjaan dilakukan dengan menganalisa atas penyebaran
rumah, luas daerah yang dikelola, jumlah penduduk dan tingkat pendapatan, jumlah
rumah berdasarkan tipe,timbulan sampah per hari, jumlah bangunan fasilitas umum,
kondisi jalan, topografi dan lingkungan untuk menentukan alternative system termasuk
jenis peralatan.

2.5 Tata Cara Pemilihan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah (SNI 03-3241-
1994)
Tempat pembuangan akhir sampah adalah sarana fisik untuk berlangsungnya
kegiatan pembuangan akhir sampah berupa tempat yang digunakan untuk
mengkarantinakan sampah kota secara aman. Kriteria lokasi TPA harus memenuhi
persyaratan/ketentuan hukum, pengelolaan lingkungan hidup dengan AMDAL (Analisa
Mengenai Dampak Lingkungan), serta tata ruang yang ada.
Ada beberapa kriteria lokasi tempat pembuangan sampah:
a. Kriteria regional digunakan untuk menentukan kelayakan zone meliputi kondisi
geologi, hidrogeologi, kemiringan tanah, jarak dari lapangan terbang, cagara alam
banjir dengan periode 25 tahun.
b. Kriteria penyisih digunakan untuk memilih lokasi terbaik sebagai tambahan meliputi
iklim, utilitas, lingkungan biologis, kondisi tanah, demografi, batas administrasi,
kebisingan, bau, estetika dan ekonomi.
c. Kriteria penetapan digunakan oleh instansi berwenang untuk menyetujui dan
menetapkan lokasi terpilih sesuai kebijakan setempat. Cara pengerjaan yaitu dengan
melakukan analisis terhadap data sekunder, berupa peta topografi, geologi lingkungan,
hidrogeologi, bencana alam, peta administrasi, kepemilikan lahan, tata guna lahan dan
iklim, data primer berdasarkan criteria, pembuatan peta skala 1 : 25.000 atau 1 : 50.000
dan identifikasi lokasi potersial.


8

BAB 3
GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI
3.1 Demografi
Kelurahan X merupakan salah satu kelurahan yang ada di kota Pekanbaru Provinsi
Riau. Kelurahan ini terdapat di kecamatan Payung Sekaki. Kelurahan ini memiliki luas
wilayah kurang lebih 24,43 km
2
., dengan jumlah penduduk yang bernukim disana pada
tahun 2011 sebanyak 22.940 jiwa dan kepadatan penduduk rata-rata 8.943 jiwa/km
2
.
Kelurahan X terdiri dari 14RW dan 61RT. Jumlah penduduk dalam 4 tahun terakhir dapat
dilihat pada table berikut
Tabel 3.1 Jumlah Penduduk dalam 4 tahun terakhir
Tahun Jumlah Penduduk ( Jiwa )
2008 21.848
2009 22.797
2010 22.866
2011 22.940
Sumber : kantor lurah X

3.2 Kondisi Fisik
`Kelurahan X merupakan salah satu kelurahan di kecamatan Payung Sekaki.
Kelurahan X berbatasan dengan:
Utara : kelurahan W
Barat : kabupaten Y
Timur : kecamatan Z
Selatan : kecamatan S






9

Gambar 3.1 Peta Kelurahan X

3. 3 Sarana dan Prasarana
3.3.1 Sarana Hunian
Luas areal lahan ataupun tempat tinggal penduduk yang terdapat di kelurahan X
adalah 24,43 km
2
.
3.3.2 Sarana Pendidikan
Untuk mengetahui jumlah sekolah negri ataupun swasta yang terdapat di kelurahan
X dapat dilihat pada tabel tabel berikut :
Tabel 3.2 Fasilitas Pendidikan di Kelurahan X
NO
TINGKAT
SEKOLAH
NEGRI SWASTA JUMLAH
1 TK 0 7 7
2 SD 4 2 6
3 SMP 1 3 4
4 SMA 0 1 1
5 SMK 0 1 1
Sumber : Badan Pusat Statistik
Kel X Kab Y
Kel T
Kec Z
Kel S
10

