Anda di halaman 1dari 22

TINJAUAN PUSTAKA

Tebu
Tebu (Saccharum officinarum Linn) adalah tanaman untuk bahan baku
gula. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman ini
termasuk jenis rumput-rumputan. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa
dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan
di pulau J awa dan Sumatera (Wikipedia, 2007).

Bentuk fisik tanaman tebu dicirikan oleh terdapatnya bulu-bulu dan duri
sekitar pelepah dan helai daun. Banyaknya bulu dan duri beragam tergantung
varietas. J ika disentuh akan menyebabkan rasa gatal. Kondisi ini kadang menjadi
salah satu penyebab kurang berminatnya petani berbudidaya tebu jika masih ada
alternatif tanaman lain. Tinggi tanaman bervariasi tergantung daya dukung
lingkungan dan varietas, antara 2,5-4 meter dengan diameter batang antara 2-4 cm
(Dinas Perkebunan, 2004).

Daur kehidupan tanaman tebu melalui 5 fase, yaitu :
1. Perkecambahan
Dimulai dengan pembentukan taji pendek dan akar stek pada umur 1 minggu
dan diakhiri pada fase kecambah pada umur 5 minggu.
2. Pertunasan
Dimulai dari umur 5 minggu sampai 3,5 bulan.
3. Pemanjangan Batang
Dimulai dari umur 3,5 bulan sampai 9 bulan.

Universitas Sumatera Utara
4. Kemasakan
Merupakan fase yang terjadi setelah pertumbuhan vegetatif menurun dan
sebelum batang tebu mati. Pada fase ini gula di dalam batang tebu mulai
terbentuk hingga titik optimal hingga berangsur-angsur menurun. Fase ini
disebut juga fase penimbunan rendemen gula.
5. Kematian
(KPPBUMN, 2007).

Tujuh varietas tebu unggul harapan yang diperkenalkan dinas perkebunan
dapat dipakai sebagai alternatif pendamping mengungguli varietas lama yang
masih dipertahankan yaitu PS 84-16029, PS 86-17079, PS 86-8680, PS 89-19137,
PS 89-22513, PS 90-13156 dan PS90-9704 (Dinas Perkebunan, 2004).

Teknik Budidaya Tebu
Pembukaan Areal dan Menyusun Pola Field Lay Out
Pembukaan Areal
Jenis lahan yang dapat dikembangkan untuk budidaya tebu adalah :
Lahan konversi
Lahan rotasi pola Timur/Barat (T/B)
Lahan rotasi pola Utara/Selatan (U/S).

Cara pembuatan lahan budidaya tebu baik lahan konversi maupun lahan
rotasi adalah :
Daerah Penanaman (DP)
Universitas Sumatera Utara
Luas berkisar antara 250-300 Ha tergantung kondisi lapangan. Batas antara
DP yang satu dengan yang lain adalah jalan (jalan primer, sekunder maupun
tersier) atau sungai. Penomoran DP ini diberi angka romawi,
contoh : DP.I, DP.II dan seterusnya.
Blok
Tiap DP mempunyai beberapa blok, tiap blok berkisar 5-8 Ha. Penomoran
blok diberikan dengan dua digit angka biasa, contoh : blok 01, blok 02 dan
seterusnya. Setiap blok hendaklah dicatat :
a. Luas bruto
b. Luas netto
c. Jumlah juringan (alur tanaman)
d. Panjang parit, sungai menurut jenisnya
e. Dan yang lain-lain yang dianggap perlu.
Saluran drainase
Jenis-jenis saluran drainase yaitu :
a. Parit kanal, yaitu parit yang berfungsi untuk mengalirkan air ke parit
alam.
b. Parit T/B lebar 100 cm, yaitu parit yang berfungsi untuk mengalirkan air
dari parit U/S ke parit kanal.
c. Parit U/S, yaitu parit yang berfungsi untuk mengalirkan air dari parit
jaluran ke parit T/B lebar 100 cm.
d. Parit jaluran, yaitu parit yang dibuat sejajar dengan juringan atau sering
juga disebut parit T/B lebar 60 cm. Parit ini dibuat setiap 10-15 m
Universitas Sumatera Utara
(1 petak), yang berfungsi untuk mengalirkan air dari juringan ke parit
U/S.
Jaringan jalan
Jaringan jalan dalam kebun tebu pada umumnya terdiri dari 3 macam, yaitu :
a. Jalan Utama
Jalan ini terutama untuk pengangkutan tebu dari kebun ke pabrik. Beban
yang harus ditahan cukup berat (lebih dari 15 ton) sehingga perlu
diperkeras dengan dasar yang kuat. Lebar jalan bervariasi antara 10
sampai 12 meter.
b. Jalan Sekunder
Jalan ini terutama untuk lalu lintas traktor dan alat pertanian. Selain itu
juga untuk pengangkutan tebu dari kebun ke jalan utama. Beban yang
harus ditahan juga cukup berat sehingga pelu diperkeras, serta dengan
dasar yang kuat sesuai dengan ketentuan baku. Lebarnya dapat
bervariasi antara 6 sampai 8 meter.
c. Jalan Tersier
Jalan ini tidak perlu diperkeras dan dapat digunakan sebagai headland
tempat pemutaran traktor. Lebarnya bervariasi antara 4 sampai 6 meter.
Tetapi jalan ini tetap dipelihara dengan membabat rumputan yang ada
(PTPN II, 2008).

