Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Benarkah bahwa di sekitar kita ternyata banyak sekali terdapat radiasi ? Disadari
ataupun tanpa disadari ternyata disekitar kita baik dirumah, di kantor, dipasar, dilapangan,
maupun ditempat-tempat umum lainnya ternyata banyak sekali radiasi. Yang perlu
diketahui selanjutnya adalah sejauh mana radiasi tersebut dapat berpengaruh buruk
terhadap kesehatan kita.
Radiasi dalam istilah fisika, pada dasarnya adalah suatu cara perambatan energi dari
sumber energi ke lingkungannya tanpa membutuhkan medium. Beberapa contohnya
adalah perambatan panas, perambatan cahaya, dan perambatan gelombang radio. Selain
radiasi, energi dapat juga dipindahkan dengan cara konduksi, kohesi, dan konveksi.
Dalam istilah sehari-hari radiasi selalu diaso-siasikan sebagai radioaktif sebagai sumber
radiasi pengion.

1.2 Rumusan masalah
1.3 Tujuan























BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Radiasi
Radiasi dapat didefinisikan suatu proses dimana energi dilepaskan oleh atom-
atom. Radiasi selalu menjadi faktor penting di dalam lingkungan makhluk hidup,
seperti penggunaan reaktor inti dan kemajuan dalam bidang radiologi. Sumber-
sumber radiasi alam seperti sinar kosmik, aktivitas angkasa, dan pengaruh
radioisotop. Kita secara rutin terpapar sejumlah radiasi.
Ionisasi ialah pembentukan sepasang ion-ion positif dan ion negatif. Pada
proses ionisasi dalam jaringan tubuh terjadi kelainan atau kerusakan pada sel-sel dan
jaringan yang dinamakan efek biologi. Ionisasi diudara dipakai sebagai dasar sistem
pengukuran dosis radiasi. Suatu radiasi yang bisa menghasilkan pasangan ion di dalam
suatu bahan medium dinaakan radiasi ionisasi. Sedangkan radiasi yang tidak bisa
menghasilkan ion di dalam suatu medium dinamakan radiasi non ionisasi
2.2 Jenis-Jenis Radiasi
Secara garis besar radiasi digolongkan ke dalam radiasi pengion dan radiasi
non-pengion.
o Radiasi Pengion
Radiasi pengion adalah jenis radiasi yang dapat menyebabkan proses ionisasi
(terbentuknya ion positif dan ion negatif) apabila berinteraksi dengan materi.
Yang termasuk dalam jenis radiasi pengion adalah partikel alpha, partikel beta,
sinar gamma, sinar-X dan neutron. Setiap jenis radiasi memiliki karakteristik
khusus. Yang termasuk radiasi pengion adalah partikel alfa (), partikel beta
(), sinar gamma (), sinar-X, partikel neutron.
o Radiasi Non Pengion
Radiasi non-pengion adalah jenis radiasi yang tidak akan menyebabkan efek
ionisasi apabila berinteraksi dengan materi. Radiasi non-pengion tersebut
berada di sekeliling kehidupan kita. Yang termasuk dalam jenis radiasi non-
pengion antara lain adalah gelombang radio (yang membawa informasi dan
hiburan melalui radio dan televisi); gelombang mikro (yang digunakan dalam
microwave oven dan transmisi seluler handphone); sinar inframerah (yang
memberikan energi dalam bentuk panas); cahaya tampak (yang bisa kita lihat);
sinar ultraviolet (yang dipancarkan matahari).
2.3 Efek Radiasi Pada Manusia
Efek Radiasi Terhadap Manusia
Dilihat dari interaksi biologi tadi di atas, maka secara biologis efek radiasi dapat
dibedakan atas :
1. Berdasarkan jenis sel yang terkena paparan radiasi
Sel dalam tubuh manusia terdiri dari sel genetic dan sel somatic. Sel genetic
adalah sel telur pada perempuan dan sel sperma pada laki-laki, sedangkan sel
somatic adalah sel-sel lainnya yang ada dalam tubuh.
