Anda di halaman 1dari 10

1

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia


mangostana L.) TERHADAP PERTUMBUHAN MULTI DRUD-
RESI STANT Pseudomonas aeruginosa SECARA I N VI TRO


Farah Meutia
1
, Ratna Idayati, S.Si, MT
2
, dr. Tristia Rinanda, M.Si
3

1)Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, 2) Bagian Ilmu Fisiologi
Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 3)Bagian Mikrobiologi Universitas
Syiah Kuala Banda Aceh


ABSTRAK


Angka kematian akibat penyakit infeksi masih cukup tinggi di Indonesia. Salah satu
penyebab infeksi utama adalah Pseudomonas aeruginosa. Bakteri ini memiliki kemampuan
mengembangkan resistensi adaptif yang sangat cepat sehingga diperlukan penemuan alami
yang digunakan untuk mengatasi masalah infeksi oleh bakteri. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui adanya aktivitas antibakteri ekstrak kulit buah manggis (Garcinia
mangostana L.) terhadap Multidrug-Resistant Pseudomonas aeruginosa. Kulit buah manggis
diekstraksikan dengan menggunakan pelarut kombinasi yang terdiri atas etil asetat dan etanol
96% secara maserasi bertingkat. Penelitian ini menggunakan 6 kelompok perlakuan terdiri
atas ekstrak kulit buah manggis dengan konsentrasi 400 mg/ml, 500 mg/ml, 600 mg/ml, 700
mg/ml, 800 mg/ml dan kontrol negatif yaitu larutan Carboxyl Methyl Cellulose (CMC) 1%.
Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan menggunakan metode difusi cakram Kirby-Bauer.
Hasil uji menunjukkan bahwa ekstrak kulit buah manggis memiliki aktivitas antibakteri
melalui pembentukan zona bening pada semua konsentrasi uji dengan rata-rata diameter zona
hambat berturut-turut adalah 8,5 mm, 9,7 mm, 11 mm, 11,7 mm dan 12 mm. Analisis data
menggunakan ANOVA (Analysis of Variance) dan dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata
Jujur/BNJ (p < 0,05) menunjukkan bahwa ekstrak kulit buah manggis memiliki aktivitas
antibakteri yang bermakna terhadap Multidrug-Resistant Pseudomonas aeruginosa dan
semakin besar konsentrasi ekstrak yang diberikan maka semakin besar diameter zona hambat
yang terbentuk.


Kata Kunci: kulit buah manggis, Garcinia mangostana L., aktivitas antibakteri, MDR
Pseudomonas aeruginosa











2

ABSTRACT

Mortality ratio because of infection diseases still high in Indonesia. One of main
causes the infection is Pseudomonas aeruginosa. This bacteria has ability to developt
adaptive resistance very fast until needed a natural research to treat the infection problems
by bacteria. The aim of this study is to determine the antibacterial activity of rinds of
mangosteen (Garcinia mangostana L.) extract against Multidrug-Resistant Pseudomonas
aeruginosa. The rinds of mangosteen was extracted by using combination of solvent that
consist of ethyl acetate and ethanol 96% with maceration method. This study conducted by
Completely Randomized Design with 6 treatment groups that consist of the rinds of
mangosteen extract with concentration 400 mg/ml, 500 mg/ml, 600 mg/ml, 700 mg/ml, 800
mg/ml and negative control group is Carboxyl Methyl Cellulose (CMC) 1% solution.
Antibacterial activity is tested by using Kirby-Bauer diffusion disk method. The product of
antibacterial activity of rinds of mangosteen extract shows a transparent zone at all of the
concentration test with the average of transparent zone diameter respectively were 8,5 mm,
9,7 mm, 11 mm, 11,7 mm and 12 mm. The analytical data using ANOVA (Analysis of
Variance) and followed by Honestly Significant Difference (HSD) Test (p < 0,05) shows that
rinds of mangosteen extract has antibacterial activity clearly towards Multidrug-Resistant
Pseudomonas aeruginosa ang higher concentration extract which given will make inhibition
diameter zone higher and more extensive antibacterial activity formed.


