Anda di halaman 1dari 22

OLEH

KELOMPOK IV
1. Fogging technique, artinya : cara untuk menentukan kesalahan refraktif
pada astigmatisma, penderita mula-mula dibuat miopik untuk
merelaksasikan akomodasi
2. Refraksi, artinya penentuan gangguan pada mata dan koreksinya
dengan lensa atau penyimpangan cahaya yang berjalan secara miring
dari satu medium kemedium lain dengan densitas yang berbeda.
3. Radial keratotomy (RK), artinya serangkaian insisi pada kornea
(tindakan bedah), mulai dari sisi luar sampai bagian tengah yang
dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi kecembungan kornea
sehingga dapat memperbaiki miopi.
4. Photorefractive keratectomy (PRK), artinya koreksi ametropia
menggunakan excimer laser untuk mengangkat sebagian stroma kornea
anterior untuk membuat radius kelengkungan yang baru.




Daftar istilah :
5. Keratoplasty, artinya bedah plastik kornea atau transplantasi
bahan kornea untuk mengganti jaringan parut yang
mengganggu penglihatan.
6. Keratometry , artinya pengukuran kelengkungan kornea.
7. Photophobia, artinya intoleransi visual yang abnormal
terhadap cahaya.
8. Diplopia, artinya persepsi adanya dua bayangan dari satu
objek.
9. Asthenopia, artinya kelemahan atau mudah lelahnya mata
disertai nyeri mata, nyeri kepala, dan kaburnya penglihatan.








Daftar istilah :
Kamus Saku Kedokteran Dorlan (hal.114)
Astigmatisma ametropi yang disebabkan oleh
perbedaan kelengkungan pd meridian permukaan refraktif
mata yg berbeda sehingga berkas cahaya tdk terfokus dgn
baik pada retina.
Astigmatisme sebuah gejala penyimpangan dalam
pembentukkan bayangan pada lensa, hal ini disebabkan
oleh cacat lensa yang tidak dapat memberikan gambaran/
bayangan garis vertikal dengan horizontal secara bersamaan.
cacat mata ini sering di sebut juga mata silinder.


DEFENISI
Astigmatisme.
Adalah kondisi di mana sinar - sinar sejajar
yang masuk ke bolamata, oleh media
refrakta dibiaskan tidak sama pada setiap
meredian, sehingga terjadi lebih dari satu
titik fokus.


Lanjutan
Berdasarkan posisi garis fokus dalam retina Astigmatisme
dibagi sebagai berikut:
1. Astigmatisme Reguler
2. Astigmatisma Irreguler
Berdasarkan letak titik vertical dan horizontal pada retina,
astigmatisme dibagi sebagai berikut:
1. Astigmatisme Miopia Simpleks
2. Astigmatisme Hiperopia Simpleks
3. Astigmatisme Miopia Kompositus
4. Astigmatisme Hiperopia Kompositus
5. Astigmatisme Mixtus






Klasifikasi :
Berdasarkan tingkat kekuatan Dioptri :
1. Astigmatismus Rendah
Astigmatismus yang ukuran powernya < 0,50 Dioptri
2. Astigmatismus Sedang
Astigmatismus yang ukuran powernya berada pada
0,75 Dioptri s/d 2,75 Dioptri.
3. Astigmatismus Tinggi
Astigmatismus yang ukuran powernya > 3,00 Dioptri.





Lanjutan
Adanya kelainan kornea dimana permukaan luar kornea
tidak teratur.
Adanya kelainan pada lensa dimana terjadi kekeruhan
pada lensa. Hal ini erat kaitanya dgn pertambahan usia
lama kelamaan lensa kristalin kekeruhan
astigmatismus.
Intoleransi lensa atau lensa kontak pada post-
keratoplasty
Trauma pada kornea
Tumor

ETIOLOGI


PATOFISIOLOGI :




Lanjutan

MANIFESTASI KLINIK PD PENDERITA ASTIGMARISMA
TINGGI :
Penglihatan kabur, sedikit atau jarang ada keluhan
sakit kepala maupun asthenopia.
Memiringkan kepala atau disebut dengan titling his
head
Memutarkan kepala agar dapat melihat benda
dengan jelas.
Menyipitkan mata seperti halnya penderita myopia,
Pada saat membaca, penderita astigmatismus ini
memegang bacaan mendekati mata, seperti pada
penderita myopia


