Anda di halaman 1dari 10

Renaissance, Reformasi Protestan, Enlightment Dan Pengaruhnya Pada

Imperialisme Eropa
UTS Hubungan Internasional di Eropa

Nama : Desy Anastasia Christie
NIM : 1002045008
Hubungan Internasional 10




















Renaissance

Renaissance, yaitu suatu masa di mana terjadi peralihan antara abad pertengahan ke abad modern
yang ditandai dengan lahirnya berbagai kreasi baru yang diilhami oleh kebudayaan Eropa Klasik (Yunani
dan Romawi) yang lebih bersifat duniawi. Kebayakan dari para ahli sejarah sepakat bahwa renaissance
berawal di Italia. Setelah runtuhnya Romawi Barat tahun 476 M, Italia mengalami kemunduran. Kota -
kota pelabuhan menjadi sepi. Selama abad 8-11 perdagangan di Laut Tengah dikuasai oleh pedagang
muslim. Sejak berlangsung perang salib (abad 11-13) pelabuhan-pelabuhan di Italia menjadi ramai
kembali untuk pemberangkatan pasukan perang salib ke Palestina. Setelah perang salib berakhir
pelabuhan-pelabuhan tersebut berubah menjadi kota dagang yang berhubungan kembali dengan dunia
timur. Maka muncullah republik dagang di Italia seperti Genoa, Florence, Venesia, Pisa di Milano. Kota-
kota ini dikuasai oleh para pengusaha serta pemilik modal yang kaya raya atau golongan borjuis. Mereka
mendorong terjadinya pendobrakan terhadap pola - pola tradisional dari abad pertengahan.

Salah satu pengaruh Perang Salib yang di masa berikutnya berpengaruh terhadap perkembangan
imperialisme adalah andilnya terhadap kemerosotan tingkat kepercayaan umat kristiani terhadap gereja
katolik Roma, yang diakibatkan oleh pembenaran Paus terhadap agresi politik dan wilayah yang terjadi di
Yerusalem maupun daerah kekaisaran Byzantium (gereja Eropa timur). Selama beberapa abad berbagai
usaha melawan penindasan negara-gereja mengalami kegagalan.

Gerakan Renaissance bersamaan waktunya dengan pagelaran imperialisme Barat secara besar-
besaran. Pelaku dan korban lebih dari satu. Sesungguhnya imperialisme Barat sudah ada sejak lama,
tetapi perkembangan yang pesat terjadi sejak abad ke-16. Perkembangan teknologi pada masa itu,
khususnya pelayaran dan persenjataan, membangkitkan hasrat beberapa bangsa Barat menjelajah dan
menjajah ke seantero dunia.

Beberapa kelompok menolak dan tidak sepaham dengan kebijakan Paus untuk melakukan Perang
Salib. Mereka mengkritiknya sebagai sebuah tindakan yang tidak manusiawi dan mengingkari ajaran
Kristus. Kelompok iniadalah penganut humanisme yang perannya tentu tidak bias diabaikan dalam
melahirkan gerakan renaissance. Selama Perang Salib, mereka tidak terlibat dalam peperangan, akan
tetapi menghabiskan waktu dengan mengabdikan hidupnya untuk mempelajari dan mendalami buku-buku
karya Pusataka Klasik antara lain buah pikiran Sokrates, Plato dan para filsuf Yunani yang lain. Kaum
Humanis terdiri dari sastrawan, seniman, ahli agama/teologi., guru kaum borjuis, orator (ahli pidato) dan
sebagainya. Mereka adalah penganut sekularisme dan peranan mereka sama besarnya dengan para borjuis
dalam menggaungkan renaissance. Orang -orang dari kelompok inilah yang berpengaruh dalam geliat
intelektual Eropa dengan melahirkan berbagai konsep social- politik Pasca-Abad Pertengahan.

