TETANUS NEONATORUM
Oleh:
Octava Prima Arta
G.99122091/D..201!
Pem"im"i#$:
%r. &'li%ar (a)i%h* S+. A ,-.
-EPAN/TERAAN -0/N/- 1AG/AN/ SMF /0MU -ESE(ATAN ANA-
FA-U0TAS -EDO-TERAN UNS / RSUD DR. MOE2ARD/
SURA-ARTA
201!
1A1 /
PENDA(U0UAN
1.1. 0atar 1ela3a#$ Ma4alah
Tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman Clostridium tetani,
bermanifestasi sebagai kejang otot paroksismal, diikuti kekakuan otot seluruh badan.
Kekakuan tonus otot ini selalu tampak pada otot masseter dan otot-otot rangka.
Tetanus neonatorum terjadi pada neonatus (bayi berusia 0-28 hari dan menyerupai
tipe tetanus generalisata. !pora dari kuman Clostridium tetani masuk melalui pintu masuk
satu-satunya ke tubuh bayi baru lahir, yaitu tali pusat. "eristi#a tersebut dapat terjadi pada
pemotongan tali pusat ketika bayi baru lahir maupun pera#atan sebelum lepas tali pusat.
Tetanus dapat mengakibatkan kesulitan menetek dan menangis berlebihan disusul
kesulitan menelan, kekakuan tubuh dan spasme. $pistotonus dapat terjadi sangat hebat atau
tidak timbul sama sekali. %i negara-negara berkembang angka kejadian tetanus neonatorum
8&' dengan mortalitas akibat tetanus neonatorum akan mendekati (00' terutama
kasusdengan masa inkubasi pendek.
Kasus tetanus banyak dijumpai di sejumlah negara tropis dan negara yang masih
memiliki kondisi kesehatan rendah. %ata organisasi kesehatan dunia )*$ menununjukkan
kematian akibat tetanus di negara berkembang adalah (+& kali lebih tinggi dibanding negara
maju karena penyakit ini terkait erat dengan masalah sanitasi dan kebersihan selama
proseskelahiran. ,enurut laporan kerja )*$ pada bulan -pril (../, dari 8,( juta kematian
bayi didunia, sekitar /2' kematian neonatal disebabkan oleh infeksi tetanus neonatorum,
sedangkan angka kejadian tetanus neonatorum di 0ndonesia, pada tahun (..2 sebanyak 120
kasus,meninggal /18 dengan C34 12,/2'. "ada tahun (..& sebanyak 802 kasus, meninggal
/1&kasus dengan C34 &8,.+'. Tahun (..2 terdapat 8(2 kasus, meninggal /.. dengan
C342(,(&'. %an pada tahun (..1 terdapat &10 kasus, meninggal (02 dengan C34
(8,2'.!ejak tahun (.8.,)*$ memang mentargetkan eliminasi tetanus
neonatorum.!ebanyak (0/ dari (2( negara berkembang telah men5apai keberhasilan tersebut.
Tetapi, karena tetanus neonatorum masih merupakan persoalan signifikan di &1 negara
berkembang lain, maka 670C83 ,)*$ dan 673"- pada %esember (... setuju mengulur
eliminasi hingga 200&.
!e5ara umum faktor-faktor risiko yang dipandang mempengaruhi kejadian dan
kematian pada tetanus neonatorum adalah status imunisasi ibu dan higienitas yang kurang
selama dan setelah persalinan.
1A1 //
T/N5AUAN PUSTA-A
2.1. Teta#'4 Ne6#at6r'm
2.1.1 De)i#i4i
"enyakit tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman Clostridium
tetani, bermanisfestasi dengan kejang otot se5ara proksimal dan diikuti kekakuan otot seluruh
badan. Kekakuan tonus otot massater dan otot-otot rangka. 7eonatus adalah bayi baru lahir
yang berusia di ba#ah 28 hari. Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada
neonatus yang disebabkan oleh Clostridium tetani yaitu bakteria yang mengeluarkan toksin
(ra5un yang menyerang sistem saraf pusat. Tetanus neonatorum merupakan penyebab
kejang yang sering dijumpai pada bayi baru lahir yang bukan karena trauma kelahiran atau
asfiksia, tetapi disebabkan oleh infeksi selama masa neonatal, yang antara lain terjadi sebagai
akibat pemotongan tali pusat atau pera#atan yang tidak aseptik.
