Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Typhoid
1. Pengertian Typhoid
Demam Typhoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut
yang di sebabkan oleh Salmonella Typhi. Penyakit ini di tandai oleh panas
berkepanjangan, di topang dengan bakteremia tanpa keterlibatan struktur
endotelial atau endokardial dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi ke
dalam sel fagosit mononuklear dari hati, limpa, kelenjar limfe usus dan
peyers patch. ( Sumarmo S.dkk 2008 )
Penyebab utama dari penyakit ini adalah mikroorganisme Salmonella
Typhosa dan Salmonella Typhi, A, B, dan C. Mikroorganisme ini banyak
terdapat di kotoran, tinja manusia dan makanan atau minuman yang
terkena mikroorganisme yang di bawa oleh lalat. Sebenarnya sumber
utama dari penyakit ini adalah lingkungan yang kotor dan tidak sehat.
Tidak seperti virus yang dapat beterbangan di udara, mikroorganisme ini
hidup di sanitasi yang buruk seperti lingkungan kumuh, makanan dan
minuman yang tidak higenis Manifestas Klinik. ( Ngastiyah, 2005 )
Gejala demam typhoid sering kali muncul setelah 1 sampai 3 minggu
terpapar mulai dari tingkat sedang hingga parah. Gejala klasik yang
muncul mulai dari demam tinggi, malas, sakit kepala, konstipasi atau
diare, Rose-Spot pada dada dan Hepatosplenomegali ( WHO, 2010 ). Rose
spot adalah suatu ruam makulopapular yang berwarna merah dengan
ukuran 1 sampai 5 mm, sering kali di jumpai pada daerah abdomen,
thoraks, ekstremitas dan punggung pada orang kulit putih, tetapi tidak
pernah di laporkan di temukan pada anak Indonesia. Ruam ini muncul
pada hari ke 7 sampai 10 dan bertahan selama 2 sampai 3 hari. ( Soedarmo
et al. 2010 )
Periode inkubasi demam typhoid pada anak antara 5 sampai 40 hari
dengan rata-rata 10 sampai 14 hari. Gejala klinis ringan tidak memerlukan
4
5
perawatan, sedangkan gejala klinis berat harus di rawat. Anak mengalami
demam tinggi pada sore hingga malam hari dan turun pada pagi hari.
Banyak penderita demam typhoid yang di akibatkan kurang masukan
cairan dan makanan. ( Soedarmo et al. 2010 )
Penderita typhoid perlu di rawat di rumah sakit untuk isolasi agar
penyakit ini tidak menular ke orang lain. Penderita harus istirahat total
minimal 7 hari bebas panas. Istirahat total ini untuk mencegah terjadinya
komplikasi di usus. Makanan yang di konsumsi adalah makanan lunak dan
tidak banyak berserat. Sayuran dengan serat kasar seperti daun singkong
harus di hindari, jadi harus benar-benar di jaga makanannya untuk
memberi kesempatan kepada usus menjalani upaya penyembuhan.
(Soedarto, 2007 )
2. Epidemiologi
Demam typhoid masih merupakan masalah kesehatan sedang
bergembang. Besarnya angka kasus demam typhoid di dunia ini sangat
sukar di tentukan sebabab penyakit ini di kenal mempunyai gejala dengan
spektrum klinisnya sangat luas. Di perkirakan angka kejadian dari
150/100.000/tahuan di Amerika Selatan dan 900/100.000/tahun di Asia.
Umur di Indonesia ( daerah endemis ) di laporkan antara 3 smpai 19 tahun
mencapai 91% kasus. Angka yang kurang lebih sama juga di laporkan
dari Amerika Selatan.
