Anda di halaman 1dari 5

PARU

PALPASI
Pada pemeriksaan palpasi terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan:
1. Gerak dinding thorax saat inspirasi dan ekspirasi
Tetapkan amplitude gerak napas hemithorax kanan dan kiri lalu bandingkan. Kedua
telapak tangan pemeriksa diletakkan pada tempat-tempat yang simetris. Normal
amplitude gerak kedua hemithorax sama, bila tidak sama kemungkinan terdapat
emfisema, efusi pleura, atelektasis, fibrosis pada salah satu sisi. Atau pada kedua sisi
terdapat kelainan yang tidak sama
2. Vocal fremitus
Pasien diminta untuk menyebutkan angka 77 berulang-ulang sehingga getaran suara yang
ditimbulkan akan lebih jelas. Getaran ini diraba oleh kedua telapak tangan yang
diletakkan masing-masing pada hemithorax secara simetris. Bandingkan vocal fremitus
secara bertingkat dari atas ke tengah dan seterusnya ke bawah. Hal ini dikerjakan pada
bagian depan dan belakang dada. Hasil yang didapar dari fremitus ini adalah normal,
melemah, atau mengeras. Keadaan melemah terdapat pada penyakit empiema,
hidrotoraks, atelektasis. Keadaan mengeras terdapat pada penyakit infiltrat (pneumonia,
tuberkulosis paru aktif), kavitas.
3. Friction fremitus
Dapat teraba getaran pada dinding thorax akibat gesekan permukaan kedua pleura yang
meradang (pleuritis) atau akibat gesekan permukaan kedua permukaan perikardium pada
perikarditis. Pada friction fremitus pleural, getaran teraba sinkron dengan gerak
inspirasi-ekspirasi sedangkan padafriction fremitus perkardial, getaran teraba sinkron
dengan systole diastole jantung.
4. Menetapkan besar angulus costae
Dengan kedua telapak tangan pada masing-masing arcus costae, sudut yang dibentuk oleh
kedua ibu jari pemeriksa ditetapkan. Normal 70
0
-90
0


PERKUSI
Perkusi dilakukan dengan meletakkan jari tengah ke dinding ain, dengan sendi pergelangan
tangan sebagai penggerak. Jangan menggunakan poros siku, oleh karena ini akan memberikan
ketokan yang tidak seragam. Sifat-sifat ketoka, selain didengar, juga harus dirasakan oleh jari-
jari. Perkusi dada dilakukan secara beraturan dari dada kiri ke kanan dan ke bawah (zig-zag)
sehingga sampai ke batas dada bawah dengan perut. Kemudian dibuat perbandingan dari perkusi
tiap-tiap sisi paru tersebut.



Teknik perkusi Perkusi secara zig-zag

Bunyi ketokan yang didapat adalah:
a. Sonor (resonant), terjadi bila udara cukup banyak dalam jaringan (alveolus), terdapat
pada orang normal
b. Pekak (dull) terjadi pada jaringan tanpa udara di dalamnya, misalnya tumor paru,
penebalan pleura
c. Redup (stony-dull), bila bagian padat jaringan lebih banyak dari udara di dalamnya,
misalnya : infiltrate, konsolidasi, cairan di rongga pleura.
d. Hipersonor (hiperresonant) bila udara lebih banyak dari pada jaringan padat, misalnya
pada emfisema paru, kavitas besar yang letaknya di tepi pneumotoraks, bula yang besar.

Di samping menentukan kelainan pada paru dengan perkusi dapat ditentukan batas-batas paru
dengan organ sekitarnya:
a. Menetapkan batas paru-hepar
Perkusi dari atas ke bawah pada garis midclavicularis kanan. Normalnya batas antara
bunti sonor (paru) dan redup (hati yang diliputi paru) adalah pada sela iga IV dan batas
bunyi redup itu ke bunyi pekak (hati yang tak diliputi jaringan paru lagi) adalah pada
iga/sela iga VI. Hal tesebut dalam keadaan pasien ekspirasi. Bila pasien dalam keadaan
inspirasi, maka batas itu normalnya akan lebih rendah kira-kira 2 jari. Perbedaan batas
bawah paru dalam keadaan ekspirasi dan inspirasi disebut peranjakan. Bila terdapat
kelainan pada bagian bawah paru atau ada cairan pada cavum pleura hingga bagian
bawah paru tidak dapat mengembang dengan bebas pada inspirasi, makan perankan akan
lebih kecil atau menghilang sama sekali.
b. Menetapkan batas paru-lambung
Perkusi dari atas ke bawah pada garis axilaris anterior kiri dengan posisi pasien tegak dan
perut kosong (setelah makan 2-3 jam). Batas bawah paru (sonor) dan batas atas lambung
(timpani) normalnya adalah di sela iga VIII.
c. Menentukan batas bawah paru di belakang
Perkusi pada garis scapularis kiri dan kanan. Perubahan bunyi sonor ke redup/pekak
merupakan batas paru bagian bawah. Normal bagian bawah paru kiri setinggi vertebra
thoracalis XI, bagian bawah paru kanan setinggi vertebra thoracalis X. Ditetapkan juga
peranjakannya, yang normalnya kira-kira 2-3 jari (4-6 cm)

Pada pemeriksaan perkusi terdapat hal khusus seperti daerah Kronig yaitu daerah supraskapula
seluas 3 sampai 4 jari di pundak. Perkusi di daerah ini sonor. Adanya bunyi selain sonor pada
daerah ini menunjukkan kelainan apeks paru, misalnya tumor paru, tuberkulosis paru.