Keywords: rinds of mangosteen, Garcinia mangostana L., antibacterial activity, MDR
Pseudomonas aeruginosa


























3

PENDAHULUAN
Infeksi merupakan penyebab utama
penyakit di dunia terutama di daerah
tropis. Di Indonesia, dalam kurun waktu
15 tahun terakhir, angka kematian akibat
penyakit infeksi masih tetap tinggi
1
. Udara
yang berdebu, temperatur yang hangat dan
lembab serta keadaan sanitasi yang buruk
menjadi faktor yang mendukung mikroba
untuk dapat tumbuh subur
2
. Infeksi
disebabkan oleh beberapa mikroorganisme
seperti bakteri, virus, parasit dan jamur
3
.
Contoh bakteri yang dapat menyebabkan
infeksi yaitu Pseudomonas aeruginosa.
Pseudomonas aeruginosa adalah
salah satu dari Pseudomonas sp. yang
sering terdapat pada infeksi, baik pada
infeksi oportunistik maupun infeksi
nosokomial. Pseudomonas aeruginosa
dalam beberapa tahun terakhir ini berperan
sebagai patogen yang berbahaya. Bakteri
ini telah lama menjadi penyebab infeksi
pada pasien immunocompromise sebagai
akibat dari luka bakar, trauma yang berat
atau penyakit seperti kanker, diabetes,
kista fibrosis, imunosupresi dan operasi
besar
4
.
Dalam mengatasi penyakit infeksi
diperlukan penggunaan berbagai macam
antibiotik. Masalah yang muncul
kemudian adalah resistensi bakteri
terhadap antibiotik. Resistensi terhadap
antibiotik terjadi akibat adanya adaptasi
mikroorganisme dan penggunaan
antibiotik yang kurang terkontrol
5
. Hal ini
menimbulkan banyak masalah dalam
memberantas penyakit infeksi
6
.
Saat ini banyak digunakan obat-
obatan tradisional terutama dari tumbuh-
tumbuhan untuk mengobati suatu penyakit
infeksi. Indonesia memiliki lebih kurang
30.000 spesies tanaman dan 940 spesies di
antaranya termasuk tanaman berkhasiat
obat. Badan Kesehatan Dunia (WHO)
menyebutkan bahwa 80% penduduk dunia
telah menggunakan tanaman obat
7
. Salah
satu tanaman tropis Indonesia yang
memiliki khasiat sebagai obat dan cukup
populer di dunia adalah manggis
8
.
Manggis (Garcinia mangostana L.)
memiliki rasa yang enak dan dapat
mengobati beberapa penyakit seperti diare,
radang amandel, keputihan, disentri, wasir,
borok, peluruh dahak serta sakit gigi
9
.
Selain buah, kulit buah manggis juga
dimanfaatkan sebagai bahan baku obat-
obatan. Beberapa hasil penelitian
menunjukkan bahwa ekstrak kulit buah
manggis mempunyai aktivitas melawan sel
kanker, antihistamin, antihipertensi,
antioksidan, antiinflamasi, antibakteri,
antifungi, antivirus serta antikonvulsi
10
.
Kulit buah manggis mengandung
metabolit sekunder utama yaitu xanton.
Xanton merupakan substansi kimia alami
yang tergolong senyawa polifenol
11
.
Penelitian yang dilakukan oleh
Suksamrarn et al. (2002), kulit buah
manggis memiliki derivat xanton seperti
garcinon E, gartanin, mangostanon, -
mangostin, -mangostin dan -mangostin.
Senyawa -mangostin merupakan senyawa
yang paling banyak terdapat pada kulit
buah manggis. Kulit buah manggis juga
mengandung tanin, steroid/titerpenoid,
kuinon serta unsur natrium, kalium,
magnesium, kalsium, besi, zink dan
tembaga
12
.
Kulit buah manggis memiliki
kemampuan menghambat pertumbuhan
bakteri patogen seperti pada Escherichia
coli, Acinetobacter baumanii, Methicillin-
Resistant Staphylococcus aureus (MRSA),
Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella
pneumonia, Listeria monocytogenes,
Streptococcus pyogenes, Streptococcus
mutans, Prophyromonas gingivalis,
Salmonella sp. dan Enterococcus
sp.
13,14,15,16,17
. Penelitian yang dilakukan
oleh Bewiska (2009) memperlihatkan
bahwa ekstrak etanol kulit buah manggis
memiliki aktivitas antibakteri terhadap
Pseudomonas aeruginosa dengan
Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)
dan Konsentrasi Bakterisidal Minimum
(KBM) 500 mg/ml
18
.
Penelitian ini dilakukan untuk
melihat aktivitas antibakteri ekstrak kulit