Salmonella Typhi dapat hidup dalam tubuh manusia ( manusia sebagai
natural reservoir). Manusia yang terinfeksi Salmonella Typhi dapat
mengeksresikanya melalui sekret saluran nafas, urin dan tinja dalam
jangka waktu yang sangat bervariasi. Salmonella Typhi yang berada di
luar tubuh manusia dapat hidup untuk beberapa minggu apabila berada di
dalam air, es, debu atau kotoran yang kering maupun pada pakian. Akan
tetapi Salmonella Typhi hanya dapat hidup kurang dari 1 minggu pada
raw sewage, dan mudah di matikan dengan klorinasi dan pasteurisasi
(temperatur 63
0
C ).
6
Terjadinya penularan Salmonella Typhi sebagian besar melalui
minuman atau makanan yang tercemar oleh mikroorganisme yang berasal
dari penderita atau pembawa mikroorganisme biasanya keluar bersama-
sama dengan tinja ( melalui rute oral fekal, jalur oro, fenal ).
Dapat juga terjadi transmisi transplasental dari seorang ibu hamil yang
berada dalam bakteremia ke pada bayinya, pernah di laporkan pula
transmisi oro fekal dari seorang ibu pembawa mikrooranisme pada saat
proses kelahirannya kepada bayinya dan sumber mikroorganisme berasal
dari labolatorium peneliti. ( Sumarmo S.dkk 2008 )
3. Etiologi
Salmonella typhi sama dengan Salmonella lain adalah bakteri Gram
negatif mempunyai flagela tidak berkapsul dan tidak membentuk spora
fakultatif anaerob. Mempunyai anti gensomatik ( O ) yang terdiri dari
oligosakarida, flagelar antigen ( H ) yang terdiri dari protein dan envelope
antigen ( K ) yang tediri dari polisakarida. Mempunyai makromolekuler
lipopolisakarida kompleks yang membentuk lapisan luar dari diding sel
yang di namakan endotoksin. Salmonella Typhi juga dapat memperoleh
plasmid faktor R yang berkaitan dengan resistensi terhadap multipel
antibiotik. ( Sumarmo S.dkk 2008 )
4. Patofisiologi
Patofisiologi demam typhoid melibatkan 4 proses kompleks mengikuti
ingesti organisme Yaitu: (1) Penempelan dan invasi sel-sel M Peyers
patch, (2) mikroorganisme bertahan hidup dan bermultiplikasi di
makrofag Peyers patch, nodus limfatikus mesenterikus dan organ-organ
ekstra intestinal sistem retikuloendotelial, (3) mikroorganisme bertahan
hidup di dalam aliran darah, (4) produksi enterotoksin yang meningkatkan
kadar CAMP di dalam kripta usus dan menyebabkan keluarnya elektrolit
dan air ke dalam lumen intestinal. ( Soedarmo et al. 2010 )
Mikroorganisme Salmonella Typhi dan Salmonella parathyphi masuk
ke dalam tubuh manusia melalui makanan atau minuman terkontaminasi.
Sebagian mikroorganisme di musnahkan dalam lambung dengan pH <2,
7
sebagian lolos masuk ke dalam usus dan selanjutnya berkembang biak.
Bila respon imunitas humoral mukosa ( IgA ) usus kurang baik maka
mikroorganisme akan menembus sel-sel epitel ( terutama sel M ) dan
selanjutnya ke lamina propia.
Propia mikroorganisme berkembang biak dan difagosit oleh makrorag.
Mikroorganisme dapat hidup dan berkembang biak di dalam makrofag dan
selanjutnya di bawa ke Plak Peyeriileum Distal kemudian ke kelenjar
getah bening mesenterika. ( Sudoyo et al. 2009 )
5. Diagnosis
Diagnosis di tegakkan berdasarkan gejala klinis berupa demam,
gangguan gastrointestinal dan mungkin di sertai perubahan dan gangguan
kesadaran dengan kriteria ini maka seorang klinis dapat membuat
diagnosis tersangka demam typhoid. Diagnosis pasti di tegakkan melalui
isolasi ( Salmonella Typhi ) dari darah. Pada dua minggu pertama sakit,
kemungkinan mengisolasi ( Salmonella Typhi ) dari dalam darah pasien
lebih besar dari pada minggu berikutnya. Biakan spesimen yang beasal
dari aspirasi sumsum tulang mempunyai sensitivitas tertinggi, hasil positif
di dapat pada 90% kasus. Akan tetapi prosedur ini sangat invasif sehingga
tidak di gunakan dalam praktek sehari-hari. Pada keadaan tertentu dapat di
lakukan biakan spesimen empedu yang di ambil dari duodenum dan
memberikan hasil yang cukup baik.