Kebangkitan Barat selanjutnya mendorong mereka keluar dan mencari dunia lain untuk
ditaklukan. Kemenangan yang diraih Portugis tahun 1267 dan Spanyol terhadap kaum Muslim Arab pada
1492 mengangkat motivasi mereka. Rasa percaya diri sebagai manusia unggul bangkit, tetapi pada saat
bersamaan dunia Barat sedang terancam oleh gerak maju bangsa Timur lain yaitu Muslim Turki ke bagian
timur dan tenggara Eropa. Dengan demikian penjajahan ke seberang lautan masuk pula dalam agenda
Renaissance. Adapun semboyan imperialisme Barat adalah gold (mencari kekayaan), gospel (menyebar
pengaruh berupa nilai-nilai yang dianut Barat) dan glory (mencari kehormatan).
Maka dimulailah penjelajahan ke dunia Timur dengan prakarsa Portugis dan Spanyol. Penaklukan
dilakukan di setiap wilayah yang disinggahi dengan spirit gold, gospel, amd glory tersebut. Inilah awal
mula praksis konsep imperialisme Barat dan berlangsung hingga pertengahan abad ke-20. Imperialisme
Barat berlangsung dengan begitu kuatnya hingga mempengaruhi setiap sendi - sendi kahidupan social
masyarakat di tiap - tiap wilayah taklukannya. Hingga kini, dapat dirasakan bagaimana konsep - konsep
Barat begitu mencekoki alam pikiran bawah sadar manusia di seluruh dunia.
Reformasi Protestan
Selama berabad-abad gereja dan lembaga kepausan telah melakukan berbagai penyimpangan keagamaan
tanpa ada satu kekuatan pun yang berhasil meluruskan penyimpangan itu. Kalaupun ada, biasanya gagal.
Di Jerman, pendeta Augustinian, Martin Luther, melihat adanya penyimpangan-penyimpangan yang
terjadi di gereja Roma tersebut. Hal ini mendorong Luther untuk melakukan Reformasi Protestan, dengan
melakukan berbagai protes sosial keagamaan kepada kekuasaan Paus. Pada tanggal 31 Oktober 1517, ia
menempelkan 95 pernyataan bersejarah di pintu gereja kastil di Wittenberg. Adapun penyimpangan-
penyimpangan gereja yang dilihat oleh Luther, dan pemikiran-pemikirannya mengenai Reformasi, antara
lain:
a. Banyak pemuka gereja yang yang memperoleh posisi sosial keagamaan melalui cara-cara yang
tidak etis dan amoral. Mereka tidak segan-segan menyogok petinggi gereja untuk berkuasa.
Ironisnya, mereka yang kemudian berkuasa karena menyogok melakukan tindakan tak terpuji
seperti korupsi dan manipulasi atau komersialisasi jabatan.
b. Adanya penjualan surat-surat pengampunan dosa (indulgencies). Dengan alasan keagamaan
membangun gereja Santo Petrus di Roma Vatikan. Paus mengumpulkan dana melalui surat-surat
itu. Mereka yang membeli surat-surat itu akan memperoleh ampunan Tuhan. Semakin besar uang
yang dibayarkan untuk membeli surat-surat pengampunan itu, akan semakin besar dosa yang
akan diampuni Tuhan; bahkan Paus mendeklarasikan bahwa surat pengampunan itu juga bisa
menghapus dosa orang-orang (sanak saudara, sahabat, dan sebagainya) yang telah meninggal
dunia. Menurut Luther, penjualan surat-surat tersebut bertentangan dengan ajaran Yesus Kristus.
Pembelian surat-surat tersebut tidak boleh dipaksakan, harus sukarela. Gereja juga tidak memiliki
hak pemberian pengampunan dosa. Hanya Tuhan, atas dasar kepercayaan dan amal saleh
individu, yang dapat memberikan pengampunan dosa.
c. Luther menentang doktrin sakramen suci gereja. Ia ingin mengurangi sakramen suci ini.
Menurutnya hanya dua dari tujuh doktrin sakramen suci Gereja Roma, yaitu pembabtisan dan
komuni yang harus dipertahankan, karena hanya keduanya yang disetujui oleh Kitab Injil.
