Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Serangan hama merupakan salah satu faktor pembatas untuk peningkatkan produksi
pertanian yang dalam kasus ini adalah pemeliharaan trembesi. Untuk megendalikan hama
seringkali digunakan pestisida kimia dengan dosis yang berlebih. Padahal akumulasi senyawa-
senyawa kimia berbahaya dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kelestarian lingkungan
dan kesehatan manusia. Ditengah maraknya budidaya pertanian organik, maka upaya
pengendalian hama yang aman bagi produsen/petani dan konsumen serta menguntungkan petani,
menjadi prioritas utama.
Adanya kekhawatiran akan pengaruh negatif tentang pemakaian agrokhemikal telah
meningkatkan perhatian masyarakat kepada bioinsektisida sebagai alternatie teknologi untuk
menurunkan populasi hama. Salah satu alternatif pengendalian adalah pemanfaatan jamur
penyebab penyakit pada serangga !bioinse"tisida#, yaitu jamur patogen serangga Beauveria
bassiana.
Di $ndonesia, hasil-hasil penelitian B. bassiana juga telah banyak dipublikasikan,
terutama dari tanaman pangan untuk mengendalikan serangga hama kedelai !%iptortus linearis
dan Spodoptera litura#, walang sangit pada padi !&epto"ori'a a"uta# !Prayogo, ())*#, Plutella
+ylostella pada sayursayuran !,ardiyanti, ())*#, hama bubuk buah kopi ,elopeltis antoni, dan
penggerek buah kakao ,ypothenemus hampei !Sudarmadji dan Prayogo, dalam Prayogo, ())*#.
Saat ini produk bioinsektisida berbahan aktif -. bassiana telah tersedia se"ara komersial di
$ndonesia. .eskipun demikian, tampaknya pemanfaatannya di lapang khususnya untuk tanaman
perkebunan belum optimal. Padahal,lingkungan mikro tanaman perkebunan sangat ideal bagi
perkembangan epi'ootik "endawan-"endawan entomopatogen, termasuk -. bassiana.
/eberlangsungan epi'ootik "endawan sangat dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban lingkungan,
dan kriteria ini dapat ditemukan pada tanaman-tanaman perkebunan yang banyak diusahakan di
$ndonesia. Disamping itu, pemanfaatan "endawan ini dan patogen serangga se"ara umum dalam
pengendalian hama berpotensi memberi keuntungan ekologis jangka panjang terhadap
keseimbangan hayati maupun keberlanjutan sistem pertanian.
1
.enurut klasifikasinya, -. bassiana termasuk klas ,ypomy"etes, ordo ,ypo"reales dari
famili 0lai"ipita"eae !,ughes, 1231#. 0endawan entomopatogen penyebab penyakit pada
serangga ini pertama kali ditemukan oleh Agostino bassi di -eau"e, Peran"is. !Steinhaus, 1234#
yang kemudian mengujinya pada ulat sutera !-omby+ mori#.
Ulat jengkal !Plusia chalcites) menyerang daun muda maupun tua. Ulat ini juga
menyerang pu"uk tanaman dan polong muda. Daun pada mulanya tampak berlubang-lubang
tidak beraturan. Pada tahap selanjutnya, tinggal tersisa tulang-tulang daun saja. Pada tingkat
berat, daun akan habis sehingga menimbulkan kerugian "ukup besar. .aka dari itu dibutuhkan
adanya pengendalian terhadap serangan yang ditimbulkan ulat jengkal tersebut pada tanaman
terembesi. 5anaman 5rembesi itu sendiri merupakan tumbuhan pohon besar, tinggi, dengan tajuk
yang sangat melebar. 5umbuhan ini pernah populer sebagai tumbuhan peneduh. Pohon ini
mempunyai beberapa julukan nama seperti Saman, Pohon ,ujan dan .onkey Pod, dan
ditempatkan dalam genus Albi'ia. Perakarannya yang sangat meluas membuatnya kurang
populer karena dapat merusak jalan dan bangunan di sekitarnya. 6amanya berasal dari air yang
sering menetes dari tajuknya karena kemampuannya menyerap air tanah yang kuat serta kotoran
dari tonggeret yang tinggal di pohon !Duke and 7ain, 1281#.
-erdasarkan penelitian ,artwell !12*3-1231# di 9ene'uela, akar %ain 5ree dapat
digunakan sebagai obat tambahan saat mandi air hangat untuk men"egah kanker. :kstrak daun
%ain 5ree dapat menghambat pertumbuhan mikrobakterium 5uber"ulosis !Perry, 128)# yang
dapat menyebabkan sakit perut. %ain 5ree juga dapat digunakan sebagai obat flu, sakit kepala
dan penyakit usus !Duke and 7ain, 1281#
Beauveria bassiana sebagai :ntomopatogen yang dapat dijadikan untuk mengendalikan
Ulat ;engkal pada tanaman 5rembesi. Beauveria bassiana se"ara alami terdapat di dalam tanah
sebagai jamur saprofit. Pertumbuhan jamur di dalam tanah sangat dipengaruhi oleh kondisi
tanah, seperti kandungan bahan organik, suhu, kelembapan, kebiasaan makan serangga, adanya
pestisida sintetis, dan waktu aplikasi. Se"ara umum, suhu di atas <) =0, kelembapan tanah yang
berkurang dan adanya antifungal atau pestisida dapat menghambat pertumbuhannya.
0ara "endawan Beauvaria bassiana menginfeksi tubuh serangga dimulai dengan kontak
inang, masuk ke dalam tubuh inang, reproduksi di dalam satu atau lebih jaringan inang,
kemudian kontak dan menginfeksi inang baru. B. bassiana masuk ke tubuh serangga inang
2
melalui kulit, saluran pen"ernaan, spirakel dan lubang lainnya. $nokulum jamur yang menempel
pada tubuh serangga inang akan berke"ambah dan berkembang membentuk tabung ke"ambah,
kemudian masuk menembus kulit tubuh. Penembusan dilakukan se"ara mekanis dan atau
kimiawi dengan mengeluarkan en'im atau toksin. Pada proses selanjutnya, jamur akan
bereproduksi di dalam tubuh inang. ;amur akan berkembang dalam tubuh inang dan menyerang
seluruh jaringan tubuh, sehingga Ulat mati. .iselia jamur menembus ke luar tubuh inang,
tumbuh menutupi tubuh inang dan memproduksi konidia. Dalam hitungan hari, ulat akan mati.
