\
|
| = sin hv
b
w
screen Hf
3 / 4
(Sumber : Fair, Geyer dan Okun, 1968)
Dimana :
25
TRI NANDA IRIYANTI
3311100031
Detail Engineering Design
Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) Kota Kediri Tahun 2030
w = tebal batang, cm
b = jarak antar batang, cm
= factor bentuk batang
Q = debit, m
3
/detik
L = lebar intake, m
n = jumlah batang
N = jumlah jarak antar batang
o = sudut bar terhadap horizontal.
1. Pompa intake (dengan Bell mouth strainer, pipa suction, discharge, valve dan asesoris
lainnya)
a. Strainer
Untuk menyaring benda-benda yang terkandung dalam air baku perlu direncanakan strainer pada
ujung pipa suction pompa intake. Beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :
b. Kecepatan melalui lubang strainer 0,15-0,3 m/detik, dan dianjurkan untuk berada
pada batas rendah untuk mencegah masuknya padatan dari dasar badan air.
c. Bukaan pada lubang strainer antara 6-12 mm
d. Luas area strainer adalah dua kali dari luas total lubang
Berikut ini dapat dilihat faktor-faktor perencanaan dari strainer :
Diameter strainer
D = 1,5 2 x Dsuction
Jarak strainer dari dasar intake
S = x Dstrainer
Jarak ujung strainer ke permukaan air
S = 1,5 x Dstrainer
26
TRI NANDA IRIYANTI
3311100031
Detail Engineering Design
Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) Kota Kediri Tahun 2030
Jarak strainer ke dinding intake (x)
x = x Dstrainer
(Sumber : Prosser, 1980)
2. Pipa suction dan discharge
Kecepatan pada pipa suction dan discharge antara 1-1,5 m/detik
3. Valve
Valve harus diganti pada perpipaan pompa agar mudah dalam pengontrolan aliran, penggantian
atau perbaikan dan perawatannya
Pompa Intake
Dalam perencanaan pompa intake, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:
o Fluktuasi level air sungai.
o Kandungan padatan air sungai.
o Besar arus sungai.
o Kondisi fisik sungai.
Dalam pemilihan jenis pompa intake, ada beberapa alternative pemilihan antara lain :
1. Pompa Sentrifugal (Tidak terendam air)
- Biasa digunakan untuk sistem direct intake maupun intake tidak langsung.
- Ujung pipa suction diletakkan sampai di bawah level air terendah.
- Dapat digunakan apabila fluktuasi level sungai kecil.
- NPSH yang tersedia pada sistem sangat berhubungan dengan level air sungai. Pada saat
level air maksimum maka NPSH sistem yang tersedia cukup besar daripada saat level
air minimum. Hal ini mempengaruhi penempatan pompa, dimana pompa harus
diletakkan sedemikian rupa agar terpenuhi walau level muka airnya rendah.
27
TRI NANDA IRIYANTI
3311100031
Detail Engineering Design
Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) Kota Kediri Tahun 2030
- Sering terjadi perubahan static suction head akibat adanya perubahan level muka air
sungai, dimana akan mempengaruhi karakteristik sistem yang ada sehingga
mempengaruhi kapasitas yang dialirkan. Pada saat level air sungai minimum, kapasitas
aliran lebih kecil daripada level air sungai maksimum. Karena itu untuk sistem ini
sering diperlukan beberapa karakteristik pompa yang berbeda.
- Rumah pompa yang dibutuhkan harus kedap air terutama pada daerah yang rawan
banjir, karena motor akan terbakar bila terendam air.
- Harga pompa ini lebih murah dan mudah ditemukan di pasaran.
2. Pompa Sentrifugal Submersible.
- Biasa digunakan untuk sistem intake tidak langsung, karena pompa dilindungi
dengan bangunan permanent.
- Aliran stabil sehingga pengaruh aliran relative kecil.
- NPSH tidak terlalu menjadi masalah karena pompa terendam air.
- Pompa submersible harus terendam air sampai ketinggian tertentu dari level air
sungai terendah. Hal tersebut dimaksudkan agar dapat mencegah terjadinya
pusaran air jika ketinggiannya melebihi batas yang disyaratkan. Pusaran air dapat
menyebabkan masuknya udara ke dalam pompa dan terjadi kavitasi. Pompa ini
sebaiknya dilengkapi dengan switch level pada level tertentu, sehingga bila
pompa tidak terendam air maka pompa akan mati secara otomatis.
- Penempatan pompa harus pada tempat permanent agar tidak dipengaruhi oleh atus
sungai bahkan sampai terbawa arus sungai dan peletakannya di bawah level air
terendah.
- Level air yang berubah ubah menyebabkan perubahan pada karakteristik
pompa.
- Pompa sistem ini agak sukar dalam pemeliharaan dan harganya cukup mahal.
3. Pompa Non Clogging.
28
TRI NANDA IRIYANTI
3311100031
Detail Engineering Design
Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) Kota Kediri Tahun 2030
Digunakan jika kandungan padatan tersuspensi air sungai sangat tinggi. Harga pompa ini sangat
mahal.
5.3 Kriteria Desain Intake
5.3.1 Bell Mouth Strainer
Kecepatan melalui lubang strainer 0,15 0,3 m / dt.
Disarankan untuk kecepatan mendekati nilai terendah untuk mencegah masuknya kotoran.
Diameter Strainer 6 12 mm.
Luas total permukaan strainer = 2 kali luas efektif (Luas total dari lubang lubang)
5.3.2 Cylinder Strainer
Kriteria perencanaan sama dengan Bell mouth strainer.
Sebaiknya digunakan pada saat gead air cukup tinggi di atas strainer.
Sebaiknya berjarak 0,6 1,0 m di bawah muka air terendah. Jika tidak mempumyai
lubang di bagian atas, strainer yang mempunyai lubang sebelah atas sebaiknya lebih dari
1 m dibawah muka air terendah.
5.3.3 Pipa gravitasi air baku
Untuk mencegah erosi dan sedimentasi, kecepatan air sebaiknya 0,6 1,5 m/ dt.
Ukuran pipa disesuaikan agar kecepatan pada LWL lebih besar dari 0,6 m/ dt dan
pada HWL kecepatan lebih kecil dari 1,5 m/ dt. Dengan mengetahui head dan
kecepatan maka diameter pipa dapat dipilih.
5.4 Intake Well (Sumuran)
Untuk memudahkan pemeliharaan (maintenance) sebaiknya dibuat 2 sumuran atau lebih.
Waktu detensi sebaiknya 20 menit atau sumuran harus cukup besar untuk menjaga
kebersihan air.
Dasar dari sumuran sebaiknya 1 m dibawah dasar sungai atau 1,5 m di bawah muka air
terendah.
29
TRI NANDA IRIYANTI
3311100031
Detail Engineering Design
Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) Kota Kediri Tahun 2030
Ketinggian foot valve sebaiknya kurang dari 0,6 m dari dasar sumuran.
Sumuran sebaiknya rapat air dan terbuat dari beton. Tebal dinding sebaiknya 20 cm atau
lebih kecil.