3.3.3 Sarana Peribadatan
Banyaknya fasilitas peribadatan yanga ad di Kelurahan X dapat dilihat pada tabel
berikut, isi tabel menunjukkan bahwa mayoritas penduduk di kelurahan X adalah
beragama Islam.
Tabel 3.3 Fasilitas Peribadatan di Kelurahan X
NO TEMPAT IBADAH JUMLAH
1 Masjid 14
2 Surau/Langgar 9
3 Gereja 6
Sumber : Badan Pusat Statistik
3.3.4 Sarana Kesehatan
Terdapat beberapa sarana kesehatan yang ada di kelurahan X, seperti puskesmas,
puskesmas pembantu, rumah sakit bersalin, praktik dokter dan pos KB. Dari data
yang kami peroleh, pada kelurahan X ini tidak terdapat poliklinik.
Tabel 3.4 Sarana Kesehatan di Kelurahan X
NO SARANA KESEHATAN JUMLAH
1 Poliklinik -
2 Puskesmas 1
3 Puskesmas Pembantu 1
4 Rumah Bersalin 5
5 Praktik Dokter 1
6 Pos KB 12
Sumber : Badan Pusat Statistik


3.3.5 Sektor Industri
11

Ada beberapa sektor industri yangterdapat di kelurahan X Untuk melihat jumlah
sektor industri yang terdapat di kelurahan tersebut, dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.5 Sektor Industri di Kelurahan X
NO SEKTOR INDUSTRI JUMLAH
1 Industri kerajinan kecil 16
2 Industri sedang 11
3 Industri besar 0
Sumber : Badan Pusat Statistik

3.4 Kondisi Eksisting Sistem Pengelolaan Sampah Di Kelurahan X
Kondisi sistem pengelolaan sampah di kelurahan X pada saat ini belumlah optimal.
Hal ini bisa dilihat dari pewadahan, pengumpulan dan sistem pengangkutan sampah hingga
ke TPA.
3.4.1 Pewadahan
Pewadahan sampah yang menggunakan bin / bak sampah di kelurahan X pada
umumnya tidak terpilah dengan baik antara sampah organik dan anorganik bahkan
ada yang tercampur dengan sampah beracun.
3.4.2 Pengangkutan
Sistem pengangkutan sampah di kelurahan X hanya menggunakan armada Pick Up
L300, mobil ini mengangkut sampah dari rumah penduduk langsung ke TPA Muara
Fajar. Petugas yang bertugas mengangkut sampah berjumlah 2orang, yang terdiri
dari satu orang supir dan satu orang petugas yang bertugas mengangkut sampah dari
rumah penduduk ke mobil sampah. Pengangkutan sampah dilakukan setiap pagi,
yaitu mulai pukul 05.30, rata-rata pengangkutan memakan waktu selama 7jam dari
rumah penduduk ke TPA. Rute yang dilalui oleh mobil yaitu jalan Darma Bakti,
jalan Fajar dan sekitarnya. Bagi warga yang tempat tinggalnya tidak termasuk ke
dalam rute, sampah-sampah rumah tangga yang dihasilkan biasanya di proses
dengan cara dibakar dan dibuang. Kebiasaan membuang sampah sembarangan,
dalam arti masih adanya sampah-sampah yang menumpuk bukan di TPS atau
transfer depo, tetapi di tempat-tempat yang menjadi lokasi timbulan liar, ada
12

persepsi masyarakat bahwa yang paling penting tidak ada sampah didekat mereka
dan tidak ada masalah jika ada ditempat lain.
3.4.3 Kondisi Eksisting Tempat Penampungan Akhir di Pekanbaru (TPA Muara Fajar)
Proses akhir dari rangkaian penanganan sampah dilakukan di TPA .Pada umumnya
pemerosesan akhir sampah yang dilaksanakan di TPA adalah proses landfill
(pengurugan),di Indonesia sebagian besar dilaksanakan dengan open-dumping, yang
mengakibatkan permasalahan lingkungan, seperti timbulnya bau, tercemarnya air
tanah, timbulnya asap, dan sebagainya.
Gambar 3.2 Dinas Kebersihan dan Pertaman