Ulat yang terserang jamur B. bassiana akan mati dengan tubuh mengeras seperti mumi dan
jamur menutupi tubuh inang dengan warna putih.
Dalam infeksinya, B. bassiana akan terlihat keluar dari tubuh serangga terinfeksi mula-
mula dari bagian alat tambahan !apendages# seperti antara segmen-segmen antena, antara
segmen kepala dengan toraks , antara segmen toraks dengan abdomen dan antara segmen
abdomen dengan "auda !ekor#. Setelah beberapa hari kemudian seluruh permukaan tubuh
serangga yang terinfeksi akan ditutupi oleh massa jamur yang berwarna putih. Penetrasi jamur
entomopatogen sering terjadi pada membran antara kapsul kepala dengan toraks atau di antara
segmen-segmen apendages demikian pula miselium jamur keluar pertama kali pada bagian-
bagian tersebut
Ulat yang telah terinfeksi B.bassiana selanjutnya akan mengkontaminasi lingkungan,
baik dengan "ara mengeluarkan spora menembus kutikula keluar tubuh inang, maupun melalui
fesesnya yang terkontaminasi. Serangga sehat kemudian akan terinfeksi. ;alur ini dinamakan
transmisi hori'ontal patogen !inter/intra generasi#.
1.2.Tujuan Praktikum
Adapun 5ujuan dari kegiatan praktikum adalah untuk mengetahui Pengaruh /ematian
Ulat ;engkal !Plusia chalcites) dengan pemberian :ntomopatogen Beauvaria bassiana pada
5anaman 5rembesi dan "ara pengendaliannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.1. Trembei
/i hujan, pohon hujan, atau trembesi !Albizia saman !;a">.# .err. sinonim Samanea
saman !;a">.# .err.# merupakan tumbuhan pohon besar, tinggi, dengan tajuk yang sangat
melebar. 5umbuhan ini pernah populer sebagai tumbuhan peneduh. Pohon ini mempunyai
beberapa julukan nama seperti Saman, Pohon ,ujan dan .onkey Pod, dan ditempatkan dalam
genus Albi'ia.
?1@
Perakarannya yang sangat meluas membuatnya kurang populer karena dapat
merusak jalan dan bangunan di sekitarnya. 6amanya berasal dari air yang sering menetes dari
tajuknya karena kemampuannya menyerap air tanah yang kuat serta kotoran dari tonggeret yang
tinggal di pohon !Duke and 7ain, 1281#.
/lasifikasi ilmiah 5rembesi A
/erajaan B Plantae
Diisi B Magnoliophyta
/elas B Magnoliopsida
Crdo B Fabales
Damili B Fabaceae
Upafamili B Mimosoideae
Eenus B Albizia
Spesies B Albizia saman
6ama binomial B Albizia saman !;a">.# .err.
Albi'ia Saman adalah spesies pohon berbunga dalam keluarga ka"ang polong. 5umbuhan
ini berasal dari Amerika tropik namun sekarang tersebar di seluruh daerah tropika. Albi'ia
Saman dapat men"apai ketinggian rata-rata <) - F) m,lingkar pohon sekitar F,4 m dan mahkota
4
pohon men"apai F) - *) m. -entuk batangnya tidak beraturan kadang bengkok, menggelembung
besar. Daunnya majemuk mempunyai panjang tangkai sekitar 3-14 "m !Duke and 7ain, 1281#.
Daunnya melipat pada "ua"a hujan dan di malam hari, sehingga pohon ini juga di
namakan Pohon pukul 4. /ulit pohon hujan ini berwarna abu-abu ke"okelatan pada pohon muda
yang masih halus. Sedangkan lebar daunnya sekitar F-4 "m berwarna hijau tua, pada permukaan
daun bagian bawah memiliki beludru, kalau di pegang terasa lembut !Duke and 7ain, 1281#.
Pohon hujan berbunga pada bulan .ei dan juni. -unga berwarna putih dan ber"ak merah
muda pada bagian bulu atasnya. Panjang bunga men"apai 1) "m dari pangkala bunga hingga
ujung bulu bunga. 5abung mahkota berukuran <,3 "m dan memiliki kurang lebih ()-<) benang
sari yang panjangnya sekitar <-4 "m. -unga menghasilkan nektar untuk menarik seranga guna
berlangsungya penyerbukan !Perry, 128)#. -uah pohon hujan bentuknya panjang lurus agak
melengkung, mempunyai panjang sekitar 1)-() "m, mempunyai lebar 1,4 - ( "m dan tebal
sekitar ),* "m. -uahnya berwarna "okelat kehitam-hitaman ketika buah tersebut masak. -ijinya
tertanam dalam daging berwarna "okelat kemerahan sangat lengket dan manis berisi sekitar 4 -
(4 biji dengan panjang 1,< "m.
-erdasarkan penelitian ,artwell !12*3-1231# di 9ene'uela, akar %ain 5ree dapat
digunakan sebagai obat tambahan saat mandi air hangat untuk men"egah kanker. :kstrak daun
%ain 5ree dapat menghambat pertumbuhan mikrobakterium 5uber"ulosis !Perry, 128)# yang
dapat menyebabkan sakit perut. %ain 5ree juga dapat digunakan sebagai obat flu, sakit kepala
dan penyakit usus !Duke and 7ain, 1281#.
2.2. Beauveria bassiana
0endawan -. bassiana juga dikenal sebagai penyakit white mus"ardine karena miselia
dan konidia !spora# yang dihasilkan berwarna putih. -entuknya oal, dan tumbuh se"ara 'ig 'ag
pada konidiopornya. 0endawan ini memiliki kisaran inang serangga yang sangat luas, meliputi
ordo &epidoptera, 0oleoptera, dan ,emiptera. Selain itu, infeksinya juga sering ditemukan pada
serangga-serangga Diptera maupun ,ymenoptera !."0oy et al., 1288#.
