PENGUKURAN SUHU TUBUH DAN TEKANAN DARAH DISUSUN OLEH: KELOMPOK III Faradhila Nur Saraswati 1111102000038 Ririn Astri Sabdowati 1111102000040 Yuda Kusuma Anggara 1111102000045 Laila Novilia Makmun 1111102000050 Arini Eka Pratiwi 1111102000051 Syaima 1111102000056 PROGRAM STUDI FARMASI II B FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2012 1
Daftar Isi
Daftar Isi ....................................................................................................... 1 Pengukuran Suhu Tubuh ................................................................................ 2 A. Tujuan Praktikum .................................................................................... 3 B. Landasan Teori .................................................................................... 3 C. Alat dan bahan .................................................................................... 5 D. Cara Kerja .................................................................................... 5 E. Hasil Pengamatan dan Pembahasan a. Hasil Pengamatan ........................................................................ 6 b. Pembahasan .................................................................................... 6 F. Kesimpulan .................................................................................... 7 Daftar Pustaka .................................................................................................... 8 Pengukuran Tekanan Darah ............................................................................... 9 A. Tujuan Praktikum .................................................................................... 10 B. Alat dan Bahan .................................................................................... 10 C. Cara Kerja .................................................................................... 10 D. Landasan Teori .................................................................................... 10 E. Langkah Kerja .................................................................................... 11 F. Hasil Pengamatan dan Pembahasan ....................................................... 12 G. Kesimpulan .................................................................................... 12 Daftar Pustaka ..................................................................................................... 14
2
PENGUKURAN TEKANAN SUHU TUBUH
3
PENGUKURAN SUHU TUBUH A. Tujuan Praktikum Untuk mengetahui suhu tubuh manusia pada berbagai posisi di berbagai bagian tubuh dan keadaan lingkungan, serta efek aktivitas pada suhu tubuh. B. Landasan Teori Suhu tubuh adalah keadaan keseimbangan pembuatan dan kehilangan panas oleh badan. Panas dihasilkan oleh semua aktivitas metabolik tubuh. Panas juga bisa berasal dari lingkungan, misalnya udara panas, tanah yang panas yang bersentuhan dengan tubuh, makanan dan minuman panas dan lain-lain. Pada orang sehat yang beristirahat : Rata-rata suhu tubuh oral antara 36,6C dan 37,0C Suhu aksila biasanya 0,6C lebih rendah dari suhu oral Suhu timpani dipandang sangat mendekati suhu inti tubuh (36,8-37,9C) Suhu rektal biasanya sekitar 0,6C lebih tinggi dari suhu oral. Nilai ini dipertimbangkan paling akurat dari 4 cara ini karena paling mendekati suhu inti tubuh dan tidak begitu rentan terhadap pengaruh faktor eksternal. Pengaturan suhu tubuh diatur oleh pusat termoregulator yang berada di hipotalamus. Ketika suhu lingkungan dingin atau suhu sirkulasi darah turun maka hipotalamus akan melakukan aktivitas untuk meningkatkan produksi panas tubuh : 1. Vasokontriksi pembuluh darah, melalui aktivitas saraf simpatik pembuluh darah menjadi vasokontriksi sehingga mengurangi pengeluaran panas. 2. Meningkatkan laju metabolisme, udara dingin menstimulasi pengeluaran norephinefrin untuk merangsang saraf simpatik dan meningkatkan metabolisme rate sehingga meningkatnya suhu tubuh. 3. Menggigil, mekanisme ini efektif untuk meningkatkan suhu tubuh, karena aktivitas otot menghasilkan panas yang banyak. Pada keadaan dingin akan menstimulasi otak untuk mengaktifkan tonus otot dan kontraksi otot. 4
4. Pelepasan hormon tiroksin, pada keadaan lingkungan yang dingin juga akan menstimulasi pituitari anterior yang menghasilkan tirotropin stimulating hormon (TSH) yang kemudian akan menstimulasi kelenjar tiroid menghasilkan tiroksin. Aktivitas untuk mencegah kedinginan adalah : 1. Menggunakan baju hangat atau jaket tebal untuk mengurangi kontak dengan lingkungan yang dingin. 2. Minum air hangat, atau meningkatkan konsumsi makan. 3. Merubah posisi dengan cara membungkuk atau tidur dengan menekukan tubuhnya. 4. Meningkatkan aktivitas fisik, misalnya dengan menggerakkan tangan, kaki atau tubuh yang lain.