"enyakit tetanus merupakan salah satu yang berbahaya karena mempengaruhi sistem
saraf dan otot. Kata tetanus diambil dari bahasa yunani yaitu tetanos dari teinein yang berarti
menegang. "enyakit ini adalah penyakit infeksi di mana spasme otot tonik dan hiperrefleksia
menyebabkan trismus (lo5kja#, spasme otot umum, melengkungnya punggung
(opistotonus, spasme glotal, kejang dan spasme dan paralisis pernapasan.
2.1.2 Eti6l6$i
Clostiridium tetani adalah kuman yang berbentuk batang seperti penabuh genderang
berspora, golongan gram positif, hidup anaerob. Kuman ini mengeluarkan toksin yang
bersifat neurotoksik (tetanus spasmin, yang mula-mula akan menyebabkan kejang otot dan
saraf perifer setempat. Timbulnya tetanus ini terutama oleh Clostiridium tetani yang
didukung oleh adanya luka yang dalam dengan pera#atan yang salah.
Clostridium tetani merupakan organisme obligat anaerob, batang gram positif, bergerak,
ukurannya kurang lebih 0,/ 9 2 :m. ,ikroorganisme ini menghasilkan spora pada salah satu
ujungnya sehingga membentuk gambaran tongkat penabuh drum atau raket tenis.
!pora Clostridium tetani sangat tahan terhadap desinfektan kimia, pemanasan dan
pengeringan. Kuman ini terdapat dimana-mana, dalam tanah, debu jalan dan pada kotoran
he#an terutama kuda. !pora tumbuh menjadi bentuk ;egetatif dalam suasana anaerobik.
<entuk ;egetatif ini menghasilkan dua jenis toksin, yaitu tetanolisin dan tetanospasmin.
Tetanolisin belum diketahui kepentingannya dalam patogenesis tetanus dan menyebabkan
hemolisis in ;itro, sedangkan tetanospasmin bekerja pada ujung saraf otot dan sistem saraf
pusat yang menyebabkan spasme otot dan kejang.
Gam"ar Mi3r6436+i3 Clostridium tetani.
3aktor predisposisi pada tetanus, antara lain=
(. 6mur tua atau anak-anak
2. >uka yang dalam dan kotor
+. <elum terimunisasi
2.1.7 Fa3t6r Re4i36
Terdapat & faktor resiko utama terjadinya tetanus neonatorum, yaitu=
a. Fa3t6r Re4i36 Pe#cemara# 0i#$3'#$a# Fi4i3 %a# 1i6l6$i3
>ingkungan yang mempunyai sanitasi yang buruk akan memyebabkan Clostridium
tetani lebih mudah berkembang biak. Kebanyakan penderita dengan gejala tetanus sering
mempunyai ri#ayat tinggal di lingkungan yang kotor. "enjagaan kebersihan diri dan
lingkungan adalah amat penting bukan saja dapat men5egah tetanus, malah pelbagai penyakit
lain.
". Fa3t6r Alat Pem6t6#$a# Tali P'4at
"enggunaan alat yang tidak steril untuk memotong tali pusat meningkatkan risiko
penularan penyakit tetanus neonatorum. Kejadian ini masih lagi berlaku di negara-negara
berkembang dimana bidan-bidan yang melakukan pertolongan persalinan masih
menggunakan peralatan seperti pisau dapur atau sembilu untuk memotong tali pusat bayi baru
lahir.
c. Fa3t6r 8ara Pera9ata# Tali P'4at
Terdapat sebagian masyarakat di negara-negara berkembang masih menggunakan
ramuan untuk menutup luka tali pusat seperti kunyit dan abu dapur. !eterusnya, tali pusat
tersebut akan dibalut dengan menggunakan kain pembalut yang tidak steril sebagai salah satu
ritual untuk menyambut bayi yang baru lahir. Cara pera#atan tali pusat yang tidak benar ini
akan meningkatkan lagi risiko terjadinya kejadian tetanus neonatorum.