2

buah manggis terhadap Multidrug-
Resistant Pseudomonas aeruginosa yang
telah teruji secara in vitro menunjukkan
resistensi terhadap Ciprofloxacin,
Meropenem dan Ceftriaxone. Menurut
Kanj dan Kanafani (2011), Multidrug-
Resistant Pseudomonas aeruginosa
memiliki strain yang resisten terhadap 2
kelas atau lebih antibiotik
19
. Pelarut yang
digunakan merupakan pelarut kombinasi
yang terdiri atas etil asetat dan etanol 96%.
Hal ini dilakukan agar dalam proses
ekstraksi diperoleh senyawa -mangostin
yang telah terbukti memiliki aktivitas
antibakteri. Pada penelitian Sari dan Ersam
(2011), etil asetat digunakan sebagai
pelarut untuk mengisolasi senyawa yang
terkandung dalam Garcinia mangostana L.
yaitu -mangostin dan -mangostin
20
. Etil
asetat merupakan pelarut semi polar yang
mampu mengekstraksikan fenol, terpenoid,
alkaloid, aglikan dan aglisida dari suatu
bahan
11
. Senyawa -mangostin juga dapat
diisolasi dengan menggunakan pelarut
etanol 95%
21
. Etanol merupakan pelarut
yang memiliki polaritas yang tinggi
sehinggga dapat mengekstraksikan
komponen yang bersifat polar lebih
banyak seperti golongan senyawa fenol,
polifenol, glikosida dan flavonoid. Etanol
juga bersifat aman apabila masih tertinggal
di dalam bahan
22,23
.

METODOLOGI
Rancangan Penelitian
Penelitian yang dilakukan
merupakan penelitian eksperimental
laboratorium dengan metode Rancangan
Acak Lengkap (RAL) menggunakan 6
kelompok perlakuan terdiri atas ekstrak
kulit buah manggis dengan konsentrasi
400 mg/ml, 500 mg/ml, 600 mg/ml, 700
mg/ml, 800 mg/ml dan kontrol negatif
yaitu larutan Carboxyl Methyl Cellulose
(CMC) 1%. Berdasarkan rumus Hanafiah
(2011), penelitian ini menggunakan 4 kali
pengulangan
24
.



Waktu dan Tempat Penelitian
Isolat bakteri Multidrug-Resistant
Pseudomonas aeruginosa (MDRPa)
diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah
Kuala (Unsyiah). Uji herbarium dilakukan
di Laboratorium Jurusan Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
(FMIPA) Unsyiah. Pembuatan ekstrak dan
uji fitokimia ekstrak kulit buah manggis
dilakukan di Laboratorium Kimia Hayati
FMIPA Unsyiah. Uji aktivitas antibakteri
dilakukan di Fakultas Kedokteran
Unsyiah. Penelitian ini berlangsung pada
bulan Agustus sampai dengan September
2012.

Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah ekstrak
kulit buah manggis dengan pelarut
kombinasi yaitu etil asetat dan etanol 96%
serta bakteri MDR Pseudomonas
aeruginosa.

Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tabung reaksi, rak
tabung reaksi, tabung Durham, cawan
Petri, kawat ose, lampu bunsen, pinset,
gelas ukur, beaker glass, tabung
Erlenmeyer, kapas, kasa, kapas lidi, kertas
pembungkus, kertas saring, spuit, jangka
sorong, inkubator, oven, autoklaf,
timbangan analitik, hot plate, stirer,
refrigerator, mikroskop, spektrofotometer,
cuvettes, vacuum rotary evaporator,
blender, penjepit, kaca preparat, alu dan
lumpang, aluminium foil, mikropipet,
corong dan vortex.
Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah ekstrak kulit buah
manggis, isolat MDR Pseudomonas
aeruginosa, CMC, akuades steril, NaCl
0,9%, cakram kosong (blank disc), cakram
antibiotik (Ceftazidime 30 g, Ceftriaxone
30 g, Ciprofloxacin 5 g, Gentamicin 10
g, Meropenem 10 g dan Tobramycin 10
g), kristal violet, lugol, alkohol 70%,
alkohol 96%, safranin, minyak imersi,
reagen tetramethyl-D-phenylenediamine

3

dihydrocloride, media Nutrient Broth
(NB), media Nutrient Agar (NA), media
Sulfide Indol Motility (SIM), media
MacConkey Agar (MCA) dan media
Mueller Hinton Agar (MHA).

Proses Pembuatan Ekstrak
Kulit buah manggis yang digunakan
berupa simplisia kering dengan berat 200
gram. Kulit dihaluskan dan diayak agar
didapatkan bentuk serbuk, diekstraksikan
dengan menggunakan metode maserasi
bertingkat. Proses ekstraksi awal dengan
menggunakan 500 ml pelarut etil asetat
selama 24 jam dan disaring. Residu
(ampas) kulit tersebut dimaserasi kembali
dengan menggunakan 500 ml pelarut
etanol 96% selama 24 jam dan disaring
sehingga menghasilkan filtrat. Masing-
masing filtrat tersebut diuapkan dengan
menggunakan vacuum rotary evaporator
pada suhu 60
o
C sampai diperoleh ekstrak
kental.