Berdasarkan jenis sel, maka efek radiasi dapat dibedakan atas :
Efek Genetik (non-somatik) atau efek pewarisan adalah efek yang
dirasakan oleh keturunan dari individu yang terkena paparan radiasi.
Efek Somatik adalah efek radiasi yang dirasakan oleh individu yang
terpapar radiasi. Waktu yang dibutuhkan sampai terlihatnya gejala efek
somatik sangat bervariasi sehingga dapat dibedakan atas :
Efek segera adalah kerusakan yang secara klinik sudah dapat
teramati pada individu dalam waktu singkat setelah individu
tersebut terpapar radiasi, seperti epilasi (rontoknya rambut),
eritema (memerahnya kulit), luka bakar dan penurunan jumlah
sel darah. Kerusakan tersebut terlihat dalam waktu hari sampai
mingguan pasca iradiasi.
Efek tertunda merupakan efek radiasi yang baru timbul
setelah waktu yang lama (bulanan/tahunan) setelah terpapar
radiasi, seperti katarak dan kanker.

2. Berdasarkan dosis radiasi
Bila ditinjau dari dosis radiasi (untuk kepentingan proteksi radiasi), efek
radiasi dibedakan atas efek stokastik dan efek deterministic (non-stokastik).
1. Efek Stokastik adalah efek yang penyebab timbulnya merupakan fungsi dosis
radiasi dan diperkirakan tidak mengenal dosis ambang. Efek ini terjadi sebagai
akibat paparan radiasi dengan dosis yang menyebabkan terjadinya perubahan
pada sel. Radiasi serendah apapun selalu terdapat kemungkinan untuk
menimbulkan perubahan pada sistem biologik, baik pada tingkat molekul
maupun sel. Dengan demikian radiasi dapat pula tidak membunuh sel tetapi
mengubah sel, sel yang mengalami modifikasi atau sel yang berubah ini
mempunyai peluang untuk lolos dari sistem pertahanan tubuh yang berusaha
untuk menghilangkan sel seperti ini. Semua akibat proses modifikasi atau
transformasi sel ini disebut efek stokastik yang terjadi secara acak. Efek
stokastik terjadi tanpa ada dosis ambang dan baru akan muncul setelah masa
laten yang lama. Semakin besar dosis paparan, semakin besar peluang terjadinya
efek stokastik, sedangkan tingkat keparahannya tidak ditentukan oleh jumlah
dosis yang diterima. Bila sel yang mengalami perubahan adalah sel genetik,
maka sifat-sifat sel yang baru tersebut akan diwariskan kepada turunannya
sehingga timbul efek genetik atau pewarisan. Apabila sel ini adalah sel somatik
maka sel-sel tersebut dalam jangka waktu yang relatif lama, ditambah dengan
pengaruh dari bahan-bahan yang bersifat toksik lainnya, akan tumbuh dan
berkembang menjadi jaringan ganas atau kanker.
Maka dari itu dapat disimpulkan ciri-ciri efek stokastik a.l :
Tidak mengenal dosis ambang
Timbul setelah melalui masa tenang yang lama
Keparahannya tidak bergantung pada dosis radiasi
Tidak ada penyembuhan spontan
Efek ini meliputi : kanker, leukemia (efek somatik), dan penyakit
keturunan (efek genetik).
2. Efek Deterministik (non-stokastik) adalah efek yang kualitas keparahannya
bervariasi menurut dosis dan hanya timbul bila dosis ambang dilampaui. Efek
ini terjadi karena adanya proses kematian sel akibat paparan radiasi yang
mengubah fungsi jaringan yang terkena radiasi. Efek ini dapat terjadi sebagai
akibat dari paparan radiasi pada seluruh tubuh maupun lokal. Efek deterministik
timbul bila dosis yang diterima di atas dosis ambang (threshold dose) dan
umumnya timbul beberapa saat setelah terpapar radiasi. Tingkat keparahan efek
deterministik akan meningkat bila dosis yang diterima lebih besar dari dosis
ambang yang bervariasi bergantung pada jenis efek. Pada dosis lebih rendah dan
mendekati dosis ambang, kemungkinan terjadinya efek deterministik dengan
demikian adalah nol. Sedangkan di atas dosis ambang, peluang terjadinya efek
ini menjadi 100%.