Sumuran sebaiknya cukup kuat untuk melawan uplift pressure.
5.3.4 Suction pipe dari Low Lift Pump (Suction pipe untuk pemompaan)
Kecepatan dari pipa sebaiknya 1 1,5 m / dt.
Perbedaan ketinggian antara muka air terendah dengan pusat pompa sebaiknya tidak
lebih dari 3,7 m.
Jika permukaan pompa lebih tinggi dari LWL, maka jarak suction sebaiknya kurang
dari 4 m.
Lokasi pompa yang terletak dibawah LWL dengan floaded suction line lebih
disukai dan kadang kadang cukup ekonomis.
5.3.5 Pipa Backwashing (untuk membersihkan foot valve atau strainer)
Kecepatan pipa sebaiknya tidak lebih dari 3 m/ dt.
Dipakai air yang telah diolah.
Kuantitas air untuk backwash sebaiknya 1/3 dari aliran dalam suction pipe.
5.4 Perencanaan Bangunan Intake
Perhitungan :
PIPA PENYADAP
Jumlah pipa sadap = 3 buah
Q peak = 971 l/det = 0.97 m3/detik
V pipa = 1 m/dt (1-1.5 m/det)
A = Q/v
= 0.971 m2
D pipa sadap = (4A/)^1/2
= 1.112 m
= 1200 mm = 1.2 m
H sungai = 8 m
A cek = 1/4D^2
= 1.130 m2
30
TRI NANDA IRIYANTI
3311100031
Detail Engineering Design
Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) Kota Kediri Tahun 2030
V cek = Q/A
= 0.86 m/s
Hf = ((Q ave/(0.00155*120*((D pipa sadap/10)^2.63)))^1.85)*Lpipa penyadap
= 0.06 m
slope = hf/l
= 0.0005774
BAK PENGUMPUL
Jumlah bak = 1 buah
Rasio p:l = 6
Saluran dari beton (n) = 0.015
Tebal dinding = 30 cm
Qmasing-masing sumur = Q/jumlah sumur pengumpul = 0.971 m3/detik
td
10 menit = 600 detik
Volume sumur = Q masing-masing sumur*td = 582.6 m3
H = 8 m
A = 72.825 m2
Lebar =
(Asurface/rasio P:L)^0,5
= 3.4838915 m 5 m
= 3.5 m
Panjang = Rasio p:l*L
= 20.903349 m 15 m
= 21 m
Tebal dinding = 30 cm = 0.3 m
Dimensi sumur pengumpul
Panjang total = p+(2*dinding beton) = 21.6 m
Lebar total = l+(2*dinding beton) = 4.1 m
Freeboard = 1 m
Kedalaman = h+fb
= 9 m
v dalam bak = Vair pada Bar screen = 0.20 m/det
Headloss:
v =
Mayor losses =
(((Kecepatan*0,015)/(((Lebar*Kedalaman)/(Lebar+(2*Kedalaman)))^(2/3)))^2)*Panjang saluran
=
0.0001 m
slope =
Mayor
losses/Panjang
saluran
= 0.000006
Head kecepatan (hv) =
(Kecepatan^2)/(2*9,81) = 0.0020 m
Head total =
Mayor losses+Head kecepatan (hv) = 0.0022 m
31
TRI NANDA IRIYANTI
3311100031
Detail Engineering Design
Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) Kota Kediri Tahun 2030
SALURAN OUTLET
Terbuat dari beton (n=0,015)
Q saluran
= 971.0 l/det
=
0.971 m3/det
Panjang saluran
= 5 m
Kecepatan
0.5 m/det
Perhitungan:
A cross
= Q saluran/panjang saluran
=
1.942 m2
Lebar:kedalaman
= 2
Kedalaman
= (A cross/Lebar:kedalaman)^0,5
=
0.99 m
Lebar
= Lebar:kedalaman*Kedalaman
=
1.97 m
Tebal dinding
=
30 cm
=
0.3 m
Jadi dimensi saluran pembawa yang digunakan :
Panjang
= panjang saluran +(2*tebal dinding) = 5.6 m
Lebar
= lebar saluran+(2*tebal dinding) = 2.57 m
=
2.6 m
fb =
0.30 m
Kedalaman +fb
= 1.29 m
=
1.3 m
Headloss:
v =
Mayor losses =
(((Kecepatan*0,015)/(((Lebar*Kedalaman)/(Lebar+(2*Kedalaman)))^(2/3)))^2)*Panjang saluran
=
0.0006 m
slope
=
Mayor losses/Panjang saluran = 0.0001
Head kecepatan (hv) =
(Kecepatan^2)/(2*9,81) = 0.0127 m
Head total =
Mayor losses+Head kecepatan (hv) = 0.0134 m
POMPA
Sumur pengumpul
Volume bak = 583 m3
p = 4 m
l = 21 m
h = 9 m
t freeboard = 1.00 m
Volume sumur cek = 661.50 m3
Q = 971 l/dt = 0.97 m3/dt 0.00027
= 58.26 m3/menit
32
TRI NANDA IRIYANTI
3311100031
Detail Engineering Design
Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) Kota Kediri Tahun 2030
= 5.8 m3/menit (di bagi 10 agar terdapat pada range grafik)
= 0.1 m3/detik
C = 100
L suction = 9.0 m
L discharge = L SP ke RF = h bak pengumpul+fb+1 = 11.0 m
1 meter digunakan jarak unit SP ke RF
Hf Statis = 10
Hf discharge = 1.0 m
Hf suction = 9.0 m
Hf Total = 20.0 m
Dari Grafik Pompa
Diperoleh
D suction
= 700
mm
D discharge
= 700
mm
Dihitung d cek
V Suction dan discharge
= 1.0
m/det (kriteria desain 1-1,5 m/det)
A suction
=
Q(setelah dibagi 10)/v = 0.0971 m2
A discharge
=
Q(setelah dibagi 10)/v = 0.0971 m2
D suction
=
351.70 mm
D suction = 500 mm = 50 cm
= 0.5 m
D discharge = 351.70
D discharge = 500 mm = 50 cm
= 0.5 m
Hf mayor
Hf suction = ((Q /(0,00155*C*(D suction^2,63)))^1,85)*L suction
= 0.515 m
Hf discharge = ((Q/(0,00155*C*(D discharge^2,63)))^1,85)*L discharge
= 0.630 m
Hf mayor total = Hf suction+Hf discharge = 1.145 m
Strainer
Screen yang digunakan bukan berbentuk seperti barscreen atau semacamnya, tetapi merupakan
strainer yang dipasang pada ujung pipa untuk menyaring benda-benda yang memungkinkan
terjadinya clogging, seperti sampah dengan ukuran besar dan sebagainya. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan mengenai strainer, yaitu :
33
TRI NANDA IRIYANTI
3311100031
Detail Engineering Design
Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) Kota Kediri Tahun 2030
Kecepatan melalui lubang strainer = 0,150,3 m/detik, dan dianjurkan untuk berada
pada batas rendah untuk mencegah masuknya padatan dari dasar badan air.