Pemeriksaan demam typhoid ada beberapa jenis yaitu untuk
mendeteksi atibodi ( Salmonella Typhi ) dalam serum antigen tehadap
Salmonella Typhi dalam darah, serum, urin dan DNA ( Salmonella Typhi )
dalam darah dan faeses polymerase chain reaction telah di gunakan untuk
memperbanyak gen salmonella sel. Typhoid secara spesifik pada darah
pasien dan hasil dapat di peroleh hanya dalam beberapa jam. Metode ini
spesifik dan lebih sensitif di banding dengan biakan darah. ( Sumarmo
S.dkk 2008 )
8
6. Pencegahan
Secara umum untuk memperkecil kemungkinan tercemar (Salmonella
Typhi ) maka setiap individu harus memperhatikan kualitas makanan dan
minuman yang mereka konsumsi. Salmonella Typhi di dalam air akan
mati apabila di panaskan setinggi 57
0
C untuk beberapa menit atau dengan
proses iodinasi atau klorinasi. Untuk makanan pemanasan sampai suhu 57
0
C beberapa menit dan secara merata juga dapat mematikan kuman
Salmonella typhi. Penurunan endemisitas suatu negara atau daerah
tergantung baik pada baik buruknya pengadaan sarana air dan pengaturan
pembuangan sampah serta tingkat kesadaran individu terhadap higiene
pribadi. Imunisasi aktif dapat membantu menekan angka kejadian demam
typhoid. ( Sumarmo S.dkk 2008 )
7. Diet
Diet merupakan hal yang penting dalam proses penyembuhan
penyakit karena makanan yang kurang akan menurunkan keadaan umum
dan gizi penderita akan semakin turun sehingga proses penyembuhan akan
semakin lama. Penderita demam typhoid di beri makan bubur untuk
menghindari perforasi usus. Pemberian makanan padat seperti nasi beserta
lauk pauk rendah selulosa ( menghidari sementara sayuran yang tinggi
serat) dapat di berikan dengan aman pada pasien demam typhoid. (Sudoyo
et al, 2009)
B. Pemberian dukungan gizi bagi orang sakit
Bukan merupakan tindakan yang berdiri sendiri dan terpindah dari
tindakan perawatan dan pengobatan pengaturan makan, perawatan penyakit
dan pengobatan merupakan satu kesatuan dalam proses penyembuhan
penyakit. Malnutrisi dapat timbul sejak sebelum di rawat di rumah sakit
karena penyakitnya atau asupan zat gizi yang tidak cukup namun tidak jarang
pula malnutrisi ini timbul selama di rawat di rumah sakit. Penurunan status
gizi dapat menyebabkan angka mortalitas naik dan memperpanjang lama hari
rawat.