Pada efusi pleura yang hebat, dapat ditetapkan batas atas/permukaan efusi yang merupakan
sebuah garis lengkung dari titik pada garis axilaris media sebagai puncak ke titik pada garis
midspinalis dan dinamakan garis Ellis-Damoisseau. Daerah segitiga di atas garis itu bila
diperkusi memperdengarkan bunyi perkusi hipersonor dan disebut daerah segitiga Garland.
Daerah di bawah garis Ellis-Damoisseau memperdengarkan bunyi redup,demikian juga daerah
segitiga pada sisi kontralateral yang disebut daerah segitiga Grocco.



AUSKULTASI
Pemeriksaan auskultasi adalah pemeriksaan yang penting dalam pemeriksaan fisis paru-paru.
Aliran turbulensi udara terjadi pada trakea dan jalan udara yang besar. Suara yang
ditimbulkannya mempunyai nada yang keras, dinamakan suara trakeal. Selanjutnya pada
percabangan-percabangan bronkus yang besar, akan terdengar suara bronkus vesicular.
Selanjutnya percabangan bronkus kecil sampai distal akan memberikan nada yang lebih rendah
karena adanya jaringan paru.
Suara napas dilukiskan sebagai normal atau menurun dalam kualitasnya. Penyebab menurunnya
suara napas terdapat pada emfisema paru, pneumotoraks, penebalan pleura dan penebalan otot
dada/lemak pada obesitas. Auskultasi dilakukan berurutan dengan selang seling dada kiri dan
kanan (zig-zag). Termasuk diauskultasi juga daerah aksila selanjutnya berpindah ke bagian
belakang yang sama diauskultasi seperti bagian depan.
Suara napas
Normal:
a. Suara napas tracheal : suara inspirasi ekspirasi di trakea (didengar di daerah leher). Fase
inspirasi:ekspirasi =1:3
b. Suara napas bronchial: Nada lebih tinggi daripada suara napas tracheal, berasal dari
bronkus besar. Again sentral. Didengar di dada bFase inspirasi:ekspirasi = 1:2
c. Suara napas subbronchial/bronchovesikuler: Nada lebih tinggi dari suara napas bronchial.
Berasal dari bronkus sedang. Didengar di daerah dada bagian tengah. Fase
inspirasi:ekspirasi = 1:1
d. Suara napas vesikuler : Nada lebih tinggi daripada suara napas subbronkial. Didengar
diseluruh daerah perifer dada. Berasal dari bronkus kecil/bronkiolus. Fase
inspirasi:ekspirasi 3:1

Abnormal:
a. Suara napas tracheal, bronchial atau subbronkial tidak pada tempat seharusnya : bisa
disebabkan karena bronkiolus dan alveolus mengalami infiltrasi/konsolidasi.
b. Suara napas vesicular memanjang : bila lumen bronkiolus mengalami penyempitan
c. Suara napas amforik : Terdengar bila terdapat suatu kavitas besar yang berhubungan
terbuka dengan suatu bronkus
d. Suara napas cog wheel : Suara napas tersendat-sendat. Terdapat pada pleuritis adhesiva.

Suara napas tambahan :
a. Ronki kering : adalah bunyi yang terputus, terjadi oleh getaran dalam lumen saluran
napas akibat penyempitan. Kelainan ini terdapat pada mukosa atau adanya secret yang
kental atau lengket. Terdengar lebih jelas pada ekspirasi walaupun pada inspirasi sering
terdengar. Dapat didengar di semua bagian bronkus, makin kecil diameter lumen, makin
tinggi dan makin keras nadanya. Wheezing adalah ronki kering yang tinggi nadanya dan
panjang yang biasa terdengar pada serangan asma.
b. Ronki basah (rales) adalah suara yang berisik dan terputus akibat aliran udara yang
melewati cairan. Ronki basah halus, sedang, atau kasar tergantung besarnya bronkus yang
terkena dan umumnya terdengar pada inspirasi. Ronki basah halus biasanya terdapat pada
bronkiale, sedangkan yang lebih halus lagi berasal dari alveoli yang sering disebut
krepitasi, akibat terbukanya alveoli pada akhir inspirasi. Krepitasi terutama terjadi pada
keadaan-keadaan seperti fibrosis paru, emfisema dan pada orang lanjut usia. Sifat ronki
basah ini dapat nyaring (infiltrate) atau tidak nyaring (pada edema paru)
c. Bunyi gesekan pleura : yang menebal atau menjadi kasar karena peradangan. Biasanya
terjadi karena peradangan dan terdengar pada akhir inspirasi dan awal ekspirasi.
d. Hippocrates succusion adalah suara cairan pada hidropneumotoraks yang terdengar bila
pasien digoyang-goyangkan.

Abdurrahman, N. Penuntun Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Penyakit Dalam FKUI; 2007. 116-23

Anda mungkin juga menyukai