Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
P
erbaikan sifat genetik dan agronomik
tanaman dapat dilakukan melalui
pemuliaan. Secara konvensional, per-
baikan sifat dilakukan dengan persilangan
antarspesies, varietas, genera atau kerabat
yang memiliki sifat yang diinginkan.
Persilangan dapat diterapkan pada
tanaman berbunga, berbuah, berbiji, dan
berkembang untuk melanjutkan ke-
turunannya. Untuk tanaman yang tidak
dapat diperbaiki melalui persilangan,
perbaikan sifat diupayakan dengan cara
lain, di antaranya mutasi induksi yang
disebut pula mutasi buatan atau imbas.
Perubahan sifat karena pengaruh alam
disebut mutasi spontan, misalnya pada
apel, yang menghasilkan mutan apel
yang dideskripsi oleh Linnaeus tahun
1741.
Setelah ditemukan sinar-X pada
permulaan abad 20, Hugo de Vries
mengemukakan bahwa aplikasi sinar-X
memungkinkan terjadinya mutan yang
lebih bermanfaat bagi manusia. Sekitar
25 tahun kemudian, Muller pada tahun
1927 dan Stadler pada tahun 1928 me-
ngembangkan mutasi induksi pada
tanaman dan lalat. Selain itu, De Mol
menghasilkan mutasi induksi dengan
sinar-X berupa mutan tulip komersial
pada tahun 1945 (Broertjes dan Van
Harten 1988). Semula, para pakar/pemulia
tanaman menganggap bahwa mutasi
induksi merupakan suatu teknik pemulia-
an yang kurang meyakinkan. Namun,
seiring dengan berkembangnya biotek-
APLIKASI MUTASI INDUKSI DAN VARIASI
SOMAKLONAL DALAM PEMULIAAN TANAMAN
Soertini Soedjono
Balai Penelitian Tanaman Hias, Jalan Raya Ciherang, Segunung-Pacet, Kotak Pos 8 Sdl, Cianjur 43253
ABSTRAK
Mutasi induksi di Indonesia mulai diperkenalkan sejak berdirinya Instalasi Sinar Co
60
di Pusat Aplikasi Isotop dan
Radiasi Pasar Jumat tahun 1967. Program pemuliaan dengan mutasi induksi secara intensif dimulai tahun 1972
dengan bantuan teknik dari International Atomic Energy Agency untuk perbaikan varietas padi. Kegiatan dilanjutkan
pada kultivar tanaman pangan lainnya, serta tanaman perkebunan dan hortikultura, terutama untuk kultivar yang
tidak dapat disilangkan atau diperbaiki melalui teknik pemuliaan konvensional. Pada tahun 1934, Indonesia telah
mengembangkan varietas mutan tembakau yang disebut Nicotiana tabaccum var. Vorstenland yang berasal dari
Clorina F1 yang diiradiasi sinar-X. Kehadiran teknik kultur in vitro dan berkembangnya bioteknologi akan
meningkatkan keragaman genetik yang berguna bagi kegiatan pemuliaan. Penerapan mutasi induksi, teknik kultur
in vitro, dan bioteknologi dalam pemuliaan tanaman secara konvensional akan meningkatkan perolehan kultivar
baru yang bermanfaat bagi peningkatan pendapatan petani serta perkembangan dunia usaha. Sampai dengan akhir
tahun 2000, Indonesia telah melepas 6 varietas mutan padi, 3 kedelai, 1 kacang hijau, dan 1 tembakau. Jumlah
varietas mutan komersial yang dilepas beberapa negara yang tercatat di FAO/IAEA mencapai 2.252 mutan.
Kata kunci: Mutasi induksi, keragaman, varietas mutan, pemuliaan tanaman
ABSTRACT
Application of induced mutation and somaclonal variation in plant breeding
The use of induced mutations in Indonesia were started in 1967 after the establishment of the Instalation of the
first Co
60
Irradiation Facility at the Center for Application of Isotopes and Radiation Pasar Jumat. The intensive
mutation breeding program through induced mutations for varietal improvement of rice was initiated in 1972 with
the technical assistance of the International Atomic Energy Agency. Later on more efforts were continued to
promote the technology for few varieties in food, horticulture and estate crops particularly to the cultivars which
are not easily improved through conventional plant breeding. However Indonesia has developed tobacco mutant
Nicotiana tabaccum var. Vorstenland in 1934. This variety was originally from Clorina F1 irradiated with X-ray.
Application of in vitro culture technique and biotechnology will speed up the production of character variability
which is useful in plant breeding activities. Application of induced mutation, in vitro culture and biotechnology in
supporting the conventional plant breeding will increase new cultivars, which is useful in increasing farmer income
and developing agribussiness. Before the end of 2000, Indonesia has released 6 mutant varieties of rice, 3 soybean,
1 mungbean, and 1 tobacco. The officially released commercial mutant varieties has been recorded by the FAO/
IAEA as much as 2,252.
Keywords: Induced mutation, variability, mutant varieties, plant breeding
Jurnal Litbang Pertanian, 22(2), 2003 71
nologi, keberhasilan regenerasi sel
berdasarkan teori toti potensi, dan
terbentuknya variasi somaklonal, mutasi
induksi merupakan terobosan dalam
pemuliaan tanaman yang menjanjikan,
khususnya bagi tanaman yang berbiak
secara vegetatif. Teknik tersebut dapat
menunjang perolehan varietas mutan
baru yang bermanfaat bagi perkembangan
dunia usaha.
Penerapan mutasi induksi di Indo-
nesia dimulai pada tahun 1967 setelah
berdirinya instalasi sinar Co
60
di Pusat
Aplikasi Isotop dan Radiasi Pasar Jumat.
Program pemuliaan mutasi secara intensif
dimulai tahun 1972 dengan bantuan
teknik dari International Atomic Energy
Agency (IAEA) yang berpusat di Wina
(Hendratno dan Mugiono 1996). Prioritas
kegiatan diarahkan pada perbaikan
varietas padi, yakni umur genjah, tahan
terhadap serangan patogen, dan ke-
keringan, serta kualitas biji disenangi
konsumen. Kemudian kegiatan dilanjut-
kan pada tanaman palawija, perkebunan,
dan hortikultura. Menurut Maluszynski
et al. (2000), pada tahun 1934 Indonesia
telah mengembangkan varietas mutan
tembakau yakni Nicotiana tabaccum
var. Vorstenland, berasal dari Clorina F1
yang diiradiasi dengan sinar-X. Meski-
pun penelitian di bidang iradiasi tanaman
relatif terbatas, sampai dengan tahun
2000 Indonesia telah menghasilkan 6
varietas mutan padi, 3 mutan kedelai, 1
mutan kacang hijau, dan 1 mutan
tembakau.
Urutan negara penghasil mutan
terbanyak disajikan pada Tabel 1. Jumlah
varietas mutan yang dihasilkan di dunia
mencapai 2.252 kultivar, 1.585 kultivar
diperoleh langsung setelah dimutasi dan
diseleksi pada turunan selanjutnya.
Jumlah varietas mutan yang dilepas di
beberapa kawasan dunia adalah Afrika 48,
Asia 1.142, Australia 7, Eropa 800, Amerika
Selatan 48, dan Amerika Utara 160. Hasil
mutasi induksi dengan mutagen fisika,
kimia, serta secara in vivo dan in vitro
selama tahun 19962000 disajikan pada
Gambar 1.
PENGARUH MUTASI
INDUKSI
Faktor yang mempengaruhi terbentuk-
nya mutan antara lain adalah besarnya
dosis iradiasi. Dosis iradiasi diukur dalam
satuan Gray (Gy), 1 Gy sama dengan 0,10
krad yakni 1 J energi per kilogram iradiasi
yang dihasilkan (Anonimous 1997).
Dosis iradiasi dibagi tiga, yaitu tinggi (>
10 k Gy), sedang (110 k Gy), dan rendah
(< 1 k Gy). Perlakuan dosis tinggi akan
mematikan bahan yang dimutasi atau
mengakibatkan sterilitas. Pada umumnya
dosis yang rendah dapat mempertahan-
kan daya hidup atau tunas, dapat mem-
perpanjang waktu kemasakan pada buah-
buahan dan sayuran, serta meningkatkan
kadar pati, protein, dan kadar minyak pada
biji jagung, kacang dan bunga matahari.
Tanaman mutan juga memiliki daya tahan
yang lebih baik terhadap serangan
patogen dan kekeringan. Warna bunga
atau daun dapat pula berubah sehingga
diperoleh mutan komersial (Broertjes
1982; Bhatnagar dan Tiwari 1991; Micke
et al. 1993).
Secara langsung setelah peristiwa
mutasi induksi akan terjadi bentuk
khimera yang solid pada sel, jaringan
atau organ. Sering kali penampakan
akibat mutasi baru muncul setelah
generasi selanjutnya, yakni M
2
, V
2
atau
kelanjutannya.
Menurut Brock (1979), mutan yang
diperoleh secara alami (mutasi spontan)
sangat langka, sekitar 1 x 10
-6
sampai 1 x
10
-7
perubahan pada gen dalam satu sel
tunggal. Mutasi induksi umumnya
dilakukan dengan menggunakan mu-
tagen kimia, yakni ethylenscimine (EL),
diethylsulphate (DES), ethylmethane-
sulphonate (EMS), ethyl nitroso urea
(ENH), dan methyl nitroso urea (MNH)
serta kelompok azida.
Mutagen fisika yang sering di-
gunakan adalah sinar-X (X), gamma
(Co
60
), netron cepat (Nf), dan thermal
neutron (Nth). Pada keturunan M
2
, pe-
ngaruh mutagen relatif efisien. Tingkat
frekuensi sifat khlorofilnya adalah EL < X
< DES < Nf < EMS < (tingkat frekuensi 1
24%). Tingkat frekuensi 141% me-
nyebabkan terjadinya perubahan bentuk
yang berbeda, yakni EL < X < DS < EMS <
Nth < Nf.
Mutasi induksi terhadap biji gan-
dum dengan kadar air 11% telah di-
laksanakan di laboratorium Brookhaven
National, Upton New York, Amerika
Serikat dengan dosis 150250 Gy sinar-X
atau 8,38 x 10
12
Nth/cm
2
Nth. Turunan M
2
dianalisis secara kimia dan fisika, dan
menghasilkan beberapa mutan yang
Tabel 1. Negara penghasil varietas
mutan terbanyak dan telah
dilepas sampai dengan Juni
2000 .
Negara
Jumlah kultivar
Persentase
mutan yang
dilepas
Cina 605 26,80
India 259 11,50
USSR + Rusia 210 9,30
Belanda 176 7,80
Amerika Serikat 128 5,70
Jepang 120 5,30
Sumber: Maluszynski et al. (2000).
Gambar 1. Varietas mutan yang dilepas di dunia, 1996 Juni 2000 (Maluszynski
et al. 2000).
1966 1971 1976 1981 1986 1991 1996 2000
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
2.252
72 Jurnal Litbang Pertanian, 22(2), 2003
berbeda sifat khlorofilnya (Mugnozza et
al. 1993). Iradiasi sinar gamma 0100 Gy
terhadap setek anggrek Vanda Genta
Bandung berukuran 90 cm menunjukkan
bahwa dosis iradiasi lebih dari 35 Gy
menyebabkan pertumbuhan terhambat
dan akhirnya mati. Hubungan antara
dosis iradiasi dan persentase tumbuh
setek disajikan pada Gambar 2 (Suskandari
et al. 1999). Mutasi induksi terhadap
protokorm anggrek Dendrobium hasil
kultur jaringan menunjukkan bahwa
setelah 6 bulan perlakuan 80 Gy sinar
gamma, ketegaran dan pertumbuhannya
relatif lebih baik dibandingkan dengan
perlakuan yang lain (Gambar 3; Soertini
et al. 1996).
Perubahan sifat pada mutan men-
capai 9598%, umumnya dari sifat do-
minan ke resesif. Hasil mutasi dengan
mutagen yang berbeda disajikan pada
Tabel 2.
Dari 1.700 kultivar mutan yang
dilepas, kultivar yang berbiak dengan biji
merupakan yang terbanyak (1.603 kultivar,
Gambar 4). Tanaman hias menduduki
hampir sepertiga bagian dan serealia
hampir separuhnya. Proses terjadinya
mutan warna pada tanaman Chrysan-
themum dan Rhododendron masing-
masing disajikan pada Gambar 5 (Broertjes
1966 dalam Schum dan Preil 1998)) dan
Gambar 6 (Heursel 1981 dalam Schum
dan Preil 1998).
Gambar 7 memperlihatkan hasil
mutasi induksi pada entres mawar dengan
warna bunga sebagaimana halnya pada
warna bunga Rhododendron. Penampilan
warna kemungkinan disebabkan oleh
kandungan flavonoid, karotenoid atau
betalain. Selain itu, pH dan unsur yang
terdapat pada sel epidermis juga berperan
menentukan warna yang dihasilkan. Pada
mawar, mutasi induksi paling sedikit telah
menghasilkan 35 kultivar baru (Schum dan
Preil 1998).
Dosis iradiasi yang diberikan untuk
mendapatkan mutan tergantung pada
jenis tanaman, fase tumbuh, ukuran,
kekerasan, dan bahan yang akan dimutasi.
Beberapa kultivar mutan yang dilepas di
berbagai negara, perlakuan yang di-
berikan, dan perbaikan sifat yang di-
peroleh disajikan berikut ini:
Allium cepa L. (bawang): 2 Belanda, 2
Rusia; Mutan pertama tahun 1973
berasal dari iradiasi subang/umbi
dengan 10 Gy sinar X, ENH dan
disilangkan; memperbaiki bobot ke-
Tabel 2. Jumlah kultivar mutan yang telah dilepas sebagai hasil mutasi
induksi dengan mutagen yang berbeda.
Jenis mutagen
Jumlah kultivar mutan Jumlah persen
yang dilepas total (%)
Radiasi: 1.411 100
Gamma (J) 910 64,49
Sinar-X 311 22,04
Kronik gamma 61 4,32
Neutron cepat 48 3,40
Neutron thermal 22 1,56
Lain-lain 24 1,70
Sumber: Maluszynski et al. (2000).
Gambar 3. Pertumbuhan protokorm anggrek Dendrobium selama 6 bulan setelah
iradiasi sinar gamma; nilai skor 0 0,90 tidak baik, 1 1,90 sedang,
dan > 2 tegar (Soertini et al. 1996).
Y = 96,3542 + 1,0327 X - 0,078 X
2
, R
2
= 0,928
Gambar 2. Grafik hubungan antara dosis radiasi dengan persentase tumbuh setek
anggrek Dendrobium Genta Bandung (Suskandari et al. 1999).
0
20
40
60
80
100
120
-10 -5 0 5 10 15 20 25 30 35 40
Kuadratik
Terobservasi
Persentase tumbuh
Dosis radiasi (Gy)
Jurnal Litbang Pertanian, 22(2), 2003 73
ring umbi, tipe tanaman rendah dan
genjah (Dore dan Marie 1993; Darmawi
et al. 1994).
Allium sativum (bawang putih): 1 Cina.
Mutan pertama tahun 1990 terhadap
subang, dosis 10 Gy sinar gamma,
0,030,06 EMS, DES, EI, kombinasi
sinar gamma dan EMS, meningkatkan
produksi dan jumlah umbi (Novak et
al. 1984; Selvaraj et al. 2001).
Alstroemeria sp.: 24 Belanda, 11 Jerman.
Mutan pertama tahun 1970 terhadap
biji dengan dosis 3,505 Gy sinar X;
memperbaiki warna, bentuk dan sifat
genetik serta berbunga pada musim
dingin (Verboom 1980).
Arachis hypogaea (kacang tanah): 2
Argentina, 29 Cina, 13 India, 1
Myanmar, 1 Srilangka, 1 AS, 1 Vietnam.
Mutan pertama tahun 1959 terhadap
biji, dosis 250500 Gy sinar gamma,
laser, sinar X 530 n, MEMS 1535 m,
M NaN
3
dan disilangkan; meningkat-
kan produksi, umur genjah, kadar
minyak tinggi, tahan patogen dan
kekeringan, serta tipe kerdil (Micke
1984; Venkatachalam et al. 1999).
Azalea (Rhododendron): 8 Belgia, 1
Jepang, 3 Belanda, 3 Jerman. Mutan
pertama tahun 1969 berasal dari setek
berakar, iradiasi ulang 1020 Gy sinar
X, gamma; memperbaiki warna dan
bentuk bunga (De Loose 1974;
Heursel 1981).
Begonia sp.: 6 Belanda, 6 Jepang, 11 AS.
Mutan pertama tahun 1973 terhadap
daun setek berakar, diiradiasi 1525
Gy sinar X, sinar gamma dan neutron
cepat; memperbaiki warna dan bentuk
bunga, serta tipe kerdil (Roest et al.
1981; Soertini 1988).
Bougainvillea L.: 2 Cina, 10 India. Mutan
pertama tahun 1976 terhadap setek
batang, 510 Gy sinar X dan gamma;
memperbaiki warna bunga dan daun
(Banerji dan Datta 1987).
Brassica oleracea L. var. acephala
(kubis): 1 Rusia; mutan pertama tahun
1990, Brassica pekinensis Rupn
(petsai); 4 Cina, 1 Rusia; iradiasi, dosis
700800 Gy dan 140 Gy sinar gamma
terhadap biji, meningkatkan produksi,
tahan patogen dan genjah (Itoh et al.
1991; Abraham dan Bhatia 1994).
Calathea crocata: 1 Belanda. Mutan
tahun 1987 pada setek dengan 11 Gy
sinar X dan gamma; menghasilkan
warna daun hijau dan oranye
(Broertjes dan Van Harten 1988).
Camelia sinensis Kuntze (teh): 1 Cina.
Mutan pertama tahun 1997 terhadap
setek berakar, dosis 2080 Gy sinar
gamma; meningkatkan produksi
bunga (Kutubidze 1981).
Canna indica L.: 4 Cina. Mutan tahun
1986 pada akar, batang, 1030 Gy sinar
X, gamma; memperbaiki warna, ben-
tuk, dan ukuran bunga (Desai dan
Abraham 1974).
Capsicum annum L. (cabai): 6 Bulgaria, 1
India, 1 Italia, 1 Rusia, 1 Yugo. Mutan
pertama tahun 1972 pada biji, 135 Gy
sinar gamma, 25% EMS selama 5 jam;
meningkatkan kandungan vitamin C,
umur genjah (Daskalov 1991; Daskalov
2001).
Gambar 4. Jumlah kultivar mutan yang dilepas dengan kategori biak biji dan
biak vegetatif (A); kultivar lain dan tanaman hias (B); dan serealia
dan kultivar lainnya (C).
Oranye
perunggu
Merah
jambu
Perunggu
Cokelat
Ungu
Oranye
Merah Putih Krem
Merah
oranye
Kuning
Gambar 5. Proses terjadinya mutan warna bunga Chrysanthemum (Broertjes 1966
dalam Schum dan Preil 1998).