1)Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, 2) Bagian Ilmu Fisiologi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 3)Bagian Mikrobiologi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
ABSTRAK
Angka kematian akibat penyakit infeksi masih cukup tinggi di Indonesia. Salah satu penyebab infeksi utama adalah Pseudomonas aeruginosa. Bakteri ini memiliki kemampuan mengembangkan resistensi adaptif yang sangat cepat sehingga diperlukan penemuan alami yang digunakan untuk mengatasi masalah infeksi oleh bakteri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya aktivitas antibakteri ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap Multidrug-Resistant Pseudomonas aeruginosa. Kulit buah manggis diekstraksikan dengan menggunakan pelarut kombinasi yang terdiri atas etil asetat dan etanol 96% secara maserasi bertingkat. Penelitian ini menggunakan 6 kelompok perlakuan terdiri atas ekstrak kulit buah manggis dengan konsentrasi 400 mg/ml, 500 mg/ml, 600 mg/ml, 700 mg/ml, 800 mg/ml dan kontrol negatif yaitu larutan Carboxyl Methyl Cellulose (CMC) 1%. Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan menggunakan metode difusi cakram Kirby-Bauer. Hasil uji menunjukkan bahwa ekstrak kulit buah manggis memiliki aktivitas antibakteri melalui pembentukan zona bening pada semua konsentrasi uji dengan rata-rata diameter zona hambat berturut-turut adalah 8,5 mm, 9,7 mm, 11 mm, 11,7 mm dan 12 mm. Analisis data menggunakan ANOVA (Analysis of Variance) dan dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Jujur/BNJ (p < 0,05) menunjukkan bahwa ekstrak kulit buah manggis memiliki aktivitas antibakteri yang bermakna terhadap Multidrug-Resistant Pseudomonas aeruginosa dan semakin besar konsentrasi ekstrak yang diberikan maka semakin besar diameter zona hambat yang terbentuk.
Kata Kunci: kulit buah manggis, Garcinia mangostana L., aktivitas antibakteri, MDR Pseudomonas aeruginosa
2
ABSTRACT
Mortality ratio because of infection diseases still high in Indonesia. One of main causes the infection is Pseudomonas aeruginosa. This bacteria has ability to developt adaptive resistance very fast until needed a natural research to treat the infection problems by bacteria. The aim of this study is to determine the antibacterial activity of rinds of mangosteen (Garcinia mangostana L.) extract against Multidrug-Resistant Pseudomonas aeruginosa. The rinds of mangosteen was extracted by using combination of solvent that consist of ethyl acetate and ethanol 96% with maceration method. This study conducted by Completely Randomized Design with 6 treatment groups that consist of the rinds of mangosteen extract with concentration 400 mg/ml, 500 mg/ml, 600 mg/ml, 700 mg/ml, 800 mg/ml and negative control group is Carboxyl Methyl Cellulose (CMC) 1% solution. Antibacterial activity is tested by using Kirby-Bauer diffusion disk method. The product of antibacterial activity of rinds of mangosteen extract shows a transparent zone at all of the concentration test with the average of transparent zone diameter respectively were 8,5 mm, 9,7 mm, 11 mm, 11,7 mm and 12 mm. The analytical data using ANOVA (Analysis of Variance) and followed by Honestly Significant Difference (HSD) Test (p < 0,05) shows that rinds of mangosteen extract has antibacterial activity clearly towards Multidrug-Resistant Pseudomonas aeruginosa ang higher concentration extract which given will make inhibition diameter zone higher and more extensive antibacterial activity formed.