Menyusun Pola Field Lay Out
Pembuatan lay out di kebun tebu dilakukan untuk ukuran blok
400 m x 200 m, dimana dibuat jalan kontrol dengan lebar 2 m yang berada
ditengah-tengah blok. Pembuatan jalan kontrol ini diharapkan memperlancar
Universitas Sumatera Utara
pengoperasian mekanisasi (baik pengolahan maupun pemeliharaan) dan
mempermudah pelaksanaan tebangan dan angkutan.

Persiapan Lahan
Sebelum penanaman tebu lahan konversi dan lahan rotasi pola T/B
terlebih dahulu diolah tanahnya untuk menjamin perkecambahan yang tinggi :
Untuk areal baru terlebih dahulu dilakukan pembabatan rumput kemudian
rerumputan dibakar, ini dilakukan 2 bulan sebulan tanam.
Untuk areal konversi, sesudah selesai tebangan tebu ratoon (tanaman yang
tumbuh setelah penebangan plane cane), biasanya hanya sampai ratoon III,
segera dilakukan pembakaran lahan (klaras), baru dilakukan pengolahan
tanah.
Untuk areal rotasi eks tembakau, selesai panen (kutip daun terakhir),
dibersihkan lahan lalu dilakukan pengolahan tanah.

Pengolahan tanah hendaknya dilakukan dengan pembajakan,
penggemburan dan pembuatan juringan. Dengan demikian perkecambahan tebu
berjalan normal.
Pembajakan (plowing)
Adalah upaya pembongkaran tanah yang bertujuan untuk memperdalam batas
olah tanah, membalikkan tanah agar sirkulasi udara lebih baik serta
untuk menghancurkan sisa-sisa tumbuhan yang sebelumnya
sudah ada (Dinas Perkebunan, 2004). Biasanya hasil pembajakan berupa
tanah bongkahan yang masih cukup besar. Dilakukan dengan implement
Davis Flow yang ditarik dengan traktor Crowler-D5 dengan kedalaman
Universitas Sumatera Utara
30-40 cm. Pembajakan untuk tanah ringan boleh ditarik dengan traktor roda
ban.
Penggemburan (harrowing)
Adalah upaya memperhalus hasil olahan tanah dari kondisi tanah besar
menjadi lebih kecil. Tujuannya untuk membuat kondisi tanah berpori lebih
banyak dan lebih remah sehingga permukaan tanah mudah dibentuk sesuai
dengan yang diinginkan (Dinas Perkebunan, 2004). Dilakukan dengan
menggunakan implement Rome Master dengan alat tarik Crowler-D5.
Penggemburan untuk tanah ringan boleh ditarik dengan traktor roda ban.
Pembuatan juringan (furrowing)
Sesudah tanah dibajak dan digembur maka pekerjaan pembuatan alur
tanaman dapat dimulai. Alat yang digunakan adalah furrower dengan
kedalaman juringan 25-30 cm yang ditarik dengan traktor rantai atau traktor
ban. Pada satu kali jalan dibuat 2 sampai 3 alur. Jarak antar juringan adalah
135 cm
(PTPN II, 2008).