Bukaan pada lubang strainer antara 612 mm.
Luas area strainer adalah 2 kali dari luas total lubang.
Hf strainer
Hf minor = kv
2
/2g
=(0,95 x 0,15)
2
/2 x 9,81
= 0.001 m
Hf kecepatan = v
2
/2g
=(0,15)
2
/ 2 x 9,81
= 0.0011 m
Hf total = Hf minor + Hf Kecepatan
= 0.0021
Pompa
Dari perhitungan pompa diatas, diketahui head pompa supaya air mengalir dari intake yaitu
sebesar 20 m. Maka dibawah ini merupaka kriteria pompa menurut grundfos:
Gambar 5. 4 Grafik Pompa Grundfos Tipe HS 300-250-305/250
34
TRI NANDA IRIYANTI
3311100031
Detail Engineering Design
Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) Kota Kediri Tahun 2030
Gambar 5. 5 Potongan Pompa Grundfos Tipe HS 300-250-305/250
Gambar 5. 6 Pompa Grundfos Tipe HS 300-250-305/250
35
TRI NANDA IRIYANTI
3311100031
Detail Engineering Design
Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) Kota Kediri Tahun 2030
BAB VI DETAIL ENGINEERING DESIGN ROUGHING FILTER
6.1 Gambaran Umum Roughing Filter
Roughing Filter merupakan bangunan pengendap dengan mengunakan media berupa
kerikil yang dapat memisahkan partikel tersuspensi. Roughing filter berfungsi sebagai tempat
pengendapan partikel diskrit, seperti lempung, pasir dan zat padat lainnya yang bisa mengendap
secara gravitasi. Kerugian dari Roughing Filter adalah beben hidrolik rendah (low hydraulic
load). Efisiensi removal kekeruhan dalam air baku yang menggunakan Roughing Filter
tergantung pada ukuran partikel. Disamping itu, keuntungan dari Roughing Filter adalah
bangunan yang sederhana dan biaya operasional dan maintenance yang murah.
Ada 2 macam dari roughing filter, yaitu:
1. Horizontal Roughing Filter
Horizontal Roughing Filter beroperasi dengan kecepatan antara 0,3 m/jam 1,5 m/jam
yang dapat mengurangi kekeruhan antara 500 1000 NTU (Hendricks,1991). Keuntungan
Horizontal Roughing Filter adalah panjang filter terbatas dan tata letak yang sederhana
(Wegelin,1996). Pembersihan Horizontal Roughing Filter lebih mudah dilakukan.
Kriteria design Horizontal Roughing Filter :
Ratio P:L = 6 : 1
Lebar = 2-5 m
Tebal media = 50-75 cm
Diameter media minimal 30 mm
Kecepatan filtrasi = 0,5 - 4 m/jam
Biasanya terdiri dari 3 kompartemen, dengan ukuran panjang pada masing-masing
kompartemen :
Kompartemen awal = 4,5-6 m
Kompartemen tengah = 3-4 m
Kompartemen terakhir = 1,5-2 m
Ketinggian = 1- 2 m
(Schultz and Okun, 1984)
36
TRI NANDA IRIYANTI
3311100031
Detail Engineering Design
Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) Kota Kediri Tahun 2030
2. Vertikal Roughing Filter
Vertikal Roughing Filter beroperasi dengan kecepatan antara 0,3 m/jam 1m/jam yang
dapat mengurangi kekeruhan antara 500 150 NTU. Pembersihan Vertikal Roughing Filter
susah dilakukan.
Kriteria design Vertikal Roughing Filter:
Tinggi total Vertikal Roughing Filter = 2 m
Tebal media =50-75 cm
Diameter terbawah sekitar 15 20 mm, yang di atasnya 10 mm, dan yang terkecil di
bagian atas 5 mm
Kecepatan filtrasi = 0,3 m/jam 1m/jam
Media pada Roughing Filter dibagi dalam 3 kompartemen yang berisi media dengan diameter
berbeda,yaitu :
Kompartemen I dengan diameter antara 12 15 mm
Kompartemen II dengan diameter antara 8 12 mm
Kompartemen III dengan diameter antara 4 2 mm
Tabel 6. 1 Perbedaan Diameter Media Roughing Filter
Media
Filter
Kompartemen
I (mm)
Kompartemen
II (mm)
Kompartemen
III (mm)
Coarse 24 -- 16 18 -- 12 12 -- 8
Normal 18 -- 12 12 -- 8 8 -- 4
Fine 12 -- 8 8 -- 4 4 -- 2
Sumber : Onyeka, 2009
Pada Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum Kota Kediri ini digunakan Horizontal
Roughing Filter karena bangunan yang sederhana dan biaya operasional dan maintenance yang
murah serta proses backwash yang mudah, serta kekeruhan yang tinggi yakni 850 NTU sehingga
lebih baik digunakan Horizontal Roughing Filter dimana bisa menurunkan kekeruhan yang
berkisar antara 500-1000 NTU.