Mekanisme pelepasan panas tubuh untuk beradaptasi dengan lingkungan yang panas: 1. Vasodilatasi pembuluh darah, kulit akan terlihat kemerahan, suhu kulit menjadi lebih panas, pelepasan panas melalui radiasi dan konveksi menjadi meningkat. 2. Aliran darah ke kulit meningkat, aktivitas kelenjar keringat meningkat sehingga sekresi keringat meningkat, proses evaporasi juga meningkat. 3. Peningkatan pernapasan, sehingga evaporasi melalui jalan napas juga. Hal-hal yang dapat menurunkan pelepasan panas tubuh: 1. Menurunkan aktivitas 2. Suhu lingkungan lebih rendah 3. Penggunaan baju atau jas penghangat Instrumen yang paling berguna dalam pengukuran suhu tubuh adalah thermometer merkuri atau klinis. Termometer klinis merupakan alat yang paling lazim, paling mudah, dan paling murah yang digunakan untuk mengukur suhu tubuh manusia, tetapi juga merupakan alat yang paling lambat (3 menit) dan paling rapuh. Termometer klinis menjadi spesial karena 2 alasan : (1) alat ini mampu mengukur suhu pada kisaran yang kecil (biasanya 35 - 45C) ; (2) tabung yang berisi merkuri memiliki pembatas sehingga nilai suhu begitu di peroleh, akan bertahan. 5
Pada termometer merkuri biasa, suhu akan mulai menurun begitu termometer dipindahkan dari pasien. C. Alat dan Bahan 1. Thermometer klinis 2. Alkohol 70
% 3. Kapas dan es
D. Cara kerja Lakukan pengukuran suhu tubuh pada orang probandus (OP) dengan berbagi posisi, yaitu terbaring, terbaring sambil bernafas, dan setelah berkumur dengan es. a. Posisis terbaring 1. OP harus berbaring dengan tenang dan horizontal. 2. Masukan thermometer klinis ke dalam mulut dengan bagian reservoir dibawah lidah, kemudian mulut ditutup. 3. Biarkan selama 10 menit dan bacalah suhunya. 4. Lakukan pula pengukuran posisi terbaring pada daerah forsa aksilaris (ketiak) b. Posisi terbaring sambil bernafas 1. OP berbaring dan bernafaslah melalui mulut selama menit dengan mulut terbuka. 2. Segera setelah itu masukan thermometer ke bawah lidah dan catatlah suhunya. c. Setelah berkumur dengan es 1. OP berkumur dengan es selama 1 menit. 2. Masukkan thermometer ke bawah lidah selama 2x5 menit. 3. Catatlah besarnya suhu pada 5 menit pertama dan 5 menit ke kedua dengan tanpa menurunkan / melepaskan thermometer. 4. Lakukan pengukuran suhu pada OP yang lain. d. Posisi terbaring sambil bernafas. 1. OP berbaring dan bernafaslah melalui mulut selama menit dengan mulut terbuka. 2. Segera setelah itu masukan thermometer ke bawah lidah dan catatlah suhunya. 6
e. Setelah berkumur dengan es 1. OP berkumur dengan es selama 1 menit. 2. Masukkan thermometer ke bawah lidah selama 2x5 menit. 3. Catatlah besarnya suhu pada 5 menit pertama dan 5 menit ke kedua dengan tanpa menurunkan / melepaskan thermometer. 4. Lakukan pengukuran suhu pada OP yang lain.
E. Hasil Pengamatan dan Pembahasan
a. Hasil Pengamatan OP: Arini Eka Pratiwi Aktivitas atau Posisi Tubuh Suhu Tubuh ( o C) Terbaring (pengukuran suhu di bagian reservoir di bawah lidah) 37,5
Terbaring (pengukuran suhu di bagian fossa aksilaris / ketiak) 36,6 Terbaring sambil bernafas 37,5 Setelah berkumur dengan es 5 menit pertama 5 menit kedua 36,8 37,4
b. Pembahasan Posisi berbaring OP membuat tubuhnya dalam kondisi istirahat sebab pengukuran suhu tubuh normal dilakukan pada kondisi tubuh istirahat. Berdasarkan hasil pengukuran, didapatkan bahwa: 7
Hasil pengukuran suhu tubuh di bagian reservoir di bawah lidah OP dalam keadaan berbaring adalah 37,5 0 C. Rata-rata suhu tubuh oral antara 36,6C dan 37,0C, berarti suhu tubuh oral OP relatif normal. Hasil pengukuran suhu tubuh di bagian fossa aksilaris OP dalam keadaan berbaring adalah 36,6 0 C. Suhu aksila biasanya 0,6C lebih rendah dari suhu oral, berarti suhu tubuh aksila OP relatif normal. Hasil pengukuran suhu tubuh OP dalam posisi terbaring yang sebelumnya sudah bernafas lewat mulut selama 2 menit adalah 37,5 0 C. Berdasarkan teori, ketika terjadi peningkatan pernapasan, maka akan terjadi evaporasi lewat jalan napas dan panas akan di lepaskan, berarti suhu tubuh seharusnya berkurang, tetapi nilai suhu yang kami dapat tidak sesuai teori, mungkin terdapat kesalahan dalam cara kami menentukan suhu akhir. Sebab sempat terjadi peningkatan suhu secara cepat, kemudian suhu turun lagi. Hasil pengukuran suhu tubuh OP setelah berkumur dengan es pada 5 menit pertama adalah 36,8C dan pada 5 menit berikutnya adalah 37,4C. Berarti suhu dingin es mempengaruhi suhu tubuh oral OP.
