Anda di halaman 1dari 3

30

BAB IV
ANALISA KASUS

Dari anamnesa didapatkan bayi laki-laki lahir spontan di klinik dari Ibu
G1P1A0 hamil aterm (39 minggu), Bayi lahir tidak langsung menangis, nilai
APGAR 1/3/5, BBL: 3400 gram, PBL: 48 cm, LK: 32 cm, LP: 37 cm. Riwayat
ibu demam disangkal, KPSW (-), ketuban hijau (+), kental (+) berbau busuk (+).
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit berat,
aktivitas: hipoaktif, refleks hisap: lemah, tangis: merintih, HR: 150x/menit, RR:
68x/menit, suhu: 37,4C. Pada pemeriksaan keadaan khusus pada thorax
didapatkan retraksi interkostalis.
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur
pada saat lahir atau beberapa saat setelah saat lahir yang ditandai dengan
hipoksemia, hiperkarbia dan asidosis. Seorang neonatus disebut mengalami
asfiksia bila memenuhi kondisi sebagai berikut:
- Nilai Apgar menit kelima 0-3
- Adanya asidosis pada pemeriksaan darah tali pusat (pH<7.0)
- Gangguan neurologis (misalnya: kejang, hipotonia atau koma)
- Adanya gangguan sistem multiorgan (misalnya: gangguan
kardiovaskular, gastrointestinal, hematologi, pulmoner, atau sistem
renal).
Pada kasus didapatkan APGAR score 1/3/5, maka pasien dapat didiagnosis
dengan asfiksia. Didapatkan faktor resiko dalam persalinan dimana air ketuban
hijau(+) kental (+) dan berbau busuk (+) menyebabkan terjadinya gangguan
pertukaran O
2
dan CO
2
yang bermanifestasi menjadi hipoksia dan hiperkabia
yang menyebabkan terjadinya asfiksia neonatorum.
Respiratory Distress Syndrome (RDS) adalah kumpulan dari 2 atau lebih
gejala: gangguan ventilasi paru yang menetap setelah 4 jam pertama sesudah lahir,
ditandai dengan frekuensi napas >60 kali/menit; merintih pada waktu ekspirasi;
retraksi otot-otot bantu pernapasan pada waktu inspirasi/rektraksi interkostal,
subkostal, supra-sternal, epigastrium; pernapasan cuping hidung dan sianosis.

31

Pada kasus didapatkan frekuensi napas >60 kali/menit, tangisan merintih, dan
terdapat retraksi interkostal sehingga diagnosis RDS dapat ditegakkan.
Infeksi pada neonatus adalah sindroma klinis dari infeksi lokal / sistemik
pada bayi yang terjadi dalam bulan pertama kehidupan.Tersangka infeksi adalah
bila bayi baru lahir mempunyai faktor resiko / predisposisi untuk infeksi adalah:
Suhu ibu >38
o
C
Leukosit ibu >15.000/mm
3

Air ketuban keruh dan bau busuk
Ketubanpecah >12 jam
Partus kasep
Diagnosis tersangka infeksi pada kasus ini ditegakkan dari air ketuban ibu
hijau (+), kental (+), dan berbau busuk
Penatalaksanaan yang tepat berdasarkan IDAI 2014 bahwa bayi yang tidak
langsung menangis namun dapat bernapas spontan dengan adanya distres napas
(takipneu dan merintih) dan denyut jantung lebih dari 100x/m maka diberikan tata
laksana CPAP bubble FiO
2
30% PEEP 6 Flow 6 dengan target SpO2 88-92%.
Lalu, untuk diagnosis tersangka infeksi dan RDS ditatalaksana dengan pemberian
ampisislin 100mg/kgBB/hari i.v dibagi 2 dosis dan gentamisin 2 mg/kgBB/18
jam iv. 1 dosis, (bayi cukup bulan) yaitu inj ampisilin 170 mg/12 jam dan inj
gentamisin 8,5 mg/18 jam. Pemberian cairan dekstrose 10% 500 cc + Ca glukonas
10% 41 cc gtt VIII/m. Pemberian makanan peroral ditunda sampai frekuensi
pernafasan < 60x/menit. Pemberian salep mata kloramfenikol 1%. Direncanakan
pemeriksaan laboratorium cek darah rutin, LED, AGD, golongan darah, BSS,
CRP, dan Rontgen Thorax untuk mecari diagnosis pasti kasus ini. Perencanaan
USG Transfontanella untuk mengobservasi komplikasi asfiksia neonatorum
karena ditakutkan terjadi ensefalopati hipoksik iskemik.
Prognosis pada pasien ini, pada quo ad vitam dan quo ad functionam dubia
ad bonam, karena diharapkan dengan terapi yang tepat maka pasien dapat
disembuhkan.
Pemberian Edukasi yang baik dan benar terhadap orang tua penderita serta
penjelasan terhadap komplikasi yang sering muncul pada bayi dengan asfiksia

32

neonatorum seperti : cerebral palsy, retardasi mental dan gangguan belajar sangat
diperlukan, hal ini dapat dilakukan dengan komunikasi yang baik serta saran
untuk selalu melakukan kontrol ulang pasca perawatan.

Anda mungkin juga menyukai