Anda di halaman 1dari 15

ORIENTASI KANCAH

Gambaran Umum
Sebagai SMP negeri yang telah memiliki reputasi yang baik di Semarang,
Bimbingan Konseling pada SMP Negeri 2 Semarang memiliki track record yang
mampu dipertanggungjawabkan. Bimbingan Konseling di SMP Negeri 2 Semarang
menganut prinsip pengembangan diri siswa melalui pelayanan konseling menurut
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP! yang menga"u pada Pola #$ Plus.
Ketika melaksanakan Pola #$ Plus pihak Bimbingan Konseling di Sekolah
menga"u pada % bidang dasar, a! pelayanan dalam bimbingan pribadi, b! bidang
sosial, "! bidang pengembangan belajar, dan d! bidang bimbingan karir dari siswa
di sekolah yang bersangkutan
Kompetensi
BK SMP Negeri 2 Semarang memiliki kompetensi khusus yang harus
dipenuhi untuk menjadi tenaga dalam BK, yaitu adalah lulusan S# jurusan
konseling dan tenaga ahli yang telah mendapat gelar pro&esi pro&esi konselor. 'i
SMP Negeri 2 Semarang terdapat tiga (! tenaga pengisi BK namun hanya satu
satu! tenaga saja yang telah memiliki gelar pro&esi konselor. )al ini berarti dua
dari tiga tenaga pengisi BK di SMP Negeri 2 Semarang masih merupakan lulusan
S# jurusan Psikologi.
Posisi BK di Sekolah
Struktur proses pendidikan dalam SMP Negeri 2 Semarang terdiri atas
pengajaran, bimbingan, dan ekstrakurikuler. Posisi BK dalam proses pendidikan di
SMP Negeri 2 Semarang adalah sejajar dengan posisi guru pengajar di sekolah.
'engan kata lain, ketika guru pengajar melaksanakan tugasnya membina anak
didik dalam hal akademik, maka konselor pada BK sekolah membina anak didik di
bidang pengembangan diri dari anak didik. Pada pelaksanaannya, konselor sekolah
berkoordinasi langsung dengan guru*guru mata pelajaran yang bersangkutan
dibantu dengan pengamatan dari wali kelas. )al ini berarti apabila terdapat anak
didik yang memiliki dan+atau menunjukkan masalah terkait perilaku atau prestasi
1
di sekolah, maka konselor sekolah langsung berkoordinasi dengan pihak guru
pengajar dan wali kelas yang bersangkutan untuk melakukan pengamatan terhadap
anak didik yang bersangkutan. 'engan demikian, BK pada SMP Negeri 2
Semarang merupakan satu kesatuan dalam struktur kependidikan SMP Negeri 2
Semarang.
Struktur Organisasi dan Aktivitas BK di Sekolah
'i dalam BK SMP Negeri 2 Semarang juga memiliki struktur
kepengurusan yang menjelaskan tenaga*tenaga pengisi BK di posisi tertentu yang
memiliki rin"ian tugas*tugas tertentu, seperti pembagian kelas bimbingan.
Berbi"ara mengenai kelas bimbingan, di SMP Negeri 2 Semarang juga terdapat
waktu khusus pada setiap kelas, yaitu satu kali pertemuan di tiap minggu. Perlu
digarisbawahi bahwa pertemuan ini bukan merupakan jam mata pelajaran
melainkan waktu khusus yang disediakan sekolah untuk diisi oleh para konselor
terkait usaha memberikan pelayanan se"ara indi,idu atau kelompok. 'i dalam
pertemuan ini biasanya akan dibahas mengenai isu*isu yang dirasa tengah dialami
oleh peserta didik, ajang men"urahkan uneg-uneg dari anak didik, diskusi untuk
meningkatkan moti,asi belajar anak didik, membantu meme"ahkan masalah,
mengembangkan potensi bakat minat sesuai kondisi anak didik dan proakti&
melalui pemberian pelayanan in&ormasi kepada peserta didik dan pada waktu
tertentu BK bekerja sama dengan kesiswaan dan pihak luar yang terkait, untuk
mengadakan suatu penyuluhan kepada kelompok besar peserta didik. BK milik
SMP Negeri 2 Semarang juga memiliki program khusus yang diterapkan pada
anak*anak didiknya seperti teknik pengembangan belajar mindmaping dan buku
katarsis yang diisi oleh anak*anak didik pada pertemuan tertentu dengan tujuan
untuk menuliskan masalah*masalah yang tengah dihadapi oleh anak didik.