%. Fa3t6r -e"er4iha# Tem+at Pela:a#a# Per4ali#a#
Kebersihan suatu tempat pelayanan persalinan adalah sangat penting. Tempat
pelayanan persalinan yang tidak bersih bukan saja berisiko untuk menimbulkan penyakit
pada bayi yang akan dilahirkan, malah pada ibu yang melahirkan. Tempat pelayanan
persalinan yang ideal sebaiknya dalam keadaan bersih dan steril.
e. Fa3t6r -e3e"ala# /"' (amil
0bu hamil yang mempunyai faktor kekebalan terhadap tetanus dapat membantu
men5egah kejadian tetanus neonatorum pada bayi baru lahir. -ntibodi terhadap tetanus dari
ibu hamil dapat disalurkan pada bayi melalui darah, seterusnya menurunkan risiko infeksi
Clostridium tetani. !ebagian besar bayi yang terkena tetanus neonatorum biasanya lahir dari
ibu yang tidak pernah mendapatkan imunisasi TT.
2.1.! Pat6)i4i6l6$i
!uasana yang memungkinkan organisme anaerob berproliferasi dapat disebabkan
berbagai keadaan antara lain =
( >uka tusuk dalam, misalnya luka tusuk karena paku, kuku, pe5ahan kaleng, pisau,
5angkul dan lain-lain.
2 >uka karena ke5elakaan kerja (kena parang, ke5elakaan lalu lintas.
+ >uka ringan seperti luka gores, lesi pada mata, telinga dan tonsil.
"ertolongan persalinan dan pemotongan tali pusat yang tidak steril akan memudahkan
spora Clostridium tetani masuk dari luka tali pusat dan melepaskan tetanospamin.
Tetanospamin akan berikatan dengan reseptor di membran prasinaps pada motor neuron.
Kemudian bergerak melalui sistem transpor aksonal retrograd melalui sel-sel neuron hingga
ke medula spinalis dan batang otak, seterusnya menyebabkan gangguan sistim saraf pusat
(!!" dan sistim saraf perifer. ?angguan tersebut berupa gangguan terhadap inhibisi
presinaptik sehingga men5egah keluarnya neurotransmiter inhibisi, yaitu asam aminobutirat
gama (?-<- dan glisin, sehingga terjadi epilepsi, yaitu lepasan muatan listrik yang
berlebihan dan berterusan, sehingga penerimaan serta pengiriman impuls dari otak ke bagian-
bagian tubuh terganggu. Ketegangan otot dapat bermula dari tempat masuk kuman atau pada
otot rahang dan leher.
"ada saat toksin masuk ke sumsum tulang belakang, kekakuan otot yang lebih berat dapat
terjadi. %ijumpai kekakuan ekstremitas, otot-otot dada, perut dan mulai timbul kejang. @ika
toksin men5apai korteks serebri, penderita akan mengalami kejang spontan. "ada sistem saraf
otonom yang diserang tetanospasmin akan menyebabkan gangguan proses pernafasan,
metabolisme, hemodinamika, hormonal, pen5ernaan, perkemihan, dan pergerakan otot.
Kekakuan laring, hipertensi, gangguan irama jantung, berkeringat se5ara berlebihan
(hiperhidrosis merupakan penyulit akibat gangguan saraf otonom. Kejadian gejala penyulit
ini jarang dilaporkan karena penderita sudah meninggal sebelum gejala tersebut timbul.
Clostridium tetani masuk ke dalam tubuh manusia biasanya melalui luka dalam
bentuk spora. "enyakit akan mun5ul bila spora tumbuh menjadi bentuk ;egetatif yang
menghasilkan tetanospasmin pada keadaan tekanan oksigen rendah, nekrosis jaringan atau
berkurangnya potensi oksigen.
,asa inkubasi dan beratnya penyakit terutama ditentukan oleh kondisi luka. <eratnya
penyakit terutama berhubungan dengan jumlah dan ke5epatan produksi toksin serta jumlah
toksin yang men5apai susunan saraf pusat. 3aktor-faktor tersebut selain ditentukan oleh
kondisi luka, mungkin juga ditentukan oleh strain Clostridium tetani.