Serangga inang utama -. bassiana yang dilaporkan oleh Plate !123*# antara lainB kutu
pengisap !aphid#, kutu putih !whitefly#, belalang, hama pengisap, lalat, kumbang, ulat, thrips,
5
tungau, dan beberapa spesies uret. Sedangkan habitat tanamannya mulai tanaman kedelai, sayur-
sayuran, kapas, jeruk, buah-buahan, tanaman hias, hingga tanaman-tanaman hutan. .ekanisme
infeksi dimulai dari melekatnya konidia pada kutikula serangga, kemudian berke"ambah dan
tumbuh di dalam tubuh inangnya. ,unt et al. !128F# menyatakan bahwa perke"ambahan konidia
"endawan baik pada integumen serangga maupun pada media buatan umumnya membutuhkan
nutrisi tertentu, seperti glukosa, glukosamin, khitin, tepung, dan nitrogen, terutama untuk
pertumbuhan hifa !5homas et al., 1283#.
/ingdom B Dungi
Dilim B As"omy"ota
/elas B Sordariomy"etes
Crdo B ,ypo"reales
Damili B 0lai"ipita"eae
Eenus B -eaueria
Spesies B -. bassiana
-eberapa strain isolat -.bassiana yang dikoleksi saat ini adalah berasal dari berbagai
spesies serangga hama yang merupakan inang spesifiknya. Semua isolat telah diuji di
aboratorium pada ulat ,.armigera dan ternyata dua diantaranya menunjukkan irulensi tinggi .
B. bassiana memproduksi toksin yang disebut beaueri"in !/uGera dan SamHiIJkoJ, 12*8#.
Antibiotik ini dapat menyebabkan gangguan pada fungsi hemolimfa dan nukleus serangga,
sehingga mengakibatkan pembengkakan yang disertai pengerasan pada serangga yang terinfeksi.
Selain se"ara kontak, -. bassiana juga dapat menginfeksi serangga melalui inokulasi atau
kontaminasi pakan. -roome et al. !123*# menyatakan bahwa <3K dari konidia B. bassiana yang
di"ampurkan ke dalam pakan semut api, Selenopsis ri"hteri, berke"ambah di dalam saluran
pen"ernaan inangnya dalam waktu 3( jam, sedangkan hifanya mampu menembus dinding usus
antara *)-3( jam. Di dalam tubuh inangnya "endawan ini dengan "epat memperbanyak diri
hingga seluruh jaringan serangga terinfeksi. Serangga yang telah terinfeksi -. bassiana biasanya
akan berhenti makan, sehingga menjadi lemah, dan kematiannya bisa lebih "epat. Serangga yang
mati tidak selalu disertai gejala pertumbuhan spora. 0ontohnya, aphid yang terinfeksi -.bassiana
hanya mengalami pembengkakan tanpa terjadi perubahan warna. Demikian pula tempayak lalat
yang terinfeksi -. bassiana sering ditemukan se"ara berkelompok pada ujung-ujung rerumputan
!Plate, 123*#.
6
/ematian serangga biasanya disebabkan oleh kerusakan jaringan se"ara menyeluruh, dan
atau karena toksin yang diproduksi oleh "endawan. .enurut 0heung dan Erula !128(#, penyakit
white mus"ardine yang menyerang saluran pen"ernaan ,eliothis 'ea mengakibatkan gangguan
nutrisi hingga kematian. Ulat yang terbunuh tubuhnya akan berwarna putih karena ditumbuhi
konidia -. bassiana. ;umlah konidia yang dapat dihasilkan oleh satu serangga ditentukan oleh
besar ke"ilnya ukuran serangga tersebut. Setiap serangga terinfeksi -. bassiana akan efektif
menjadi sumber infeksi bagi serangga sehat di sekitarnya. Seperti "endawan lain, perrtumbuhan
B. bassiana juga sangat ditentukan oleh kelembapan lingkungan. 6amun demikian, "endawan ini
juga memiliki fase resisten yang dapat mempertahankan kemampuannya menginfeksi inang pada
kondisi kering. /eberadaan epi'ootiknya di alam menyebabkan -. bassiana se"ara "epat
menginfeksi populasi serangga hingga menyebabkan kematian. Selain itu, kemampuan
penetrasinya yang tinggi pada tubuh Ulat menyebabkan "endawan ini juga dengan mudah
menginfeksi ulat hama pengisap, seperti aphid !Aphis sp.# dan kutu putih -emisia spp. yang
tidak mudah terinfeksi oleh bakteri maupun irus.
Daktor lingkungan, terutama kelembaban dan temperatur serta sedikit "ahaya sangat
penting perannya dalam proses infeksi dan sporulasi "endawan entomopatogen !%oberts dan
0ampbell, 1233A ."0oy et al., 1288#. 5emperatur optimum untuk perkembangan, patogenisitas,
dan kelulusan hidup "endawan umumnya antara ()-<)=0 !."0oy et al., 1288#. Untuk
perke"ambahan konidia dan sporulasi pada permukaan tubuh serangga dibutuhkan kelembaban
sangat tinggi !L 2)K %,#, terutama kelembaban di lingkungan mikro sekitar konidia sangat
penting perannya dalam proses perke"ambahan dan produksi konidia !.illstein et al., 128<A
6ordin et al., 128<#. 5etapi sebaliknya untuk melepaskan konidia -. bassiana dari konidifor
hanya dibutuhkan kelembaban sekitar 4)K !Eottwald dan 5edders, 128(#.
.eskipun pengaruh "ahaya terhadap infeksi "endawan belum diketahui se"ara jelas,
tetapi intensitas sinar ultraiolet tertentu dapat merusak konidia "endawan !0allaghan, 12*2#.
Du+a !1283# menyatakan bahwa intensitas "ahaya matahari dengan rata-rata panjang gelombang
antara (2)-F)) nm "ukup efektif menurunkan persistensi deposit konidia pada pertanaman.
Sementara $gnoffo et al. !1233# mengemukakan bahwa waktu paruh !half-life# sebagian besar
spora "endawan yang terekspos "ahaya buatan dengan panjang gelombang mendekati panjang
7
gelombang sinar matahari !(2)-F)) nm# hanya sekitar 1-F jam, tetapi kenyataannya di lapang
waktu paruh dapat men"apai lebih dari F jam.