Selain menggunakan furrower, pembuatan juringan juga dapat dilakukan
secara manual. Tebalnya kasuran/bantalan tergantung pada keadaan tanah. Bila
musim hujan atau tanahnya basah, maka tebalnya 10 cm sedangkan bila musim
kemarau, maka tebal kasuran 15-20 cm dari permukaan tanah aslinya
(Sutardjo, 1994).






Universitas Sumatera Utara
Pembibitan
Bibit merupakan salah satu faktor penting dalam penyelenggaraan tebu
giling. Bibit yang bermutu baik dan sehat akan menghasilkan tanaman yang baik
dan sehat pula. Penurunan produksi tebu antara lain disebabkan pemakaian bibit
yang kurang baik. Bibit bisa didapatkan dari :
Bibit pucuk
Bibit ini berasal dari pucuk batang tebu giling. Untuk keperluan ini, dipilih
tebu yang baik dan sehat serta yang tidak banyak bercampur dengan
jenis-jenis tebu lain. Daun kering yang membungkus bibit tidak
diklentek/dilepas, karena dapat melindungi mata dari kerusakan.
Bibit kebun
Bibit ini merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai
penyediaan bahan tanam bagi kebun tebu giling. Lokasi kebun pembibitan
diusahakan dekat dengan areal tebu giling.
Bibit mentah/bibit krecekan
Bibit ini berasal dari tanaman yang berumur 0-7 bulan. Bibit ini dipotong
tanpa mengklentek daun pembungkusnya agar mata-mata tunas tidak rusak.
Bibit seblangan
Bibit ini diambil dari tanaman yang telah tumbuh untuk mencukupi
penyulaman. Bibit yang diambil jika tanaman sudah berumur 16-18 hari atau
yang telah bermata tunas dua.



Universitas Sumatera Utara
Bibit siwilan
J ika tanaman sudah tidak tumbuh atau pucuknya mati, maka keluarlah
tunas-tunas yang disebut siwilan. Siwilan ini bisanya digunakan untuk
penyulaman
(Sutardjo, 1994).

Jenjang bibit kebun atau kebun pembibitan adalah sebagai berikut :
Kebun Bibit Pokok Utama (KBPU)
KBPU adalah kebun bibit yang diselenggarakan oleh P3GI (Pusat Penelitian
Perkebunan Gula Indonesia) Pasuruan. Kemurniannya berada dibawah
pengawasan Pemulian Tanaman. KBPU ditanam pada bulan Juli-Agustus.
Kebun Bibit Pokok (KBP)
KBP merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai penyediaan
bahan tanam bagi kebun nenek. Kebun ini menggunakan bahan tanam yang
berasal dari KBPU. Kebun ini dikelola oleh Riset Pengembangan. KBP
ditanam pada bulan J anuari-Februari.
Kebun Bibit Nenek (KBN)
KBN merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai
penyediaan bahan tanam bagi kebun bibit induk. Kebun ini menggunakan
bahan tanam yang berasal dari KBP. Kebun ini dikelola oleh Riset
Pengembangan. KBN ditanam pada bulan Juli-Agustus.
Kebun Bibit Induk (KBI)
KBI merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai penyediaan
bahan tanam bagi kebun bibit datar. Kebun ini menggunakan bahan tanam
Universitas Sumatera Utara
yang berasal dari KBN. Kebun ini dikelola oleh Asisten Afdeling. KBI
ditanam pada bulan J anuari-Februari.
Kebun Bibit Datar (KBD)
KBD merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai
penyediaan bahan tanam bagi kebun tebu giling. Kebun ini menggunakan
bahan tanam yang berasal dari KBI. Kebun ini dikelola oleh Asisten
Afdeling. KBD ditanam pada bulan Juli-Oktober.

Tahun
ke
Bulan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des
X-3 KBPU
X-2 KBP
KBN
X-1 KBI
KBD
X TG

Gambar 1. Pola pembibitan tebu PTPN II Sumatera Utara

(PTPN II, 2008).