Pe#:e"ara# t634i#
Toksin yang dikeluarkan oleh Clostridium tetani menyebar dengan berbagai 5ara, sebagai
berikut =
(. ,asuk ke dalam otot
Toksin masuk ke dalam otot yang terletak diba#ah atau sekitar luka, kemudian ke otot-
otot sekitarnya dan seterusnya se5ara as5enden melalui sinap ke dalam susunan saraf
pusat.
2. "enyebaran melalui sistem limfatik
Toksin yang berada dalam jaringan akan se5ara 5epat masuk ke dalam nodus limfatikus,
selanjutnya melalui sistem limfatik masuk ke peredaran darah sistemik.
+. "enyebaran ke dalam pembuluh darah
Toksin masuk ke dalam pembuluh darah terutama melalui sistem limfatik, namun dapat
pula melalui sistem kapiler di sekitar luka. "enyebaran melalui pembuluh darah
merupakan 5ara yang penting sekalipun tidak menentukan beratnya penyakit. "ada
manusia sebagian besar toksin diabsorbsi ke dalam pembuluh darah, sehingga
memungkinkan untuk dinetralisasi atau ditahan dengan pemberian antitoksin dengan
dosis optimal yang diberikan se5ara intra;ena. Toksin tidak masuk ke dalam susunan
saraf pusat melalui peredaran darah karena sulit untuk menembus sa#ar otak. !esuatu hal
yang sangat penting adalah toksin bisa menyebar ke otot-otot lain bahkan ke organ lain
melalui peredaran darah, sehingga se5ara tidak langsung meningkatkan transport toksin
ke dalam susunan saraf pusat.
/. Toksin masuk ke susunan saraf pusat (!!"
Toksin masuk kedalam !!" dengan penyebaran melalui serabut saraf, se5ara retrograd
toksin men5apai !!" melalui sistem saraf motorik, sensorik dan autonom. Toksin yang
men5apai kornu anterior medula spinalis atau nukleus motorik batang otak kemudian
bergabung dengan reseptor presinaptik dan saraf inhibitor.
('"'#$a# a#tar "e#t'3 ma#i)e4ta4i 3li#i4 %e#$a# +e#:e"ara# t634i#=
Tetanus lokal
"ada bentuk ini, penderita biasanya mempunyai antibodi terhadap toksin tetanus yang
masuk ke dalam darah, namun tidak 5ukup untuk menetralisir toksin yang berada di
sekitar luka.
Tetanus sefal
,erupakan bentuk tetanus lokal yang mengikuti trauma pada kepala. $tot-otot yang
terkena adalah otot-otot yang dipersarafi oleh nukleus motorik dari batang otak dan
medula spinalis ser;ikalis.
-s5ending Tetanus
!uatu bentuk penyakit tetanus yng pada a#alnya berbentuk lokal biasanya mengenai
tungkai dan kemudian menyebar mengenai seluruh tubuh. !etelah terjadi tetanus
lokal, toksin disekitar luka masuk 5ukup banyak dengan 5ara asenderen masuk ke
dalam !!".
Tetanus umum
"ada keadaan ini toksin melalui peredaran darah masuk ke dalam berbagai otot dan
kemudian masuk ke dalam !!". "enyakit ini biasanya didahului trismus kemudian
mengenai otot muka, leher, badan dan terakhir ekstremitas. *al ini disebabkan
panjang sistem persarafan setiap tempat berbeda-beda, yang paling pendek adalah
yang mengurus otot-otot rahang, kemudian se5ara berurutan mengenai daerah lain
sesuai urutan panjang saraf.
Me3a#i4me 3er;a t634i# teta#'4:
(. @enis toksin
Clostridium tetani menghasilkan tetanolisin dan tetanospsmin. Tetanolisin mempunyai
efek hemolisin dan protease, pada dosis tinggi berefek kardiotoksik dan neurotoksik.
!ampai saat ini peran tetanolisin pada tetanus manusia belum diketahui pasti.