MANIFESTASI KLINIK
MANIFESTASI KLINIK PD PENDERITA ASTIGMATISMA
RENDAH yaitu :
Sakit kepala pada bagian frontal.
Ada pengaburan sementara / sesaat pada penglihatan
dekat, biasanya penderita akan mengurangi
pengaburan itu dengan menutup atau mengucek-ucek
mata.
Mata cepat terasa lelah, terutama pada saat
melakukan pekerjaan yang teliti pada jarak fiksasi.
Fotofobia

Lanjutan
1. Pemeriksaan pin hole

mengetahui apakah berkurangnya tajam penglihatan
diakibatkan oleh kelainan refraksi atau kelainan pada
media penglihatan, atau kelainan retina lainnya
2. Uji refraksi
3. Uji pengaburan (Fogging technique of refraction)
4. Keratoskop
5. Javal ophtalmometer




PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Koreksi lensa
Orthokeratology
Bedah refraksi, terdiri dari :
- Radial keratotomy (RK)
- Photorefractive keratectomy (PRK)




PENATALAKSANAAN
a. Anamnesa meliputi : nama pasien, umur, jenis kelamin,
pekerjaan, pendidikan, status, agama, tgl MRS, tgl pengkajian,
diagnosa medis, serta hub. Penanggungjawab dgn pasien.
b. Riwayat Kesehatan :
Riwayat Oftalmik
Riwayat Oftalmik bagi setiap pasien harus meliputi pertanyaan :
Kapan sakit mata mulai dirasakan
Apakah gangguan penglihatan ini mempengaruhi ketajaman
penglihatan.
Bagaimana gangguan penglihatan terjadi ( perlahan/tiba-tiba ).
Apakah pasien merasakan ada perubahan dalam matanya (
kemerahan, bengkak, berair ).




PENGKAJIAN :
Apakah perubahan yang terjadi sama
pada kedua matanya .
Apakah pasien sedang berobat tertentu (
sebutkan ) dan sudah berapa lama
menggunakannya.
Apakah dalam keluarga ada yang
menderita penyakit serupa .
Aapkah ada kerusakan melihat waktu
senja.




Lanjutan
Riwayat Medis :
Penyakit yang sering bermanifestasi pada mata yaitu :
Hipertensi
Diabetes mellitus
Penggunaan obat-obatan mata tanpa resep
Riwayat pembedahan mata
Riwayat psikososial meliputi :
Kondisi psikis saat terjadi perubahan visus atau gangguan pada
mata.
System adaptasi yang digunakan.
Kaji kecemasan, harga diri, perubahan persepsi, dan perasaan
ketergantungan klien.







Lanjutan
Riwayat sosial ekonomi :
Kebiasaan membaca.
Penggunaan computer.
Lingkungan pabrik dengan banyak asap.
Paparan sinar ultraviolet yang berlebih.
Pekerjaan.






Lanjutan
c. Pemeriksaan fisik :
Pemeriksaan fisik pada
mata dilakukan dengan
cara sebagai berikut :
Inspeksi pada kelopak
mata.
Inspeksi iris mata
Inspeksi kornea.
Inspeksi pupil dan
lensa.







Lanjutan
Inspeksi konjungtiva.
Inspeksi gerakan mata.
Pemeriksaan lapang
pandang.
Pemeriksaan visus.
Uji hitung jari.
Uji penglihatan warna.
Uji persepsi cahaya.







1. Gangguan sensori-persepsi berhubungan dengan
perubahan kemampuan memfokuskan sinar pada
retina
2. Nyeri akut yang berhubngan dengan inflamasi,
peningkayan TIO, atau intervensi bedah.
3. Resiko cedera berhubngan dengan keterbatasan
penglihatan.
4. Isolasi sosial yang berhubungan dengan keterbatasan
kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktifitas
pengalih dan aktifitas sosial sekunder akibat kerusakan
penglihatan.







DIAGNOSA KEPERAWATAN :
INTERVENSI TERLAMPIRRRRRRR..






INTERVENSI KEPERAWATAN :
Klik
disini

Anda mungkin juga menyukai