Anda di halaman 1dari 1

Khultum Ramadhan/Senin,7Juli2014 ArifRanu

Bismillahirahmannirrohim
Alhamduillahirobilngalamin, ashaduallaillahaillalloh waashaduannamuhammdarosululloh allohumma sholialla
Muhammad-wangalaalimuhammad. Amabadu.

Pujisyukur kehadirat Alloh SWT yg telah memberikan kesempatan kita untuk menghadiri sholat isyak
fainsyaalloh dilanjutkan sholat tarawih bersama-sama, serta taklupa sholawat serta salam kepada junjungan kita
nabi Muhammad SAW yang telah membebaskan kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yg terang benderang.

Jamaah sekalian.
Dahulu kala di kota Madinah yang damai. Beberapa orang miskin dari kaum Muhajirin menemui Rasulullah. Di
hadapan Rasululloh tersebut, orang-orang itu mengadukan kegundahan mereka. Tidak dalam nada protes,
hanya sekedar memohon kejelasan.

Wahai Rasulullah, alangkah beruntungnya orang-orang kaya. Mereka bisa berjuang seperti kami, mereka bisa
sholat seperti kami. Tapi mereka bisa berinfaq, shodaqoh serta berzakat dengan kekayaan mereka. Sementara
kami tidak, begitulah keluhan yang mereka sampaikan.

Mendengar pengaduan itu, Rasulullah menjawab dengan kasih sayang.
Rosul : Maukah kalian aku beritahu tentang amalan yang bisa menjadikan diri kalian seperti
mereka?
Kaum muhajirin Miskin : mau ya Rosul.
Rosul : Bacalah tasbih (subhanallah) 33x, tahmid (alhamdulillah) 33x, dan takbir
(Allahu akbar) 33x usai sholat. Apa bila kalian lakukan dengan khusyuk maka amalan
itu mampu melampaui amalan yang dilakukan oleh orang-orang kaya.

Mendengar jawaban Rasulullah tersebut, orang-orang miskin itu merasa lega. Mereka pun membuat sebuah
konferensi kaum muhajirin miskin, merka pun berkata bacaan tasbih, tahmid dan takbir ini kita rahasiakan
hanya untuk kaum miskin, jangan sampai mereka yg kaya mengetahuinya

Tapi, beberapa waktu kemudian, orang-orang kaya juga mendengar tentang amalan yang diajarkan Rasulullah
kepada orang-orang miskin tersebut. Dan, orang-orang kaya itu pun membaca wirid seperti yang dilakukan
orang-orang miskin itu. Mereka mengucapkan tasbih, tahmid, dan takbir setiap usai sholat.

Mendengar hal ini, orang-orang miskin itu kembali menghadap Rasulullah, serta menjelaskan apa yang terjadi.
Bahwa orang-orang kaya juga melakukan apa yang mereka lakukan.Akhirnya Rasulullah pun memberi
jawaban, Itu adalah karunia yang diberikan Allah kepada siapa yang dikehendaki.

Dialog orang-orang miskin itu mungkin hanya sekeping kisah dari keseharian penduduk Madinah. Yang
mengisi hari-hari mereka seperti biasanya. Tapi ada begitu banyak prinsip penting dari kisah itu, yang menjadi
sangat luar biasa untuk ditimbang dalam keseharian kita, saat-saat ini.
Ialah bahwa orang-orang miskin itu tidak mengadukan kemiskinan mereka kepada Rasulullah dalam
perspektif konsumtif. Dengan kata lain, mereka orang-orang miskin, tetapi mereka tidak sedang mengadu
tentang sulitnya makan, sulitnya air, minimnya dinar dan dirham. Mereka mengadukan kemiskinan itu dalam
perspektif produktivitas amal kebaikan. Bahwa mereka merasakan, betapa orang-orang kaya bisa berbuat
kebaikan dengan kekayaan mereka, sementara diri mereka tidak.
Dengan perangai dan mentalitas luhur seperti itu, para Muhajirin yang miskin itu sesungguhnya telah berubah
menjadi orang-orang kaya. Mereka merasa cukup, bila urusannya soal makan dan minum. Mereka orang miskin
yang sesungguhnya kaya. Bukankah makna kaya yang sesungguhnya adalah rasa cukup?

Demikian yang bisa saya sampaikan, kalau ada benarnya semua dari Alloh SWT bila kurangnya semua karena
kesalahan saya pribadi.
Alhamdulillah hirobil alamin, Fastabiqul Qairal, Wassalamuallaikum Wr. Wb.

Anda mungkin juga menyukai