6.2 Kriteria Desain
Kriteria perencanaan roughing filter sebagai berikut:
Diamater kerikil > 2 mm
37
TRI NANDA IRIYANTI
3311100031
Detail Engineering Design
Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) Kota Kediri Tahun 2030
Kecepatan aliran dapat diatur menjadi lebih lambat dari Slow Sand atau lebih cepat dari
Rapid Sand Filter
Digunakan untuk air baku dengan kekeruhan 500-1000 NTU
Kecepatan pengaliran = 0,5 4 m / jam
Direncanakan 5 buah roughing filter
Media kerikil dengan diameter media minimal 30 mm
6.3 Perencanaan Bangunan Roughing Filter
Dimensi unit Roughing Filter
PERENCANAAN BAK RF
Q = 971 L/s
= 0.971 m3/s
Jumlah Bak = 8 buah
Qtiap bak = 121.375 L/s
= 0.121375 m3/s 437 m3/jam
V asumsi = 6 m/jam 0.002 m3/s (KD : 1,67-8,3 m/jam)
Asurface = Q/vasumsi
72.8 m2
Rasio P:L = 2 : 1
Lebar RF = 6.03427709 6
12
Panjang RF = 12.06855418 12
Asurface cek = 72
Hbak = 3 m
=
Headloss =
mayor losses = (((Kecepatan*0,015)/(((Lebar*Kedalaman)/(Lebar+(2*Kedalaman)))^(2/3)))^2)*Panjang saluran
= 0.000000000
slope = Mayor losses/Panjang saluran
= 0
Head kecepatan (v^2/2g) = 1.41579E-07 m
Head total = 0.000000142 m
CEK SAAT 1 UNIT DICUCI
Q tiap bak = 138.7142857 L/s 0.14 m3/s 499.3714 m3/jam
HLR = 100 m/hari 4.17 m/jam
Vpengalirancek = Q/Asurface cek
6.94 m/jam
166
ok (40-200 m/day)
SALURAN INLET
38
TRI NANDA IRIYANTI
3311100031
Detail Engineering Design
Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) Kota Kediri Tahun 2030
p = 3 m
l (b) = 1.97 m
h = 0.99 m
fb = 0.3 m
Q = 971 L/detik = 0.97 m3/detik
Q per bak = 121 L/detik = 0.12 m3/detik
v = Q/(b*h)
= 0.0625 m/det
n = 0.015
1/n = 66.66666667
(b*h)/(b+2*h)^2/3 = 0.041666667
(1/n)*((b*h)/(b+2*h)^2/3) = 2.777777778
(Hf/L)^1/2 = 0.0225
(Hf/L) = 0.00050625
Hf = 0.00151875 m
Slope = Hf/L
= 0.0005063
hl = v^2/2g
= 0.0001991 m
Headloss total = Hf+hl
= 0.0017178 m
MEDIA ROUGHING FILTER
diameter kompartemen
d awal = 0.05 m
d tengah = 0.04 m
d akhir = 0.03 m
vf (asumsi) = 4.5 m/jam = 0.00125 m/det
= 0.40
A cross = (Qperbak*)/v
= 38.84 m2
h = 3
l = 12.95 m = 13 m
rasio p:l = 2
p = 26 m
= 0.8
p = 26 m
suhu 30
0
C = 7.98E-04 kg.m/det
viskositas dinamik
suhu 30
0
C = 8.00E-07 m2/det
viskositas kinematik
30
0
C = 995.7 kg/m3
g = 9.81 m2/det
d = 0.05 m
39
TRI NANDA IRIYANTI
3311100031
Detail Engineering Design
Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) Kota Kediri Tahun 2030
Rn = (d*vf*)/
= 77.984023
f = (150*((1-f)/Rn))+175
= 176.15408
f/ = 220.1926032
Hf =
(f/)*((1-
)/E62^3)*(p/d)*(vf^2/g) = 0.1710 m
(1-)/^3 = 9.375
Hf tiap kompartemen = hf total/jumlah kompartemen = 0.0569911 m
v2/2g = 1.59276E-07
Media 1 = 0.05 m
Media 2 = 0.04 m
Media 3 = 0.03 m
L1 = 4 m
L2 = 4 m
L3 = 4 m
40
TRI NANDA IRIYANTI
3311100031
Detail Engineering Design
Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) Kota Kediri Tahun 2030
BAB VII DETAIL ENGINEERING DESIGN SLOW SAND FILTER
7.1 Gambaran Umum Slow Sand Filter
Slow sand filter adalah proses filtrasi lambat dengan menggunakan media pasir yang
dilakukan untuk pengolahan air permukaan yang tidak mengandung kekeruhan atau kontaminan
dalam jumlah besar tanpa melalui unit-unit koagulasi, flokulasi dan sedimentasi sehingga air
baku setelah melalui sedimentasi langsung dialirkan ke slow sand filter (SSF) Slow sand filter
dapat langsung dioperasikan dalam artian tanpa pre-treatment dengan syarat kekeruhan air <50
NTU, jika kekeruhan melebihi 50 NTU maka diperlukan pre-treatment. Pada filter ini proses
koagulasi, flokulasi dan sedimentasi terjadi pada filter dengan bantuan mikroorganisme yang
terbentuk pada lapisan permukaan pasir. Proses filtrasi dapat mengurangi bakteri patogen,
kekeruhan tanpa adanya penambahan bahan kimia. Pembersihan pada SSF ini dengan cara
mengambil lapisan lumpur pada bagian atas media dengan scrapper atau manual.
Slow Sand Filter merupakan salah satu proses utama dalam pengolahan sumber air baku
menjadi air minum. Ada beberapa keuntungan dari bangunan Slow Sand Filtesr ini diantaranya
adalah pembangunannya mudah, tetapi membutuhkan banyak tenaga operator dalam menangani
unit ini, desain dan operasinya mudah.
Slow Sand Filter didesain minimal 2 unit bangunan karena apabila unit pertama dicuci
medianya dengan cara scrapping dan di back wash di tempat lain dapat digunakan unit yang
lainnya dengan menggunakan kecepatan 2 kali normal karena harus mengolah air baku yang
biasanya diolah dengan 2 unit. Sehingga pengolahan air baku menjadi air minum tidak terhenti
walaupun media Slow Sand Filter dicuci.
Komponen - komponen didalam metode Slow Sand Filter, antara lain :
1) Supernatant water
Supernatant water adalah air baku yang ditampung diatas lapisan pasir dengan ketinggian
bervariasi antara 1 - 1,5 m. Ketinggian permukaan air ini harus dipertahankan tetap dalam
keadaan konstan agar :
a. Tekanan yang ada dapat membuat air meresap disela-sela lapisan pasir.
41
TRI NANDA IRIYANTI
3311100031
Detail Engineering Design
Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) Kota Kediri Tahun 2030
b. Air yang akan diolah tetap tinggal selama 3 - 12 jam untuk menjalani proses purifikasi parsial
berupa sedimentasi dan oksidasi sehingga partikel-partikel padat dalam air akan mengendap dan
berkumpul menjadi satu.
2) Sand Bed
Sand Bed adalah bagian terpenting dari proses purifikasi dan berfungsi sebagai filter.
Tebal lapisan pasir kira-kira 1,2 m. Pasir yang digunakan dipilih secara selektif dengan ukuran
diameter antara 0,15 - 0,35 mm dan harus bersih dari lumpur dan benda-benda organik. Dibawah
lapisan pasir terdapat lapisan batu koral yang berfungsi sebagai penyangga lapisan pasir
diatasnya. Lapisan pasir setebal 1m
3
akan membentuk permukaan seluas 15.000 m
2
. Air meresap
melalui Sand Bed dengan sangat lambat, memakan waktu sekitar 2 jam atau lebih. Proses
purifikasi yang terjadi berupa penyaringan mekanis, sedimentasi, absorpsi, oksidasi dan bacterial
action. Kecepatan filtrasi berkisar antara 0,1 - 0,4 m
3
/jam.
3) Under Drainage System
Dibagian bawah dari filter box terdapat Under Drainage System yang terdapat pipa-pipa
berlubang yang berfungsi sebagai saluran keluar ( outlet) air yang telah menjalani proses filtrasi.
4) Sistem Kontrol Katup Filter
Outlet dilengkapi dengan katup pengatur yang berfungsi sebagai alat pengatur dan untuk
mempertahankan kecepatan filtrasi. Resistensi dalam filter box diukur dengan Venturimeter. Jika
resistensi meningkat, katup pengatur secara perlahan akan membuka sehingga kecepatan filtrasi
dapat dipertahankan antara 0,1 - 0,4 m
3
/m
2
/jam.