9
C. Lama hari rawat
Lama hari rawat berhubungan erat dengan mutu dan efisiensi rumah
sakit, dan jumlah pengeluaran biaya oleh keluarga pasien, agar dapat
mewujudkan kepuasan pasien dan keluarga pasien dengan mengetahui faktor-
faktor yang terkait dengan lama hari rawat, maka hal tersebut dapat di
gunakan untuk meningkatkan kinerja rumah sakit. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi lama hari rawat yaitu umur, perawatan sebelumnya, dan
alasan pemulangan pasien. ( Setiawan, 2009 )
D. Asupan Energi
Asupan energi seseorang menurut FAO/WHO (2005) adalah konsumsi
energi berasal dari makanan yang di perlukan untuk menutupi pengeluaran
energi seseorang bila mempunyai ukuran dan komposisi tubuh dengan tingkat
aktivitas yang sesuai kesehatan jangka panjang untuk memelihara aktivitas
fisik yang di butuhkan. Energi basal metabolisme selalu di pengaruhi oleh
beberap faktor yaitu : ukuran tubuh, jenis kelamin, umur dan komposisi
tubuh. ( Almatsier, 2005 )
E. Asupan protein
Protein di perlukan untuk sebagian besar proses metabolik terutama
pertumbuhan, perkembangan dan maintenance merawat jaringan tubuh
(Suandi, 2004). Protein sebagai pemasok energi dapat di berikan dalam
jumlah sedang tetapi sebaiknya 20-25% dari jumlah total kalori. (Arisman,
2004)
Diet demam typhoid adalah diet yang berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan makan penderita typhoid dalam bentuk makanan
lunak rendah serat. Tujuan utama diet demam typhoid adalah memenuhi
kebutuhan nutrisi penderita demam typhoid dan mencegah kekambuhan.
Penderita penyakit demam typhoid selama menjalani perawatan harus
mengikuti petunjuk diet yang di anjurkan. Makanan dengan rendah serat dan
rendah sisa bertujuan untuk memberikan makanan sesuai kebutuhan gizi
10
yang sedikit mungkin meninggalkan sisa sehingga dapat membatasi volume
feses dan tidak merangsang saluran cerna. Pemberian bubur saring juga di
tujukan untuk menghindari terjadinya komplikasi perdarahan saluran cerna
atau perforasi usus. Syarat-syarat diet sisa rendah adalah energi cukup sesuai
dengan umur, jenis kelamin dan aktivitas. Protein cukup10-15% dari
kebutuhan energi total, lemak sedang 10-25% dari kebutuhan energi total,
Karbohidrat cukup yaitu sisa kebutuhan energi total, menghindari makanan
berserat tinggi dan sedang sehingga asupan serat maksimal 8 gr/hari. (Utami,
2010)
F. Status Gizi
Status gizi adalah salah satu aspek status kesehatan yang di hasilkan
dari asupan, penyerapan, dan penggunaan pangan serta terjadinya infeksi,
trauma, dan faktor metabolik yang mungkin terjadi karena adanya patologi.
Status makanan merupakan salah satu aspek yang mengacu pada konsumsi
pangan seseorang, kelompok pangan atau zat gizi. Status makanan dan status
gizi tidak sepenuhnya sama karena konsumsi pangan tidak hanya faktor yang
temasuk dalam faktor penyebab tetapi, asupan makanan diperlukan untuk
menjaga kesehatan. ( Rippe, 2001 )
G. Hubungan Asupan Energi Dan Protein Dengan Lama Hari Rawat
Makanan yang kaya zat gizi berasal dari bahan makanan yang di
antaranya mengandung sumber energi dan protein tinggi. Tingkat asupan
energi dan protein sangat mempengaruhi terhadap status gizi seseorang
terutama pada anak-anak di mana masih dalam masa pertumbuhan. Asupan
energi di perlukan tubuh sebagai zat tenaga dan asupan protein di perlukan
sebagai zat pembangun bagi tubuh. Keduanya berperan penting dalam tubuh
untuk mengetahui status gizi seseorang yang dapat di ukur dengan berbagai
macam pengukuran antropometri. ( Supariasa, 2001 )
11
Tingkat kecukupan energi dan protein akan mempengaruhi satus gizi
pasien yang kemudian akan berpengaruh pada lama masa rawat di rumah
sakit. ( Hariyanti, 2005 )
12
H. Kerangka Teori
I. Kerangka Konsep
J. Hipotesis
1. Ada hubungan asupan energi dengan lama hari rawat penderita demam
typhoid.
2. Ada hubungan asupan protein dengan lama hari rawat pederita demam
typhoid.
Asupan energi
Asupan Protein
Lama hari rawat
Lama Hari Rawat
Psikologis
Asupan Energi
Asupan Protein
Status Gizi
Kualitas SDM
Mutu pelayanan

Anda mungkin juga menyukai