Anda di halaman 1dari 2

Zhuge Liang (Hanzi: ) (181234 AD) adalah ahli strategi militer Tiongkok yang terkenal pada

periode Tiga Kerajaan (220280 AD). Ia menjabat sebagai perdana menteri Shu Han dengan
kaisarnya bernama Liu Bei. Ia bernama lengkap Zhuge Kongming dan nama julukan Wlng, juga
dikenal sebagai Cukat Liang atau Kong Beng di kalangan Tionghoa Indonesia. Ia adalah salah satu
tokoh sentral di balik berdirinya Tiga Kerajaan.
Ia mengikuti Liu Bei setelah Liu Bei dan kedua adik angkatnya membuat tiga kunjungan untuk
menjemputnya menjadi ahli strategi negeri Shu. Terharu dengan keikhlasan dan kemurnian hati Liu
Bei yang menangis karena mengenangkan nasib rakyat pada zaman peperangan itu, maka ia
menghambakan diri kepada Liu Bei. Nasihat pertama yang diberikannya secara pribadi kepada Liu
Bei adalah "Longzhong Plan", yaitu tentang pendirian tiga negara besar di tanah Tiongkok,
yaitu Wei, Wu dan Shu. Nasihat pertama Zhuge Liang ini menjadi kenyataan setelah beberapa
tahun membantu Liu Bei di dalam peperangan untuk menegakkan Dinasti Han yang telah rapuh.
Zhuge Liang adalah seorang ahli strategi dan advisor dari Shu, dia sering dipanggil Sleeping
Dragon atau Naga Tidur. Dia jenius dalam banyak urusan, baik itu domestik dan urusan ke luar.
Setelah Liu Bei wafat, Liu Bei mengamanatkan padanya untuk memulihkan kembali
kekuasaan Dinasti Han dan mengambil alih kekuasaan kalau-kalau anak Liu Bei, Liu Chan, tidak
becus dalam menjalankan negara. Walaupun Liu Chan terbukti tidak cakap, Zhuge Liang masih
menghargainya sebagai kaisarnya.
Hal pertama yang dia lakukan adalah mengamankan daerah Nanman. Dan pada tahun 225 AD dia
menginvasi daerah Nanman dan berhasil menangkap pemimpinnya, Meng Huo. Zhuge Liang
kemudian menawarkan status aliansi kepada Nanman yang kemudian ditolak oleh Meng Huo.
Setelah Zhuge Liang menangkap dan melepaskan Meng Huo sebanyak tujuh kali, akhirnya Meng
Huo mau menerima penawaran itu dan menjadi aliansi untuk Shu.
Setelah mengamankan daerah selatan dan memastikan tidak akan ada pemberontakkan dari
Nanman maka kampanye utara pun dilaksanakan. Pada tahun 227 AD Zhuge Liang menginvasi
Tian Shui dan berhasil merekrut seorang prajurit Wei yang cakap, Jiang Wei, untuk bergabung
dengan Shu. Jiang Wei kemudian ditunjuk menjadi penerus Zhuge Liang.
Tahun 228 AD Dia mengirimkan anak buahnya, Ma Su untuk mengambil daerah Jie Ting. Dan
perang antara Shu yang dikomandani oleh Ma Su dengan Wei yang dikomandani oleh Sima
Yi terjadi. Ma Su yang telah dilarang oleh Zhuge Liang untuk mendirikan perkemahan di puncak
gunung bersikeras melakukannya dengan alasan agar lebih mudah menghancurkan perkemahan
musuh. Namun, tak terpikirkan oleh Ma Su, ternyata hal itu malah membuat Wei menjadi mudah
menyerang. Pasukan Wei dipimpin oleh Zhang He menaiki bukit menuju perkemahan Shu yang
membuat Ma Su mundur dan kalah telak. Pada akhirnya, Ma Su yang dijadikan penjahat negara
dieksekusi mati oleh atasannya sendiri, Zhuge Liang.
Tahun 229 AD Zhuge Liang kembali mengambil alih komando perang, kali ini di Chen Cang. Chen
Cang yang merupakan daerah Weiyang dilindungi oleh Sima Yi. Lagi-lagi perang antara Zhuge
Liang dan Sima Yi terjadi. Alhasil, walaupun Chen Cang yang terutama gerbang utamanya itu
sangat terlindungi, namun dengan segala perlengkapan berat Shu, Chen Cang akhirnya jatuh ke
tangan Zhuge Liang.
Kampanye utara ini tak berakhir sampai di Chen Cang, tapi Zhuge Liang meneruskannya sampai ke
dataran Wu Zhang. Pada awal kedatangan Shu ke daerah ini, Zhuge Liang sudah jatuh sakit dan
berita ini sampai ke Sima Yi. Sebelum mulai perang terbuka, Zhuge Liang mengirimkan surat
kepada kaisar Wu, Sun Quan, meminta untuk menyerang Wei dengan harapan Wei akan
kekurangan pasukan ketika melawan Shu di Wu Zhang nanti. Kerajaan Wu meluluskan permintaan
tersebut namun tidak dengan sepenuh hati dikarenakan hanya untuk menghargai aliansi Wu-
Shu. Wu yang akhirnya menyerang istana He Fei milik Wei malah mengalami kekalahan. Tapi
bagaimanapun perang di Wu Zhang harus tetap dimulai. Akhirnya pada tahun 234 AD Zhuge Liang
mengumumkan perang terbuka terhadap Wei yang dikomandani oleh Sima Yi. Walaupun sakit,
Zhuge Liang tetap mengomando pasukan Shu sampai akhirnya dia wafat ketika perang belum
berakhir. Komando pasukan Shu diambil alih oleh Jiang Wei. Jiang Wei memerintahkan untuk
menutupi kematian Zhuge Liang dari Wei. Namun Sima Yi yang merasakan keganjilan akan strategi
yang Shu pakai berkesimpulan kalau Zhuge Liang sudah wafat. Dengan kesimpulan tersebut, dia
membuat tentara Wei makin bersemangat dan membuat Jiang Wei harus mundur kembali ke Shu
Han. Dan setelah perang berakhir, Sima Yi pergi ke sisa-sisa perkemahan Shu dan menganugerahi
Zhuge Liang sebagai the greatest mind under heaven
Kematian Zhuge Liang menjadi awal kemunduran bangsa Shu yang akhirnya menyerah
kepada Wei pada tahun 263 AD (sekitar 30 tahun setelah Zhuge Liang wafat). Pada tahun 265 AD
menteri negara Wei bernama Sima Yan (cucu dari Sima Yi) merebut kekuasaan dari keluarga Cao
dan mendirikan negara Jin. Akhirnya pada tahun 280 AD Cinaresmi dipersatukan di bawah Dinasti
Jin yang akan berkuasa selama lebih dari 150 tahun berikutnya.
Kebesaran Zhuge Liang menyebabkannya digelari salah satu dari 6 perdana menteri terbesar dalam
sejarah Tiongkok.
Zhuge Liang acapkali dilukiskan memegang kipas yang terbuat dari bulu burung bangau.

Source: http://id.wikipedia.org/wiki/Zhuge_Liang

Anda mungkin juga menyukai