- jenis layanan yang ada di BK berdasarkan empat bidang dasar yang
tersebut diatas, yaitu.
#! /rientasi0 orientasi disini bertujuan sebagai media untuk anak didik mampu
beradaptasi dengan lingkungannya. Biasanya diberikan pada siswa baru
atau siswa yang masih dalam masa orientasi sekolah.
2
/rientasi ini dibagi menjadi dua, yaitu orientasi &isik dan orientasi sosial.
Pertama, orientasi &isik berhubungan dengan keadaan lingkungan, sarana
prasarana sekolah, tata tertib, kurikulum sekolah. Kedua, orientasi sosial
yang berhubungan dengan lingkungan sosialnya, seperti teman dan guru.
2! 1n&ormasi0 in&ormasi yang dimaksudkan adalah pemberian in&ormasi se"ara
umum pada anak didik, lebih konkrit dan detail bukan hanya menggunakan
metode "eramah, bisa menggunakan model.
(! Penempatan dan penyaluran0 hal ini dilakukan dengan menilik kondisi,
minat, bakat, dan potensi dari anak didik sehingga prestasi belajarnya juga
baik. Sebagai "ontoh, dilakukannya rolling tempat duduk yang bertujuan
untuk kesehatan anak, seperti kesehatan mata. Kemudian dengan melihat
minat dan bakat yang dimiliki anak didik, mereka dapat diarahkan untuk
mengikuti studi klub tertentu atau kegiatan ekstra kulikuler non*akademik.
%! Penguasaan konten0 tujuan dari penguasaan konten ini sendiri adalah agar
anak dapat memahami serta menjalankan kewajibannya sehingga ada
perubahan dari kualitas anak.
2! Konseling perorangan0 konseling perorangan lebih kepada bagaimana
seorang konselor mampu mendengarkan dan membantu anak didik untuk
meme"ahkan masalahnya. 3ika ada seorang anak yang sakit atau mengalami
masalah psikologis dan akhirnya berdampak pada prestasi akademiknya,
konselor dapat membantu untuk menyelesaikannya, dan jika memang
diperlukan, bisa ditindaklanjuti dengan melakukan home visit.
4! Konseling kelompok0 konseling kelompok ini dilakukan dengan "ara
mengumpulkan beberapa anak, maksimal #5 anak yang mengalami masalah
yang hampir sama. Salah seorang men"eritakan masalah yang diahadapi
dan yang lainnya memberikan pendapat dan sarannya. 'i sini konselor
bertindak sebagai pemimpin konseling yang mem&asilitasi. Salah satu
tujuan adanya konseling kelompok bagi anak didik adalah menanamkan
konsep menjaga suatu kerahasiaan data.
3
$! Bimbingan kelompok0 bimbingan kelompok lebih menekankan pada
pembahasan kasus dari masalah*masalah umum yang sudah ditentukan oleh
konselornya dan beberapa anak didik tersebut berusah untuk mendapatkan
solusi peme"ahannya.
Selain itu, bimbingan kelompok dapat bertujuan untuk meningkatkan
per"aya diri, kemampuan berkomunikasi, dan kemampuan aserti& pada anak
didik.
6! Konsultasi0 konsultasi ini sendiri bukan hanya dilakukan dengan anak yang
memiliki masalah, tetapi juga dengan orang tua dari anak tersebut, sehingga
konselor bisa mengetahui bagaimana sebab akibat dari perilaku anak.
Selama proses konsultasi ini dilakukan penghimpunan data yang "ukup
mendalam, sehingga masalah atau kasus yang sedang dialami bisa
mendapatkan solusi peme"ahannya.