Tetanospasmin mempunyai efek neurotoksik, penelitian mengenai patogenesis penyakit
tetanus terutama dihubungkan dengan toksin tersebut.
2. Toksin tetanus dan reseptornya pada jaringan saraf
Toksin tetanus berkaitan dengan gangliosid ujung membran presinaptik, baik pada
neuromuskular jun5tion, mupun pada susunan saraf pusat. 0katan ini penting untuk
transport toksin melalui serabut saraf, namun hubungan antara pengikat dan toksisitas
belum diketahui se5ara jelas.
8ara 3er;a t634i#
Toksin diabsorbsi pada ujung saraf motorik dan melalui sumbu limbik masuk ke
sirkulasi darah dan masuk ke !usunan !araf "usat (!!". Toksin bersifak antigen , sangat
mudah diikat jaringan syaraf dan bila dalam keadaan terikat tidak dapat lagi dinetralkan oleh
toksin spesifik. Toksin yang bebas dalam darah sangat mudah dinetrakan oleh antitoksin
spesifik.
Tetanus disebabkan neurotoksin (tetanospasmin dari ?ram positif anaerob,
Clostridium tetani, dengan mula-mula ( hingga 2 minggu setelah inokulasi bentuk spora ke
dalam darah tubuh yang mengalami 5edera (periode inkubasi. "enyakit ini merupakan ( dari
/ penyakit penting yang manifestasi klinis utamanya adalah hasil dari pengaruh kekuatan
eksotoksin (tetanus, gas ganggren, diphteri, botulisme.
<akteri Clostridium tetani ini banyak ditemukan di tanah, kotoran manusia dan he#an
peliharaan dan di daerah pertanian. Tempat masuknya kuman penyakit ini bisa berupa luka
yang dalam yang berhubungan dengan kerusakan jaringan lokal, tertanamnya benda asing
atau sepsis dengan kontaminasi tanah, le5et yang dangkal dan ke5il atau luka geser yang
terkontaminasi tanah, trauma pada jari tangan atau jari kaki yang berhubungan dengan patah
tulang jari dan luka pada pembedahan.
Gam"ar Pat6)i4i6l6$i Teta#'4
2.1.< Ta#%a %a# Ge;ala +a%a Teta#'4
( ,asa inkubasi tetanus berkisar antara 2-2( hari
2 Ketegangan otot rahang dan leher (mendadak
+ Kesukaran membuka mulut (trismus
/ Kaku kuduk (epistotonus, kaku dinding perut dan tulang belakang
& !aat kejang tonik tampak risus sardonikus
7eonatus yang terinfeksi Clostridium tetani masih menunjukkan perilaku seperti
menangis dan menyusui seperti bayi yang normal pada dua hari yang pertama. "ada hari ke-
+, gejala-gejala tetanus mula kelihatan. ,asa inkubasi tetanus umumnya antara + A (2 hari,
namun dapat me5apai ( A 2 hari dan kadang-kadang lama melebihi satu bulanB makin pendek
masa inkubasi makin buruk prognosis.
Gam"ar E+i4t6t6#'4 +a%a Teta#'4 Ne6#at6r'm
Terdapat hubungan antara jarak tempat masuk kuman Clostridium tetani dengan
susunan saraf pusat, serta inter;al antara terjadinya luka dengan permulaan penyakitB semakin
jauh tempat in;asi, semakin panjang masa inkubasi. ?ejala klinis yang sering dijumpai pada
tetanus neonatorum adalah=
a. Terjadinya kekakuan otot rahang sehingga penderita sukar membuka mulut. Kekakuan otot
pada leher lebih kuat akan menarik mulut keba#ah, sehingga mulut sedikit ternganga.
Kadang-kadang dapat dijumpai mulut me5u5u seperti mulut ikan dan kekakuan pada mulut
sehingga bayi tak dapat menetek.
b. Terjadi kekakuan otot mimik muka dimana dahi bayi kelihatan mengerut, mata bayi agak
tertutup, dan sudut mulut bayi tertarik ke samping dan ke ba#ah.