Penanaman
Sebelum dilakukan penanaman hendaknya dipersiapkan bibit dan pupuk
dasar. Masa penanaman Februari s/d Juli, yang setiap bulannya dibagi menjadi
dua bagian yaitu A dan B. Bagian A penanaman mulai tanggal 1-15 dan bagian B
penanaman mulai tanggal 15-30 setiap bulannya. Contoh : penanaman dilakukan
pada tanggal 1 Februari maka dinyatakan dengan masa tanam 2A. Bibit bagal stek
2-3 mata yang telah diseleksi di KBD disebar dan diletakkan didasar juringan
dengan overlapping 100% (double stek) atau single stek tergantung varietas.
Universitas Sumatera Utara
Kemudian ditutup dengan tanah kasuran setebal 3-5 cm pada musim hujan dan
6-10 cm pada musim kemarau. Sebelum peletakan bibit bagal pada dasar juringan
dilakukan terlebih dahulu penaburan pupuk dasar yang terdiri dari pupuk Halei
(400Kg/Ha) dan pupuk Urea (100Kg/Ha). Pupuk diberikan secara sekaligus
(PTPN II, 2008).

Perawatan
1. Tanaman Plant Cane (PC) pola T/B
Herbisida Pra Emergence
Diberikan pada saat gulma sudah berkecambah tetapi tebunya belum
tumbuh maksimal atau umur tebu berkisar 1-5 hari. Bahan yang
digunakan adalah {Ronindo 3 Kg/Ha +Larutan 2.4 DA (D. Amine)
1,5 L/Ha} ditambah 200 Liter air.
Penyisipan
Penyisipan dilakukan pada tanaman berumur 21-30 hari setelah tanam.
Penyisipan dilakukan jika juringan kosong >30 cm. Apabila penyisipan
pertama gagal, diulangi lagi pada saat tanaman berumur 51-60 hari.
Penyiangan 1 kali, 2 kali
Penyiangan adalah membuang rumput-rumput yang tumbuh di kebun,
supaya jangan mengadakan persaingan dengan tanaman tebu dan
merintangi tumbuhnya. Penyiangan dilakukan secara manual yaitu
dengan menggunakan cangkul koret (Adisewojo, 1991).