3ika masalah yang dihadapi anak didik belum bisa mendapatkan suatu
pen"erahan atau menemukan solusi yang tepat, konselor dapat meminta
bantuan dari reveral. Reveral ini bisa saja guru bidang studi, wali kelas,
tenaga ahli, orang tua, atau mungkin beberapa indi,idu yang terkait dengan
masalah yang dihadapai anak didik.
-! Mediasi0 mediasi ini dilakukan ketika suatu kon&lik melibatkan antar
indi,idu. Seperti kon&lik antar anak didik, konselor sebagai mediator harus
mampu menengahi sehingga permasalahan yang menjadi penyebab kon&lik
dapat diketahui akarnya dan pada akhirnya akan berakhir dengan baik.
Mediasi juga bisa dilakukan antara anak dengan orangtua dan konselor
sebagai mediatornya.
Berhasil atau tidaknya proses konseling tersebut, konselor dapat
menge,aluasinya dari penyebaran angket mengenai proses bimbingan yang sudah
berlangsung, bertanya langsung, juga bisa melalui proses pengamatan. Pengamatan
yang dilakukan bisa melalui mengamati perubahan perilaku yang terjadi pada anak
didik setelah dilakukannya proses konseling. 7,aluasi tersebut juga disuguhkan
4
dalam bentuk &ormat pelaporan baik yang si&atnya eksternal bagi pihak yang
terkait dengan anak didik seperti wali kelas, orangtua, atau pengampu mata
pelajaran tertentu yang mungkin memang bersangkutan dengan proses belajar! dan
internal, internal ini sendiri adalah sebagai arsip bagi BK.
KASUS
Siswa 8 merupakan siswa SMP N 2 Semarang berjenis kelamin
perempuan, berumur #2 tahun dan tengah duduk di bangku kelas tiga SMP N 2
Semarang. 8 sebelumnya diketahui merupakan siswa yang baik, ia memiliki
prestasi belajar yang memuaskan, berperilaku baik setiap harinya dan selalu
bertuturkata yang sopan. )ingga akhirnya terlihat bahwa 8 mulai menunjukkan
perilaku yang tidak biasanya. 8 mulai sering terlambat masuk sekolah, nilai*nilai
pelajarannya mulai mengalami penurunan, guru*guru mulai sering mendapati
bahwa 8 sering berkata*kata kasar jika di kelas dan berperilaku kurang sopan.
Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa 8 berasal dari keluarga yang
"ukup berada dengan ekonomi menengah keatas, dan kedua orang tua 8 sama*
sama bekerja. Kemudian diketahui dari wawan"ara yang dilakukan oleh pihak BK
dengan 8 bahwa 8 melakukan hal*hal yang tidak biasanya itu karena 8 ingin
men"ari perhatian dari kedua orangtuanya. 'ari keterangan 8 diketahui bahwa
memang terjadi masalah dalam keluarga 8 yakni kedua orangtuanya tengah
memutuskan untuk ber"erai.
5
TEORI PENDUKUNG
Teori Ekologis
Salah satu teori yang sangat terkenal dari pendekatan sosiokultural adalah
Teori Bioekologi dari 9rie Bron&enbrenner. Teori ini menggambarkan tentang
tingkatan interaksi yang dapat mempengaruhi perkembangan indi,idu. Menurutnya
perkembangan terjadi melalui proses interaksi yang regular, akti&, dua arah antara
indi,idu dan lingkungan sehari*harinya. Proses ini terjadi dalam lima sistem
lingkungan yang saling berkaitan, yaitu.
#. Mikrosistem
Merupakan sistem terdekat dengan indi,idu, dimana indi,idu terlibat dalam
interaksi dua arah dengan orang lain dalam basis kehidupan sehari*hari dan
menjadi agen sosialisasi. Sistem ini terdiri dri keluarga orang tua!, teman
sebaya, sekolah, tempat kerja, dan lingkungan tempat ibadah.
1ndi,idu tidak dipandang sebagai peneima pengalaman yang pasi&, justru
dalam lingkungan ini indi,idu sebagai pelaku akti& karena memang mereka
berinteraksi langsung dengan agen*agen sosial, yaitu misalnya dengan
orantua, teman sebaya dan guru.