Adapun ciri-ciri efek non-stokastik a.l :
Mempunyai dosis ambang
Umumnya timbul beberapa saat setelah radiasi
Adanya penyembuhan spontan (tergantung keparahan)
Tingkat keparahan tergantung terhadap dosis radiasi
Efek ini meliputi : luka bakar, sterilitas / kemandulan, katarak
(efek somatik)
Darai penjelasan di atas dapat disimpulkan :
Efek Genetik merupakan efek stokastik, sedangkan
Efek Somatik dapat berupa stokastik maupun deterministik (non-
stokastik)
Efek radiasi secara biologis terhadap manusia dapat dilihat dari bagan berikut :


Gb. 1 Bagan Efek Radiasi terhadap manusia

2.4 Efek Radiasi Pada Rongga Mulut
1. Efek Radiasi pada Membran Mukosa Mulut
Radiasi pada daerah kepala dan leher khususnya nasofaring akan
mengikutsertakan sebagian besar mukosa mulut. Akibatnya dalam keadaan
akut akan terjadi efek samping pada mukosa mulut berupa mukositis yang
dirasa pasien sebagai nyeri pada saat menelan, mulut kering dan hilangnya cita
rasa (taste). Keadaan ini seringkali diperparah oleh timbulnya infeksi jamur
pada mukosa lidah sertadpalatum.
2. Efek Radiasi pada Glandula Salivarius
Terapi radiasi pada daerah leher dan kepala untuk perawatan kanker telah
terbukiti dapat mengakibatkan rusaknya struktur kelenjar saliva dengan
berbagai drajat kerusakan pada kelenjar saliva yang terkena radioterapi. Hal ini
ditunjukkan dengan berkurangnya volume saliva. Jumlah dan keparahan
kerusakan jaringan kelenjar saliva tergantung dosis dan lamanya penyinaran..
Mulut akan menjadi kering (Xerostomia) dan sakit, serta pembengkakan dan
nyeri karena berkurangnya saliva sehingga menyebabkan hilangnya fungis
lubrikasi.
3. Efek Radiasi pada Gigi
Gigi yang telah erupsi cenderung mengalami kerukan akibat radiasi daerah
rongga mulut, meskipun kerusakannya baru tampak setelah beberapa tahun
setelah radiasi. Manifestasi kerusakan berupa destruksi substansi gigi yang
disebut karies radiasi dan dimulai pada servikal gigi. Lesi berupa
demineralisasi yang lebih daripada karies pada umumnya, dengan pola
melintas gigi dan menyebabkan kerusakan mahkota gigi pada daerah servikal.
Kerusakan jaringan keras gigi (email, dentin, sementum) mengakibatkan
karies gigi. Secara radiografi daerah karies bersifat radiolusen bila
dibandingkan dengan email atau dentin. Hal ini penting bagi pendiagnosa
untuk melihat radiografi dalam situasi pengamatan yang tepat dengan
pandangan yang jelas agar dapat membedakan antara restorasi dan anatomi
gigi yang normal. Pada gigi terjadi dua efek radiasi yaitu efek radiasi secara
langsung dan tidak langsung.
Efek Radiasi Langsung
Efek radiasi ini terjadi paling dini dari benih gigi, berupa gangguan
kalsifikasi benih gigi, gangguan perkembangan benih gigi dan
ganguan erupsi gigi.