Universitas Sumatera Utara
Interrow
Interrow adalah pengolahan tanah dengan menggunakan implement disc
dengan kedalaman juringan 10-15 cm, yang bertujuan untuk
menggemburkan tanah di sekitar perakaran tanaman. Interrow dilakukan
segera setelah penyiangan selesai dikerjakan.
Herbisida Post Emergence
Bahan yang digunakan adalah Larutan Kombat 3 L/Ha ditambah
200 Liter air.
Klentek (pelepasan daun kering)
Klentek bertujuan untuk memperbaiki sirkulasi udara dan kebersihan
kebun, memperbanyak sinar matahari yang masuk mengenai batang tebu
dan meningkatkan kualitas tebangan. Daun yang diklentek adalah daun
kering yang kelopak daunnya sudah membuka 50%. Klentek dilakukan
pada saat tanaman berumur 6 bulan, apabila diperlukan klentek bisa
dilakukan lagi pada saat tanaman berumur 8 bulan.
2. Tanaman Ratoon Pola T/B
Klaras
Pembakaran lahan (klaras) dilakukan segera setelah kegiatan panen
diselesaikan.
Kepras
Kepras adalah penebangan sisa tanaman rata dengan permukaan tanah,
yang bertujuan untuk merawat tunggul tebu bekas tebangan agar tunas
baru dapat tumbuh sehat, seragam/homogen dan dalam jumlah kerapatan
populasi sesuai yang diharapkan (minimum 15 tunas per meter juring).
Universitas Sumatera Utara
Pengeprasan dilakukan dengan menggunakan parang babat yang tajam.
Cara pengeprasan adalah sisa batang tebu yang masih tertinggal di atas
permukaan tanah dipotong sedikit rata pada permukaan tanah.
Sub Soiling
Sub soiling adalah pengolahan tanah dengan menggunakan implement
ripper dengan kedalaman juringan 20 cm, yang bertujuan untuk
memperbaiki aerasi tanah dan memotong akar-akar tua. Dilaksanakan
segera setelah pengeprasan. Sub soiling dilakukan menggunakan
implement ripper yang ditarik dengan traktor roda ban, kedalaman 20
cm. Semua juring harus di ripper.
Penyisipan dengan Bagal
Penyisipan ini bertujuan untuk menyisip juringan yang kosong/rusak
akibat pekerjaan tebangan. Penyisipan menggunakan bibit bagal bermata
2-3 mata. Bibit diletakkan pada juringan kosong yang telah dilubangi,
kemudian ditutup. Penyisipan dilakukan pada saat tanaman berumur
5-14 hari. Apabila penyisipan gagal, diulangi lagi pada saat tanaman
berumur 35-44 hari. Maksimal sisipan 5 % sampai 10 % apabila lebih
harus dibuat berita acara permintaan sisip berat.
Pemupukan
Pada tanaman ratoon, pekerjaan pemupukan dilaksanakan 14-21 hari
setelah pengeprasan. Dosis pupuknya adalah 400Kg/Ha Halei dan
100Kg/Ha Urea. Pupuk diberikan secara sekaligus. Pemupukan
dilakukan secara manual yaitu dengan menabur pupuk pada tanaman,
Universitas Sumatera Utara
kemudian ditutup dengan interrow cultivating untuk konversi dan rotasi
pola T/B.
Interrow
Interrow adalah pengolahan tanah dengan menggunakan implement disc
dengan kedalaman juringan 10-15 cm, yang bertujuan untuk menutup
pupuk, dimaksudkan agar pupuk tidak terbawa air ketika hujan. Interrow
dilaksanakan segera setelah pemupukan.
Herbisida Early Emergence
Bahan yang digunakan adalah { Larutan Basta 2 L/Ha +Larutan 2.4 DA
(D. Amine) 1 L/Ha} ditambah 200 liter air.
Penyiangan
Penyiangan adalah membuang rumput-rumput yang tumbuh di kebun,
supaya jangan mengadakan pesaingan dengan tanaman tebu dan
merintangi tumbuhnya. Penyiangan dilakukan secara manual yaitu
dengan menggunakan cangkul Koret (Adisewojo, 1991).
Herbisida Post Emergence
Bahan yang digunakan adalah Larutan Kombat 3 L/Ha ditambah
200 Liter air.
Klentek (pelepasan daun kering)
Klentek bertujuan untuk memperbaiki sirkulasi udara dan kebersihan
kebun, memperbanyak sinar matahari yang masuk mengenai batang tebu
dan meningkatkan kualitas tebangan. Daun yang diklentek adalah daun
kering yang kelopak daunnya sudah membuka 50%. Klentek dilakukan
Universitas Sumatera Utara
pada saat tanaman berumur 6 bulan, apabila diperlukan klentek bisa
dilakukan lagi pada saat tanaman berumur 8 bulan
(PTPN II, 2008).

Hama dan Penyakit
Hama
Hama merupakan binatang pengganggu tanaman. Gangguan dilakukan
dengan cara menghisap atau memakan bagian tanaman. Beberapa hama penting
yang sering menyerang tanaman tebu antara lain :
1. Penggerek Pucuk (Tryporina nivella)
Hama ini berupa ulat yang menyerang pucuk tanaman sehingga mematikan
titik tumbuh.
2. Penggerek Batang (Phragmatoecia castaneae)
Hama ini berupa ulat yang merusak ruas-ruas batang tebu sehingga pada
serangan yang parah dapat merobohkan tanaman.
3. Kutu Bulu Putih (Ceratovacuna laniagara)
Pada daun-daun yang mulai nampak ada kutu bulu putih segera dipangkas,
kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik untuk dimusnahkan atau
dibakar.
4. Uret
Hama ini menyerang akar dan pangkal tanaman tebu. Tanaman yang
terserang menampakkan gejala kelayuan daun.


Universitas Sumatera Utara
5. Tikus
Hama ini menyerang tanaman berumur kurang dari satu bulan. Tanaman
yang terserang akan mati.
(Muljana, 1983).