5. Kekakuan yang sangat berat menyebabkan tubuh melengkung seperti busur, bertumpu
pada tumit dan belakang kepala. @ika dibiarkan se5ara berterusan tanpa ra#atan, bisa terjadi
fraktur tulang ;ertebra.
d. Kekakuan pada otot dinding perut menyebabkan dinding perut teraba seperti papan. !elain
otot dinding perut, otot penyangga rongga dada (toraks juga menjadi kaku sehingga
penderita merasakan kesulitan untuk bernafas atau batuk. @ika kekakuan otot toraks
berlangsung lebih dari & hari, perlu di5urigai risiko timbulnya perdarahan paru.
e. "ada tetanus yang berat akan terjadi gangguan pernafasan akibat kekakuan yang terus-
menerus dari otot laring yang bisa menimbulkan sesak nafas. 8fek tetanospamin dapat
menyebabkan gangguan denyut jantung seperti kadar denyut jantung menurun (bradikardia,
atau kadar denyut jantung meningkat (takikardia. Tetanospasmin juga dapat menyebabkan
demam dan hiperhidrosis. Kekakuan otot polos pula dapat menyebabkan anak tidak bisa
buang air ke5il (retensi urin.Timbulnya gejala klinis biasanya mendadak, didahului dengan
ketgangan otot terutama pada rahang dan leher. Kemudian timbul kesukaran membuka mulut
(trismus karena spsme otot massater. Kejang otot ini akan berlanjut ke kuduk (opistotonus
dinding perut dan sepanjang tulang belakang. <ila serangan kejang tonik sedang berlangsung
serimng tampak risus sardonikus karena spsme otot muka dengan gambaran aksi tertarik ke
atas, sudut mulut tertarik ke luar dan ke ba#ah, bibir tertekan kuat pada gigi. ?ambaran
umum yang khas pada tetanus adalah berupa badan kaku dengan epistotonus, tungkai dalam
ekstrensi lengan kaku dan tangan mengapal biasanya kesadaran tetap baik. !erangan timbul
proksimal, dapat di5etus oleh rangsangan suara, 5ahaya maupun sentuhan, akan tetapi dapat
pula timbul spontan. Karena kontraksi otot sangat kuat dapat terjadi asfiksia dan sianosis,
retensi urin bahkan dapat terjadi fraktur 5ollumna ;ertebralis (pada anak. Kadang dijumpai
demam yang ringan dan biasanya pada stadium akhir.
?ambaran 6mum yang Khas pada Tetanus, antara lain =
( <adan kaku dengan epistotonus
2 Tungkai dalam ekstensi
+ >engan kaku dan tangan mengepal
/ <iasanya keasadaran tetap baik
& !erangan timbul proksimal dan dapat di5etuskan oleh karena =
4angsang suara, rangsang 5ahaya, rangsang sentuhan, spontan.
Karena kontriksi sangat kuat dapat terjadi aspiksia, sianosis, retensi urine,
fraktur ;ertebralis (pada anak-anak, demam ringan dengan stadium akhir.
"ada saat kejang suhu dapat naik 2-/ derakat 5elsius dari normal,
diaphoresis, takikardia dan sulit menelan.
2.1. -la4i)i3a4i
,enurut -blettCs
Tingkat 0 = tanpa dysfagia dan ganggguan respirasi
Tingkat 00= spastisitas nyata, gangguan menelan (disfagia dan gangguan respirasi.
Tingkat 000 a= dengan spastisitas berat disertai spasme berat
Tingkat 000b= !ama dengan tingkat 000a disertai adanya akti;itas simpatis berlebihan
(disotonomia
Me#'r't Patel a#% 56a$
Kriteria ( = rahang kaku, spasme terbatas, disfagia, dan kekakuan otot tulang belakang
Kriteria 2 = spasme saja tanpa melihat frekuensi dan derajatnya
Kriteria + = inkubasi antara 1 hari atau kurang
Kriteria / = #aktu onset adalah /8 jam atau kurang
Tingkatan penyakit=
Tingkat 0= 4ingan, minimal ( kriteria ( K( D K2 mortalitas 0 '
Tingkat 00= !edang, minimal 2 kriteria ( K(E K2 dengan masa inkubasi lebih dari 1
hari dan onset lebih dari 2 hari, mortalitas (0 '.