Beberapa keuntungan dari SSF :
1. Biaya konstruksi rendah.
2. Sederhana dalam desain dan operasi (terdiri dari satu jenis media saja).
3. Membutuhkan lebih sedikit perpipaan, aksesoris, pompa peralatan mekanis lainnya.
4. Tidak memerlukan bahan kimia.
5. Beroperasi secara gravitasi.
6. Variasi kualitas air baku dan temperatur bisa diatasi.
42
TRI NANDA IRIYANTI
3311100031
Detail Engineering Design
Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) Kota Kediri Tahun 2030
7. Kenaikan debit secara tiba-tiba tidak mempengaruhi proses filtrasi.
Beberapa kerugian SSF :
1. Membutuhkan lahan yang luas (lima kali lebih luas dibanding RSF).
2. Tidak efektif untuk air baku dengan kandungan kekeruhan sangat tinggi, terutama yang
mengandung algae atau organisme filamentous.
3. Kontaminan beracun yang mungkin terkandung dalam air baku berbahaya dan
mempengaruhi lapisan biologis pada permukaan media.
4. Sangat sensitif dengan variasi pH dari air baku yang akan diolah.
5. Jika tiba-tiba air baku mengandung kekeruhan tinggi dan terjadi clogging, maka pori-pori
dari fim di permukaan akan tersumbat. Karena itu, biasanya SSF memerlukan tambahan
yang bak pengendap atau roughing filter sebelum masuk ke SSF
6. Pengendapan air baku berlangsung lama sehingga proses filtrasi juga berlangsung lama
7. Pembersihan filter dilakukan dengan scrapping pada permukaan atas media dan dalam
periode yang cukup lama.
Gambar 7. 1 Potongan memanjang slow sand filter
(Sumber : Al Layla,1978)
43
TRI NANDA IRIYANTI
3311100031
Detail Engineering Design
Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) Kota Kediri Tahun 2030
7.2 Kriteria Desain Slow Sand Filter
a. Waktu operasi : 24 jam/hari
b. Kecepatan filtrasi : 0,1-0,4 m/jam (0.4 m/jam)
c. area filter bed : 2000 m
2
d. tinggi filter bed initial : 0,9-1,1 m (1 m) Minimum : 0,8 m
e. Spesifikasi media:
ukuran efektif : 0,15-0,35 mm (0,25 mm)
f. tinggi underdrain dengan lapisan kerikil : 0,3-0,5 m (0,4 m)
g. Jumlah unit slow sand filter : minimal 2 unit (dengan kapasitas tiap unit adalah
h. Back Wash dilakukan dengan scrapping media setebal 2 cm.
Gambar 7. 2 Slow Sand Filter
7.3 Perhitungan Dimensi Slow Sand Filter
7.3.1 Perhitungan Pipa Inlet
Air effluent dari Roughing Filter dibawa melalui saluran pembawa kemudian ke pipa
inlet Slow Sand Filter. Jumlah pipa yang digunakan yaitu sebanyak 2 buah dengan masing-
masing debit yaitu debit total dibagi dua. Digunakan 2 buah pipa karena debit yang besar
sehingga dibutuhkan pipa lebih dari satu agar diameter pipa yang dibutuhkan tidak terlalu besar.
Perencanaan Pipa (Inlet)
Debit total
971 L/detik
0.971
Jumlah = 2
Q pipa = 486 L/detik = 0.486 m/detik
44
TRI NANDA IRIYANTI
3311100031
Detail Engineering Design
Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) Kota Kediri Tahun 2030
Jumlah = 1 Pipa
Kecepatan Rencana (V) = 0.3 m/detik
Luas Pipa (A) = Qav/v = 1.62 m2
Panjang Pipa (L) = 30 m
Diameter Pipa Sadap () = (4A/)^0.5 = 1.44 m = 160.0 cm
Hf minimum tiap Pipa Sadap
(m)
= [L*Q^1.85/(0.00155*D^2.63*c)^1.85] = 0.00119 m = 2.0 m2
Cek Kecepatan Rencana (V) = 0.2416 m/detik
7.3.2 Perhitungan Saluran Pembagi
Saluran pembagi ini merupakan penghubung antara pipa inlet denan bak penenang,
dimana dibutuhkan agar debit yang masuk ke bak penenang bisa stabil. Jumlah saluran pembagi
yaitu sebanyak 4 buah.
Perencanaan Pipa Pembagi (Inlet)
Jumlah = 4 Pipa
Q pipa = 243 L/detik = 0.243 m/detik
Kecepatan Rencana (V) = 0.3 m/detik
Luas Pipa (A) = Qav/v = 0.81 m2
Panjang Pipa (L) = 2 m
Diameter Pipa Sadap () = (4A/)^0.5 = 1.02 m = 100.0 cm
Hf minimum tiap Pipa Sadap
(m)
= [L*Q^1.85/(0.00155*D^2.63*c)^1.85] = 0.00022 m = 0.8 m2
Cek Kecepatan Rencana (V) = 0.31 m/detik
7.3.3 Perhitungan Bak Penenang
Bak penenang dibutuhkan agar air yang masuk ke Slow Sand Filter dapat mengalir
dengan tenang dan debitnya bisa seuai dengan yang diinginkan. Dengan adanya bak penenang
diharapkan air yang masuk ke Slow Sand Filter dapat mengalir dengan tenang sehingga proses
filtrasi bisa berjalan dengan kecepatan yang sesuai dengan kriteria kecepatan aliran pada Slow
Sand Filter.
Direncanakan bak berbentuk rectangular
Jumlah = 1 bak
45
TRI NANDA IRIYANTI
3311100031
Detail Engineering Design
Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) Kota Kediri Tahun 2030
Debit rencana (Qav) = 971 L/detik = 0.971 m/detik
Waktu detensi (td) = 5 menit = 300 detik
(<10
menit)
Volume sumur (Vol) = Qav x td = 291 m
Rencana kedalaman (h) = 2 m
Asurface = Volume sumur/h = 145.7 m
Asumsi P:L = 20
Lebar sumur = (Asurface/rasio P:L)^0,5 = 2.7 m
= 3.0 m
Panjang sumur = L x 4 = 60.0 m
= 40.0 m
Check td = Px L x h/Q av = 4.11946 menit
Lahan = P x L x jumlah bak = 180.0 m
7.3.4 Perhitungan Bak dan Media Slow Sand Filter
Dari debit yang ada, dibuat 4 buah unit Slow Sand Filter agar ukuran dan lahan yang
dibutuhkan tidak terlalu besar dan efisien. Media yang digunakan yaitu pasir dan gravel. Dan
system pengaliran yang digunakan adalah system down flow dimana air akan mengalir dari
media terkecil dibagian atas menuju gravel dibawahnya kemudian menuju system underdrain.
Maka tidak dibutuhkan system backwash dari bawah ataupun pipa pengumpul lumpur karena
schmutzdecke yang tumbuh diatas media nantinya akan dikeruk. Hal ini akan menyebabkan
ketebalan media berkurang sehingga media pasir yang digunakan harus lebih tebal dibandingkan
dengan system upflow.