PENDAHULUAN Infeksi merupakan penyebab utama penyakit di dunia terutama di daerah tropis. Di Indonesia, dalam kurun waktu 15 tahun terakhir, angka kematian akibat penyakit infeksi masih tetap tinggi 1 . Udara yang berdebu, temperatur yang hangat dan lembab serta keadaan sanitasi yang buruk menjadi faktor yang mendukung mikroba untuk dapat tumbuh subur 2 . Infeksi disebabkan oleh beberapa mikroorganisme seperti bakteri, virus, parasit dan jamur 3 . Contoh bakteri yang dapat menyebabkan infeksi yaitu Pseudomonas aeruginosa. Pseudomonas aeruginosa adalah salah satu dari Pseudomonas sp. yang sering terdapat pada infeksi, baik pada infeksi oportunistik maupun infeksi nosokomial. Pseudomonas aeruginosa dalam beberapa tahun terakhir ini berperan sebagai patogen yang berbahaya. Bakteri ini telah lama menjadi penyebab infeksi pada pasien immunocompromise sebagai akibat dari luka bakar, trauma yang berat atau penyakit seperti kanker, diabetes, kista fibrosis, imunosupresi dan operasi besar 4 . Dalam mengatasi penyakit infeksi diperlukan penggunaan berbagai macam antibiotik. Masalah yang muncul kemudian adalah resistensi bakteri terhadap antibiotik. Resistensi terhadap antibiotik terjadi akibat adanya adaptasi mikroorganisme dan penggunaan antibiotik yang kurang terkontrol 5 . Hal ini menimbulkan banyak masalah dalam memberantas penyakit infeksi 6 . Saat ini banyak digunakan obat- obatan tradisional terutama dari tumbuh- tumbuhan untuk mengobati suatu penyakit infeksi. Indonesia memiliki lebih kurang 30.000 spesies tanaman dan 940 spesies di antaranya termasuk tanaman berkhasiat obat. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa 80% penduduk dunia telah menggunakan tanaman obat 7 . Salah satu tanaman tropis Indonesia yang memiliki khasiat sebagai obat dan cukup populer di dunia adalah manggis 8 . Manggis (Garcinia mangostana L.) memiliki rasa yang enak dan dapat mengobati beberapa penyakit seperti diare, radang amandel, keputihan, disentri, wasir, borok, peluruh dahak serta sakit gigi 9 . Selain buah, kulit buah manggis juga dimanfaatkan sebagai bahan baku obat- obatan. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak kulit buah manggis mempunyai aktivitas melawan sel kanker, antihistamin, antihipertensi, antioksidan, antiinflamasi, antibakteri, antifungi, antivirus serta antikonvulsi 10 . Kulit buah manggis mengandung metabolit sekunder utama yaitu xanton. Xanton merupakan substansi kimia alami yang tergolong senyawa polifenol 11 . Penelitian yang dilakukan oleh Suksamrarn et al. (2002), kulit buah manggis memiliki derivat xanton seperti garcinon E, gartanin, mangostanon, - mangostin, -mangostin dan -mangostin. Senyawa -mangostin merupakan senyawa yang paling banyak terdapat pada kulit buah manggis. Kulit buah manggis juga mengandung tanin, steroid/titerpenoid, kuinon serta unsur natrium, kalium, magnesium, kalsium, besi, zink dan tembaga 12 . Kulit buah manggis memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri patogen seperti pada Escherichia coli, Acinetobacter baumanii, Methicillin- Resistant Staphylococcus aureus (MRSA), Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella pneumonia, Listeria monocytogenes, Streptococcus pyogenes, Streptococcus mutans, Prophyromonas gingivalis, Salmonella sp. dan Enterococcus sp. 13,14,15,16,17 . Penelitian yang dilakukan oleh Bewiska (2009) memperlihatkan bahwa ekstrak etanol kulit buah manggis memiliki aktivitas antibakteri terhadap Pseudomonas aeruginosa dengan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bakterisidal Minimum (KBM) 500 mg/ml 18 . Penelitian ini dilakukan untuk melihat aktivitas antibakteri ekstrak kulit