Umumnya "endawan entomopatogen membutuhkan lingkungan yang lembab untuk dapat
menginfeksi serangga, oleh karena itu epi'ootiknya di alam biasanya terbentuk pada saat kondisi
lingkungan lembab atau basah. /eefektifan -. bassiana menginfeksi serangga hama tergantung
pada spesies atau strain "endawan, dan kepekaan stadia serangga pada tingkat kelembaban
lingkungan, struktur tanah !untuk serangga dalam tanah#, dan temperatur yang tepat. Selain itu,
harus terjadi kontak antara spora B. bassiana yang diterbangkan angin atau terbawa air dengan
ulat inang agar terjadi infeksi. Plate !123*# juga menyatakan bahwa epi'ootik "endawan yang
terbentuk se"ara alami efektif mengendalikan populasi aphid, tempayak lalat yang menyerang
perakaran tanaman, belalang, dan thrip, disamping juga potensial sebagai faktor mortalitas utama
aphid yang menyerang kentang dan tanaman inang lainnya. /onidia merupakan unit B. bassiana
yang paling infektif dan stabil untuk aplikasi di lapang dibandingkan dengan hifa maupun
blastosporanya !Soper dan 7ard, 1281A Deng et al., 122F#. /onidia yang diaplikasikan dapat
berupa suspensi !tidak diformulasi#, formulasi butiran, dan bentuk pellet, dan ketiganya
memperlihatkan hasil pengendalian yang "ukup nyata. Stima" et al. !122<# menyatakan bahwa
aplikasi konidia -. bassiana dengan "ara sprinkle dan disemprotkan pada permukaan tanah
sangat efektif menyebabkan mortalitas hama sasaran. .ortalitas hama semut api, Selenopsis
ini"ta, yang dikendalikan dengan -. bassiana tertinggi mulai <-8 hari setelah perlakuan.
Sedangkan enkapsulasi !pellet# konidia -. bassiana dengan menggunakan kalsium alginat juga
efektif meningkatkan mortalitas S. ini"ta !7hite, 1224#, karena enkapsulasi menyebabkan
konidia lebih stabil di dalam tanah.
-eberapa senyawa metabolit sekunder diproduksi oleh B. bassiana, seperti beaueri"in,
bassianin, bassia"ridin, bassianolide, beauerolides, tenellin, dan oosporein !Strasser et al., ()))A
9ey et al., ())1A Muesada-.oraga dan 9ey, ())F#. Senyawa metabolit sekunder ini dapat
dihasilkan oleh -. bassiana pada epi'ootik di alam !tanah# maupun pada epi'ootik buatan !di
laboratorium#. .eskipun demikian, hingga saat ini belum ada laporan tentang ter"emarnya rantai
makanan oleh senyawa metabolit sekunder, atau terakumulasi di alam sebagai limbah epi'ootik
-. bassiana !9ey et al., ())1#.
8
Penggunaan B. bassiana dalam pengendalian hama telah diuji se"ara luas di berbagai
negara. ,asil uji toksikologi terhadap salah satu produk -. bassiana, -otanigard, menunjukkan
bahwa produk tersebut tidak menimbulkan dampak negatif yang berhubungan dengan
patogenisitas dan toksisitasnya, sehingga produk tersebut digunakan se"ara aman selama lebih
dari 1) tahun di Amerika Serikat dan juga di beberapa negara lain !US :PA, ())*#.
0endawan -. bassiana memiliki kisaran inang sangat luas, sehingga kurang selektif terhadap
inang sasaran. ,al ini memungkinkan -. bassiana dapat menginfeksi serangga bukan sasaran
atau serangga berguna. 6amun, Plate !123*# mengungkapkan bahwa tingkat kepekaan serangga
bukan sasaran terhadap infeksi -. bassiana sangat ditentukan oleh irulensi dan patogenisitas
"endawan, serta spesies serangga inang. Selain itu, perbedaan fisiologis dan ekologis inang juga
mempengaruhi infeksi -. bassiana. .isalnya, serangga bukan sasaran yang mudah terinfeksi -.
bassiana di laboratorium tidak akan serta merta terinfeksi pada kondisi lapang. &udwig dan
Cetting !())1# menegaskan bahwa beberapa serangga musuh alami yang peka terhadap infeksi
-. bassiana di laboratorium ternyata mengalami infeksi sangat rendah pada uji di rumah ka"a.
Disamping itu, hasil uji ekotoksikologi terhadap produk -otanigard menunjukkan bahwa risiko
se"ara ekologis yang diperlihatkan oleh serangga bukan sasaran yang diperlakukan dengan
formulasi -. bassiana sangat rendah !US :PA, ())*#.
Dihubungkan dengan keamanan se"ara hayati, "endawan entomopatogen dikelompokkan
menjadi "endawan dengan kisaran inang spesifik dan yang kisaran inangnya luas !.a"&eod,
12*<#. 0endawan yang memiliki kisaran inang spesifik umumnya menjadi parasit sejati !obligat#
dan bersifat sangat irulen tarhadap inang. Sebaliknya yang kisaran inangnya luas sebagian besar
merupakan patogen fakultatif, bersifat saprofit, dan "enderung kurang patogenik !Eoettel et al.,
122)#, dan biasanya irulensinya tinggi hanya pada spesies inang dari mana "endawan tersebut
pertama kali diisolasi. 0ontoh, -. bassiana yang diisolasi dari ulat ,. armigera akan lebih
patogenik pada inangnya tersebut dibanding dengan inang-inangnya yang lain. Selain itu,
"endawan yang kisaran inangnya lebih luas justru menjadi lebih spesifik menginfeksi inang jika
di lapang. ,al ini dapat terjadi kemungkinan karena dipengaruhi oleh interaksi antara faktor
abiotik dan biotik di lapang, sehingga serangga yang mudah terinfeksi di laboratorium belum
tentu mudah juga terinfeksi di lapang. Cleh karena itu, kemungkinan terinfeksinya serangga
bukan sasaran oleh -. bassiana di lapang sangat ke"il. Dengan demikian, aplikasi -. bassiana di
lapang "enderung aman bagi musuh alami atau serangga berguna lainnya. $nfeksi -. bassiana
9
pada manusia sangat jarang terjadi. .eskipun demikian, dilaporkan ada dua kasus infeksi -.
bassiana yang menyebabkan mikosis pada manusia !,enke et al., ())(A 5u"ker et al., ())F#.