46
TRI NANDA IRIYANTI
3311100031
Detail Engineering Design
Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) Kota Kediri Tahun 2030
Gambar 7. 3 Efektivitas Media
Perencanaan SSF
Jumlah
= 4
D media
d Penahan = 3 cm
d Pasir = 0.05 cm
Kecepatan aliran air renclana
(v)
= 0.3 m/jam
= 0.0001 m/detik = 0.008 cm/detik
A surface =
Q tiap bak / v
= 1457 m2
Rasio L : b = 2
Dalam bak (H) = 3 m
Lebar SSF (b) = (A surface / Rasio L:b)^0.5
=
27.0 m
= 19
Panjang SSF (L) =
2*b
=
54.0 m
= 38
A surface cek =
b*L
=
722 m2
Perencanaan Media SSF
(porositas butiran) = 0.4
47
TRI NANDA IRIYANTI
3311100031
Detail Engineering Design
Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) Kota Kediri Tahun 2030
(faktor bentuk) = 0.8
suhu 28
0
C = 0.01 cm2/detik (viskositas kinematik)
suhu 28
0
C = 0.0080 g/cm.detik (viskositas dinamik)
g = 981 cm/detik^2
t media Penahan = 25 cm
t media Pasir = 70 cm
= 0.9963 g/cm3
Headloss media Penahan
N Re = (**d*v)/
= 2.49
f' = 150*[(1-)/N Re]+1.75
= 37.88
hl = f'*(L/d)*[(1-)/^3]*(v^2/g)
= 0.00026 cm
Headloss media Pasir
N Re = (**d*v)/
= 0.04
f' = 150*[(1-)/N Re]+1.75
= 2169.77
hl = f'*(L/d)*[(1-)/^3]*(v^2/g)
= 2.520 cm
48
TRI NANDA IRIYANTI
3311100031
Detail Engineering Design
Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) Kota Kediri Tahun 2030
BAB X BANGUNAN DESINFEKSI
Desinfeksi merupakan salah satu proses dalam pengolahan air minum yang berfungsi
untuk membunuh organisme patogen yang masih terdapat dalam air olahan. Yang terjadi dalam
proses ini adalah dengan membubuhkan bahan kimia yang mempunyai kemampuan membasmi
bakteri patogen seperti klor. Dalam perencanaan ini digunakan bahan kimia klor sebagai
desinfektan.
10.1. Klorinasi
Klor merupakan bahan yang paling umum digunakan sebagai disinfektan karena efektif
pada konsentrasi rendah, murah dan membentuk sisa klor jika diterapkan pada dosis yang
mencukupi. Beberapa faktor penting yang mempengaruhi efisiensi disinfeksi dengan klor adalah:
- Kekuatan dari desinfektan
- Konsentrasi dari desinfektan
- Temperatur
- Pengadukan
- Reaksi breakpoint
- Waktu kontak
- Karakteristik air
- Karakteristik mikroorganisme
- pH
Dosis klor adalah jumlah klor yang ditambahkan pada air untuk menghasilkan residu
spesifik pada akhir waktu kontak. Hasil sisa (residu) adalah dosis dikurangi kebutuhan klor yang
digunakan oleh komponen dan materi organik yang ada dalam air. Dosis klor yang dibutuhkan
pada proses pengolahan ditentukan dengan uji laboratorium atau pilot plant. Dosis klor dapat
bervariasi tergantung pada kualitas air, temperatur dan kondisi iklim yang lain. Umumnya,
dosisnya berada pada rentang 0,2 sampai 4 mg/L. Tabel 10.1 menunjukkan dosis klor yang
dianjurkan. Dosis klor ditentukan berdasarkan bpc yaitu jumlah klor yang dikonsumsi air
besarnya tergantung dari kualitas air bersih yang di produksi serta ditentukan dari sisa klor di
instalasi (0,25 0,35) mg/l. ( Sumber : SNI 6774 2008 )
49
TRI NANDA IRIYANTI
3311100031
Detail Engineering Design
Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) Kota Kediri Tahun 2030
Tabel 10. 1 Dosis Klor yang Diperlukan untuk Disinfeksi
Tujuan Pengolahan
Dosis klor,
mg/L
Waktu kontak,
menit
Rentang pH
Residu klor kombinasi
Residu klor bebas
Reaksi breakpoint
Pembentukan monokloramin
(dikloramin akan terbentuk
bila
pH di bawah 7)
Pembentukan residu klor bebas
1 5
0.5 4
6 8 x NH
3
b
3 4 x NH
3
b
6 8 x NH
3
b
a
a
30
20
20
7 -8
7 -8
6.5 8.5
( optimum 7.5 )
7 -8
6.5 8.5
a. Jika dibutuhkan CT
b. Dinyatakan dalam mg / L sebagai NH
3
Sumber : Qasim et al ( 2000 )
Berikut ini beberapa keperluan perlengkapan desinfeksi pembubuh gas klor adalah :
1) Peralatan gas klor disesuaikan minimal 2, lengkap dengan tabungnya;
2) Tabung gas klor harus ditempatkan pada ruang khusus yang tertutup;
3) Ruangan gas klor harus terdapat peralatan pengamanan terhadap kebocoran gas klor;
4) Alat pengamanan adalah pendeteksi kebocoran gas klor dan sprinkler air otomatik atau
manual.
5) Harus disediakan masker gas pada ruangan gas klor.
Dosis pembubuhan koagulan dapat diketahui dosis optimumnya melalui analisa laboratorium
sehingga terbentuk suatu grafik sepeti pada Gambar 10.1.
50
TRI NANDA IRIYANTI
3311100031
Detail Engineering Design
Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) Kota Kediri Tahun 2030
Gambar 10. 1 Grafik Break Point Chlorination
10.2 Perencanaan
Perencanaan unit disinfeksi sebagai berikut :
- Q = 971 L / detik
- Sisa klor = 0,3 mg / L ( Sumber : SNI 6774 2008 )
- Gas klor ( Cl
2
) diinjeksikan ke dalam pipa menggunakan tabung klorinator
- Kapasitas tabung klorinator = 100 kg
- Dosis klor optimum ( BPC ) berdasarkan analisa laboratorium = 1,69 mg / L (Nurdjanah,
2007)
- Panjang pipa = 3 m
10.3 Perhitungan
Berikut ini perhitungannya :
Dosis klor optimum = 1.69 mg/L hsl analisa BPC
Densitas klor = 860 kg/m3 ketentuan
= 0.86 kg/L
Direncanakan
Sisa klor = 0.3 mg/L di pelanggan
tabung klorinator = 100 kg dipasaran
51
TRI NANDA IRIYANTI
3311100031
Detail Engineering Design
Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) Kota Kediri Tahun 2030
Jumlah tabung klorinator = 1 buah
dosis klor yang dibutuhkan = 1.99 mg/L
debit = 0.971 m3/det
= 971 L/det
Ejektor injeksi gas klor = 1932.29 mg/det
= 0.00193229 kg/det
= 2.24685E-06 m3/det Qpengaliran
waktu isi ulang klorinator = 51752.0662 detik
= 14.37557394 jam 15 jam
Pembubuhan desinfektan
Qpengaliran = 0.00193229 kg/det
= 2.24685E-06 m3/det
= 0.002246849 L/det
Vasumsi = 0.5 m/det
panjang pipa pembubuh = 3 m Asumsi
pipa discharge
A = 4.4937E-06 m2
Diameter pipa discharge = 0.002392583 m
= 2.392583465 mm
= 0.239258346 cm
cek V = 0.5 m/det
Headloss
hf = 0.893420841 m
hv = 0.012755102 m
minor losses
k belokan = 0.9
k=0.9
hm = 0.01146789 m
k valve = 0.15
Hm = 0.001911315 m
Hm total = 0.013379205 m
Headloss Total = 0.919555148 m
52
TRI NANDA IRIYANTI
3311100031
Detail Engineering Design
Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) Kota Kediri Tahun 2030
BAB XI RESERVOIR
11.1. Pengertian Reservoir
Reservoir berfungsi untuk menampung air minum sebelum didistribusikan kepada
masyarakat. Pada reservoir, terjadi kontak desinfektan agar desinfektan tercampur merata
dengan air minum. Pada bak reservoir ini, terdapat channel agar air minum tidak dalam kondisi
diam yang mungkin mengakibatkan proses pengendapan di bagian dasar, selain itu channel
tersebut juga berfungsi untuk mencampurkan desinfektan ke dalam air minum. Agar air minum
yang disimpan tidak terkena kontak langsung dengan matahari, maka bak reservoir ini diberi
penutup. Hal hal yang diperlukan dalam membangun reservoir adalah :
1. Kapasitas
Reservoir terdiri dari ground reservoir dan elevated reservoir. Elevated reservoir memiliki
biaya lebih murah, karena tidak memerlukan pompa untuk mendistribusikan air minum ke
masyarakat. Untuk menentukan jenis reservoir mana yang dipilih, terlebih dahulu
ditentukan kapasitas reservoirnya.