6
2. Mesosistem
Merupakan sistem yang menghubungkan dua atau lebih mikrosistem
dimana indi,idu terlibat didalamnya. Misalnya. hubungan antara keluarga
dengan teman sebaya, terjadi kon&lik nilai*nilai yang ditanamkan orang tua
dengan nilai*nilai teman sebayanya. 'alam sistem ini dapat terlihat sikap
dan perilaku yang berbeda dari satu indi,idu dalam setting lingkungan yang
berbeda.
(. 7ksosistem
Terdiri dari dua atau lebih sistem yang saling berhubungan, namun tidak
mempengaruhi indi,idu se"ara langsung.
Misalnya, kesibukan kerja seorang ayah, akan bisa mempengaruhi istri dan
anaknya. Kesibukan ayah yang semakin hari semakin meningkat akan
memberikan dampak yang begitu terasa terhadap pola komunikasi suami
istri dengan pola komunikasi orangtua anak juga.
%. Makrosistem
Merupakan sistem dari pola*pola kebudayaan yang men"akup seluruh
mikro, meso dan eksosistem masyarakat seperti sistem perekonomian dan
budaya kapitalisme,sosialisme!.
Kebudayaan menga"u pada pola perilaku, keyakinan, dan semua produk
lain dari sekelompok manusia yang diteruskan dari generasi dan generasi.
2. Kronosistem
Meliputi pemolaan peristiwa*peristiwa lingkungan dan transisi sepanjang
rangkaian kehidupan dan keadaan*keadaan sosiohistoris. Misalnya, dalam
mempelajari dampak pereraian !er"adap anak#anak, peneli!i
menem$kan %a"&a dampak ne'a!i( serin' mem$nak pada !a"$n
per!ama se!ela" pereraian)
Hubungan Sosial
7
)ubungan sosial diartikan sebagai "ara*"ara indi,idu bereaksi terhadap
dirinya :nna :lishahbana, dkk., #-6%! hubungan sosial ini menyangkut juga
penyesuaian diri terhadap lingkungan seperti makan sendiri, berpakaian sendiri,
patuh pada peraturan dll. )ubungan sosial diawali dari rumah sendiri yang
kemudian berkembang dalam lingkup sosial yang lebih luas, seperti sekolah dan
teman sebaya, kesulitan anak berhubungan sosial dengan teman sebaya ini biasanya
disebabkan oleh pola asuh yang penuh dengan unjuk kuasa oleh orang tua. Situasi
kehidupan dalam keluarga berupa pola asuh orang tua yang salah, pada umumnya
masih bisa diperbaiki oleh orang tua itu sendiri, tetapi situasi pergaulan dengan
teman*teman sebaya "enderung sulit diperbaiki Sunarto, #--6!.
Teori perkembangan kepribadian yang dikemukakan Erik Erikson
Iden!i!as *s Kekaa$an Iden!i!as
Tahap kelima merupakan tahap adolescence remaja!, yang dimulai pada saat
masa puber dan berakhir pada usia #6 atau 25 tahun. Masa ;emaja adolescence!
ditandai adanya ke"enderungan identity < identity "on&ussion. Sebagai persiapan ke
arah kedewasaan didukung pula oleh kemampuan dan ke"akapan*ke"akapan yang
dimilikinya dia berusaha untuk membentuk dan memperlihatkan identitas diri, "iri*
"iri yang khas dari dirinya. 'orongan membentuk dan memperlihatkan identitas
diri ini, pada para remaja sering sekali sangat ekstrim dan berlebihan, sehingga
tidak jarang dipandang oleh lingkungannya sebagai penyimpangan atau kenakalan.
'orongan pembentukan identitas diri yang kuat di satu pihak, sering diimbangi
oleh rasa setia kawan dan toleransi yang besar terhadap kelompok sebayanya. 'i
antara kelompok sebaya mereka mengadakan pembagian peran, dan seringkali
mereka sangat patuh terhadap peran yang diberikan kepada masing*masing
anggota.