2
buah manggis terhadap Multidrug- Resistant Pseudomonas aeruginosa yang telah teruji secara in vitro menunjukkan resistensi terhadap Ciprofloxacin, Meropenem dan Ceftriaxone. Menurut Kanj dan Kanafani (2011), Multidrug- Resistant Pseudomonas aeruginosa memiliki strain yang resisten terhadap 2 kelas atau lebih antibiotik 19 . Pelarut yang digunakan merupakan pelarut kombinasi yang terdiri atas etil asetat dan etanol 96%. Hal ini dilakukan agar dalam proses ekstraksi diperoleh senyawa -mangostin yang telah terbukti memiliki aktivitas antibakteri. Pada penelitian Sari dan Ersam (2011), etil asetat digunakan sebagai pelarut untuk mengisolasi senyawa yang terkandung dalam Garcinia mangostana L. yaitu -mangostin dan -mangostin 20 . Etil asetat merupakan pelarut semi polar yang mampu mengekstraksikan fenol, terpenoid, alkaloid, aglikan dan aglisida dari suatu bahan 11 . Senyawa -mangostin juga dapat diisolasi dengan menggunakan pelarut etanol 95% 21 . Etanol merupakan pelarut yang memiliki polaritas yang tinggi sehinggga dapat mengekstraksikan komponen yang bersifat polar lebih banyak seperti golongan senyawa fenol, polifenol, glikosida dan flavonoid. Etanol juga bersifat aman apabila masih tertinggal di dalam bahan 22,23 .
METODOLOGI Rancangan Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) menggunakan 6 kelompok perlakuan terdiri atas ekstrak kulit buah manggis dengan konsentrasi 400 mg/ml, 500 mg/ml, 600 mg/ml, 700 mg/ml, 800 mg/ml dan kontrol negatif yaitu larutan Carboxyl Methyl Cellulose (CMC) 1%. Berdasarkan rumus Hanafiah (2011), penelitian ini menggunakan 4 kali pengulangan 24 .
Waktu dan Tempat Penelitian Isolat bakteri Multidrug-Resistant Pseudomonas aeruginosa (MDRPa) diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala (Unsyiah). Uji herbarium dilakukan di Laboratorium Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Unsyiah. Pembuatan ekstrak dan uji fitokimia ekstrak kulit buah manggis dilakukan di Laboratorium Kimia Hayati FMIPA Unsyiah. Uji aktivitas antibakteri dilakukan di Fakultas Kedokteran Unsyiah. Penelitian ini berlangsung pada bulan Agustus sampai dengan September 2012.
Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah ekstrak kulit buah manggis dengan pelarut kombinasi yaitu etil asetat dan etanol 96% serta bakteri MDR Pseudomonas aeruginosa.
Alat dan Bahan Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah tabung reaksi, rak tabung reaksi, tabung Durham, cawan Petri, kawat ose, lampu bunsen, pinset, gelas ukur, beaker glass, tabung Erlenmeyer, kapas, kasa, kapas lidi, kertas pembungkus, kertas saring, spuit, jangka sorong, inkubator, oven, autoklaf, timbangan analitik, hot plate, stirer, refrigerator, mikroskop, spektrofotometer, cuvettes, vacuum rotary evaporator, blender, penjepit, kaca preparat, alu dan lumpang, aluminium foil, mikropipet, corong dan vortex. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak kulit buah manggis, isolat MDR Pseudomonas aeruginosa, CMC, akuades steril, NaCl 0,9%, cakram kosong (blank disc), cakram antibiotik (Ceftazidime 30 g, Ceftriaxone 30 g, Ciprofloxacin 5 g, Gentamicin 10 g, Meropenem 10 g dan Tobramycin 10 g), kristal violet, lugol, alkohol 70%, alkohol 96%, safranin, minyak imersi, reagen tetramethyl-D-phenylenediamine
3
dihydrocloride, media Nutrient Broth (NB), media Nutrient Agar (NA), media Sulfide Indol Motility (SIM), media MacConkey Agar (MCA) dan media Mueller Hinton Agar (MHA).