6amun infeksi tersebut terjadi pada kondisi kesehatan manusia yang sangat buruk akibat
penyakit leukimia akut.
0ukup banyak tersedia bahan untuk media alami perbanyakan -. bassiana, antara lainB
beras, gandum, kedelai, jagung, padi-padian, sorghum, kentang, roti, dan ka"ang-ka"angan.
-ahan mana yang akan digunakan tergantung pada beberapa faktor, termasuk kemudahan
memperoleh bahan tersebut, biaya, dan strain isolat yang akan diperbanyak. Dalam perbanyakan
-. bassiana dengan bahan-bahan alami, untuk menghasilkan konidia dalam jumlah maksimal
diperlukan media dengan partikel yang permukaannya lebih luas. -ahan media yang "enderung
menggumpal akan memiliki luas permukaan yang sempit, sehingga produksi konidia juga
sedikit. .edia yang ideal adalah media yang tidak hanya mempunyai partikel dengan permukaan
luas, tetapi juga yang dapat mempertahankan keutuhan partikel selama proses produksi !.ahea
et al., 128FA -radley et al., 122(#.
Dalam perbanyakan, temperatur inkubasi dan "ahaya sangat menentukan produktiitas
konidia. 5emperatur optimal setiap "endawan berariasi tidak saja antar spesies, tetapi juga antar
isolat !5homas dan ;enkins, 1223A Alasoadura, 12*<#. 5emperatur optimal untuk perke"ambahan
konidia adalah (4-<)=0, dengan temperatur minimum 1)=0 dan maksimum <(=0. Sedangkan p,
optimal untuk pertumbuhan adalah 4,3-4,2, tapi idealnya p, 3-8 !Eoral dan &appa, 123(#.
-eberapa "endawan membutuhkan "ahaya untuk proses sporulasi, sedangkan "endawan lainnya
tidak terpengaruh oleh "ahaya. 5etapi ada pula "endawan yang ssporulasinya terhambat pada
tingkat intensitas "ahaya tertentu !9ouk dan /las, 12<1#. Penelitian terdahulu membuktikan
bahwa -. bassiana yang diproduksi di lingkungan tanpa "ahaya !gelap# konidianya "enderung
berukuran lebih besar dan lebih irulen dibanding yang diproduksi pada tempat terang
!,umphreys et al., 1282A 7illiams, 1242#. ,al ini penting sebagai bahan pertimbangan dalam
memilih kemasan yang sesuai apabila biakan "endawan harus dibawa ke luar areal perbanyakan.
Selain itu yang lebih penting dalam perbanyakan -. bassiana untuk skala komersial adalah
kesesuaian produk dengan teknik formulasi dan aplikasinya.
Umumnya produk B. bassiana diformulasi dalam bentuk bubuk !powder# dan merupakan
formulasi paling efektif memi"u kontak dengan hama sasaran !Stima" et al., 122<#. Dormulasi -.
10
bassiana berupa pellet hasil enkapsulasi miselium selain efektif untuk meningkatkan mortalitas
hama juga untuk mengurangi kompetisi dengan mikroba lain, sehingga meningkatkan daya hidup
-. bassiana !7hite, 1224#.
2.!. Ulat Jengkal
Ulat jengkal Plusia sp memiliki beberapa nama daerah seperti ulat lompat, ulat kilan, ulat
jengkal semu dan ulat keket. Spesies ulat jengkal yang menyerang ka"ang panjang adalah Plusia
chalcites esper atau Chrydeixis chalcites esper. 0iri-"iri tubuhnya A berwarna hijau dan terdapat
garis berwarna lebih muda pada sisi sampingnya. Panjang tubuhnya sekitar ( "m. 0iri khasnya
adalah berjalan dengan melompat atau melengkungkan tubuhnya. &ama masa ulat ( minggu
sebelum menjadi kepompong. $magonya berupa ngengat yang mampu bertelur sampai 1)))
butir. 5elurnya berbentuk bulat putih. 5elur-telur terdapat di permukaan bawah daun yang akan
menetas setelah < hari.
Ulat jengkal menyerang daun muda maupun tua. Ulat ini juga menyerang pu"uk tanaman
dan polong muda. Daun pada mulanya tampak berlubang-lubang tidak beraturan. Pada tahap
selanjutnya, tinggal tersisa tulang-tulang daun saja. Pada tingkat berat, daun akan habis sehingga
menimbulkan kerugian "ukup besar.
/lasifikasi ilmiah Ulat ;engkal A
/ingdom B Animalia
Phylum B Arthropoda
0lass B $nse"ta
Crdo B &epidoptera
Damily B 6o"tuidae
Eenus B Plusia
Spesies B Plusia chalcites
11
BAB III
"ET#DE P$AKTIKU"
.etode /egiatan Praktikum dilaksanakan pada 5anggal A (2 6oember ()11, &okasi A
&aboratorium ,ama Dakultas Pertanian Uniersitas %iau, 7aktu A 1).)) s/d 1).F4 7$-.
!.1. Ba%an &an Alat
-ahan yang dipakai dalam kegiatan praktikum tersebut adalah Ulat ;engkal, Starter
Beauveria bassiana !--#, Air. Peralatan yang di pakai adalah 6ampan, -otol, 0orong, Eelas
Ukur, Sprayer, Pinset, 5oples.
!.2. Pr'e&ure Kerja
Pisahkan ulat jengkal dengan daun.
.asukan Ulat tersebut kedalam nampan, pilih ulat yang tidak terlalu besar dan tidak
terlalu ke"il sebanyak 1) ekor
.asukan daun/pu"uk trambesi kedalam toples dan dilanjutkan dengan memasukan ulat
yang sudah di pilih tadi dan diamkan selama 1) menit.
Ambil larutan Beauveria bassiana !--# yang sudah dilarutkan dalam 1) ml air,
sebanyak F) gr hingga *) gr untuk lima kali perlakuan.
Semprotkan larutan tersebut dengan menggunakan sprayer ke toples yang sudah di isi
ulat tadi sebanyak 14 kali semprotan.