Pen"apaian identitas pribadi dan menghindari peran ganda merupakan bagian
dari tugas yang harus dilakukan dalam tahap ini. Menurut 7rikson masa ini
merupakan masa yang mempunyai peranan penting, karena melalui tahap ini orang
harus men"apai tingkat identitas ego, dalam pengertiannya identitas pribadi berarti
8
mengetahui siapa dirinya dan bagaimana "ara seseorang terjun ke tengah
masyarakat. =ingkungan dalam tahap ini semakin luas tidak hanya berada dalam
area keluarga, sekolah namun dengan masyarakat yang ada dalam lingkungannya.
Masa pubertas terjadi pada tahap ini, kalau pada tahap sebelumnya seseorang dapat
menapakinya dengan baik maka segenap identi&ikasi di masa kanak*kanak
diintrogasikan dengan peranan sosial se"ara aku, sehingga pada tahap ini mereka
sudah dapat melihat dan mengembangkan suatu sikap yang baik dalam segi
ke"o"okan antara isi dan dirinya bagi orang lain, selain itu juga anak pada jenjang
ini dapat merasakan bahwa mereka sudah menjadi bagian dalam kehidupan orang
lain. Semuanya itu terjadi karena mereka sudah dapat menemukan siapakah
dirinya. 1dentitas ego merupakan kulminasi nilai*nilai ego sebelumnya yang
merupakan ego sintesis. 'alam arti kata yang lain pen"arian identitas ego telah
dijalani sejak berada dalam tahap pertama+bayi sampai seseorang berada pada tahap
terakhir+tua. /leh karena itu, salah satu point yang perlu diperhatikan yaitu apabila
tahap*tahap sebelumnya berjalan kurang lan"ar atau tidak berlangsung se"ara baik,
disebabkan anak tidak mengetahui dan memahami siapa dirinya yang sebenarnya
ditengah*tengah pergaulan dan struktur sosialnya, inilah yang disebut dengan
identity "on&ussion atau keka"auan identitas.
:kan tetapi di sisi lain jika ke"enderungan identitas ego lebih kuat
dibandingkan dengan keka"auan identitas, maka mereka tidak menyisakan sedikit
ruang toleransi terhadap masyarakat yang bersama hidup dalam lingkungannya.
7rikson menyebut maladapti& ini dengan sebutan &anatisisme. /rang yang berada
dalam si&at &anatisisme ini menganggap bahwa pemikiran, "ara maupun jalannyalah
yang terbaik. Sebaliknya, jika keka"auan identitas lebih kuat dibandingkan dengan
identitas ego maka 7rikson menyebut malignansi ini dengan sebutan pengingkaran.
/rang yang memiliki si&at ini mengingkari keanggotaannya di dunia orang dewasa
atau masyarakat akibatnya mereka akan men"ari identitas di tempat lain yang
merupakan bagian dari kelompok yang menyingkir dari tuntutan sosial yang
mengikat serta mau menerima dan mengakui mereka sebagai bagian dalam
kelompoknya.
Kesetiaan akan diperoleh sebagi nilai positi& yang dapat dipetik dalam tahap
ini, jika antara identitas ego dan keka"auan identitas dapat berlangsung se"ara
9
seimbang, yang mana kesetiaan memiliki makna tersendiri yaitu kemampuan hidup
berdasarkan standar yang berlaku di tengah masyarakat terlepas dari segala
kekurangan, kelemahan, dan ketidakkonsistennya.
PSIKODINAMIKA
Telah diketahui bahwa sebelum keluarganya mengalami masalah 8
merupakan siswa yang baik ia memiliki prestasi belajar yang memuaskan,
berperilaku baik setiap harinya dan selalu bertuturkata yang sopan di sekolahnya.
Kemudian 8 menunjukkan perubahan sikap yang tadinya nilai*nilai pelajarannya
baik mengalami penurunan, yang sebelumnya 8 dikenal sebagai siswa yang taat
dengan tata tertib kemudian ia menjadi anak yang sering terlambat sekolah,
10
berpakaian tidak rapi dan sering berkata kasar. Kemudian 8 juga mulai menjadi
bahan pembi"araan guru mata pelajaran tertentu karena setiap kali guru
menanyakan atau mengkon&irmasikan mengapa nilai*nilainya turun justru 8
menjawab dengan nada yang agak tinggi. Perilaku 8 ini mengundang perhatian
dari guru mata pelajaran terkait, wali kelas dan juga konselor sekolah untuk saling
berkoordinasi menggali in&ormasi mengenai apa yang melatar belakangi perubahan
sikap subjek.