Sehingga sakramen pernikahan, perintah suci, dan pemberian minyak suci tidak dianggap sebagai
sakramen pentahbisan. Kritik ini berhubungan dengan prinsip bahwa semua orang adalah sama.
Ia menentang pastor sebagai mediator antara manusia dengan Tuhan. Bila manusia ingin selamat
maka manusia harus berbuat baik dan bertobat (langsung) kepada Tuhan. Doktrin keimanan dan
berbuat baik merupakan wacana yang telah mendesakralisasi lembaga imamat. Desakralisasi ini
mengakibatkan timbulnya tuntutan agar semua manusia dianggap sama di hadapan Tuhan. Tidak
ada kelebihan seorang pastor dibanding orang lain kecuali amal kebajikannya. Desakralisasi ini
juga menggoyahkan sistem hierarki gereja. Para pengikut Luther menolak hierarki kependetaan
karena hierarki ini dianggap bertentangan dengan prinsip persamaan manusia di hadapan Tuhan.
Luther menolak hak istimewa pastor membaca dan menafsirkan kitab suci. Menurutnya setiap
pengikut Kristus berhak untuk membaca dan menafsirkan kitab suci. Dengan demikian tidak
terjadi monopoli kebenaran oleh pemuka agama. Untuk mendukung gagasan ini, menurut Luther
sebaiknya kitab suci diterjemahkan ke dalam bahasa yang dimengerti rakyat, yaitu bahasa
Jerman.
d. Selain itu Luther juga menganjurkan perkawinan bagi para pastor. Gagasan ini dilihat dari
banyaknya pengalaman tidak terpuji Paus atau para pastor yang mempunyai wanita dan anak di
luar nikah. Menurutnya perkawinan bukan dosa dan merupakan tuntutan biologis yang harus
dipenuhi. Luther juga tidak menyetujui prinsip monastitisme yang menghendaki pastor
menjalankan hidup seperti biarawan atau biarawati. Kehidupan biarawan bukanlah cara terbaik
untuk mensucikan diri dan mencari jalan keselamatan. Ia menawarkan gagasan asketisme
duniawi. Orang dapat mensucikan dirinya dan memperoleh keselamatan dengan terlibat secara
intensif dengan berbagai persoalan duniawi, asalkan apapun yang dilakukan semata-mata untuk
tujuan keagungan Tuhan. Luther juga menolak adanya ketentuan mencium kaki Paus dan
membawanya dengan menggunakan tandu ketika Paus masih dapat berjalan sendiri. Selain itu
Luther menghendaki pengurangan sejumlah bentuk misa (McDonald, 1968, hlm 230).
e. Penyimpangan keagamaan tidak dengan sendirinya bisa melahirkan gerakan Reformasi Protestan
seandainya tanpa diiringi oleh terjadinya perkembangan kapitalisme yang sangat cepat dan krisis-
krisis ekonomi di kawasan imperium Roma. Inilah faktor ekonomis yang mengakselerasi
kelahiran gerakan Reformasi. Perkembangan kapitalisme yang demikian cepat di Eropa,
khususnya di Italia, Jerman, Inggris, Prancis, dan sebagainya, sejak abad Rennaisance, membawa
dampak serius terhadap doktrin keagamaan.
f. Adanya penarikan pajak yang dirasakan berat oleh kelas bawah dan penguasa lokal. Dalam kasus
Reformasi, masalah pajak ternyata menimbulkan krisis ekonomi serius. Merasa tertekan akibat
pajak penduduk, terutama dari kalangan kelas bawah (petani, pekerja, dan sebagainya), yang
berada dalam dominasi imperium gereja Katolik, melakukan perlawanan terhadap kekuasaan
gereja yang menarik pajak dalam berbagai bentuk. Di awal munculnya gerakan Reformasi,
muncul tuntutan agar pajak-pajak dihentikan atau dikurangi. Sebab, para penguasa lokal
memerlukan dana untuk memperkuat angkatan bersenjata dan membangun negeri-negeri mereka,
sementara di lain pihak mereka diwajibkan untuk membayar pajak dengan jumlah yang cukup
besar.
Gagasan Luther lainnya yang merupakan inti Protestanisme adalah adanya kecocokan antara etos
