4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di wilayah Bandar Lampung dengan mengambil lokasi di STM/SMK 2 MEI Bandar Lampung. Dipilihnya SMK 2 Mei sebagai lokasi penelitian karena menurut Dinas Pendidikan SMK 2 Mei merupakan sekolah yang memiliki jumlah siswa terbanyak yaitu 1684 siswa di banding SMK lain di Bandar Lampung. Sekolah ini sebagian besar terdiri dari siswa laki-laki dan menurut informasi dari guru bimbingan dan konseling SMK 2 Mei, sekolah ini pernah terlibat dalam tawuran antar pelajar pada dua tahun terakhir yaitu tahun 2012 dan tahun 2013. Dari data yang di dapat, siswa dari SMK 2 Mei ini adalah sekolah yang paling sering melakukan tawuran antar pelajar dengan sekolah lainnya dengan masalah klasik anak anak remaja saat ini. Selain itu para guru juga menyesalkan anak anak didiknya 70% adalah perokok. Siswa siswi dari SMK 2 Mei Bandar lampung ini memiliki mayoritas murid laki laki, dengan persentase 80% murid laki laki dan 20 % murid perempuan karena jurusan yang disediakan adalah untuk pekerjaan laki laki seperti tehnik otomotif roda 2, tehnik otomotif roda 4, tehnik elektro dan yang lainnya. Para guru juga mengeluhkan perilaku murid muridnya yang sering bolos saat jam pelajaran atau ribut di tengah proses pembelajaran, para guru hamper kewalahan dengan menghadapi perilaku siswanya yang seperti itu. 4.2 Gambaran Umum Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI Tehnik Komputer dan Jaringan yang berjumlah 3 kelas sebanyak 91 orang di SMK 2 Mei Bandar Lampung. 4.2.1 Umur sampel umur terendah sampel adalah 15 tahun dan umur tertinggi sampel adalah 17 tahun. Distribusi umur dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.1 Distribusi frekuensi remaja berdasarkan umur No. Umur Frekuensi Persentase 1. 2. 3. 15 16 17
15 40 36 16,48 43,95 39,56 Total 91 100%
Berdasarkan tabel 4.1 diatas menunjukan bahwa sebagian besar dari sampel penelitian ini, yaitu 43,95% adalah anak berumur 16 tahun.
4.3 Hasil penelitian dan analisa 4.3.1 Analisis univariat Pada analisis univariat akan menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik masing masing variabel yang diteliti. a. Pola Asuh Orang Tua Tabel 4.2 Distribusi frekuensi pola asuh orang tua berdasarkan jenisnya (n=91) No. Pola asuh orang tua Frekuensi Presentase 1 2 3 Pola Asuh Otoriter Pola Asuh Demokratis Pola Asuh Permisif atau Pemanja 25 15 51 27,47% `16,48% 56,04 Jumlah 91 100%
Dari table diatas didapatkan hasil bahwa frekuensi pola asuh yang dilakukan tidak merata atau tidak sama. Beberapa orang tua memilih menerapkan pola asuh otoriter dan beberapa keluarga dari orang tua murid menerapkan pola asuh demokratis dan permisif. Dari table diatas pola asuh terbanyak yang dilakukan orang tua terhadap anaknya adalah pola asuh permisif atau pemanja dengan persentase 56,04%, pola asuh demokratis dengan 27,47%, lalu pola asuh demokratis dengan persentase 16,48%.
b. Kenakalan Remaja Tabel 4.3 Distribusi frekuensi kenakalan remaja berdasarkan jenis kenakalan remaja yang dilakukan (n=10) No Kenakalan remaja Frekuensi N % 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Rambut disemir Mentato kulit Merokok Berkelahi Mencuri Pergaulan bebas Pacaran Tidak masuk sekolah Sering bolos Mencontek 8 3 60 76 5 - 85 17 24 87 8,79 3,29 65,93 83,51 5,49 - 93,40 18,68 26,37 95,60
Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa kecenderungan perilaku yang dilakukan oleh anak/remaja di SMK 2 Mei Bandar Lampung adalah pada perbuatan mencontek (95,60 %) baik itu mencontek pekerjaan ruma / PR maupun mencontek saat ulangan atau ujian, persentase terbesar kedua adala pacaran (93,40 %), rata rata siswa/siswi SMK 2 Mei Bandar Lampung ini sudah pernah pacaran namun tidak ada yang mengaku saat ditanya pernah melakukan hubungan sex atau tidak, persentase terbesar ketiga adalah berkelahi (83,51%),sebagian besar siswa/siswi SMK 2 Mei Bandar Lampung mengaku pernah terlibat perkelahian baik itu perkelahian antar teman maupun tawuran antar sekolah / pelajar dan persentase terbesar keempat adalah merokok (65,93 %), para siswa SMK 2 Mei Bandar Lampung sebagian besar sudah merok.
4.3.2 Analisis bivariate Untuk mengetahui adanya hubungan antara variabel independen dan variabel dependen dilakukan analisa bivariat dengan menggunakan uji chi square, dimana masing masing variabel independen dihubungkan dengan masing masing variabel dependen. Tingkat signifikan () yang digunakan adalah 0,05 dan tingkat kepercayaan 95%. Tabel 4.4 Hubungan pola asuh orang tua dengan kenakalan remaja
No. Kenakalan Remaja Pola asuh P-value Demokratis Otoriter Permisif 1 Rambut disemir 0,017 2 Mentato kulit 3 Merokok 4 Berkelahi
B erdasarkan tabel 4.4 diatas diketahui bahwa dari 10 jenis kenakalan remaja yang dilakukan siswa siswi sekolah mayoritas pelanggaran yang dilakukan adalah berasal dari pola asuh keluarga dengan penerapan system otoriter (11) dan permisif (6), sedangkan untuk jenis pola asuh demokratis kenakalan remaja yang dilakukan sedikit (2), hanya sebatas mencontek ataupun pacaran. Data data tersebut diatas dikaitkan dengan Social Learning Theory dari Bandura sangatlah relevan karena anak yang masih berada pada masa perkembangan menuju kedewasaan (masa transisi) sangatlah rentan dengan segala perubahan yang terjadi disektarnya termasuk perubahan pada lingkungan masyarakat dan lingkungan pergaulannya. Kondisi kejiwaannya yang belum matang dan kendornya kontrol orang tua terhadap perilaku anak atau remaja membuat relasi anak dan orang tua semakin menjauh. Semakin jauhnya relasi anak dan orang tua membawa 5 Mencuri 6 Pergaulan Bebas - - - 7 Pacaran 8 Tidak masuk sekolah
9 Sering bolos 10 Mencontek Jumlah 2 6 11 akibat minimnya komunikasi dan proses penginternalisasian nilai dan norma kehidupan yang baik dan akibat berikutnya adalah semakin besarnya peluang yang dimiliki anak untuk mengabaikan nilai dan norma hidup yang baik itu. Pola asuh permisif mempunyai jumlah kenakalan remaja yang terbanyak diantara pola asuh demokratis dan otoriter dengan jumlah kasus kenakalan remaja mencapai 10 jenis kenakalan remaja di kalangan pelajar. Sedangkan pola asuh yang memiliki jumlah kenakalan terbanyak kedua adalah pola asuh otoriter yaitu mencapai 6 jenis kenakalan remaja di kalangan pelajar dari 10 jenis kenakalan remaja yang terjadi. Sedangkan pola asuh demokratis memiliki jumlah kasus kenakalan remaja yang lebih sedikit dibandingkan dengan pola asuh permisid dan otoriter. Pola asuh permisif memberikan hubungan relasi yang baik anara anak dan orang tua sehingga perilaku anak atau remaja diluar ataupun dalam sekolah masih bisa termonitor. Hasil uji statistik diperoleh nilai P-value 0,017 (lebih kecil dari nilai < 0,05) yang berarti Ha diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pola asuh orang tua terhadap kenakalan remaja di SMK 2 Mei Bandar Lampung Tahun 2014.