Berdasarkan konseling yang sudah dilakukan oleh konselor, dapat
disimpulkan bahwa hal yang melatarbelakangi perubahan perilaku 8 adalah 8
merasa kurang mendapatkan perhatian dari kedua orangtuanya. Sehingga di
lingkungan sekolah 8 berusaha menarik perhatian dari orang lain dengan
menunjukkan perubahan sikap yang lain dari kebiasaannya. Ke"enderungan 8
untuk men"ari*"ari perhatian di sekolahnya merupakan usaha tidak langsung untuk
memenuhi keinginannya mendapatkan perhatian dari kedua orang tuanya yang
tengah beren"ana untuk ber"erai.
Pada teori perkembangan psikososial milik 7rik 7rikson dijelaskan bahwa
masa remaja termasik ke dalam tahap perkembangan Identity vs Identity
confussion, bahwa sebagai anak yang yang tengah beranjak tumbuh dewasa subjek
sepertinya mengalami kebingungan identitas mengenai eksistensi dirinya. Subjek
terlihat bingung akan siapa dirinya, akan menjadi anak siapa ia kelak jika nanti
kedua orangtuanya ber"erai, terkait dengan orangtuanya yang kala itu tengah
memutuskan untuk ber"erai. Pada hal ini subjek sepertinya berusaha memahami hal
itu sehingga men"ari "ara untuk menjawab perasaan kebingungannya dan
meluapkan kekesalan yang terpendam karena keputusan kedua orangtuanya untuk
ber"erai. )ingga kemudian subjek berulah di sekolahnya dimana hal ini merupakan
bentuk protes subjek dari kekesalan subjek akan keputusan orangtuanya dan
re&leksi dari bentuk kekesalan karena perasaan kebingungan identitas yang
dirasakannya.
'alam pembentukan identitas seorang remaja, peran orangtua juga
memegang peran penting dalam masa perkembangannya. /rangtua adalah tokoh
yang penting dalam perkembangan identitas remaja. 1ni berkaitan dengan pola asuh
11
dan bagaimana komunikasi yang dibangun dengan anak. Beberapa penelitian juga
menjelaskan proses*proses keluarga yang dapat mebantu meningkatkan
perkembangan identitas remaja adalah pola asuh dan kelekatan yang terjadi seiring
dengan perkembangan sosio emosi pada remaja, begitu pula &aktor yang lain yang
juga mempengaruhi adalah komunikasi. Komunikasi merupakan kun"i bagaiamana
keluarga bisa menunjukan kepedulian, perhatian dan hal ini jelas akan bisa
mempengaruhi proses perkembangan sosio emosi remaja. Terlebih apabila seorang
remaja mengalami masalah. )al inilah yang terjadi pada subjek. 1a merasa bahwa
ia membutuhkan orang yang bisa memperhatikannya, mempedulikannya, yang ini
tidak dapat didapatkan dari orangtuanya karena kesibukan orangtua yang padat.
Tidak terdapat keterangan rin"i mengenai perilaku dan kebiasaan subjek di
rumah sebelum dan sesudah masalah keluarga terjadi.
Berikut ini adalah diagram Psikodinamika.
12
Tidak ada keterangan bahwa 8
mengalami gangguan se"ara
biologis.
Faktor Biologis
INDIVIDU
INDIVIDU
>uru bidang studi yang mengobser,asi
sikap 8 yang menjadi ?berani@ dan nilai
8 yang menurun.
>uru BK+konselor yang memperhatikan
bentuk*bentuk pelanggaran tata tertib
yang dilakukan 8, seperti. penampilan
yang tidak rapi, sering terlambat.
Lingkungan Manusia
Tidak ada keterangan mengenai
lingkungan rumah 8.
=ingkungan sekolah yang bersekolah di
salah satu SMP negeri ;SB1 di
Semarang.