kapitalisme dengan etika keagamaan. Menurut Luther kerja keras bagi penganut Protestanisme
merupakan panggilan Tuhan. Baginya kerja keras untuk memperoleh kekayaan ekonomi dan status sosial
bukanlah dosa, tetapi merupakan suatu bentuk pengabdian kepada Tuhan. Luther menurut Max Weber
telah mensubordinasi kegiatan-kegiatan duniawi atau kegiatan ekonomi sebagai bagian dari kewajiban
atau nilai-nilai spiritual dan asketisme keagamaan. Dengan gagasan ini, Luther telah memunculkan suatu
moralitas kapitalis yang tidak pernah ada dalam ajaran monoastisisme Katolik abad pertengahan.
Zaman Pencerahan
Filsafat abad ke-18 di Jerman disebut Zaman Aufklarung atau zaman pencerahan yang di Inggris
dikenal dengan Enlightenment,yaitu suatu zaman baru dimana seorang ahli pikir yang cerdas mencoba
menyelesaikan pertentangan antara rasionalisme dengan empirisme. Zaman ini muncul dimana manusia
lahir dalam keadaan belum dewasa dalam pemikiran filsafatnya. Namun setelah Immanuel Kant
mengadakan penyelidikan dan kritik terhadap peran pengetahuan akal barula manusia terasa bebas dari
otoritas yang datang dari luar manusia demi kemajuan peradaban manusia. Pemberian nama ini juga
dikarenakan pada zaman itu manusia mencari cahaya baru dalam rasionya. Immanuel Kant
mendefenisikan zaman itu dengan mengatakan, Dengan Aufklarung dimaksudkan bahwa manusia keluar
dari keadaan tidak balig yang dengannya ia sendiri bersalah. Apa sebabnya manusia itu sendiri yang
bersalah? Karena manusia itu sendiri tidak menggunakan kemungkinan yang ada padanya,yaitu rasio.
Sebagai latar belakangnya,manusia melihat adanya kemajuan ilmu pengetahuan (ilmu
pasti,biologi,filsafat dan sejarah) telah mencapai hasil yang menggembirakan . Disisi lain jalannya filsafat
tersendat-sendat. Untuk itu diperlukan upaya agar filsafat dapat berkembang sejajar dengan ilmu
pengetahuan alam. Isaac Newton ( 1642-1727) memberikan dasar-dasar berpikir dengan induksi,yaitu
pemikiran yang bertitik tolak pada gejala-gejala dan mengembalikan kepada dasar-dasar yang sifatnya
umum. Untuk itu dibutuhkan analisis. Dengan demikian zaman pencerahan merupakan tahap baru dalam
proses emansipasi manusia Barat yang sudah dimulai sejak Renaissance dan Reformasi. Para tokoh era
Aufklarung ini juga merancang program-program khusus diantaranya adalah berjuang menentang dogma
gereja dan takhayul populer. Senjatanya adalah fakta-fakta ilmu dan metode-metode rasional.
Pencerahan di Jerman
Pada umumnya Pencerahan di Jerman tidak begitu bermusuhan sikapnya terhadap agama Kristen
seperti yang terjadi di Perancis. Memang orang juga berusaha menyerang dasar-dasar iman kepercayaan
yang berdasarkan wahyu, serta menggantinya dengan agama yang berdasarkan perasaan yang bersifat
pantheistic, akan tetapi semuanya itu berjalan tanpa perang terbuka.
Yang menjadi pusat perhatian di Jerman adalah etika. Orang bercita-cita untuk mengubah ajaran
kesusilaan yang berdasarkan wahyu menjadi suatu kesusilaan yang berdasarkan kebaikan umum, yang
dengan jelas menampakkan perhatian kepada perasaan. Sejak semula pemikiran filsafat dipengaruhi oleh
gerakan rohani di Inggris dan di Perancis. Hal itu mengakibatkan bahwa filsafat Jerman tidak berdiri
sendiri.
Para perintisnya di antaranya adalah Samuel Pufendorff(1632-1694), Christian Thomasius (1655-
1728). Akan tetapi pemimpin yang sebenarnya di bidang filsafat adalah Christian Wolff (1679- 1754).
5