Penyakit
1. Penyakit Pokkahbung (Gibbrela moniliformis)
Penyakit ini disebabkan oleh sejenis jamur dan terutama timbul di musim
hujan. Tanda-tanda penyakit ini adalah pada daun muda terlihat memutih
(chlorosis). Pokkahbung adalah salah satu jenis penyakit yang sangat
berbahaya bagi tanaman tebu, terutama di daerah beriklim basah
(Sutardjo, 1994).
2. Penyakit Blendok (Xanthomonas albilincans)
Penyakit ini menyerang tanaman tebu berumur 1,5-2 bulan. Tanda-tanda
penyakit ini adalah pada penampang membujur dari batang-batang kelihatan
perubahan warna dari kuning sampai merah tua, titik tumbuh dan tunas-tunas
juga berwarna merah. Gejala penyakit ini akan lenyap bila hujan turun.
3. Penyakit Mosaik
Penyebab penyakit ini adalah virus mosaik. Tanda-tanda penyakit ini yaitu
pada daun terdapat gambaran mosaik berupa garis-garis dan noda-noda
berwarna hijau muda sampai kuning.
4. Penyakit Luka Api (Smut)
Penyebab penyakit ini adalah Ustilago scitaminea syd. Gejala penyakit ini
adalah timbul cambuk hitam pada pucuk tebu.

Universitas Sumatera Utara
5. Penyakit Pembuluh
Penyebab penyakit ini adalah bakteri Clavibacter xylisubsp xyli. Tanaman
yang terserang menampakkan gejala pertumbuhan yang kurang sempurna
terutama tanaman keprasan tampak kerdil
(Dinas Perkebunan, 1994).

Panen
Tebang Muat Angkut (TMA) adalah tiga kegiatan yang tidak dapat dipisah
dalam rangka memungut hasil batang tebu layak giling untuk dibawa ke pabrik.
Kegiatan TMA dapat mempengaruhi kualitas kadar gula jika tidak ditangani
dengan baik. Di lapangan kegiatan TMA masih jauh dari yang diharapkan.
Walaupun telah memperoleh pengalaman, namun untuk mendapatkan tenaga
tebang yang terampil sangat sulit untuk diharapkan. Umumnya tenaga tebang
lebih banyak dilakukan oleh tenaga perempuan dari pada pria
(Dinas Perkebunan, 2004).

Tebang
Tebangan baik untuk PC (tanaman yang berasal dari bibit baru) maupun
Ratoon (tanaman yang tumbuh setelah penebangan plant cane) dilakukan dalam
bentuk tebu segar (green cane). Waktu penebangan dan giling adalah Januari-Juli.
Untuk menentukan waktu tebangan maka faktor yang perlu dipertimbangkan
adalah sebagai berikut :
Umur 10-12 bulan dan dapat dilihat dari masa tanamnya
Gejala-gejala visual antara lain daun-daun tanaman tebu secara keseluruhan
telah menguning
Universitas Sumatera Utara
Pada musim kemarau usahakan tebang pada kebun yang jauh dari pabrik dan
pada musim hujan kebun-kebun yang dekat dengan pabrik.

Cara penebangan yang dapat dilakukan terbagi menjadi 2, yaitu :
1. Mekanis
Penebangan dilakukan dengan menggunakan cane harvester, alat ini hanya
digunakan pada waktu mendesak.
2. Manual
Penebangan ini dilakukan dengan menggunakan parang tebang. Alat tebu
umumnya dibawa oleh penebang atau bisa juga dipinjam dari pabrik gula
atau kebun bersangkutan kemudian setelah selesai tebang harus
dikembalikan. Cara tebangan adalah pandas, artinya tepat pada permukaan
tanah.
(PTPN II, 2008).

Muat
Cara muat ke dalam truk dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
1. Mekanis
Dengan menggunakan mesin cangkram (grab loader)
2. Manual
Dengan menggunakan tenaga manusia (panggul), dimuat dalam bentuk
bundle cane (ikatan), setiap ikatan terdiri dari 20-25 batang tebu.
(PTPTN II, 2008).





Universitas Sumatera Utara
Angkut
Alat pengangkutan adalah truk umum dengan kapasitas 10-15 ton
(PTPN II, 2008).