Tingkat 000= <erat, minimal + kriteria dengan masa inkubasi kurang dari 1 hari dan
onset kurang dari 2 hari, mortalitas +2'.
Tingkat 0F= !angat berat, minimal ada / kriteria dengan mortalitas 20'.
Tingkat F= mortalitas 8/ ' dengan & kriteria, termasuk di dalamnya adalah tetanus
neonatorum maupun puerpurium.
2.1.= Dia$#64i4
%iagnosis ditegakkan berdasarkan temuan klinis dan ri#ayat imunisasi=
-danya ri#ayat luka yang terkontaminasi, namun 20' dapat tanpa ri#ayat
luka.
4i#ayat tidak diimunisasi atau imunisasi tidak lengkap
Trismus, disfagia, rhisus sardonikus, kekakuan pada leher, punggung, dan otot
perut (opisthotonus, rasa sakit serta ke5emasan.
"ada tetanus neonatorum keluhan a#al berupa tidak bisa menetek.
Kejang umum episodik di5etusklan dengan rangsang minimal maupun spontan
dimana kesadaran tetap baik.
"emeriksaan fisik = adanya luka dan ketegangan otot yang khas terutama pada
rahang
"emeriksaan darah leukosit 8.000-(2.000 mD>, peninggian tekanan otak,
deteksi kuman sulit
"emeriksaan 8C? dapat terlihat gambaran aritmia ;entrikuler.
2.1.> Dia$#64i4 1a#%i#$
,eningitis %emam, sakit kepala, perubahan tingkat
kesadaran, tanda iritasi meningen (nuchal
rigidity, kernigs sign positive
8nsefalitis %emam (hiperpireksia, penurunan
kesadaran, muntah, kejang-kejang bisa
bersifat umum, fokal atau twitching saja,
paresis atau paralisis dan afasia.
Tetani karena hipokalsemia -danya spasme karpopedal
Trismus akibat proses lokal yang
disebabkan mastoiditis, otitis media
supuratif kronis ($,!K, abses
peritonsilar.
<iasanya trismus asimetris
4abies %ijumpai gejala hidrofobia dan
kesukaran menelan, pada anamnesis
terdapat ri#ayat digigit binatang pada
#aktu epidemi.
2.1.9 -6m+li3a4i
<ronkopneumonia
-sfiksia
!epsis 7eonatorum
2.1.10 Pe#atala34a#aa#
(. <erikan 5airan intra;ena dengan larutan glukosa &' dan 7a5l fisiologis (/=( selama /8-
12 jam selanjutnya 0F3% hanya untuk memasukkan obat. @ika pasien telah dira#at lebih dari
2/ jam atau pasien sering kejang atau apnea, diberikan larutan glukosa (0' dan natrium
bikarbonat (.&' dalam perbandingan /=( (jika fasilitas ada lebih baik periksa analisa gas
darah terlebih dahulu. <ila setelah 12 jam bayi belum mungkin diberi minum peroralDsonde,
mellui infus diberikan tambahan protein dan kalium.
2. %iaGepam a#al dosis 2,& mg 0F perlahan-lahan selama 2-+ menit, kemudian diberikan
dosis rumat 8-(0 mgDkg <<Dhari melalui 0F3% (diaGepam dimasukkan ke dalam 5airan infus
dan diganti setiap 2 jam. <ila kejang masih sering timbul, boleh ditambah diaGepam lagi 2,&
mg se5ara 0F perlahan-lahan dan dalam 2/ jam berikutnya boleh diberikan tambahan
diaGepam & mgDkg <<Dhari sehingga dosis diaGepam keseluruhannya menjadi (& mgDkg
<<Dhari. !etelah keadaan klinis membaik, diaGepam diberikan peroral dan diturunkan se5ara
bertahap. "ada pasien dengan hiperbilirubinemia berat atau bila makin berat, diaGepam
diberikan per oral dan setelah bilirubin turun boleh diberikan se5ara 0F.