la mengusahakan agar filsafat menjadi suatu ilmu pengetahuan yang pasti dan berguna, dengan
mengusahakan adanya pengertian-pengertian yang jelas dengan bukti-bukti yang kuat. Penting sekali
baginya adalah susunan sistim filsafat yang bersifat didaktis, gagasan-gagasan yang jelas dan penguraian
yang tegas. Dialah yang menciptakan pengistilahan-pengistilahan filsafat dalam bahasa Jerman dan
menjadikan bahasa itu menjadi serasi bagi pemikiran ilmiah. Karena pekerjaannya itu filsafat menarik
perhatian umum.
Pada dasarnya filsafatnya adalah suatu usaha mensistimatisir pemikiran Leibniz dan menerapkan
pemikiran itu pada segala bidang ilmu pengetahuan. Dalam bagian-bagian yang kecil memang terdapat
penyimpangan-penyimpangan dari Leibniz. Hingga munculnya Kant yang filsafatnya merajai universitas-
universitas di Jerman.
Orang yang seolah-olah dengan tiba-tiba menyempurnakan Pencerahan adalah Immanuel Kant
(1724-1804). Yang merupakan Filsuf yang pengaruhnya terhadap filsafat pada dua ratus tahun terakhir
ini,baik di Barat maupun di Timur, hampir secara universal diakui sebagai filsuf terbesar sejak masa
Aristoteles. Ada yang berpendapat bahwa filsafat pada dua ratus tahun terakhir ini bagaikan catatan kaki
terhadap tulisan-tulisannya. Ada juga yang berpendapat sistem filsafatnya bagi dunia modern ini laksana
Aristoteles bagi dunia skolastik.
Pencerahan di Inggris
Di Inggris filsafat Pencerahan dikemukakan oleh ahli-ahli pikir yang bermacam-macam
keyakinannya. Kebanyakan ahli pikir yang seorang lepas daripada yang lain, kecuali tentunya beberapa
aliran pokok.
Salah satu gejala Pencerahan di Inggris ialah yang disebut Deisme, suatu aliran dalam filsafat
Inggris pada abad ke-18, yang menggabungkan diri dengan gagasan Eduard Herbert yang dapat disebut
pemberi alas ajaran agama alamiah.
Menurut Herbert, akal mempunyai otonomi mutlak di bidang agama. Juga agama Kristen
ditaklukkan kepada akal. Atas dasar pendapat ini ia menentang segala kepercayaan yang berdasarkan
wahyu. Terhadap segala skeptisisme di bidang agama ia bermaksud sekuat mungkin meneguhkan
kebenaran-kebenaran dasar alamiah dari agama.
Dasar pengetahuan di bidang agama adalah beberapa pengertian umum yang pasti bagi semua
orang dan secara langsung tampak jelas karena naluri alamiah, yang mendahului segala pengalaman
dalam pemikiran akal. Ukuran kebenaran dan kepastiannya adalah persetujuan umum segala manusia,
karena kesamaan akalnya. Isi pengetahuan itu mengenai soal agama dan kesusilaan.
Inilah asas-asas pertama yang harus dijabarkan oleh akal manusia sehingga tersusunlah agama
alamiah, yang berisi: a) bahwa ada Tokoh yang Tertinggi; b) bahwa manusia harus berbakti kepada
Tokoh yang Tertinggi itu; c) bahwa bagian pokok kebaktian ini adalah kebajikan dan kesalehan; d) bahwa
manusia karena tabiatnya benci terhadap dosa dan yakin bahwa tiap pelanggaran kesusilaan harus
disesali; e) bahwa kebaikan dan keadilan Allah memberikan pahala dan hukuman kepada manusia di
dalam hidup ini dan di akhirat. Menurut Herbert, di dalam segala agama yang positif terdapat kebenaran-
kebenaran pokok dari agama alamiah.
Pada akhir abad ke-17 dan awal abad ke-18 pandangan Herbert ini dikembangkan lebih lanjut,
baik yang mengenai unsur-unsurnya yang negatif maupun unsur-unsurnya yang positif.
Pencerahan di Perancis
Pada abad ke-18 filsafat di Perancis menimba gagasannya dari Inggris. Para pelopor filsafat di
Perancis sendiri (Descartes, dll) telah dilupakan dan tidak dihargai lagi. Sekarang yang menjadi guru
mereka adalah Locke dan Newton. Perbedaan antara filsafat Perancis dan Inggris pada masa
tersebut adalah:
Di Inggris para filsuf kurang berusaha untuk menjadikan hasil pemikiran mereka dikenal oleh
umum, akan tetapi di Perancis keyakinan baru ini sejak semula diberikan dalam bentuk populer.
Akibatnya filsafat di Perancis dapat ditangkap oleh golongan yang lebih luas , yang tidak begitu terpelajar
seperti para filsuf. Hal ini menjadikan keyakinan baru itu memasuki pandaangan umum. Demikianlah di
Perancis filsafat lebih eras dihubungkan dengan hidup politik, sosial dan kebudayaan pada waktu itu.
Karena sifatnya yang populer itu maka filsafat di Perancis pada waktu itu tidak begitu mendalam. Agama
Kristen diserang secara keras sekali dengan memakai senjata yang diberikan oleh Deisme.
Sama halnya dengan di Inggris demikian juga di Perancis terdapat bermacam-macam aliran: ada
golongan Ensiklopedi, yang menyusun ilmu pengetahuan dalam bentuk Ensiklopedi, dan ada golongan
materialis, yang meneruskan asas mekanisme menjadi materialisme semata-mata. Diantara tokoh yang
menjadi sentral pembicaraan disini adalah Voltaire (1694-1778),
Pada tahun 1726 ia mengungsi ke Inggris. Di situ ia berkenalan dengan teori-teori Locke dan
Newton. Apa yang telah diterimanya dari kedua tokoh ini ialah: a) sampai di mana jangkauan akal
manusia, dan b) di mana letak batas-batas akal manusia. Berdasarkan kedua hal itu ia membicarakan soal-
soal agama alamiah dan etika. Maksud tujuannya tidak lain ialah mengusahakan agar hidup
kemasyarakatan zamannya itu sesuai dengan tuntutan akal.
Mengenai jiwa dikatakan, bahwa kita tidak mempunyai gagasan tentang jiwa (pengaruh
Locke).Yang kita amati hanyalah gejala-gejala psikis. Pengetahuan kita tidak sampai kepada adanya suatu
substansi jiwa yang berdiri sendiri. Oleh karena agama dipandang sebagai terbatas kepada beberapa perin-
tah kesusilaan, maka ia menentang segala dogma, dan menentang agama.
Di Perancis pada era pencerahan ini juga ada Jean Jacques Rousseau(1712-1778), yang telah
memberikan penutupan yang sistematis bagi cita-cita pencerahan di Perancis. Sebenarnya ia menentang
Pencerahan, yang menurut dia, menyebarkan kesenian dan ilmu pengetahuan yang umum, tanpa disertai
penilaian yang baik, dengan terlalu percaya kepada pembaharuan umat manusia melalui pengetahuan dan
keadaban. Sebenarnya Rousseau adalah seorang filsuf yang bukan menekankan kepada akal, melainkan
kepada perasaan dan subjektivitas. Akan tetapi di dalam menghambakan diri kepada perasaan itu akalnya
yang tajam dipergunakan.
Terkait kebudayaan menurut Rousseau, kebudayaan bertentangan dengan alam, sebab
kebudayaan merusak manusia. (Yang dimaksud ialah kebudayaan yang berlebih-lebihan tanpa
terkendalikan dan yang serba semu, seperti yang tampak di Perancis pada abad ke-18 itu.
Mengenai agama Rousseau berpendapat, bahwa agama adalah urusan pribad.. Agama tidak boleh
mengasingkan orang dari hidup bermasyarakat. Kesalahan agama Kristen ialah bahwa agama ini
mematahkan kesatuan masyarakat. Akan tetapi agama memang diperlukan oleh masyarakat. Akibat
keadaan ini ialah, bahwa masyarakat membebankan kebenaran-kebenaran keagamaan, yang
pengakuannva secara lahir perlu bagi hidup kemasyarakatan, kepada para anggotanya sebagai suatu
undang-undang, yaitu tentang adanya Allah serta penyelenggaraannya terhadap dunia, tentang
penghukuman di akhirat, dsb. Pengakuan secara lahiriah terhadap agama memang perlu bagi masyarakat,
tetapi pengakuan batiniah tidak boleh dituntut oleh negara.
Pandangan Rousseau mengenai pendidikan berhubungan erat dengan ajarannya tentang negara
dan masyarakat. Menurut dia, pendidikan bertugas untuk membebaskan anak dari pengaruh kebudayaan
dan untuk memberi kesempatan kepada anak mengembangkan kebaikannya sendiri yang alamiah. Segala
sesuatu yang dapat merugikan perkembangan anak. yang alamiah harus dijauhkan dari anak. Di dalam
pendidikan tidak boleh ada pengertian kekuasaan yang memberi perintah dan yang harus ditaati. Anak
harus diserahkan kepada dirinya sendiri. Hanya dengan cara demikian ada jaminan bagi pembentukan
yang diinginkan. Juga pendidikan agama yang secara positif tidak boleh diadakan. Anak harus memilih
Sendiri.
Imperialisme Di Eropa