Efek Radiasi tidak Langsung
Efek radiasi tidak langsung terjadi setelah pembentukan gigi dan
erupsi gigi normal berada dalam rongga mulut, kemudian terkena
radiasi ionosasi, maka akan terlihat kelainan gigi tersebut misalnya
adanya karies radiasi. Biasanya karies radiasi pada beberapa gigi
bahkan seluruh region yang terkena pancaran sinar radiasi, keadaan
ini disebut rampan karies radiasi. Radiasi karies merupakan bentuk
rampan dari kerusakan gigi yang dapat terjadi pada tiap individu yang
mendapatkan radioterapi termasuk penyinaran dari glandula saliva.
Lesi karies dihasilkan dari perubahan glandula salivarius.
Penurunan arus, peningkatan pH, penurunan kapasitas buffer karena
adanya perubahan elektrolit dan peningkatan viskositas. Saliva normal
dapat menurun dan akumulasi debris yang cepat karena tidak adanya
tindakan pembersihan. Karies sekunder yang disebabkan radiasi
memiliki bentuk jelas yang merata pada cement enamel junction (CEJ)
dari permukaan bukolabial, merupakan lokasi yang biasanya tahan
terhadapnkaries.
Permukaan bukal dan lingual sering Nampak warna putih atau
opak karena terjadi demineralisasi dari email. Daerah ini terjadi
demineralisasi bila saliva menjadi asam dan kehilangan suplai mineral
yang secara normal mengisi ion negative berubah, permukaan
lembut, kehailangan translusensi dan sering fraktur, menyebabkan
erosi, membuat dentin menjadi terbuka.
4. Efek Radiasi pada Tulang
Perawatan kanker pada daerah mulut sering dialkukan penyinaran termasuk
pada mandibula. Kerusakan primer pada tulang disebabkan oleh penyinaran
yan mengakibatkan rusaknya pembuluh darah periosteum dan tulang
kortikal, yang dalam keadaan normalnya sudah tipis. Radiasi juga dapat
merusak osteoblas dan osteoklas. Jaringan sumsusm tulang menjadi
hipovaskular, hipoxik,JdanNhiposelular.
Sebagai tambahan, endosteum menjadi terjadi atrofi pada endosteum
menunjukkan berkurangnya aktifitas osteoblas dan osteoklas, dan beberapa
lacuna pada tulang yang kompak tampak kosong, hal tersebut merupakan
indikasi terjadinya nekrosis. Derajat mineralisasi menjadi berkurang, memicu
terjadinya kerapuhan, aytau perubahandari tulang yang normal. Jika keadaan
ini bertambah parah tulang akan mangalami kematian, kondisi seperti ini
disebut osteoradionecrosis.
5. Efek radiasi pulp
Apoptosis adalah mekanisme biologis yang merupakan jenis kematian sel yang
terprogram, yang dapat terjadi pada kondisi fisiologis maupun patologis.
Apoptosis digunakan oleh organism multi sel untuk membuang sel yang sudah
tidak diperlukan oleh tubuh. Apoptosis umumnya berlangsung seumur hidup
dan bersifat menguntungkan bagi tubuh.
Apoptosis dapat terjadi selama selama perkembangan, sebagai mekanisme
homeostatis untuk menjaga atau memelihara populasi sel dalam jaringan,
sebagai mekanisme pertahanan jika sel rusak oleh suatu penyakit atau bahan
racun pada proses penuaan.
Apoptosis pada jaringan fibroral pulpa dapat terjadi akibat dosis radiasi yang
diterima selama terapi radiasi adalah 200 rad sehingga apoptosis pada sel
fibrolas pulpa meningkat pulpa sehingga selain sel sel fibrolas, sel-sel lain juga
turut mati akibat efek radiasi. Dikarenakan sel fibrolas merupakan sel
terbanyak yang ada di pulpa dengan fungsi sebagai menjaga integritas dan
vitalitas pulpa berupa membentuk dan mempertahankan matriks jaringan
pulpa dengan membentuk ground substance dan serat kolagen sehingga
apoptosis pada sel fibrolas pulpa menjadi proses awal terjadinya karies radiasi.