Proses Pembuatan Ekstrak Kulit buah manggis yang digunakan berupa simplisia kering dengan berat 200 gram. Kulit dihaluskan dan diayak agar didapatkan bentuk serbuk, diekstraksikan dengan menggunakan metode maserasi bertingkat. Proses ekstraksi awal dengan menggunakan 500 ml pelarut etil asetat selama 24 jam dan disaring. Residu (ampas) kulit tersebut dimaserasi kembali dengan menggunakan 500 ml pelarut etanol 96% selama 24 jam dan disaring sehingga menghasilkan filtrat. Masing- masing filtrat tersebut diuapkan dengan menggunakan vacuum rotary evaporator pada suhu 60 o C sampai diperoleh ekstrak kental.
Penyiapan Bakteri Uji MDR Pseudomonas aeruginosa diinokulasikan ke media NB dan diinokulasi selama 18 jam pada suhu 37 o C. Bakteri diinokulasi lagi dari media NB ke media MCA dengan cara digoreskan dan diinkubasi selama 18 jam pada suhu 37 o C. Sebelum digunakan dalam uji antibakteri, bakteri diregenerasi terlebih dahulu dengan cara menggoreskan isolat bakteri tersebut ke media NA miring dan diinkubasi selama 18 jam pada suhu 37 o C.
Uji Aktivitas Antibakteri 25 Uji aktivitas antibakteri ekstrak kulit buah manggis dilakukan dengan menggunakan metode difusi cakram Kirby-Bauer. Suspensi bakteri yang akan diuji diukur terlebih dahulu kerapatannya dengan menggunakan spektrofotometer ( = 625 nm dan absorbansi 0,08-0,13) untuk mendapatkan standar kerapatan bakteri 1-2 x 10 8 Colony Forming Units/ml. Bakteri diambil dengan menggunakan kapas lidi steril dan diinokulasi ke media MHA. Inokulum dioleskan ke permukaan media sebanyak 3 kali dengan memutar cawan Petri dengan sudut 60 o setelah setiap kali pengolesan dan dibiarkan selama 15 menit pada suhu ruangan dalam kondisi cawan tertutup. Pengujian ekstrak kulit buah manggis menggunakan kertas cakram kosong steril dengan diameter 6 mm. Ekstrak yang sudah diencerkan masing- masing diteteskan pada permukaan kertas cakram sebanyak 20 l dan dibiarkan sesaat sampai ekstrak terserap dengan baik. Cakram diletakkan di atas permukaan media yang diinokulasi dengan pinset steril, lalu diinkubasi pada suhu 35 1 o C selama 16-20 jam.
Parameter Aktivitas antibakteri ekstrak kulit buah manggis dapat dilihat dari adanya hambatan pertumbuhan bakteri berupa zona bening pada media MHA. Pengukuran diameter tersebut dilakukan dengan menggunakan jangka sorong dalam satuan milimeter (mm).
Analisis Data Hasil penelitian dari tiap kelompok dianalisis normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk serta uji homogenitas menggunakan uji Levene. Data yang diperoleh normal dan homogen, kemudian dilanjutkan dengan uji ANOVA (Analysis of Variance). Hasil beda nyata antar perlakuan didapatkan nilai koefisien keragaman (KK) < 5%, maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ). Hasil penelitian dijabarkan dengan menggunakan klasifikasi respon hambatan menurut Greenwood (1995), Morales et al. (2003) dan NCCLS (2002) 26,27,28 .
Hasil Penelitian Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak kulit buah manggis terhadap MDR Pseudomonas aeruginosa memperlihatkan zona bening pada konsentrasi 400 mg/ml (P 1 ), 500 mg/ml (P 2 ), 600 mg/ml (P 3 ), 700 mg/ml (P 4 ) dan 800 mg/ml (P 5 ) dengan
4
rata-rata diameter zona beningnya secara berturut-turut adalah 8,5 mm, 9,7 mm, 11 mm, 11,7 mm dan 12 mm. Pada kontrol negatif (P 0 ) yaitu larutan CMC 1% tidak terbentuk zona bening (Tabel 1).