Penyiapan Bakteri Uji
MDR Pseudomonas aeruginosa
diinokulasikan ke media NB dan
diinokulasi selama 18 jam pada suhu 37
o
C.
Bakteri diinokulasi lagi dari media NB ke
media MCA dengan cara digoreskan dan
diinkubasi selama 18 jam pada suhu 37
o
C.
Sebelum digunakan dalam uji antibakteri,
bakteri diregenerasi terlebih dahulu dengan
cara menggoreskan isolat bakteri tersebut
ke media NA miring dan diinkubasi
selama 18 jam pada suhu 37
o
C.

Uji Aktivitas Antibakteri
25
Uji aktivitas antibakteri ekstrak kulit
buah manggis dilakukan dengan
menggunakan metode difusi cakram
Kirby-Bauer. Suspensi bakteri yang akan
diuji diukur terlebih dahulu kerapatannya
dengan menggunakan spektrofotometer (
= 625 nm dan absorbansi 0,08-0,13) untuk
mendapatkan standar kerapatan bakteri 1-2
x 10
8
Colony Forming Units/ml. Bakteri
diambil dengan menggunakan kapas lidi
steril dan diinokulasi ke media MHA.
Inokulum dioleskan ke permukaan media
sebanyak 3 kali dengan memutar cawan
Petri dengan sudut 60
o
setelah setiap kali
pengolesan dan dibiarkan selama 15 menit
pada suhu ruangan dalam kondisi cawan
tertutup.
Pengujian ekstrak kulit buah
manggis menggunakan kertas cakram
kosong steril dengan diameter 6 mm.
Ekstrak yang sudah diencerkan masing-
masing diteteskan pada permukaan kertas
cakram sebanyak 20 l dan dibiarkan
sesaat sampai ekstrak terserap dengan
baik. Cakram diletakkan di atas permukaan
media yang diinokulasi dengan pinset
steril, lalu diinkubasi pada suhu 35 1
o
C
selama 16-20 jam.

Parameter
Aktivitas antibakteri ekstrak kulit
buah manggis dapat dilihat dari adanya
hambatan pertumbuhan bakteri berupa
zona bening pada media MHA.
Pengukuran diameter tersebut dilakukan
dengan menggunakan jangka sorong dalam
satuan milimeter (mm).

Analisis Data
Hasil penelitian dari tiap kelompok
dianalisis normalitas dengan menggunakan
uji Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk
serta uji homogenitas menggunakan uji
Levene. Data yang diperoleh normal dan
homogen, kemudian dilanjutkan dengan
uji ANOVA (Analysis of Variance). Hasil
beda nyata antar perlakuan didapatkan
nilai koefisien keragaman (KK) < 5%,
maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata
Jujur (BNJ). Hasil penelitian dijabarkan
dengan menggunakan klasifikasi respon
hambatan menurut Greenwood (1995),
Morales et al. (2003) dan NCCLS
(2002)
26,27,28
.

Hasil Penelitian
Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak
kulit buah manggis terhadap MDR
Pseudomonas aeruginosa memperlihatkan
zona bening pada konsentrasi 400 mg/ml
(P
1
), 500 mg/ml (P
2
), 600 mg/ml (P
3
), 700
mg/ml (P
4
) dan 800 mg/ml (P
5
) dengan

4

rata-rata diameter zona beningnya secara
berturut-turut adalah 8,5 mm, 9,7 mm, 11
mm, 11,7 mm dan 12 mm. Pada kontrol
negatif (P
0
) yaitu larutan CMC 1% tidak
terbentuk zona bening (Tabel 1).

Tabel 1. Hasil uji aktivitas antibakteri
ekstrak kulit buah manggis
terhadap pertumbuhan MDRPa

Data hasil penelitian dilakukan uji
normalitas dengan menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk
serta uji homogenitas menggunakan uji
Levene. Hasil uji normalitas dan
homogenitas menunjukkan bahwa sebaran
data berdistribusi normal dan homogen.
Data kemudian dianalisis menggunakan uji
ANOVA (Analysis of Variance) pada
tingkat kemaknaan statistik/Confidence
Interval 95% (p < 0,05). Hasil tersebut
menunjukkan bahwa ekstrak kulit buah
manggis memiliki aktivitas antibakteri
yang bermakna terhadap MDR
Pseudomonas aeruginosa. Berdasarkan
nilai koefisien keragaman (KK) yaitu
4,132% maka dilakukan uji lanjutan yang
dipilih adalah uji Beda Nyata Jujur (BNJ).