2. Lokasi
Untuk ground reservoir tanpa pompa, harus terletak di dekat daerah pelayanan agar
tekanan yang diberikan mencukupi untuk mengalirkan air minum ke daerah pelayanan.
Sedangkan untuk ground reservoir dengan pompa, daerah pelayanan terletak lebih jauh,
namun apabila terlalu jauh, harus menggunakan pompa yang bertekanan besar, agar daerah
layanan terlayani air minum. Hal tersebut membutuhkan biaya yang besar.
3. Ventilasi
Baik ground maupun elevated reservoir, harus memiliki ventilasi atau pipa vent. Agar
terjadi pertukaran udara di dalam reservoir. Selain itu, ventilasi dapat mengukur ketinggian
muka air di dalam reservoir. Ventilasi ini harus terlindung dari hujan dan sinar matahari,
agar kualitas air minum di dalamnya tetap terjaga.
4. Overflow
Reservoir harus memiliki tangki overflow, apabila debit yang diproduksi berlebih.
5. Keamanan
53
TRI NANDA IRIYANTI
3311100031
Detail Engineering Design
Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) Kota Kediri Tahun 2030
Lokasi dari reservoir harus dapat dijangkau dengan sistem keamanan. Hal ini mencegah
adanya pencurian air minum ataupun perusakan kualitas air minum oleh pihak tertentu
secara disengaja.
6. Pengontrolan Korosi
Jika tangki reservoir terbuat dari besi, maka tangki tersebut harus tahan terhadap korosi
dengan cara mengecat tangki dan digunakan setelah cat benar benar kering dan cat tidak
luntur jika terkena air. Karena, hal tersebut bisa mempengaruhi kualitas air minum yang
akan didistribusikan.
7. Pompa
Untuk elevated reservoir yang memiliki tekanan yang cukup untuk mendistribusikan air
minum, maka penggunaan pompa tidak diperlukan. Karena, elevated reservoir
pengelirannya dengan sistem gravitasi. Sedangkan untuk ground reservoir, tekanan untuk
mengalirkan air minum tidak mencukupi, sehingga diperlukan pompa untuk
mendistribusikannya.
Untuk dapat menampung air hasil pengolahan digunakan reservoir, dimana dari reservoir
ini air akan didistribusikan ke konsumen. Selain itu, reservoir ini juga berfungsi agar waktu
kontak yang lebih baik antara desinfektan (klor) dengan air yang akan diditribusikan.
Bak penampung air minum atau reservoir diberi sekat-sekat yang dilengkapi dengan:
- Ventilasi
- Tangga
- Pelimpah air
- Lubang pemeriksaan dan perbaikan
- Alat ukur ketinggian air
- Instalasi pengolahan air penguras ( Sumber : SNI 6774 2008 )
11.2. Kriteria Desain
Dalam perhitungan reservoir ini direncanakan :
- Waktu detensi ( td ) = 30 menit
- Reservoar berbentuk persegi panjang dengan perbandingan p : l = 4 : 1
- Kedalaman reservoar = 4 m
54
TRI NANDA IRIYANTI
3311100031
Detail Engineering Design
Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) Kota Kediri Tahun 2030
11.3. Perhitungan Reservoir
Besarnya suplai air ke reservoir adalah 100% sehingga dapat ditentukan presentase air
per jamnya, yaitu:
Presentase suplai air per jam = Besar suplai : 24 jam
= 100% : 24 jam
= 4,167 % / jam
Berdasarkan suplai air PDAM per jam, dapat dihitung besarnya kapasitas ground reservoar
seperti pada Tabel 11.1.