5utup toples tersebut dengan kain kasa.
Amati kematian !mortalitas# ulat jengkal tersebut per jam.
12
Pindahkan Ulat yang telah mati tadi kedalam 0awan Petri yang sudah di alasi dengan
tissue yang sudah di senprot sebelumnya agar kelembaban terjaga serta memudahkan
dalam pengamatan tanda-tanda yang di mu"ulkan setelah kematian Ulat.
BAB I(
HASIL DAN PE"BAHASAN
).1. Hail
5abel 1. ,asil Pengamatan Angka /ematian Ulat ;engkal dengan Program SPSS
AN#(A
Sum of
S>uares df
.ean
S>uare D Sig.
Ulangan -etween
Eroups
4.248 F 1.F2) . .
7ithin Eroups .))) 12 .)))
5otal 4.248 (<
Pengamata
n
-etween
Eroups
1F.4)F F <.*(* (.F<4 .)84
7ithin Eroups (*.8)) 18 1.F82
5otal F1.<)F ((
Pengamatan
Dun"an
Perlakuan 6
Subset for alpha N .
)4
1 (
pF 4 .8)
p( F (.)) (.))
p1 F (.4) (.4)
p< F (.4) (.4)
p4 * <.))
13
Sig. .)3) .(34
.eans for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses ,armoni" .ean Sample Si'e N F.F38.
b 5he group si'es are une>ual. 5he harmoni" mean of the group si'es is used. 5ype $ error leels
are not guaranteed.
14
p5 p4 p3 p2 p1
3
2.5
2
1.5
1
0.5
M
e
a
n

o
f

P
e
n
g
a
m
a
t
a
n
p5 p4 p3 p2 p1
1.8
1.5
1.2
M
e
a
n

o
f

U
l
a
n
g
a
n
15
5abel (. ,asil Pengamatan Awal /ematian Ulat ;engkal Pada Ulangan ke 1
Erafik 1. ,asil Awal /ematian Ulat ;engkal pada tanaman 5rembesi pada Ulangan $
5abel <. ,asil Pengamatan Awal /ematian Ulat ;engkal Pada Ulangan ke $$
Perlakuan
;am
/ematian
;umlah
/ematian
,ari
/e-
F) gram 2( 3 F
F4 gram 4* 4 <
16
Perlakuan
;am
/ematian
;umlah
/ematian
,ari
/e-
F) gram * ( 1
F4 gram ( < 1
4) gram < 1 1
44 gram 1 F 1
*) gram 4 < 1
4) gram <) ( (
44 gram F ( 1
*) gram ( 8 1
Erafik (. ,asil Awal /ematian Ulat ;engkal pada Ulangan ke $$
5abel F. Persentase .ortalitas Pada Ulangan $ , Perlakuan F) gram
,ari ke- ;umlah /ematian K .ortalitas
1 < <)K
( < <)K
< < <)K
F 1 1)K
5abel 4. Persentase .ortalitas Pada Ulangan $ , Perlakuan F4 gram
,ari ke- ;umlah /ematian K .ortalitas
1 ( ()K
( ( ()K
< ( ()K
17
F ( ()K
5abel *. Persentase .ortalitas Pada Ulangan $ , Perlakuan 4) gram
,ari ke- ;umlah/ematian K .ortalitas
1 < <)K
( F F)K
< 1 1)K
F ( ()K
5abel 3. Persentase .ortalitas Pada Ulangan $ , Perlakuan 44 gram
,ari ke- ;umlah /ematian K .ortalitas
1 F F)K
1 < <)K
< 1 1)K
F ( ()K
5abel 8. Persentase .ortalitas Pada Ulangan $ , Perlakuan *) gram
,ari ke- ;umlah /ematian K .ortalitas
1 < <)K
( F F)K
< ( ()K
F 1 1)K
5abel 2. Persentase .ortalitas Pada Ulangan $$ , Perlakuan F) gram
,ari ke- ;umlah /ematian K .ortalitas
F 3 3)K
18
4 ( ()K
* 1 1)K
5abel 1). Persentase .ortalitas Pada Ulangan $$ , Perlakuan F4 gram
,ari ke- ;umlah /ematian K .ortalitas
< 4 4)K
F < <)K
4 ( ()K
5abel 11. Persentase .ortalitas Pada Ulangan $$ , Perlakuan 4) gram
,ari ke- ;umlah /ematian K .ortalitas
( ( ()K
< < <)K
F < <)K
4 ( ()K
5abel 1(. Persentase .ortalitas Pada Ulangan $$ , Perlakuan 44 gram
,ari ke- ;umlah /ematian K .ortalitas
1 ( ()K
( - -
< 4 4)K
F < <)K
5abel 1<. Persentase .ortalitas Pada Ulangan $$ , Perlakuan *) gram
,ari ke- ;umlah /ematian K .ortalitas
19
1 8 8)K
( ( ()K
%umus
K 1)) K
!"i !lat
Mati !lat
Mortalitas =
).2. Pemba%aan
-erdasarkan hasil pengamatan yang didapatkan dari kegiatan praktikum tersebut maka
Pengendalian Ulat ;engkal pada tanaman 5rembesi dengan menggunakan entomopatogen
Beauveria bassiana dari hasil pengolahan data menggunakan SPSS adalah %A& dengan satu
faktorial maka diperoleh bahwa dosis 44 gram dan *) gram Beuvaria bassiana merupakan dosis
yang paling efektif digunakan untuk mengendalikan hama ulat jengkal pada tanaman trembesi.
Dapat dilihat dari data 5abel Anoa yang menunjukkan Signifi"ant, karena D ,itung L D 5abel.
Sehingga pengendalian hama ulat jengkal menggunakan Beuvaria bassiana dengan dosis 44
gram pada perlakuan ke $9 Ulangan $, dan Perlakuan ke 9 Ulangan $$ dengan dosis *) gram,
yang paling tepat untuk direkomendasikan.
Untuk awal angka kematian ulat jengkal pada tanaman trembesi pada ulangan $
menunjukkan angka kematian 8 ekor yang paling "epat pada jam ke 1 hari ke 1, ulangan $ pada
perlakuan $9 dosis 44 gram -.bassiana. Sedangkan pada awal kematian ulat jengkal ulangan $$
rekomendasi yang paling baik sesuai dengan pengolahan data SPSS adalah pada perlakuan ke 9
dosis *) gram, dengan angka kematian 8 ekor, jam ke ( hari ke 1.