F. Kesimpulan Suhu tubuh manusia bisa berbeda-beda pada berbagai posisi di berbagai bagian tubuh. Hal ini bisa disebabkan oleh faktor eksternal (misalnya : suhu lingkungan) atau faktor internal (misalnya : aktivitas tubuh).
8
Daftar Pustaka
Gibson, John. 2002. Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat. Jakarta: EGC. Cree, Laurie. 2005. Sains dalam Keperawatan: Fisika, Kimia, Biologi. Jakarta: EGC. Setiawan, Aris. 2009. Fisiologi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: TIM.
9
PENGUKURAN TEKANAN DARAH
10
PENGUKURAN TEKANAN DARAH
A. Tujuan Praktikum Mengetahui perubahan tekanan darah OP dalam berbagai kondisi.
B. Alat dan Bahan Sfigmomanometer (tensimeter) Stetoskop Wadah berisi air es Stopwatch
C. Cara Kerja 1. OP diminta berbaring terlentang dengan tenang selama 10 menit. 2. Sambil menunggu, pasang manset tensimeter pada lengan kanan atas OP 3. Carilah dengan palpasi denyut arteri brakhialis pada fosa kubiti dan denyut arteri radialis pada pergelangan tangan OP 4. Setelah 10 menit, siapkan stetoskop ditelinga pemeriksa, pompa manset sambil meraba arteri brakhialis sampai tekanan didalamnya melampaui tekanan 30 mmHg 5. Lakukan pengukuran tekanan darah arteri brakhialis cara auskultasi dan tetapkan kelima fase Korotkoff dalam pengukuran tersebut 6. Ulangi pengukuran butir kelima sebanyak 3 kali untuk mendapatkan nilai rata-rata dan catat hasilnya 7. Tanpa melepaskan manset OP diminta duduk 8. Tunggu 3 menit dan ukurlah kembali tekanan darah arteri brakhialis dengan cara yang sama, ulangi 3 kali 9. Tanpa melepas manset OP diminta berdiri 10. Tunggu 3 menit dan ukurlah kembali tekanan darah arteri brakhialis dengan cara yang sama, ulangi 3 kali 11. Bedakan hasil pengukuran pada OP kondisi tidur, duduk dan berdiri.
D. Landasan Teori Tekanan darah adalah daya dorong darah ke seluruh dinding pembuluh darah pada permukaan yang tertutup. Timbul dari adanya tekanan arteri yaitu tekanan yang terjadi pada dinding arteri. Tekanan arteri terdiri dari tekanan sistolik, tekanan diastolik, tekanan pulsasi, dan tekanan arteri rata-rata. Tekanan sistolik yaitu tekanan maksimum dari darah yang mengalir pada arteri yang terjadi pada saat ventrikel jantung berkontraksi, besarnya sekitar 100-140 mmHg. Tekanan diastolic adalah tekanan darah pada dinding arteri saat jantung relaksasi, besarnya sekitar 60-90 mmHg. Tekanan pulsasi adalah reflex dari stroke volume dan 11
elastisitas arteri, besarnya sekitar 40-60 mmHg. Sedangkan tekanan arteri rata-rata adalah gabungan dari tekanan pulsasi dan tekanan diastolic, yang besarnya sama dengan sepertiga tekanan pulsasi ditambah tekanan diastolic. Tekanan darah adalah ekspresi dari tekanan sistol dan diastole yang normalnya 120/80 mmHg. Peningkatan tekanan darah lebih dari normal disebut hipertensi dan jika kurang dari normal disebut hipotensi. Tekanan darah merupakan hasil dari curah jantung dan resistensi terhadap aliran darah yang diatur oleh pembuluh darah, terutama oleh caliber arterior. Tekanan darah dapat meningkat pada emosi dan latihan. Tekanan darah dapat menurun selama tidur. Cold pressor test adalah test pengukuran peningkatan tekanan darah dengan pendinginan. Tes ini juga baik digunakan untuk penilaian kebugaran dan kemampuan untuk pulih dari kerja berat. Semakin cepat jantung beradaptasi (kembali normal),semakin baik kebugaran tubuh. Tes ini dilakukan untuk menggolongkan golongan hiperreaktor dan hiporeaktor. Perbedaan tekanan darah setelah intervensi dan saat tekanan basal menunjukkan aktifitas vascular dimana dikatakan hiperreaktor jika tekanan sistol naik 20 mmHg dan diastole 15 mmHg. Hiporeaktor jika kenaikan sistol dan diastole dibawah angka tersebut. Kontra indikasi untuk melakukan cold pressor test adalah hipertensi. Seseorang dikatakan hipertensi tanpa dilihat umurnya jika mempunyai tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan diastole lebih dari 90 mmHg.