Pendekatan Sistem

Pendekatan sistem adalah suatu cara untuk menangani suatu masalah.
Pendekatan sistem (system approach) merupakan cara untuk menangani suatu
masalah berdasarkan berpikir kesisteman. Pendekatan sistem terhadap suatu
masalah adalah untuk menangani suatu masalah dengan mempertimbangkan
semua aspek yang terkait dengan masalah itu dan mengkonsentrasikan
perhatiannya kepada interaksi antara aspek-aspek yang terkait dari permasalahan
tersebut. Jadi pendekatan sistem adalah suatu pendekatan pemecahan masalah
yang dilakukan secara menyeluruh (sistemik) (Tunas, 2007).

Melalui berpikir kesisteman dan pendekatan sistem ini kita akan dapat
melihat permasalahan dengan prespektif yang lebih menyeluruh, yang mencakup
struktur, pola dan proses serta keterkaitan antara komponen-komponen atau
kejadian-kejadian yang ada padanya, jadi tidak hanya kepada kejadian yang
tunggal yang langsung dihadapi. Berdasarkan prespektif yang luas ini kita akan
dapat mengidentifikasi seluruh rangkaian sebab-akibat yang ada dalam
permasalahan tersebut dan menentukan dimana sebaiknya kita harus memulai
tindakan pemecahannya (Tunas, 2007).

Beberapa alasan mengapa kita membutuhkan pendekatan sistem dalam
menyelesaikan suatu permasalahan yaitu :
1. Suatu masalah timbul oleh karena lebih dari suatu sebab (situasi)
Universitas Sumatera Utara
2. Karena ada berbagai alternatif pemecahan yang potensial yang perlu
dipertimbangkan.
3. Setiap pemecahan disamping mendukung tercapainya tujuan yang
diinginkan, juga mempunyai dampak sampingan yang juga harus
dipertimbangkan.
4. Hasil pemecahan suatu masalah harus dievaluasi baik terhadap pencapaian
tujuan yang diinginkan maupun dampak sampingan yang akan
diakibatkannya.
5. Pemecahan suatu masalah bersifat sementara atau tidak langsung karena akan
timbul lagi permasalahan baru
(Eriyatno, 2003).

Metodologi Sistem
Metodologi sistem pada prinsipnya melalui enam tahap analisis sebelum
tahap sintesa (rekayasa), meliputi : (1) analisa kebutuhan, (2) identifikasi sistem,
(3) formulasi masalah, (4) pembentukan alternatif sistem, (5) determinasi dari
realisasi fisik, sosial dan politik, (6) penentukan kelayakan ekonomi dan finansial.
Langkah 1-6 dilakukan dalam satu kesatuan kerja yang dikenal dengan analisa
sistem (Eriyatno, 2003).

Analisis Kebutuhan

Pendekatan sistem adalah cara penyelesaian persoalan yang dimulai
dengan dilakukannya identifikasi terhadap adanya sejumlah kebutuhan-kebutuhan
sehingga dapat menghasilkan suatu operasi dari sistem yang dianggap efektif. J ika
kita mengasumsikan sebuah sistem, maka akan terdapat para pelaku sistem atau
Universitas Sumatera Utara
stakeholder. Whitten, dkk (2004) mendefenisikan stakeholder sebagai orang yang
mempunyai ketertarikan terhadap sistem yang ada ataupun sistem yang
ditawarkan. Stakeholder bisa termasuk pekerja teknis dan non teknis, bisa juga
pekerja dalam dan luar.

Analisa kebutuhan merupakan permulaan pengkajian dari suatu sistem.
Analisis kebutuhan harus dilakukan secara hati-hati terutama dalam menentukan
kebutuhan-kebutuhan dari semua orang dan institusi yang dapat dihubungkan
dengan sistem yang telah ditentukan. Analisa ini dapat meliputi hasil suatu survei,
pendapat seorang ahli, diskusi, observasi lapangan dan sebagainya
(Eriyatno, 2003).

Formulasi Masalah
Tujuan dari analisis permasalahan adalah untuk mempelajari dan
memahami bidang masalah dengan cukup baik untuk secara menyeluruh
menganalisis masalah, kesempatan dan batasannya. Para pemecah masalah telah
belajar untuk benar-benar memahami sebuah permasalahan sebelum mengajukan
solusi apapun yang mungkin. Dalam praktik, suatu akibat mungkin adalah sebuah
gejala dari masalah yang berbeda, yang lebih mendalam dan mendasar. Masalah
tersebut juga harus dianalisis untuk mencari penyebab dan akibatnya, dan
seterusnya sampai penyebab dan akibat tersebut tidak menghasilkan gejala-gejala
masalah-masalah lain (Whitten dkk, 2004).