Tabel 11. 1 Hasil Perhitungan Kumulatif Pemakaian Reservoir
Waktu (Jam)
Kebutuhan Air
(%)
Pemompaan (%) Selisih Debit (%) Komulatif (%)
00.00-01.00 0 4.17 -4.17 -4.17
01.00-02.00 0.3 4.17 -3.87 -8.03
02.00-03.00 0.3 4.17 -3.87 -11.90
03.00-04.00 0.5 4.17 -3.67 -15.57
04.00-05.00 1 4.17 -3.17 -18.73
05.00-06.00 8.5 4.17 4.33 -14.40
06.00-07.00 10 4.17 5.83 -8.57
07.00-08.00 9 4.17 4.83 -3.73
08.00-09.00 8.5 4.17 4.33 0.60
09.00-10.00 3 4.17 -1.17 -0.57
10.00-11.00 3.5 4.17 -0.67 -1.23
11.00-12.00 3.5 4.17 -0.67 -1.90
12.00-13.00 3.5 4.17 -0.67 -2.57
13.00-14.00 3.5 4.17 -0.67 -3.23
14.00-15.00 3 4.17 -1.17 -4.40
15.00-16.00 4 4.17 -0.17 -4.57
16.00-17.00 8.5 4.17 4.33 -0.23
17.00-18.00 8.5 4.17 4.33 4.10
18.00-19.00 9 4.17 4.83 8.93
19.00-20.00 8.5 4.17 4.33 13.27
20.00-21.00 1.8 4.17 -2.37 10.90
21.00-22.00 1 4.17 -3.17 7.73
22.00-23.00 0.5 4.17 -3.67 4.07
23.00-00.00 0.1 4.17 -4.07 0.00
55
TRI NANDA IRIYANTI
3311100031
Detail Engineering Design
Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) Kota Kediri Tahun 2030
1. Kapasitas ground reservoir = surplus maksimum surplus minimum
= 13,27 (- 18,73)
= 32,0 %
2. Td = 24 jam x 60 menit
= 1440 menit
3. Q distribusi = 971 l/detik
= 0,971 m
3
/detik
4. Volume distribusi = kapasitas ground reservoir x Q dsitribusi x td
= 32,0 % x 0,971 m
3
/detik x 1440 menit x 60 detik
= 26846 m
3
Instalasi
1. Volume total = 26846 m
3
2. Jumlah ground reservoir = 4 bak
3. Volume per ground reservoir = Vol total / jumlah bak
= 26846 m
3
/ 4
= 6712 m
3
- H ground reservoir = 4 m
- A surface = volume per bak / H
= 6712 m
3
/ 4 m
= 1678 m
3
- Rasio P : L = 4 : 1
- L = (As / 4)
0,5
= (1678 m
3
/ 4)
0,5
= 20,48 m
= 20 m
- P = 4 x L
= 4 x 20 m
= 80 m
4. Headloss
56
TRI NANDA IRIYANTI
3311100031
Detail Engineering Design
Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) Kota Kediri Tahun 2030
Mayor losses = (
(
x panjang saluran
= (
(
= 0,0014 m
Slope =
=
= 0,000017
Head kecepatan (hv) =
= 0,458 m
Head total = Mayor losses + Head kecepatan (hv)
= 0,0014 m + 0,458 m
= 0,4594 m
11.4. Pompa
Pada perencanaan ini, pompa diperlukan untuk mengalirkan air dari ground reservoir menuju
sistem distribusi dengan waktu pemompaan 24 jam karena tidak menggunakan elevated
reservoar dan menggunakan jenis pompa variabel speed. Pompa utama yang digunakan
sebanyak 4 buah dan pompa cadangan 4 buah. Maka terdapat 8 pompa yang dipasang pada 4
buah ground reservoar.
Direncanakan :
Terdapat 4 buah ground reservoar dilengkapi dengan baffle
Terdapat 4 pompa utama dan 4 pompa cadangan
Perhitungan:
Debit Pemompaan =
V asumsi = 2 m/s
Luas (A) = Q/v
= 0,02 m/s/2 m/s = 0,01 m
57
TRI NANDA IRIYANTI
3311100031
Detail Engineering Design
Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) Kota Kediri Tahun 2030
Diameter pipa =
4 x A
=
4 x 0,0
= 0,113 m 120 mm
V cek = Q/A
= Q / (1/4 D)
= 0,01 m/s / (1/4 0,12) = 0,89 m/s (memenuhi)
Head Pompa
H
pompa
= Hf
mayor
+Hf
minor
+ Hf
statik
+ Hf
sisa tekan
Hf
mayor
= Hf suction + Hf discharge = 10 m
Hf
minor
terdiri dari :
Head akibat 1 check valve (K = 2)
]
Head akibat 1 belokan 90
0
(K = 1,129)
]
Head akibat 1 basket strainer (K = 0,95)
]
Hf
minor
= Hm
valve
+ Hm
belokan
+ Hm
basket strainer
= 0,257 + 0,235 + 0,145
= 0,637 m
Head statis ( h
statis
) = 39 m
Head kecepatan =
+
H
pompa
= Hf
mayor
+Hf
minor
+ Hf
statik
+ v
2
/2g
= 10 + 0,637 + 39 + 0,129
= 49,77 m
Dari data diatas didapatkan tipe pompa dari Grundfos yakni sebagai berikut :
58
TRI NANDA IRIYANTI
3311100031
Detail Engineering Design
Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) Kota Kediri Tahun 2030
Gambar 11. 1 Pompa Grundfos Tipe HS 250-200-381/349
Gambar 11. 2 Potongan ompa Grundfos Tipe HS 250-200-381/349
59
TRI NANDA IRIYANTI
3311100031
Detail Engineering Design
Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) Kota Kediri Tahun 2030
Gambar 11. 3 Grafik Pompa Grundfos Tipe HS 250-200-381/349
60
TRI NANDA IRIYANTI
3311100031
Detail Engineering Design
Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) Kota Kediri Tahun 2030
BAB XII PROFIL HIDROLIS
Profil hidrolis digambarkan untuk mendapatkan tinggi muka air pada masing-masing unit
instalasi pengolahan air minum. Hal tersebut dapat menunjukkan adanya kehilangan tekanan
(headloss) yang terjadi akibat pengaliran pada bangunan. Beda tinggi setiap unit instalasi dapat
diketahui sesuai dengan hasil perhitungan kehilangan tekanan pada bab sebelumnya. Hasil
perhitungan profil hidrolis instalasi pengolahan air minum Kota Kediri tahun 2025 pada Tabel
12.1
Tabel 12. 1 Perhitungan Profil Hidrolis IPAM Kota Kediri Tahun 2025
Keterangan
Data perhitungan
sebelumnya
Elevasi Muka
Air (m)
Elevasi Dasar
Bangunan (m)
Elevasi
Tanah 38.000 m
Sungai -8.000 m -8.000 m
Intake
Hf Strainer 0.002 m -8.002 m
H Bar screen -7.000 m -1.002 m
Hf pipa penyadap 0.859 m -8.861 m
H pipa penyadap 7.000 m -15.861 m
Hf sumur pengumpul 0.002 m -8.863 m
H sumur pengumpul 8.000 m -16.863 m
elevasi sblm di pompa -8.863 m
Head pompa 10.000
elevasi setelah di pompa 1.137 m
Muka air akhir unit intake 1.137 m
Keterangan
Data perhitungan
sebelumnya
Elevasi Muka
Air (m)
Elevasi Dasar
Bangunan (m)
Roughing Filter (RF)
Muka air awal 1.137 m
Hf saluran inlet 0.002 m 1.135 m
H saluran inlet 0.985 m 0.150 m
H RF 3.000 m -1.865 m
Hf RF
Kompartemen 1 0.057 m 1.078 m
Kompartemen 2 0.057 m 1.021 m
61
TRI NANDA IRIYANTI
3311100031
Detail Engineering Design
Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) Kota Kediri Tahun 2030
Kompartemen 3 0.057 m 0.964 m
Muka air akhir unit RF 0.964 m
Slow Sand Filter
Muka air awal 0.964 m
Hf pipa inlet 0.001 m 0.963 m
H pipa inlet 1.000 m -0.037 m
Hf saluran pembagi 0.000 -0.037
Hf media (sand) 0.025 m 0.938 m
H bak slow sand filter 3.000 m -2.062 m
Muka air akhir unit slow sand filter 0.938 m
Desinfeksi
Muka air awal 0.938 m
Hf saat injeksi 0.920 m 0.018 m
Muka air akhir unit Desinfeksi 0.018 m
Reservoir
Muka air awal 0.018 m
Hf reservoir 0.459 m -0.441 m
H reservoir 4.000 m -4.441 m
elevasi sblm di pompa -0.441 m
Head pompa 49.770
elevasi setelah di pompa 49.329 m
Muka air akhir unit intake 49.329 m