Tabel 2. Perbandingan aktivitas antibakteri
dengan menggunakan uji BNJ
pada tingkat kemaknaan statistik
95%
Perlakuan Mean SD
P
0

P
1

P
2

P
3

P
4

P
5

0,00
a
0,00
8,5
b
0,41
9,7
c
0,48
11
d
0,41
11,7
e
0,25
12
e
0,41
Keterangan: Superscript huruf yang menunjukkan
kemaknaan yang berbeda; SD
(Standar Deviasi)
Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa
kelompok perlakuan ekstrak kulit buah
manggis dengan konsentrasi 400 mg/ml,
500 mg/ml, 600 mg/ml, 700 mg/ml dan
800 mg/ml memiliki aktivitas antibakteri
terhadap pertumbuhan MDR Pseudomonas
aeruginosa yang terlihat dari superscript
yang berbeda. Superscript yang berbeda
dari analisis data semua perlakuan
menunjukkan bahwa adanya peningkatan
aktivitas antibakteri dan berhasil menekan
heterogenitas galat.
Hasil analisis data menunjukkan
adanya hubungan yang signifikan antara
masing-masing konsentrasi ekstrak kulit
buah manggis dengan aktivitas antibakteri.
Berdasarkan Tabel 2 didapatkan rata-rata
diameter zona hambat untuk ekstrak kulit
buah manggis konsentrasi 400 mg/ml
adalah 8,5 mm dan ekstrak kulit buah
manggis konsentrasi 800 mg/ml adalah 12
mm. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak
kulit buah manggis memiliki aktivitas
antibakteri terhadap pertumbuhan MDR
Pseudomonas aeruginosa. Adanya
perbedaan aktivitas antibakteri antar
perlakuan disebabkan oleh adanya
tingkatan konsentrasi zat. Semakin tinggi
konsentrasi suatu zat antibakteri maka
semakin banyak zat yang terkandung dan
aktivitas antibakteri tersebut
3
. Konsentrasi
ekstrak 700 mg/ml dan 800 mg/ml
memiliki superscript yang sama. Hal ini
menujukkan bahwa kedua konsentrasi
tidak memiliki hubungan yang signifikan
namun memiliki peningkatan aktivitas
antibakteri.
Hasil penelitian dijabarkan dengan
klasifikasi respon hambatan pertumbuhan
bakteri menurut Greenwood (1995).
Ekstrak kulit buah manggis dengan
konsentrasi 400 mg/ml dan 500 mg/ml
tidak memiliki respon hambat pada
pertumbuhan MDR Pseudomonas
aeruginosa, sedangkan ekstrak kulit buah
manggis dengan konsentrasi 600 mg/ml,
700 mg/ml dan 800 mg/ml memiliki
respon hambat pertumbuhan yang lemah.
Berdasarkan Morales et al. (2003),
konsentrasi 400 mg/ml dan 500 mg/ml
Perlakuan
Diameter Zona Hambat (mm)
I II III IV Mean
P
0

P
1

P
2

P
3

P
4

P
5

0
8
9,5
11,5
12
12,5
0
9
10
11
11,5
12
0
8,5
10
11
11,5
11,5
0
8,5
9
10,5
11,5
12
0
8,5
9,7
11
11,7
12

5

memiliki respon hambat +1 (+) terhadap
pertumbuhan MDR Pseudomonas
aeruginosa, sedangkan konsentrasi 600
mg/ml, 700 mg/ml dan 800 mg/ml
memiliki respon hambat +2 (++). Menurut
standar umum antibakteri NCCLS (2002),
ekstrak kulit buah manggis dengan
konsentrasi 800 mg/ml tetap dapat
digunakan karena memiliki diameter daya
hambat lebih dari 12 mm
26,27,28
.

Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan diketahui bahwa ekstrak kulit
buah manggis memiliki aktivitas
antibakteri terhadap MDR Pseudomonas
aeruginosa yang diduga akibat adanya
senyawa aktif pada kulit buah manggis
tersebut. Senyawa-senyawa tersebut adalah
xanton, alkaloid, tanin, saponin,
triterpenoid dan flavonoid.
Kulit buah manggis memiliki
senyawa aktif utama yaitu xanton
12
.
Xanton merupakan substansi kimia alami
yang tergolong senyawa polifenol
11
.
Xanton memiliki aktivitas antibakteri yang
kuat. Senyawa ini dapat berinteraksi
dengan porin yang terdapat pada dinding
sel bakteri P.aeruginosa sehingga dapat
merusak dinding sel
29
.
Senyawa alkaloid akan mengganggu
komponen penyusun peptidoglikan pada
sel bakteri sehingga lapisan dinding sel
tidak terbentuk secara utuh dan
menyebabkan kematian sel
30,31
. Tanin
dapat menginduksi pembentukan
kompleks senyawa ikatan sehingga dapat
merusak membran sel, inaktivasi enzim
dan destruksi atau inaktivasi fungsi materi
genetik bakteri
32,33
. Saponin memiliki
molekul amfipatik yang dapat melarutkan
protein membran. Saponin juga dapat
membentuk ikatan saponin-protein bakteri
sehingga mengganggu perkembangan
bakteri dan menyebabkan membran pecah,
lisis sel atau bahkan mati
34
. Triterpenoid
merupakan salah satu golongan saponin
sehingga memiliki mekanisme yang sama
sebagai antibakteri
11
.
Flavonoid juga memiliki aktivitas
antibakteri. Flavonoid memiliki banyak
struktur, di antaranya struktur-struktur
tersebut yang memiliki aktivitas
antibakteri adalah flavon dan glikosida,
acacetin, apigenin, flavonol, flavon-3-ol,
flavan-3,4-diols dan anthocyanidins,
flavans dan turunannya, chalcones,
licochalcone, epicatechin gallate, 5,7,4-
trihydroxy-8-methyl-6-(3-methyl-[2-
butenyl])-(2S)-flavanone
35
. Flavonoid
memiliki kemampuan untuk membentuk
senyawa kompleks terhadap protein
ekstraseluler dan berinteraksi dengan DNA
bakteri sehingga menyebabkan kerusakan
pada permeabilitas dinding sel, mikrosom
dan lisosom
36
.
Pada penelitian Nonaka, Kawahara
dan Nishioka (1983) yang disitasi oleh
Jung et al. (2006), kulit buah manggis
(Garcinia mangostana L.) mengandung
epicatechin. Epicatechin merupakan salah
satu turunan struktur flavonoid yang
memiliki aktivitas antibakteri yaitu flavon-
3-ol
37
. Menurut Ikagai et al. (1993),
epicatechin akan menginduksi kerusakan
molekul lipid pada bagian intraliposom
membran bakteri. Epicatechin juga dapat
menyebabkan fusi membran yang
mengakibatkan kebocoran material
intramembran dan agregasi
38
.

Kesimpulan
1. Ekstrak kulit buah manggis (Garcinia
mangostana L.) memiliki aktivitas
antibakteri terhadap Multidrug-
Resistant Pseudomonas aeruginosa.
Aktivitas antibakteri ditunjukkan oleh
semua konsentrasi yaitu konsentrasi
400 mg/ml, 500 mg/ml, 600 mg/ml,
700 mg/ml dan 800 mg/ml.
2. Semakin besar konsentrasi ekstrak
kulit buah manggis maka semakin
besar pula diameter zona hambat dan
aktivitas antibakterinya.

Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan
untuk mengisolasi senyawa aktif pada

6

kulit buah manggis yang memiliki
aktivitas antibakteri.
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan
mengenai aktivitas antibakteri ekstrak
kulit buah manggis secara in vivo.
3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan
untuk melihat aktivitas antibakteri
terhadap bakteri patogen lainnya
terutama yang telah mengalami
resistensi terhadap antibiotik.