Gambar 3.3 Pemilahan Sampah

Gambar 3.4 Tumpukan Sampah di TPA Muara Fajar
13








BAB 4
14

RENCANA PENGELOLAAN SAMPAH
DI KELURAHAN X

Dalam suatu perencanaan pengelolaan sampah, harus diketahui terlebih dahulu
jumlah timbulan sampahnya. Barulah setelah itu, dapat ditentukan apa sarana dan sistem
pengelolaan sampah yang cocok untuk kelurahan X
4.1 Timbulan Sampah Di Wilayah Studi
Untuk menghitung jumlah timbulan sampah di wilayah studi, dibutuhkan nilai satuan
timbulan sampah dan jumlah sumber sampah.
Timbulan Sampah = Satuan Timbulan x Jumlah sumber sampah
Satuan timbulan sampah yang digunakan pada perhitungan timbulan sampah di Kelurahan
X ini adalah satuan timbulan sampah di kota Bandung pada tahun 1994 dan satuan
timbulan di kota Juwana pada tahun 2005.
Tabel 4.1 Timbulan Sampah di Kelurahan X
Sumber Sampah
Timbulan
Jumlah Sumber
Sampah
Jumlah
Sampah
(m
3
/h)
Besaran Satuan Jumlah Satuan
Domestik
Penduduk 1.98 l/o/h 22940 Orang 45.4212
Komersil
Toko 24.1 l/unit/h 454 Unit 10.9414
Rumah Makan 0.335 l/o/h 585 Orang 0.1960
Institusi
Sekolah 0.12 l/o/h 7893 Orang 0.9472
Peribadatan 0.0018 l/o/h 7728 Orang 0.0139
Sarana Kesehatan 0.0598 l/o/h 525 Orang 0.0314
Pelayanan Kota
Jalan 0.15 l/m/h 14100 Meter 2.1150
Industri
Industri 0.55 l/o/h 255 pegawai 0.1403
Total 59.8063
4.2 Kebutuhan Sarana Pengelolaan Sampah
15

4.2.1 Pewadahan
Di daerah pemukiman pada umumnya mempergunakan pewadahan berupa gentong
plastik (bin/tong sampah), keranjang bekas, kaleng bekas cat, kantong plastik bekas
dan ada juga yang tidak mempunyai pewadahan. Dari segi operasional pewadahan
seperti disebutkan di atas cukup layak dipergunakan, akan tetapi dari segi
kesehatan/kebersihan (kecuali kantong plastik, gentong plastik) harus ekstra hati-
hati karena kalau sampahnya tidak cepat dibuang akan menimbulkan bau dan
adanya lalat, hal ini tentunya tidak baik.
Pewadahan di pemukiman yang direncanakan adalah kantong plastik dengan
kapasitas 10-40liter dan bin/ tong plastik dengan kapasitas 40liter. Sedangkan
untuk komunal adalah bin/ tong (100liter-1000liter). Alat pewadahan disarankan
tidak bertipekan tertanam (dapat diangkat) agar memudahkan operasi pengumpulan.
Wadah sebaiknya memiliki tutup agar mampu mengisolasi sampah dari lingkungan.
Wadah ditempatkan dihalaman muka (tidak di luar pagar) dan mudah diambil.
Pewadahan untuk pertokoan, yang direncanakan adalah bin/ tong dengan kapasitas
120-240liter. Penempatan pewadahan tidaklah mengambil lahan trotoar (harus ada
lokasi khusus), tidak dipinggir jalan protokol, sedekat mungkin dengan sumber
sampah terbesar
Pewadahan untuk di sekolah-sekolah, dapat digunakan bin/tong dengan ukuran 40
240 liter. Kapasitas untuk Bin/ tong yang menampung sampah pelayanan kota
adalah 50-60 lt yang dipasang secara permanen, bin plastik volume 120-240 dengan
roda. Untuk timbulan sampah industri dapat digunakan kontainer komunal ukuran 1
m
3
atau dengan kantong plastik ukuran 120 liter.
4.2.2 Pengumpulan
Sistem pengumpulan sampah kelurahan X yang direncanakan adalah pengumpulan
secara komunal sebanyak 35%, pengumpulan dengan becak 40% dan truk sebesar
25%.
Tabel 4.2 Metode Pengumpulan sampah
16