Maksud dari tahap ini untuk mempelajari dan memahami sistem yang ada
dan mengidentifikasi masalah-masalah dan peluang secara lebih spesifik sebagai
lanjutan dari kegiatan tahap studi awal. Pada tahap ini ditentukan pokok-pokok
Universitas Sumatera Utara
permasalahan dan peluang yang ditemukan atau dirasakan oleh pihak menajemen
pemakai, tujuan dan pentingnya usaha pengembangan, penentuan ruang lingkup
analisis atau rencana pengembangan serta pemahaman lebih lanjut mengenai
sistem sekarang (Simatupang, 1994).

Identifikasi Sistem
Identifikasi sistem merupakan suatu mata rantai hubungan antara
pernyataan dari kebutuhan-kebutuhan dengan pernyataan khusus dari masalah
yang harus dipecahkan untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Yang
penting dalam identifikasi sistem adalah melanjutkan interpretasi diagram lingkar
ke dalam konsep kotak gelap (blackbox) (Eriyatno, 2003).





Input tidak terkendali Output yang dikehendaki






Input terkendali Output yang tidak dikehendaki





Gambar 2. Diagram kotak gelap (Eriyatno, 2003)



INPUT
LINGKUNGAN
SISTEM
Manajemen
Pengendali
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1. Uraian komponen sistem
NO KOMPONEN SISTEM URAIAN
A Input Sistem
A.1 Input Lingkungan 1. Mempengaruhi sistem, akan tetapi tidak
dipengaruhi sistem
2. Tergantung pada jenis sistem yang ditelaah
A.2 Input yang endogen (yang
terkendali dan tidak terkendali)
1. Merupakan peubah yang sangat perlu bagi
sistem untuk merencanakan fungsinya yang
dikehendaki
2. Sebagai peubah untuk mengubah kinerja
sistem dan pengoperasiannya
A.2.1 Input yang terkendali 1. Dapat bervariasi selama pengoperasian sistem
untuk mencapai kinerja yang dikehendaki
atau untuk menghasilkan output yang
dikehendaki
2. Perannya sangat penting dalam mengubah
kinerja sistem selama pengoperasian
3. Dapat meliputi aspek: manusia, bahan, energi,
modal dan informasi
A.2.2 Input yang tidak terkendali 1. Tidak cukup penting peranannya dalam
mengubah kinerja sistem
2. Tetapi diperlukan agar sistem dapat berfungsi
3. Bukan merupakan input lingkungan
(eksogenous) karena disiapkan perancang
B Output Sistem
B.1 Output yang dikehendaki 1. Merupakan respon sistem terhadap kebutuhan
yang telah ditetapkan (dalam analisis
kebutuhan)
2. Merupakan peubah yang harus dihasilkan
oleh sistem untuk memuaskan kebutuhan
yang telah diidentifikasi
B.2 Output yang tidak dikehendaki 1. Merupakan hasil sampingan yang tidak dapat
dihindarkan dari sistem
2. Selalu diidentifikasi dalam tahap identifikasi
sistem, terutama semua pengaruh negatif yang
potensial dapat dihasilkan oleh sistem yang
diuji
3. Sering merupakan kebalikan dari keluaran
yang dikehendaki
C Parameter Rancangan Sistem 1. Digunakan untuk menetapkan struktur sistem
2. Merupakan peubah keputusan penting bagi
kemampuan sistem menghasilkan keluaran
secara efisien dalam memenuhi kepuasan bagi
kebutuhan yang ditetapkan
3. Dalam beberapa kasus perlu merubah peubah
ini selama pengoperasian sistem untuk
membuat kemampuan sistem bekerja lebih
baik dalam keadaan lingkungan berubah-ubah
4. Tiap sistem mempunyai parameter rancangan
tersendiri yang dapat diidentifikasi
D Manajemen Pengendali Merupakan faktor pengendalian (kontrol)
pengoperasian sistem dalam menghasilkan
keluaran yang dikehendaki
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai