Anda di halaman 1dari 39

HUKUM BADAN PRIBADI

1. Subjek hukum
a) Orang sebagai Subjek hukum
b) Pengakuan sebagai subjek hukum
c) Badan hukum sebagai Subjek Hukum
1. Klasifikasi Badan Hukum
2. Syarat-syarat pembentuk badan hukum
3. Prosedur pembentukan badan hukum
2. Domisili
3. Kewenangan Berhak dan Berbuat
a. Kewenangan Berhak
b. Kewenangan Berbuat

1. SUBJEK HUKUM
a. ORANG SEBAGAI SUBJEK HUKUM
Subjek hukum adl pendukung hak dan
kewajiban. Pendukung hak dan kewajiban
itu disebut orang. Orang dalam arti hukum
terdiri dari manusia pribadi, dan badan
hukum.
Manusia pribadi adalah subjek hukum
dalam arti bilogis, sebagai gejala alam,
sebagai makhluk budaya yang berakal,
berperasaan dan berkehendak.
Badan Hukum adl subjek hukum
dalam arti yuridis, sebagai gejala
dalam hidup bermasyarakat,
sebagai badan ciptaan manusia
berdasarkan hukum, mempunyai
hak dan kewajiban seperti
manusia pribadi.
Perbedaan prinsip Badan
Hukum dgn manusia pribadi;

1. Manusia pribadi adl makhluk ciptaan
Tuhan, mpy akal, perasaan, kehendak
dan dapat mati. Sedangkan badan
hukum badan ciptaan manusia pribadi
berdasarkan hukum, dapat dibubarkan
oleh pembentuknya.
2. Manusia pribadi mpy kelamin, shg ia
dpt kawin, dpt beranak, sedangkan
badan hukum tidak.
3. Manusia pribadi dpt mjd ahli waris,
sedangkan badan hukum tidak dapat.

b. Pengakuan Sebagai Subjek
hukum
Pengakuan thd manusia pribadi sbg
subjek hukum dapat dilakukan sejak
ia masih dalam kandungan ibunya
asalkan ia lahir dalam keadaan hidup.
(Pasal 2 KHUPer). Hal ini punya arti
penting apabila kepentingan anak
menghendaki, mis: dalam hal
menerima waris, menerima hibah.
Pasal 3 KUHPer tidak ada satu
hukuman pun yg dpt mengakibatkan
kematian perdata atau kehilangan
segala hak perdata. Ini berarti
betapapun kesalahan seseorang,
sehingga ia dijatuhi hukuman oleh
Hakim, hukuman Hakim tersebut
tidak boleh menghilangkan
kedudukan sebagai pendukung hak
dan kewajiban perdata.

Jadi pengakuan manusia
menjadi SH dimulai dari ia lahir
hidup sampai ia mati
KECAKAPAN BERTINDAK
Setiap orang adalah subjek hukum
Tidak semua subjek hukum dapat
bertindak/melakukan perbuatan
hukum
Hanya yang cakap hukum, yaitu :
1. Sudah dewasa
2. Tidak dibawah pengampuan
Orang yang tidak cakap hukum
(P. 1330 KUHPer)
1. Orang yang belum dewasa
2. Mereka yang ditaruh dibawah
pengampuan
3. Orang perempuan yang sudah
berkeluarga (tdk berlaku lagi)
Orang yang belum dewasa
Mereka yang belum mencapai umur 21
tahun, dan tidak lebih dulu kawin (Pasal
330 ayat 1 KUHPer)
Apabila perkawinan dibubarkan sebelum
21 tahun, maka mereka tidak kembali lagi
dalam kedudukan belum dewasa (pasal
330 ayat 2 KUHPer)
Orang Dibawah pengampuan
Orang dewasa yang selalu dalam
keadaan:
1. dungu
2. sakit otak/ mata gelap, meskipun
kadang-kadang cakap menggunakan
pikirannya
3. pemboros
Untuk melakukan kecakapan
bertindak, maka:
Orang yang belum dewasa diwakili
orang tu/walinya
Orang yang ditaruh dibawah pengampuan
diwakili pengampu/curator
Perempuan yang menikahsuaminya
(tidak berlaku lagi stl ada UU 1/ 1974)
c. Badan Hukum sebagai Subjek Hukum
1. Klasifikasi badan Hukum
Badan hukum adl subjek hukum
ciptaan manusia pribadi berdasarkan
hukum, yang diberi hak dan
kewajiban seperti manusia pribadi.
Menurut ketentuan pasal 1653 KUHPer
ada tiga macam klasifikasi badan
hukum berdasarkan eksistensinya,
yaitu ;
a) Badan hukum yang dibentuk oleh
pemerintah, seperti badan
pemerintahan, perusahaan negara
b) Badan hukum yang diakui pemerintah,
seperti PT, Koperasi
c) Badan Hukum yang diperbolehkan
atau untuk suatu tujuan tertentu yang
bersifat ideal, seperti yayasan
(pendidikan, sosial, keagamaan dll)