4.3.3 Pembahasan Pola asuh orang tua adalah pola perilaku orang tua yang diterapkan pada anak yang bersifat relatif dan konsisten dari waktu ke waktu. Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak dari segi negatif maupun positif. Pada dasarnya pola asuh dapat diartikan seluruh cara perlakuan orang tua yang diterapkan pada anak. Cara orang tua mendidik anaknya disebut sebagai pola pengasuhan dalam Interaksinya dengan orang tua, anak cenderung menggunakan cara-cara tertentu yang dianggap paling baik bagi dirinya (Rahmadiana, 2004). Pada dasarnya kenakalan remaja merujuk pada suatu bentuk perilaku remaja yang tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakatnya. Kenakalan remaja adalah kelainan tingkah laku/tindakan remaja yang bersifat anti sosial, melanggar norma sosial, agama, serta ketentuan hukum yang berlaku dalam masyarakat (Asmani, 2012). Kecenderungan kenakalan remaja adalah kecenderungan remaja untuk melakukan tindakan yang melanggar aturan yang dapat mengakibatkan kerugian dan kerusakan baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain yang dilakukan remaja di bawah umur 17 tahun. Tabel 4.3 berikut ini disajikan distribusi sampel berdasarkan pengelompokan kenakalan remaja berdasarkan jenis kenakalan remaja yang dilakukan di kalangan pelajar. Berdasarkan Tabel 4.3 didapatkan secara umum proporsi terbesar kenakalan remaja yang dilakukan kususnya dikalangan para pelajar adalah mencontek dengan persentase mencapai 95,60%, kemudian jenis kenakalan remaja terbesar kedua yang dilakukan adalah pacaran dengan persentase 93,40%, kenakalan remaja terbesar ketiga yang dilakukan adalah berkelahi antar teman ataupun tawuran antar pelajar dimana persentasenya mencapai 83,51% yang berarti sebagian besar dari pelajar SMK 2Mei Bandar Lampung ini pernah terlibat dalam aksi kriminal baik itu perkelahian ataupun tawuran antar pelajar. Kemudian kenakalan remaja terbesar ke 4 yang dilakukan adalah merokok, persentasenya adalah 65,93%. Persentase pelajar perokok di SMK 2 MEI Bandar Lampung yang melebihi setengah dari jumlah siswa yang ada disana sangat disayangkan karena usia remaja yang masih di interval 15-17 tahun ini sudah menjadi seorang perokok yang artinya terjadi kesalahan pola asuh yang dilakukan keluarga terhadap anaknya.
Dari data hasil penelitian yang didapatkan penelitian ini sesuai dengan teori dari Asmani (2012) yang mengatakan Faktor penyebab kenakalan remaja antara lain: (1)faktor internal: Reaksi frustasi negatif, gangguan perasaan/emosional, (2)faktor eksternal: faktor keluarga (pola asuh orang tua), lingkungan sekolah, dan lingkungan sekitar. Pola asuh orangtua yang salah dalam mendidik anaknya dapat menyebabkan timbulnya kenakalan remaja karena keluarga sebagai sendi utama pendidik anak, sudah tidak lagi memperhatikan pendidikan anak, baik dari sisi moralitas, intelektual, maupun sosialnya. Selain itu jenis pola asuh yang diterapkan sangat berpengaruh terhadap karakter remaja dimana sesuai dengan data hasil penelitian yang dilakukan anak anak yang di didik dari pola asuh demokratis dari orang tuanya memiliki kasus kenakalan remaja yang lebih sedikit dibandingkan dengan pola asuh otoriter dan permisif. Hal ini seiring dengan teori dari Baumrind (dalam Syamsu Yusuf, 2005) yang mengklasifikasikan jenis pola asuh yang diterapkan orang tua, antara lain: 1) Pola Asuh Otoriter Adalah pola asuh yang cenderung menetapkan standar yang mutlak yang harus dituruti, biasanya disertai dengan ancaman-ancaman. Bentuk pola asuh ini menekan pada pengawasan orang tua atau kontrol yang ditunjukkan pada anak untuk mendapatkan kepatuhan dan ketaatan. Jadi orang tua yang otoriter sangat berkuasa terhadap anak, memegang kekuasaan tertinggi serta mengharuskan anak patuh pada perintah- perintahnya. 2) Pola Asuh Demokratis Adalah pola asuh yang memperioritaskan kepentingan anak akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran. Orang tua yang demokratis memandang sama kewajiban hak orang tua dan anak, bersikap rasional dan selalu mendasari tindakannya pada rasio pemikiran. 3) Pola Asuh Permisif atau Pemanja Merupakan suatu bentuk pengasuhan dimana orang tua memberikan kebebasan sebanyak mungkin kepada anak untuk mengatur dirinya, anak tidak dituntut untuk bertanggung jawab dan tidak banyak kontrol oleh orang tua. Dalam konsep yang dikemukakan Baumrind (dalam Syamsu Yusuf, 2005) tingkah laku manusia itu diperoleh karena belajar. Jadi perilaku anak merupakan hasil belajar dari orang tuanya, sebab orang tualah lingkungan yang paling dekat dengan anak dan interaksinyapun relatif lebih lama dengan lingkungan lingkungan yang lain. Dalam proses belajar Baumrind mengemukakan beberapa hal seperti imitasi, modeling. Imitasi merupakan perilaku meniru dari apa yang dilakukan orang tuanya. Peniruan ini terjadi atau dapat terjadi karena interaksi yang terus menerus dan kemudian anak meniru apa yang dilihatnya setiap hari. Kecocokan perilaku orang tua dengan dirinya akan semakin memperkuat peniruan. Jadi anak meniru perilaku orang tuanya disebabkan oleh karena anak selalu mengobservasi perilaku dari orang tuanya dan kemudian ia meniru perilaku yang dilihatnya.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti terhadap 91 responden tentang hubungan pola asuh keluarga dengan kenakalan remaja di SMK 2 MEI Bandar Lampung maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa: 1. Jumalah remaja yang mendapatkan pola asuh otoriter adalah sebanyak 25 orang (27,47%). Jumlah remaja yang mendapatkan pola asuh demokratis adalah sebanyak 15 orang (16,48%). Jumlah remaja yang mendapatkan pola asuh permisif adalah 51 orang (56,04%). 2. Jumlah kenakalan remaja terbanyak yang dilakukan pelajar di SMK 2 Mei Bandar Lampung adalah mencontek (95,60%), kenakalan remaja terbanyak kedua adalah berpacaran (93,40%), kenakalan remaja terbanyak ketiga adalah berkelahi (83,51%) dan kenakalan remaja terbanyak ke empat adalah merokok (65,93%) 3. Hasil uji statistic didapatkan (p-value 0,017 < 0,05) sehingga Ha diterima dan Ho ditolak, yang berarti terdapat terdapat hubungan antara pola asuh keluarga terhadap kenakalan remaja di SMK 2 Mei Bandar Lampung tahun 2014
5.2 Saran 5.2.1 Bagi Pelayanan Keperawatan Meningkatkan pelayanan keperewatan terutama dalam bidang keperawatan komunitas untuk melakukan penkes tentang kenakalan remaja yang bisa muncul akibat kesalahan dalam menerapkan pola asuh yang diberikan pada anak. Pola asuh yang tepat akan memberikan hal positif pada anak untuk menjauhi tindakan kenakalan remaja yang marak saat ini. 5.2.2 Bagi Masyarakat Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kenakalan kenakalan remaja yang dapat memberikan efek buruk terhadap anaknya sehingga jika orang tua melihat tanda tanda yang menyimpang dari anaknya, orang tua mampu mengarahkan anaknya agar tidak semakin terjerumus dan melakukan kenakalan remaja. 5.2.3 Bagi Pihak Sekolah Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan pengawasan terhadap siswa siswinya agar tidak melakukan pelanggaran pelanggaran peraturan sekolah yang ditetapkan. Peraturan yang tegas dapat meminimalkan tindakan menyimpang dari muridnya. 5.2.4 Bagi Peneliti Selanjutnya Setelah melakukan penelitian tentang Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kenakalan Remaja di SMK 2 Mei Bandar Lampung Tahun 2014, penulis menyarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian tentang hubungan pola asuh orang tua terhadap prestasi belajar siswa. Karena pola asuh yang baik dari orang tua akan bisa memotivasi anaknya untuk bisa berprestasi di sekolah.