Tabel Pengukuran Tekanan Darah
E. Langkah Kerja a. OP diminta berbaring terlentangdengan tenang selama 10 menit b. Sambil menunggu memasang manset stigmomanometer pada lengan kanan atas OP c. Mencari denyut arteri brakhialis pada fossa kubiti dan denyut arteri radialis pada pergelangan tangan OP Classification of Blood Pressure in Adults Category Blood Pressure mmHg Systolic Diastolic Optimal <120 <80 Normal <130 <85 High- Normal 130-139 85-89 Stage 1 HT 140-159 90-99 Stage 2 HT 160-179 100-109 Stage 3 HT >180 >110 12
d. Setelah 10 menit, menyiapkan stetoskop di telinga pemeriksa,memompa manset sambil meraba arteri brakhialis sampai tekanan di dalamnya melampaui tekanan 30 mmHg e. Melakukan pengukuran tekanan darah arteri brakhialis cara auskulatis dan menetapkan ke 5 fase korotkoff dalam pengukuran tersebut f. Mencatat hasilnya
F. Hasil Pengamatan dan Pembahasan
a. Berdasarkan Posisi Tubuh
Setelah OP dalam keadaan duduk, praktikan memeriksa tekanan darah OP dalam keadaan duduk, hasil yang didapatkan yaitu systolic OP 110 mmHg dan diastolicnya 60mmHg. OP diminta berdiri, dan praktikan memeriksa tekanan darah OP pada posisi tersebut. Hasilnya yaitu, systolic OP 110 mmHg dan diastolicnya 70 mmHg. Setelah berdiri OP diminta berbaring dalam keadaan terlentang. Praktikan memeriksa tekanan darah OP yaitu, systolic OP 120 mmHg dan diastolicnya 60 mmHg.
b. Setelah Kerja Otot
Setelah OP melakukan olahraga tanpa melepaskan manset sfigmomanometer, praktikan mengukur tensi (tekanan) darah OP dan hasilnya systolic OP 130 mmHg dan diastolic OP 80 mmHg.
c. Tes Tekanan Darah dengan Pendinginan
OP diminta merendam tangannya di air dingin yang bercampur dengan es batu. Setelah beberapa detik praktikan mulai memeriksa tekanan darah OP, hasilnya yaitu, systolic OP 130 mmHg dan diastolic OP 100 mmHg.
d. Pembahasan
Berdasarkan data di atas, tekanan darah OP masih tergolong normal. Namun, OP termasuk hypereaktif atau berpotensi terkena hypertensi.
G. Kesimpulan
Tekanan darah pada manusia dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu : posisi tubuh, aktivitas tubuh, dan suhu tubuh. Tensi manusia setelah berolahraga akan meningkat, hal ini disebabkan 13
karena kerja jantung yang menjadi cepat sehingga darah yang mengalirpun akan mempengaruhi tekanan. Tes dengan pendinginan juga demikian, hasil yang didapat lebih tinggi. Tes pendinginan ini, baik digunakan untuk penilaian kebugaran dan kemampuan untuk pulih dari kerja berat. Semakin cepat jantung beradaptasi (kembali normal),semakin baik kebugaran tubuh. Tes ini dilakukan untuk menggolongkan golongan hiperreaktor dan hiporeaktor. Dan dari tes inilah dapat diketahui bahwa OP tergolong hipereaktor (memiliki potensi untuk hipertensi).
14
Daftar Pustaka
Gibson, John. 2002. Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat. Jakarta: EGC
Tarwoto,dkk. 2009. Fisiologi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media