Badan hukum yang dibentuk oleh
pemerintah adalah badan hukum yang
sengaja diadakan oleh pemerintah untuk
kepentingan pemerintah, baik lembaga
negara maupun perusahaan milik negara.
Badan hukum ini dibentuk oleh
pemerintah dengan UU atau dgn Pp.
apabila dibentuk dengan UU, maka
pembentuk badan hukum tsb adalah
presiden bersama DPR RI. Apabila
dibentuk dengan PP, maka pembentuk
badan hukum itu adalah presiden sebagai
kepala pemerintahan.
Badan hukum yang diakui oleh pemerintah
adalah badan hukum yang dibentuk oleh
pihak swasta atau pribadi warga negara
untuk kepentingan pribadi pembentuknya
sendiri. Tetapi badan hukum tersebut
mendapatkan pengakuannya menurut UU.
Pengakuan itu diberikan oleh pemerintah
karena isi anggaran dasarnya tidak
dilarang oleh UU, tidak bertentangan
dengan kesusilaan dan badan hukum itu
tidak akan melanggar UU. Pengakuan
tersebut diberikan pemerintah melalui
pengakuan ADnya.
Badan hukum yang diperbolehkan adalah
badan hukum yang tidak dibentuk oleh
pemerintah dan tidak pula memerlukan
pengakuan menurut UU, tetapi diperbolehkan
karena tujuannya bersifat ideal di bidang
sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan,
kebudayaan, keagamaan. Badan hukum ini
selalu berupa yayasan. Untuk mengetahui
apakah anggaran dasar badan hukum itu
dilarang oleh UU, tidak bertentangan dengan
ketertiban umum, kesusilaan, maka akta
pendiriannya memuat anggaran dasar yang
harus dibuat di muka notaris, karena notaris
adalah pejabat resmi berdasarkan UU.
Dilihat dari wewenang hukum yang
diberikan kepada badan hukum dapat
diklasifikasikan menjadi 2 macam, yaitu
:
1. Badan hukum publik (kenegaraan),
yaitu badan hukum yang dibentuk
oleh pemerintah, diberi wewenang
menurut hukum publik, misalnya
departemen pemerintahan, propinsi,
lembaga-lembaga negara seperti
MPR,DPR,MA dsb.
2. Badan hukum privat (keperdataan), yaitu
badan hukum yang dibentuk oleh
pemerintah atau swasta, diberi wewenang
menurut hukum perdata.badan hukum
keperdataan ini mempunyai bermacam
ragam tujuan keperdataan.

Dilihat dari segi tujuan keperdataan yang hendak
dicapai oleh badan hukum itu, maka badan hukum
keperdataan dapat diklasifikasikan menjadi 3
macam, yaitu ;
1. Badan hukum yang bertujuan memperoleh laba
terdiri dari perusahaan negara, yaitu Perum,
Persero, Perjan, PT
2. Badan hukum yang bertujuan memenuhi
kesejahteraan para anggotanya yi koperasi
3. Badan hukum yang bertujuan bersifat ideal di
bidang sosial, pendidikan dan ilmu
pengetahuan, kebudayaan, keagamaan. Ada
pemisahan antara kekayaan badan hukum dan
kekayaan pribadi pengurusnya. Termasuk
dalam jenis ini adalah yyasan, organisasi
keagamaan, wakaf.
2. Syarat-syarat Pembentuk Badan
Hukum
Menurut Prof Meyers (1948) dalam doktrin ilmu
hukum, syarat pembentuk badan hukum
(Syarat materiil) :
a) Ada harta kekayaan sendiri
memiliki harta kekayaan sendiri terpisah
sama sekali dengan harta kekayaan pribadi
anggota, pendiri dan pengurusnya. Harta
kekayaan ini diperoleh dari pemasukan para
anggota atau pemasukan dari perbuatan
pemisahan pendirinya yang mempunyai
tujuan mendirikan badan itu. Harta
kekayaan ini diperlukan sebagai alat untuk
mencapai tujuan tertntu dalam hub hukum.
b) Ada tujuan tertentu
bukan tujuan anggota atau pendirinya.
Tujuan ini dapat bersifat komersial dan
dapat pula bersifat ideal.
c) Ada kepentingan sendiri
kepentingan adalah hak subjektif yang
timbul dari peristiwa hukum, yang
dilindungi oleh hukum. Bdn hukum
yang mempunyai kepentingan sendiri
dapt menuntut dan mempertahankan
kepentingannya itu terhadap pihak
ketiga dalam pergaulan hukum.
d) Ada organisasi yang teratur
organisasi bentukan manusia
berdasarkan hukum yang hanya
dapat melakukan perbuatan hukum
melalui alat perlengkapannya. Alat
perlengkapan tersebut merupakan
pengurus badan hukum yang
mempunyai fungsi dan tugas yang
diatur dalam anggaran dasar.
Syarat Formal : pembuatan akta notaris
atau pengesahan badan hukum


3) Prosedur pembentukan badan
hukum
Dapat dilakukan dengan perjanjian dan dapat
pula dilakukan dengan UU. Pada badan
hukum yang dibentuk dengan perjanjian,
status badan hukum itu diakui oleh
pemerintah melalui pengesahan anggaran
dasar yang termuat daam akta pendirian. AD
itu adalah kesepakatan yang dibuat oleh para
pendirinya. Misal: PT, Koperasi.
Pada badan hukum yang dibentuk dengan
UU, status badan hukum itu ditetapkan oleh
UU. Misal : Pembentukan Perum, Persero,
Perjan.
2. DOMISILI
Setiap orang menurut hukum, harus
mpy tempat tinggal yang dapat
dicari. Tempat tinggal itu dinamakan
domisili. Demikian pula badan hukum
harus memp. tempat kedudukan
tertentu. Domisili diperlukan karena
untuk menetukan;
a. Dimana seorang harus kawin
b. Dimana seorang harus dipanggil dan
ditarik di muka hakim
c. Pengadilan mana yang berkuasa untuk
mengadili terhadap seorang.
Tiga macam domisili yaitu :
a. Domisili pokok yaitu tempat tinggal
sesungguhnya dimana ia tinggal. Jika hal
tersebut telah dilakukan tapi tidak ditemukan
maka dicari dimana ia benar - benar ada.
b. Domisili mengikut yaitu tempat tinggal yang
statusnya mengikuti domisili pokoknya.
Seperti domisili anak mengikuti orang tuanya
seorang curatele mengikuti domisili
curatornya.
c. Domisili memilih yaitu domisili yang berhub
dengan suatu kepentingan.mis; dua pihak
dalam suatu kontrak memilih domisil di
kantorny seorang notaris.


Rumah kematian adalah domisili
penghabisan dari seorang yang
meninggal dunia. Pengertian ini penting
karena;
a. Untuk menentukan hukum mana yan
berlaku dalam soal warisan
b. Pengadilan mana yang berkuasa
mengadili perkara tentang warisan itu
c. Penting pula berhub dengan peraturan
yang memperkenankan pada orang-orang
yang menghutangkan si meninggal untuk
menggugat seluruh ahli waris di tempat
tersebut dalam waktu enam bulan
sesudah meninggalnya orang tersebut.





Abdul Kadir Muhammad membagi
domisili menurut terjadinya peristiwa
hukum yaitu ;

1) Domisili Yuridis
terjadi karena peristiwa hukum. mis;
kelahiran, perpindahan. pembuktian
dengan KTP atau bukti lain. Jika
peristiwa hukum itu perbuatan
hukum pembentukan badan hukum
maka tempat kedudukan dibuktikan
oleh akta pendirian (AD). Tempat
tinggal yuridis adalah tempat tinggal
utama.
2. Domisili Nyata

tempat tingal nyata terjadi karena
peristiwa hukum keberadaan yang
sesungguhnya. Umumnya dibuktikan
dengan kehadiran selalu ditempat itu.
Tempat tinggalnya sifatnya
sementara. Karena adanya perbuatan
atau keperluan tertentu yang tidak
terus menerus untuk jangka lama.
Mis; mahasiswa punya KTP jakarta
ber KKN di Desa Ketapang lampung
selama tiga bulan, sehingga ia
bertempat tingal nyata di Ketapang.

3) Domisili Pilihan
Tempat tinggal pilihan terjadi karena
peristiwa hukum membuat perjanjian
dan tempat tinggal itu dipilih oleh
pihak-pihak yang membuat perjanjian
itu. Tempat tinggal ini dibuktikan oleh
akta otentik yang mereka buat di
muka notaris. Misalnya dalam
perjanjian ditentukan tempat yang
dipilih ialah kantor PN kelas I tanjung
karang



4.Domisili Ikutan (tergantung)

terjadi karena peristiwa hkm keadaan
status seseorang yang ditentukan oleh
UU. Mis;
a. Tempat tinggal istri sama dengan
tempat tinggal suami (p. 32 UU No.1th
1974).
b. Tempat Tinggal anak mengikuti tempat
tinggal orang tua (p. 47 UU. No.1 th
1974).
c. Tempat tinggal orang-orang di bawah
pengampuan mengikuti tempat tinggal
pengampunya/walinya p.50 UU. No.1th
1974)
Pembuktiannya melalui akta perkawinan
kartu keluarga/KTP orang tua,putusan
pengadilan ttg penunjukan wali
pengampu. Kelangsungan tempat
tinggal ikutan ini berhenti atau dapat
diberhentikan apabila status hukum
yang bersangkutan berubah.


3. Kewenangan Berhak dan Berbuat
a. Kewenangan Berhak
Hukum perdata mengatur tentang hak
keperdataan. Dalam hukum perdata setiap
manusia pribadi mempunyai hak yang sama
setiap manusia pribadi wenang untuk
berhak.tetapi tidak setiap manusia pribadi
wenang berbuat.
Manusia pribadi mempy. Kewenangan berhak
sejak ia dilahirkan bahkan sejak dalam
kandungan ibunya asal ia lahir apabila
kepentingannya menghendaki (p.2 KUHPer).
Kewenangan berhak berlangsung terus hinga
akhir hayat.
Kewenangan berhak setiap manusia
pribadi tidak dapat
dihilangkan/ditiadakan oleh suatu hukum
apapun.hal ini ditentukan dalam p.3
KUHPer yang menyatakan bahwa tidak
ada suatu hukuman apapun yan dapat
mengakibatkan kematian perdata atau
kehilangan hak-hak perdata seseorang.



Hak perdata merupakan hak asasi
yang melekat pada diri pribadi setiap
orang. Hak perdata adalah identitas
pibadi yang tidak dapat hilang atau
lenyap. Identitas ini baru hilang atau
lenyap apabila yang bersangkutan
meninggal dunia. Contoh hak perdata
ialah hak hidup, hak memiliki, hak
untuk kawin, hak untuk melahirkan,
hak waris, hak atas nama, hak atas
tempat tinggal.






Hak perdata berbeda dengan hak publik.
Hak publik dapat hilang atau lenyap
apabila negara menghendakinya demikian.
Hak publik itu ada karena diberikan oleh
negara. Sedang hak perdata itu diberikan
oleh kodrat. Contoh hak publik itu adalah
hak memilih dan dipilih dalam pemilihan
umum hak menjadi anggota ABRI, hak
menjadi pegawai negeri hak menduduki
jabatan tertentu.

b. Kewenangan Berbuat
Pengertian wenang berbuat :
1. Cakap atau mampu berbuat karena memenuhi
syarat hukum, kecakapan atau kemampuan
berbuat karena memenuhi syarat hukum.
2. Kuasa atau berhak berbuat karena diakui oleh
hukum walaupun tidak memenuhi syarat
hukum, kekuasaan atau kewenangan berbuat.


Pada dasarnya setiap orang dewasa
adalah cakap atau mampu melakukan
perbuatan hukum karena memenuhi
syarat umur menurut hukum. Tetapi
apabila orang dewasa itu dalam keadan
sakit ingatan atau gila, tidak mampu
mengurusi dirinya sendiri karena boros
maka disamakan dengan orang belum
dewasa atau oleh hukum dinyatakan tidak
cakap atau tidak mampu melakukan
perbuatan hukum (pasal 330 KUHPer)

Perbuatan hukum yang dilakukan oleh SH yang tidak
cakap hukum maka perbuatan hukum tsb tidak sah. Dan
apabila sudah terjadi maka bisa dimintakan pembatalan
oleh hakim.
Kepentingan orang yang tidak cakap dapat diwakilkan
kepada pihak yang mewakili. Misal anak dibawah umur
oleh ortunya (p 50 UU No.1/74). Kepentingan orang
dewasa yang dibawah pengampuan diurus oleh wali
pengampunya (p 433 Bw)
Pengecualian bagi SH blm dewasa yang bisa melakuakn
perb hukum karena diakui oleh UU. Mis: usia perkawinan
dlm UU No.1/74, Usia 18 th berhak buat surat wasiat
(p897 BW)

Anda mungkin juga menyukai