Selain itu, Interaksi radiasi pengion dengan meteri biologic diawali dengan
interaksdi fisika yaitu, proses ionisasi. Elektron yang dihasilkan dari proses
ionisasi akan berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung. Secara
langsung bila penyerapan energi langsung terjadi pada molekul organik dalam
sel yang mempunyai arti penting, seperti DNA. Sedangkan interaksi secara tidak
langsung bila terlebih dahulu terjadi interaksi radiasi dengan molekul air dalam
sel yang efeknya kemudian akan mengenai molekul organik penting. Mengingat
sekitar 80% dari tubuh manusia terdiri dari air, maka sebagian besar interaksi
radiasi dalam tubuh terjadi secara tidak langsung.
Radiasi dengan Molekul Air (Radiolisis Air)
Penyerapan energi radiasi oleh molekul air dalam proses
radiolisis air akan menghasilkan radikal bebas (H* dan OH*)
yang tidak stabil serta sangat reaktif dan toksik terhadap
molekul organik vital tubuh.
Radiasi dengan DNA.
Interaksi radiasi dengan DNA dapat menyebabkan terjadinya
perubahan struktur molekul gula atau basa, putusnya ikatan
hydrogen antar basa, hilangnya basa dan lainnya. Kerusakan
yang lebih parah adalah putusnya salah satu untai DNA yang
disebut single strand break, atau putusnya kedua untai DNA
yang disebut double strand breaks
Radiasi dengan Kromosom.
Sebuah kromosom terdiri dari dua lengan yang dihubungkan
satu sama lain dengan suatu penyempitan yang disebut
sentromer. Radiasi dapat menyebabkan perubahan baik pada
jumlah maupun struktur kromosom yang disebut aberasi
kromosom. Perubahan jumlah kromosom, misalnya menjadi
47 buah pada sel somatic yang memungkinkan timbulnya
kelainan genetic. Kerusakan struktur kromosom berupa
patahnya lengan kromosom terjadi secara acak dengan
peluang yang semakin besar dengan meningkatnya dosis
radiasi.






















BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Radiasi pengion adalah radiasi radiasi yang mampu menimbulkan ionisasi pada suatu
bahan yang dilalui. Ionisasi tersebut diakibatkan adanya penyerapan tenaga radiasi
pengion oleh bahan yang terkena radiasi. Dengan demikian banyaknya jumlah ionisasi
tergantung dari jumlah tenaga radiasi yang diserap oleh bahan .
Sel dalam tubuh manusia terdiri dari sel genetic dan sel somatic. Sel genetic adalah sel
telur pada perempuan dan sel sperma pada laki-laki, sedangkan sel somatic adalah sel-sel
lainnya yang ada dalam tubuh. Berdasarkan jenis sel, maka efek radiasi dapat dibedakan
atas efek genetik dan efek somatik. Efek genetik atau efek pewarisan adalah efek yang
dirasakan oleh keturunan dari individu yang terkena paparan radiasi. Sebaliknya efek
somatik adalah efek radiasi yang dirasakan oleh individu yang terpapar radiasi .
Bila ditinjau dari dosis radiasi (untuk kepentingan proteksi radiasi), efek radiasi
dibedakan atas efek deterministik dan efek stokastik. Efek deterministik adalah efek yang
disebabkan karena kematian sel akibat paparan radiasi, sedangkan efek stokastik adalah
efek yang terjadi sebagai akibat paparan radiasi dengan dosis yang menyebabkan
terjadinya perubahan pada ,Efek Radiasi Pada Organ reproduksi
Sesuai penjelasan-penjelasan sebelumnya di atas telah diketahui bahwa radiasi,
khususnya radiasi pengion dapat berinteraksi baik dengan materi biologik, fisik, maupun
kimia. Serta memiliki efek biologik terhadap manusia melalui tahapan fisik, tahap
fisikokimia, tahap kimia & biologi serta yang terakhir tahap biologi. Dan memiliki akibat
seperti timbulnya berbagai penyakit, mutasi gen dan yang terfatalmenibulkan kematian.

3.2 SARAN

Anda mungkin juga menyukai