;ika di bandingkan dengan perlakuan yang lain memang terlihat nyata bahwa adanya
pengaruh pemberian entomopatogen dari starter -.bassiana yang digunakan sebagai
entomopatogen pengedalian ulat jengkal pada tanaman trembesi. /arena pada semprotan yang
20
disemprot pada daun trembesi yang sudah di masukkan ulat jengkal menunjukkan dan
menimbulkan adanya gejala-gejala !tanda-tanda# dari reaksi tubuh ulat jengkal itu sendiri.
Seperti dengan adanya perubahan warna pada kulit badan ulat jengkal menjadi lebih pu"at warna
tubuhnya akibat adanya "airan hifa dari konidia "endawan -.bassiana yang menutupinya. &alu
terlihat pula adanya perubahan bentuk pada fisik tubuh ulat jengkal ini menjadi membengkak.
B. bassiana memproduksi toksin yang disebut beaueri"in !/uGera dan SamHiIJkoJ,
12*8#. Antibiotik ini dapat menyebabkan gangguan pada fungsi hemolimfa dan nukleus Ulat,
sehingga mengakibatkan pembengkakan yang disertai pengerasan pada ulat yang terinfeksi.
/ematian serangga biasanya disebabkan oleh kerusakan jaringan se"ara menyeluruh, dan atau
karena toksin yang diproduksi oleh "endawan. .enurut 0heung dan Erula !128(#, penyakit
white mus"ardine yang menyerang saluran pen"ernaan ,eliothis 'ea mengakibatkan gangguan
nutrisi hingga kematian.
Ulat yang terbunuh tubuhnya akan berwarna putih karena ditumbuhi konidia -. bassiana.
;umlah konidia yang dapat dihasilkan oleh satu ulat jengkal ditentukan oleh besar ke"ilnya
ukuran ulat tersebut. Setiap ulat terinfeksi -. bassiana akan efektif menjadi sumber infeksi bagi
ulat jengkal sehat di sekitarnya. Seperti "endawan lain, perrtumbuhan B. bassiana juga sangat
ditentukan oleh kelembapan lingkungan. 6amun demikian, "endawan ini juga memiliki fase
resisten yang dapat mempertahankan kemampuannya menginfeksi inang pada kondisi kering.
/eberadaan epi'ootiknya di alam menyebabkan -. bassiana se"ara "epat menginfeksi populasi
ulat hingga menyebabkan kematian. Selain itu, kemampuan penetrasinya yang tinggi pada tubuh
Ulat menyebabkan "endawan ini juga dengan mudah menginfeksi ulat hama pengisap, seperti
aphid !Aphis sp.# dan kutu putih -emisia spp. yang tidak mudah terinfeksi oleh bakteri maupun
irus.
Umumnya "endawan entomopatogen seperti -.bassiana membutuhkan lingkungan yang
lembab untuk dapat menginfeksi serangga, oleh karena itu epi'ootiknya di alam biasanya
terbentuk pada saat kondisi lingkungan lembab atau basah. /eefektifan -. bassiana menginfeksi
serangga hama tergantung pada spesies atau strain "endawan, dan kepekaan stadia serangga pada
tingkat kelembaban lingkungan, struktur tanah !untuk serangga dalam tanah#, dan temperatur
21
yang tepat. Selain itu, harus terjadi kontak antara spora B. bassiana yang diterbangkan angin atau
terbawa air dengan ulat inang agar terjadi infeksi.
0ara "endawan Beauvaria bassiana menginfeksi tubuh serangga dimulai dengan kontak
inang, masuk ke dalam tubuh inang, reproduksi di dalam satu atau lebih jaringan inang,
kemudian kontak dan menginfeksi inang baru. B. bassiana masuk ke tubuh serangga inang
melalui kulit, saluran pen"ernaan, spirakel dan lubang lainnya. $nokulum jamur yang menempel
pada tubuh serangga inang akan berke"ambah dan berkembang membentuk tabung ke"ambah,
kemudian masuk menembus kulit tubuh. Penembusan dilakukan se"ara mekanis dan atau
kimiawi dengan mengeluarkan en'im atau toksin. Pada proses selanjutnya, jamur akan
bereproduksi di dalam tubuh inang. ;amur akan berkembang dalam tubuh inang dan menyerang
seluruh jaringan tubuh, sehingga serangga mati. .iselia jamur menembus ke luar tubuh inang,
tumbuh menutupi tubuh inang dan memproduksi konidia. Dalam hitungan hari, serangga akan
mati. Serangga yang terserang jamur B. bassiana akan mati dengan tubuh mengeras seperti
mumi dan jamur menutupi tubuh inang dengan warna putih.
Dalam infeksinya, B. bassiana akan terlihat keluar dari tubuh ulat jengkal terinfeksi
mula-mula dari bagian alat tambahan !apendages# seperti antara, antara segmen kepala dengan
toraks , antara segmen toraks dengan abdomen dan antara segmen abdomen dengan "auda !ekor#.
Setelah beberapa hari kemudian seluruh permukaan tubuh ulat yang terinfeksi akan ditutupi oleh
massa jamur yang berwarna putih. Ulat ;engkal yang telah terinfeksi B.bassiana selanjutnya
akan mengkontaminasi lingkungan seprti pada daun trembesi didalam nampan, baik dengan "ara
mengeluarkan spora menembus kutikula keluar tubuh inang, maupun melalui fesesnya yang
terkontaminasi. Ulat sehat kemudian akan terinfeksi.
Perlakuan terbaik untuk angka kematian ulat jengkal terlihat pada tabel 1<. ,asil
pengamatan persentase mortalitas yang paling "epat dan tinggi angka kematiannya ialah pada
Ulangan $$, perlakuan ke 9 dosis *) gram. Disini terlihat bahwa angka kematian ulat jengkal
mati 8 ekor dengan persentase mortalitasnya 8)K di ulangan $$ tepatnya hari pertama.