Metode
Pengumpulan
%
Pengumpulan
Total Timbulan
Sampah
Jumlah
Sampah
Komunal 35 59.806 20.9322
Becak 40 59.806 23.9225
Truck 25 59.806 14.9516

Sistem pengumpulan becak dan truk dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.3 Sistem Pengangkutan
Becak Truk
Kapasitas (m
3
) 1 3
Jumlah Sampah 23.9225 14.9516
Jumlah Ritasi 2rit/h 2rit/h
Jumlah Sampah Ritasi 11.96125808 7.4757863
Jumlah Armada 12 5
Petugas/ armada 1 2
Jumlah Petugas 12 10

Sampah yang dikumpulkan oleh gerobak dan truk dibawa langsung ke tempat
pengelolaan sampah terpadu (TPST). Sedangkan sampah yang dikumpulkan dengan
pola komunal, akan diangkut oleh amroll ke TPST. Disinilah sampah
dikelompokkan sesuai pengolahannya seperti kompos, daur ulang, digunakan
kembali, dan sebagainya. Sampah yang tidak bisa diolah dan sisa kompos akan
dibungkus lalu dibawa ke tempat pembuangan akhir (TPA)
4.3 Sistem Pengelolaan
Sampah yang telah dikumpulkan di tempat pengelolaan sampah terpadu, akan
dikelola berdasarkan komposisi dari sampah-sampah itu sendiri. Berikut tabel pengelolaan
sampah di kelurahan X, dari timbulan sampah total sebesar 59,8063 m
3
/h Persentase
komposisi pada perhitungan ini diambil dari komposisi pengelolaan sampah di Jakarta pada
tahun 2007.



17

Tabel 4.4 Pengelolaan Sampah di TPST
Jenis
Sampah
Komposisi
(%)
Jumlah
sampah
(m
3
/h)
Gunakan
Kembali
Daur Ulang Kompos Timbun
%
Jumlah
(m3/h) %
Jumlah
(m3/h) %
Jumlah
(m3/h) %
Jumlah
(m3/h)
Organik 65.55 39.20 10 3.920 5 1.960 30 11.761 55 21.562
Kertas 10.57 6.32
10
0.632 25 1.580
25
1.580
40
2.529
Plastik 13.25 7.92
50
3.962


50
3.962
Kayu 0.07 0.04
70
0.029
10
0.004
20
0.008
Kain 0.61 0.36
25
0.091


75
0.274
Logam 1.06 0.63
60
0.380


40
0.254
Kaca 1.91 1.14
50
0.571


50
0.571
Sampah B3 1.52 0.91
10
0.091


90
0.818
S.Bongkaran 0.81 0.48
45
0.218


55
0.266
Lain-lain 4.65 2.78




100
2.781
Jumlah 100 59.8063
9.90

13.345 33.02

Untuk mengangkut sampah dari TPS ke TPA, dibutuhkan dump truck sebagai alat
angkut. Jumlah Dump truck (kapasitas 8m
3
)yang dibutuhkan untuk mengangkut sampah-
sampah yang akan ditimbun adalah 4 buah truk. Satu buah buah dump truck, 4 orang
petugas, sehingga petugas yang dibutuhkan adalah 16 orang.
Dari tablel 4.4 dapat dilihat bahwa jumlah sampah (q) yang akan ditimbun di TPA dari
jumlah penduduk (p) sebanyak 22.940 orang adalah 33,02m
3
/h. Maka luas lahan TPA
untuk kelurahan X yang direncanakan dengan ketinggian (h) 20m untuk design selama (n)
1tahun adalah sebagai berikut:

S x H
Rd t S x n x q x P x Kp x Rd x Lk x
A

7
10 . 365

Lk : faktor perkalian lahan kosong untuk trench fill gali kurung = 1,25
Rd : faktor reduksi komposisi
Rd=Pnd + r Pd
Pnd : Sampah rata-rata non dekomposisi = 76,99%
Pd : Sampah rata-rata dekomposisi = 23,01%
Untuk ketinggian >10m, %r = d + 30
18

d= 70 1,75 n = 70 1,75 = 68,25
%r = 68,25 +30 = 98,25 Maka Rd = 76,99% + (98,25% 23,01%) = 1,9825
Kp : Kapasitas pengelolaan = 1
T : Perbandingan tanah
S : Perbandingan sampah
T : S = 1 : 8
Dengan Faktor Kompasi Tanah= 1,1 dan Faktor Kompaksi Sawah = 2, maka
perbandingan setelah kompaksi adalah 1,1 1 : 2 8 = 1,1 : 16