Lingkungan Kebendaan
yang tadinya 8 adalah anak yang manis
berubah menjadi bertutur kata kurang
sopan, berpenampilan tidak rapi
yang tadinya berprestasi baik menjadi
menurun
sering terlambat
men"ari perhatian orang tua melalui
sekolah
Perilaku yang Muncul
RANCANGAN INTER+ENSI
;an"angan inter,ensi yang bisa diberikan adalah, konselor selaku wali di
sekolah yang sudah melihat banyak perubahan perilaku saat berada di sekolah
berinisiati& untuk men"ari in&omasi apa yang sebenarnya terjadi pada anak ini, hal
yang pertama kali dilakukan mungkin dengan mendekati peer groupnya, melalui
peer groupnya tersebut, konselor bisa bertanya tentang hal apa yang mungkin
pernah di"eriatakn oleh anak ini pada teman*teman peernya.
13
Kurang mendapat perhatian dari
orang tua 8.
Keke"ewaan terhadap orang tua
yang mau ber"erai.
Faktor Psikologis
Pola asuh yang permisi&.
pola komunikasi antara orang tua
dan 8 yang kurang intens.
Situasi yang Dihadapi
3ika langkah ini sudah dilakukan dan data yang berasal dari teman peer
groupnya dirasa "ukup, pendekatan mulai dilakukan pada si anak tersebut dengan
melakukan pendekatan awal mengenai hal yang paling mendasar tentang prestasi
akademiknya yang menurun dan dengan beberapa pelanggaran yang dilakukan.
Setelah hal tersebut diakukan barulah masuk pada inti pembi"araan mengenai apa
yang sedang ia rasakan, apakah ada masalah. Setelah subjek men"eritakan akar
permasalahannya, barulah konselor melnagkah ke tahap selanjutnya.
Tahap yang selanjutnya dilakukan oleh konselor adalah memanggil
orangtua sehubungan dengan keadaan anaknya yang ada di sekolah. Pemanggilan
orangtua ini sendiri perlu dilakukan untuk mengklari&ikasi juga tentang hal apa
yang di"eritakan oleh anak pada konselor. Proses konseling dengan orangtua ini
dilakukan tepisah dengan konseling yang dilakukan dengan subjeknya. Setelah
konseling tersebut berakhir barulah konselor mempertemukan orangtua dengan
anak untuk mereka bisa mendiskusikan sendiri dan men"ari solusi terbaik agar
anaknya juga bisa merubah sikap dan kembali menjadi pribadi yang seperti semula.
PROGNOSIS
'alam masalah yang dihadapi oleh subjek ini butuh banyak pertimbangan,
karena yang terjadi bukan semata*mata &aktor dari subjek sendiri melainkan ada
14
&aktor orang tua didalamnya yang merupakan &aktor pemi"u mengapa ia berubah
se"ara perilaku. Proses konseling yang sudah dilakukan diharapkan tidak berhenti
begitu saja, tapi lebih kepada melihat perubahan pola komunikasi yang lebih baik
kedepannya setelah konseling awal yang dilakukan dengan konselor sekolah.
Kemudian konselor sekolah juga menge,aluasi kegiatan subjek tersebut pas"a
konseling dilakukan dan terlihat adanya perubahan perilaku siswa, hal ini
hendaknya perlu dikomunikasikan dengan orangtua dan saling mengontrol perilaku
subjek baik saat di sekolah maupun dirumah. 3ika semua proses ini berhasil dengan
lan"ar, maka jelas akan ada perubahan perilaku se"ara perlahan*lahan dari subjek
tersebut. Perilaku yang lebih baik akan mun"ul, anak akan lebih bersemangat lagi
untuk melakukan kegiatan sekolahnya, prestasi akademiknya juga akan bertambah
menjadi lebih baik. Keadaan orangtuanya yang mungkin dahulu dalam ambang
per"eraian mungkin saja akan kembali lagi bersama demi melihat anaknya bisa
tumbuh menjadi anak yang lebih baik dan lebih bisa membanggakan.
'engan demikian, dapat diperkirakan prosentase keberhasilan ran"angan
inter,ensi yang telah dibuat untuk 8, yaitu sebesar 65 A.
15

Anda mungkin juga menyukai