Sedangkan pada ulangan $, perlakuan terbaik yang diberikan ialah pada dosis 44 gram
-.bassiana, hari pertama sebanyak F ekor dengan persentase mortalitasnya F)K.
22
Dengan demikian jika dilihat dari setiap tabel pengamatan yang di tunjukkan maka,
semakin tinggi angka kematian ulat jengkal pada tanaman trembesi pada berbagai perlakuan
sebanyak lima perlakuan dan dua ulangan yang di lakukan berbanding lurus dengan ;am
kematian yang lebih "epat, dengan artian kata lain bahwa pada jam kematian yang dilihat adalah
jam kematian yang paling "epat membunuh ulat jengkal akibat toksik/ra"un berupa hifa dari
entomopatogen -.bassiana pada perbandingan pengamatan untuk perlakuan dan ulangan satu
dengan lainnya. Sehingga di dapatkan hasil kerja dari efek toksisitas/ra"un toksin yang disebut
beaueri"in !/uGera dan SamHiIJkoJ, 12*8#. Antibiotik ini dapat menyebabkan gangguan pada
fungsi hemolimfa dan nukleus ulat jengkal, sehingga mengakibatkan pembengkakan yang
disertai pengerasan pada ulat yang terinfeksi.
Sedangkan jika dilihat pada Erafik1 dan grafik (. Awal kematian ulat, yang di lihat
sebagai perlakuan terbaik dan ter"epat adalah dari garis yang terbawah/ paling bawah. Erafik
tersebut memamg menunjukkan keterbalikkan, dimana semakin tinggi jumlah kematian ulat
pada jam kematian yang paling awal dan yang paling "epat itu terlihat pada angka grafik yang di
tunjukkan pada garis terbawah.
BAB (
KESI"PULAN DAN SA$AN
*.1. Keim+ulan
-erdasarkan hasil pengamatan data yang di peroleh dari kegiatan praktikum maka
diperoleh kesimpulan bahwa pengendalian ulat jengkal yang bersifat merugikan tanaman
trembesi yang memiliki banyak manfaat salah satunya sebagai tanaman peneduh ini degna
menggunakan entomopatogen -.bassiana mampu menginfeksi ulat jengkal dengan "ara
mengeluarkan "airan konidia berupa hifa dari "endawan tersebut hingga mengakibatkan ulat
tera"uni dan hingga mati. Eejala yang di tujukkan pada ulat adalah dengan warna tubuh yang
23
berubah menjadi lebih pu"at, bentuk tubuh ulat menjadi membengkak dan mengeras. /arena
pada -.bassiana mengandung toksisitas/ra"un toksin yang disebut beaueri"in !/uGera dan
SamHiIJkoJ, 12*8#. Antibiotik ini dapat menyebabkan gangguan pada fungsi hemolimfa dan
nukleus ulat jengkal, sehingga mengakibatkan pembengkakan yang disertai pengerasan pada ulat
yang terinfeksi. Ulat yang terbunuh tubuhnya akan berwarna putih karena ditumbuhi konidia -.
bassiana. ;umlah konidia yang dapat dihasilkan oleh satu ulat ditentukan oleh besar ke"ilnya
ukuran ulat tersebut. Setiap ulat terinfeksi -. bassiana akan efektif menjadi sumber infeksi bagi
ulat sehat di sekitarnya. Seperti "endawan lain, perrtumbuhan B. bassiana juga sangat ditentukan
oleh kelembapan lingkungan. Pada awal kematian ulat di tunjukkan yang terbaik pada ulangan $,
perlakuan $9 dosis 44 gram pada jam kematian ke 1, hari pertama sebanyak F ekor, dan pada
ulangan ke $$ yang terbaik untuk awal kematian ulat pada perlakuan 9 dosis *) gram, hari
pertama, jam ke 1 sebanyak 8 ekor.
*.2. Saran
Sebaiknya di anjurkan suhu yang terjaga kelembabannya untuk menggunakan Beauveria
bassiana sebagai :ntomopatogen yang dapat dijadikan untuk mengendalikan Ulat ;engkal pada
tanaman 5rembesi. Beauveria bassiana se"ara alami terdapat di dalam tanah sebagai jamur
saprofit. 7aktu aplikasinya adalah pada pagi hari. Pada suhu di atas <) =0.
DA,TA$ PUSTAKA
Soetopo,De"iyanto dan $ga $ndrayani. ())3. Status 5eknologi dan Prospek -eaueria bassiana
Untuk Pengendalian Serangga ,ama 5anaman Perkebunan Oang %amah &ingkungan. -alai
Penelitian 5anaman 5embakau dan Serat. Prospektif 9olume * 6omor 1, ;uni ())3 B (2 P F*
httpB//worldkids.wordpress."om/trembesi-samane-saman-tanaman-pelindung-yang-terlupakan/
24
Sri-Sukamto dan /elik yuliantoro. ())*. Pengaruh Suhu Penyimpanan 5erhadap 9iabilitas
-eaueria bassiana !-als.# 9uill. Dalam -eberapa Pembawa. Pelita Perkebunan ())*, ((!1#, F)
Q43.
httpB//www.antaranews."om/berita/(32F*F/trembesi-sepanjang-pantura-jateng-anti-gagal
5risawa dan &aba. ())*. /eefektifan -eaueria bassiana dan Spi"aria sp. 5erhadap /epik %enda
&ada Di"ono"oris hewetti !D$S5.# !,:.$P5:%AB 5$6E$DA:#. -alai Penelitian 5anaman Cbat
dan Aromatik. -ul. &ittro. 9ol. R9$$ 6o. (, ())*, 22 P 1)*.
httpB//hamautama.blogspot."om/())3S)2S)1Sar"hie.html
httpB//saungsumberjambe.blogspot."om/()11/)4/pestisida-nabati-F.html
men"holeo.wordpress."om/())8/)1/13/beaueria-bassiana-pengendaali-ulat jengkal/
httpB//www.uoguelph."a/Tgbarron/.$S0:&&A6:CUS/no)1.htm
httpB//perkebunan.litbang.deptan.go.id/upload.files/Dile/publikasi/perspektif/Perp ol-8 no-(
())2/perkebunanSperspektif 8 !(# ())2S1Sde"i.pdf
25

Anda mungkin juga menyukai