16 20
9825 , 1 1 , 1 16 1 33.,02 22940 1 9825 , 1 25 , 1 10 . 365
7
x
x x x x x x x
A


=3,5Ha
Jadi, luas TPA yang dibutuhkan untuk timbunan sampah kelurahan X adalah 3,5 Ha

4.5 Organisasi Pengelolaan Sampah Di Kelurahan X
Organisasi Pengelolaan sampah perlu dibentuk organisasi oleh Kelurahan, organisasi
merupakan aspek /sub sistem inti dalam sistem pengelolaan persampahan, karena aspek ini
mengatur hal-hal yang berhubungan dengan fungsi organisasi dalam hal perencanaan,
pelaksanaan , pengawasan dan pengkomunikasian seluruh kegiatan
Struktur organisasi di kelurahan X haruslah menggambarkan aktivitas utama dalam
pengelolaan persampahan saat, seperti Adanya seksi kebersihan jalan Kebersihan Jalan dan
Lingkungan yang tugas utamanya adalah
bertanggung jawab atas perencanaan, pengawasan dan pengendalian serta koordinasi
penyelenggaraan kegiatan kebersihan lingkungan dan jalan. Seksi Operasional &
Pengangkutan yang tugas utamanya adalah menyusun petunjuk pelaksanaan
penyelenggaraan pelayanan operasional pengangkutan sampah dan melaksanakan
pengawasan serta pengendalian operasional pengangkutan sampah. Seksi penyuluhan
masyarakat, agar adanya peningkatan partisipasi masyarakat dalam hal pengelolaan
sampah, terutama di bidang 3R (Reuse, Reduce, Recycle).
19

BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Total timbulan sampah di kelurahan X adalah 59,8063 m
3
/h. Sebagian besar sampah
tersebut berasal dari sampah domestik. Komposisi sampah yang paling tinggi adalah
sampah organik yaitu 21,562 m
3
/h.
Untuk pengelolaan sampah, kelurahan X memerlukan 12becak, 5truk dan 2 amroll
truck untuk pengumpulan sampah ke TPST. 4 dump truck untuk pengangkutan sampah dari
TPST ke TPA.
Kelurahan X membutuhkan lahan seluas 3,5 Ha sebagai tempat pembuangan akhir
(TPA), TPA ini bisa digunakan untuk waktu 1tahun.
Pengelolaan sampah di kelurahan X masih jauh dengan tata cara pengelolaan yang
semestinya. Ini terlihat dari perbedaan yang signifikan antara sarana pengelolaan yang
eksisting dengan yang direncanakan.
5.2 Saran
Untuk mengurangi timbulan sampah di kelurahan X, sebaiknya dimulai dari rumah
tangga hal ini dikarenakan sumber timbulan sampah terbanyak berasal dari sampah rumah
tangga (domestik).







20

DAFTAR PUSTAKA

Wahyono, Sri. 2010. Kader Lingkungan Dan Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat.
Sumber: http://3rindonesia.blogspot.com/2010/02/kader-lingkungan-dan-pengelolaan-
sampah. html . Diakses pada: 26 Desember 2011

---. Rencana Induk Persampahan Kota Depok. Sumber: http://depokbebassampah.
wordpress.com/kajian/rencana-induk-persampahan/identifikasi-masalah/#comment-151.
Diakses pada: 29 Desember 2011

Damanhuri, Enri. 2008. Diktat Kuliah Pengelolaan Sampah TL-3104. Bandung
Soma,Soekmana. 2010. Pengantar Ilmu Teknik Lingkungan. Bogor: IPB Press
---. 2010. Kecamatan Payung Sekaki Dalam Angka 2010. Pekanbaru

Anda mungkin juga menyukai