Imperialisme atau yang akrab kita pahami sebagai penjajahan merupakan sebuah konsep yang
dipopulerkan dalam sejarah oleh Bangsa Eropa. Bangsa Eropa melalui politik imperialisme yang
dilancarkannya menjadi sangat dominan dalam menata dan mengatur jalannya sejarah dan konstalasi
politik global selama berabad-abad. Mereka menaklukkan dan menguasai lebih dari separuh wilayah yang
ada di muka bumi dan mendikte setiap kebijakan yang dikeluarkan di seluruh dunia. Pada masa itu,
Bangsa Eropa begitu dominannya sehingga pada kenyataannnya, mereka harus bersaing satu sama lain
sebagai Bangsa Eropa.

Beberapa kekuatan besar dalam bentuk negara muncul seiring penaklukan - penaklukan yang
terjadi di setiap sudut di seluruh belahan dunia. Di masa - masa awal, muncul kekuatan besar Imperium
Romawi dengan wilayah kekuasaan hampir seluruh wilayah Eropa, Afrika bagian Utara, dan Asia Tengah
yang kemudian berdiri di urutan paling depan dalam barisan melawan tentara Islam dalam Perang Salib.
Selanjutnya adalah munculnya kekuatan - kekuatan seperti Portugis dan Spanyol di masa - masa awal
berakhirnya Perang Salib. Masa inilah yang menandai kebangkitan Eropa yang terus belanjut hingga hari
ini. Masa ini adalah awal penaklukan wilayah - wilayah di Dunia Timur. Kedua Negara ini jugalah yang
sekaligus menjadi pelopor politik imperialisme kuno, sebuah politik penaklukan yang membawa 3 (tiga)
misi, yaitu : gold (pencarian kekayaan untuk negara induk di Eropa), gospel (penyebaran agama Nasrani),
and glory (pembuktian akan kekuatan armada militer akan kemampuan menaklukkan dan mengukir
kejayaan). Keduanya bersaing satu sama lain dalam menaklukkan dan menguasai setiap wilayah yang
penuh dengan kekayaan alam.

Selanjutnya, tentu saja munculnya negara - negara seperti Inggris, Perancis, Belanda dan Jerman
di abad ke-18 yang menambah ketat persaingan. Masa ini terjadi setelah renaissance, di mana Inggris dan
Jerman telah menjelma menjadi kekuatan industri di Eropa. Misi mereka dalam menaklukkan wilayah
adalah membangun koloni dan menguasai kekayaan alam dan pasar barang daerah taklukan dan
koloninya. Negara - negara ini kemudian menjadi pencetus lahirnya model imperialism modern dengan
misi seperti tersebut. Inggris yang dalam sejarah sempat menjadi negara adidaya masih memiliki
pengaruh pada bekas jajahannya.

Anda mungkin juga menyukai