DAFTAR PUSTAKA
1. Pradono, J; Senewe, F; Kristianti, C.M
dan Soemantri. 2005. Transisi
Kesehatan di Indonesia. Jurnal Ekologi
Kesehatan. 4 (3): 336-350.
2. Basuki, P.S. 2006. Infeksi Bakteri
Intraseluler pada Anak. Surabaya,
Divisi Infeksi dan Pediatri Tropik
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga
RSUD Dr Soetomo.
http://www.pediatrik.com/pkb/200602
20-fsh0g3-pkb.pdf [diakses 10 Juli
2012].
3. Brooks, G.F; Butel, J.S dan Morse,
S.A. 2007. Mikrobiologi Kedokteran.
Edisi 23. Jakarta, EGC. p. 266-268.
4. Santi. 2007. Polimicrobial Infection
and Multidrug Resistance Between
Evidence and Reality. 8
th
Jakarta
Antimicrobial Update.
http://www.kalbe.co.id/print_version.p
hp?mn=news&detail=18976 [diakses
21 Juni 2012].
5. Refdanita; Maksum, R; Nurgani, A dan
Endang, P. 2004. Pola Kepekaan
Kuman terhadap Antibiotika di Ruang
Rawat Intensif Rumah Sakit Fatmawati
Jakarta Tahun 2001-2002. Makara,
Kesehatan. 8 (2): 41-48.
6. Suwandi, U. 1992. Resistensi Mikroba
terhadap Antibiotik. Cermin Dunia
Kedokteran.74: 46-49.
7. Wahyuningsih, M.S.H. 2011.
Deskriptif Penelitian Dasar Herbal
Medicine. Journal of Traditional
Medicine. 16.
8. Kosem, N; Han, Y.N dan
Moongkarndi, P. 2007. Antioxidant
and Cytoprotection Activities of
Methanolic Extract from Garcinia
mangostana Hulls. Science Asia
[online]. 33(33): 283-292.
9. Subroto, M.A. 2008. Real Food True
Health. Jakarta, Agromedia Pustaka. p.
73-74.
10. Suparjo, A. 2008. Pendapat Para Ahli
Obat Tradisional Alami untuk Penyakit
[online].
http://obat-herbals.com/pendapat-para-
ahli [diakses 12 Mei 2012].
11. Harborne, J.B. 1987. Metode
Fitokimia. Padmawinata, K dan
Soediro, I, penerjemah. Bandung,
Institut Teknologi Bandung.
Terjemahan dari: Phytochemical
Methods. p. 58-147.
12. Suksamrarn, S; Suwannapoch, N;
Ratananukul, P; Aroonlek; N dan
Suksamrarn, A. 2002. Xanthones from
the Green Hulls of Garcinia
mangostana. Journal Natural Product.
65(5): 761-763.
13. Torrungruang, K; Vichienroj, P dan
Chutimaworapan, S. 2007.
Antibacterial Activity of Mangosteen
Pericarp Extract Against Cariogenic
Streptococcus mutans. CU Dental
Journal. 30: 1-10.
14. Tadtong, S; Viriyaroj, A; Vorarat. S;
Nimkulrat, S dan Suksamrarn, S. 2009.
Antityrosinase and Antibacterial
Activities of Mangosteen Pericarp
Extract. Journal of Medical Research
Thailand. 23(2): 99-102.
15. Palakawong, C; Sophanodora, P;
Pisuchpen, S dan Phongpaichit, S.
2010. Antioxidant and Antimicrobial
Activities of Crude Extracts from
Mangosteen (Garcinia mangostana L.)
Parts and Some Essential Oils.
International Food Research Journal.
17: 583-589.
16. Lim, T.K. 2012. Garcinia mangostana.
Dalam: Edible Medicinal and Non-
Medicinal Plants. Volume 2, Fruits.