+. -T! (0.000 6Dhari, diberikan selama 2 hari berturut-turut dengan 0,. "erinfus diberikan
20.000 6 sekaligus. -tau dapat diberikan Human Tetanus Immunoglobulin (*T0?, untuk
bayi, dosisnya adalah &00 06 0, dosis tunggal. !ebagian dari dosis tersebut diberikan se5ara
infiltrasi di tempat sekitar luka. *T0? hanya dapat menghilangkan toksin tetanus yang belum
berikatan dengan ujung saraf. Intraveneous Immunoglobuline (0F0? mengandung antitoksin
tetanus dan dapat digunakan jika *T0? tidak tersedia. Kontraindikasi *T0? adalah ri#ayat
hipersensiti;itas terhadap imunoglobulin atau komponen human immunoglobuline
sebelumnyaB trombositopenia berat atau keadaan koagulasi lain yang dapat merupakan
kontraindikasi pemberian se5ara 0,.
/. -mpi5ilin (00 mgDkg <<Dhari dibagi dalam / dosis 0F selama (0 hari. <ila pasien
menjadi sepsis, pengobatan seperti pasien sepsis linnya. <ila pungsi lumbal tidak dapat
dilakukan pengobatan seperti yang diberikan pada pasien meningitis bakterialis.
&. Tali pusat dibersihkanDdikompres dengan alkohol 10' atau betadine (0'.
2. "erhatikan jalan nafas dan tanda-tanda ;ital lainnya, bila perlu berikan oksigen.
2.1.11 Pr6$#64a
Kematian biasanya terjadi pada penderita yang sangat muda, sangat tua dan pemakai
obat suntik. @ika gejalanya memburuk dengan segera atau jika pengobatan tertunda, maka
prognosisnya buruk. %ipengaruhi oleh berbagai faktor yang dapat memperburuk keadaan
yaitu =
( ,asa 0nkubasi yang pendek (kurang dari 1 hari
2 7eonatus dan usia tua (lebih dari &tahun
+ 3rekuensi kejang yang sering
/ Kenaikan suhu badan yang tinggi
& "engobatan terlambat
2 "eriode trismus dan kejang yang semakin sering
1 -danya penyulit spasme otot pernafasan dan obstruksi jalan nafas
2.1.11 Pe#ce$aha# +a%a Teta#'4
"en5egahan penyakit tetanus meliputi =
( -nak mendapatkan imunisasi %"T diusia +-(( <ulan
2 0bu hamil mendapatkan suntikan TT minimal 2 H
+ "en5egahan terjadinya luka E mera#at luka se5ara adekuat
/ "emberian anti tetanus serum.
DAFTAR PUSTA-A
(. -Ghali ,!, *erry ?arna, -leh Ch, %jatnika !. "enyakit 0nfeksi dan Tropis. %alam =
*erry ?arna, *eda ,elinda, !ri 8ndah 4ahayuningsih. "edoman %iagnosis dan
Terapi 0lmu Kesehatan -nak, edisi +. 3K6"D4!*!, <andung, 200& B 20.-2(+.
2. 4aus5her >-. Tetanus. %alam =!#ash ,, $9bury @, penyunting. Clini5al
7eurology. 8dinburg = Chur5hill >i;ingstone, (..( B 82&-81(.
+. <ehrman, 4i5hard 8., ,%B Kliegman, 4obert ,.,,% B @enson *al. <.,,%, 7elson
Te9tbook of "ediatri5s Fol (I (1
th
edition ).<. !aunders Company. 200/.
/. 6d#adia 38, Tetanus. <ombay= $9ford 6ni;ersity "ress, (..+ = +0&.
&. !oedarmo, !umarrno !."oo#oB ?arna, *erryB *adinegoro !ri 4ejeki !, <uku -jar
0lmu Kesehatan -nak, 0nfeksi E "enyakit Tropis, 8disi pertama, 0katan %okter -nak
0ndonesia.
2. )*$ 7e#s and a5ti;ities. The ?lobal 8liination of neonatal tetanus = progress to
date, <ull )*$ (../B 12 = (&&-(&1
1. ###.emidi5ine.5omDpedDtopi5+0+8.htm