7

New York, Springer Science and
Business Media. p. 83-108.
17. Tangwatcharin, P; Meannui, N dan
Onyen, A. 2012. Antibacterial Activity
of Mangosteen Hulls Extract Againsts
Listeria monocytogenes. International
Conference on Bioinformatics and
Biomedical Technology. 29: 191-195.
18. Bewiska, A. 2009. Aktivitas
Antibakteri Ekstrak Manggis (Garcinia
mangostana) terhadap Pertumbuhan
Pseudomonas aeruginosa. Skripsi.
Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas
MIPA Universitas Pendidikan
Indonesia Bandung.
http://repository.upi.edu/skripsiview.ph
p?no_skripsi=11842 [diakses 07 Juni
2012].
19. Kanj, S.S dan Kanafani, Z.A. 2011.
Current Concepts in Antimicrobial
Therapy Against Resistant Gram
Negative Organisms: Extended-
Spectrum -Lactamase-Producing
Enterobactericeae, Carbapenem-
Resistant Enterobactericeae and
Multidrug-Resistant Pseudomonas
aeruginosa. Symposium on
Antimicrobial Therapy. p. 250-259.
20. Sari, A dan Ersam, T. 2011. Senyawa
dan -Mangostin dari Kulit Buah
Garcinia mangostana L. Skripsi.
Jurusan Kimia Fakultas FMIPA
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya.
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-
Undergraduate-17809-1407100030-
Paper.pdf [diakses 03 Mei 2012].
21. Pothitirat, W dan Gritsanapan, W.
2009. HPLC Quantitive Analysis
Method for the Determination of -
Mangostin in Mangosteen Fruit Rind
Extract. Thai Journal of Agricultural
Science. 42(1): 7-12.
22. Virganita, J. 2009. Uji Antibakteri
Komponen Bioaktif Daun Lobak
(Raphanus sativus L.) terhadap
Escherichia coli dan Profil
Kromatografi Lapis Tipisnya. Skripsi.
Jurusan Biologi Fakultas FMIPA
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
http://digilib.uns.ac.id/upload/dokumen
/164332908201007031.pdf [diakses 01
Juni 2012].
23. Hidayani, R. 2010. Pengaruh
Penggunaan Pelarut Etanol dan Etil
Asetat pada Ekstraksi Daun Gambir
(Uncaria gambir Roxb.) terhadap
Aktivitas Antibakteri Patogen Pangan.
Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Andalas Padang.
http://repository.unand.ac.id/7804/1/I
MG.pdf [diakses 18 Juni 2012].
24. Hanafiah, K.A. 2011. Rancangan
Percobaan. Edisi Ketiga. Jakarta,
Rajagrafindo Persada. p. 34-43.
25. European Committee on Antimicrobial
Susceptibility Testing. 2012. EUCAST
Disk Diffusion Method. Dalam:
Antimicrobial Susceptibility Testing.
http://www.eucast.org/fileadmin/src/m
edia/PDFs/EUCAST_files/Disk_test_d
ocuments/Manual_v_2.1_EUCAST_Di
sk_Test.pdf [diakses 02 Juni 2012].
26. Greenwood. 1995. Antibiotics
Susceptibility (Sensitivity) Test,
Antimicrobial and Chemotherapy.
USA, Mc Graw Hill Company. p. 47.
27. Morales, et al. 2003. Secondary
Metabolites from Four Medicinal
Plants from Northern Chile,
Antimicrobial Activity and Biotoxicity
Against Artemia salina. Journal of the
Chilean Chemical Society. 48(2): 13-
18.
28. National Committee for Clinical
Laboratory Standards for
Antimicrobial Standards. 2002.
Performance Standards for
Antimicrobial Susceptibility Testing.
12
th
Informational Supplement. M100-
S12. National Committee for Clinical
Laboratory Standards. Villanova. Pa.
29. Boonnak, N; Karalai, C;
Chantrapomma, S; Panglimanont, C;
Fun, H.K, Opas, A.K; Chantrapomma,
K dan Kato, S. 2009. Anti-
Pseudomonas aeruginosa Xanthones
from the Resin and Green Fruits of
Cratoxylum cochinchinense.
Tetrahedron. 65: 3003-3013.

8

30. Leni, S. 2006. Senyawa Flavonoid,
Fenilpropanoida dan Alkaloida.
Medan, Departemen Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Sumatera Utara.
http://biolpgyeastborneo.com/wp-
content/uploads/2011/09/Senyawa-
falvon-dan-alkaloid.pdf [diakses 20
Juni 2012].
31. Mustika, K dan Ariyani, D. 2010.
Skrining Fitokimia Ekstrak Metanol
Biji Kalangkala (Litsea angulata).
Sains dan Terapan Kimia. 4(2): 131-
136.
32. Naczk, M; Nichols, T; Pink, D dan
Sosulski, F. 1994. Condensed Tannins
in Canola Hulls. Journal of
Agrocultural and Food Chemistry. 42:
2196-2200.
33. Hagerman, A.E. 2002. Condensed
Tannin Structural Chemistry. Oxford,
Department of Chemistry and
Biochemistry, Miami University.
http://www.users.muohio.edu/hagerma
e/Condensed%20Tannin%20Structural
%20Chemistry.pdf [diakses 22 Juni
2012].
34. Siregar, B. 2011. Daya Antibakteri
Ekstrak Buah Mahkota Dewa
(Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl)
terhadap Pertumbuhan Streptococcus
mutans (In Vitro). Medan, Universitas
Sumatera Utara.
http://repository.usu.ac.id/handle/1234
56789/30101 [diakses 23 Juni 2012].
35. Cushnie, T.P.T dan Lamb, A.J. 2005.
Antimicrobial Activity of Flavonoids.
International Journal of Antimicrobial
Agents. 26: 343-356.
36. Sabir, A. 2003. Pemanfaatan Flavonoid
di Bidang Kedokteran Gigi. Majalah
Kedokteran Gigi Uniersitas Airlangga.
81: 7.
37. Jung, H.A; Su, B.N; Keller, W.J;
Mehta, R.G dan Kinghorn, A.D. 2006.
Antioxidant Xanthones from the
Pericarp of Garcinia mangostana
(Mangosteen). Journal of Agricultural
and Food Chemistry. 54: 2077-2082.
38. Ikigai, H; Nakae, T; Hana, Y dan
Shimamura, T. 1993. Bactericidal
Catechins Damage the Lipid Bilayer.
Bio Pharm. 1147: 132-136.

Anda mungkin juga menyukai