Tabel 1. Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak kulit buah manggis terhadap pertumbuhan MDRPa
Data hasil penelitian dilakukan uji normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk serta uji homogenitas menggunakan uji Levene. Hasil uji normalitas dan homogenitas menunjukkan bahwa sebaran data berdistribusi normal dan homogen. Data kemudian dianalisis menggunakan uji ANOVA (Analysis of Variance) pada tingkat kemaknaan statistik/Confidence Interval 95% (p < 0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa ekstrak kulit buah manggis memiliki aktivitas antibakteri yang bermakna terhadap MDR Pseudomonas aeruginosa. Berdasarkan nilai koefisien keragaman (KK) yaitu 4,132% maka dilakukan uji lanjutan yang dipilih adalah uji Beda Nyata Jujur (BNJ).
Tabel 2. Perbandingan aktivitas antibakteri dengan menggunakan uji BNJ pada tingkat kemaknaan statistik 95% Perlakuan Mean SD P 0
P 1
P 2
P 3
P 4
P 5
0,00 a 0,00 8,5 b 0,41 9,7 c 0,48 11 d 0,41 11,7 e 0,25 12 e 0,41 Keterangan: Superscript huruf yang menunjukkan kemaknaan yang berbeda; SD (Standar Deviasi) Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa kelompok perlakuan ekstrak kulit buah manggis dengan konsentrasi 400 mg/ml, 500 mg/ml, 600 mg/ml, 700 mg/ml dan 800 mg/ml memiliki aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan MDR Pseudomonas aeruginosa yang terlihat dari superscript yang berbeda. Superscript yang berbeda dari analisis data semua perlakuan menunjukkan bahwa adanya peningkatan aktivitas antibakteri dan berhasil menekan heterogenitas galat. Hasil analisis data menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara masing-masing konsentrasi ekstrak kulit buah manggis dengan aktivitas antibakteri. Berdasarkan Tabel 2 didapatkan rata-rata diameter zona hambat untuk ekstrak kulit buah manggis konsentrasi 400 mg/ml adalah 8,5 mm dan ekstrak kulit buah manggis konsentrasi 800 mg/ml adalah 12 mm. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak kulit buah manggis memiliki aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan MDR Pseudomonas aeruginosa. Adanya perbedaan aktivitas antibakteri antar perlakuan disebabkan oleh adanya tingkatan konsentrasi zat. Semakin tinggi konsentrasi suatu zat antibakteri maka semakin banyak zat yang terkandung dan aktivitas antibakteri tersebut 3 . Konsentrasi ekstrak 700 mg/ml dan 800 mg/ml memiliki superscript yang sama. Hal ini menujukkan bahwa kedua konsentrasi tidak memiliki hubungan yang signifikan namun memiliki peningkatan aktivitas antibakteri. Hasil penelitian dijabarkan dengan klasifikasi respon hambatan pertumbuhan bakteri menurut Greenwood (1995). Ekstrak kulit buah manggis dengan konsentrasi 400 mg/ml dan 500 mg/ml tidak memiliki respon hambat pada pertumbuhan MDR Pseudomonas aeruginosa, sedangkan ekstrak kulit buah manggis dengan konsentrasi 600 mg/ml, 700 mg/ml dan 800 mg/ml memiliki respon hambat pertumbuhan yang lemah. Berdasarkan Morales et al. (2003), konsentrasi 400 mg/ml dan 500 mg/ml Perlakuan Diameter Zona Hambat (mm) I II III IV Mean P 0
memiliki respon hambat +1 (+) terhadap pertumbuhan MDR Pseudomonas aeruginosa, sedangkan konsentrasi 600 mg/ml, 700 mg/ml dan 800 mg/ml memiliki respon hambat +2 (++). Menurut standar umum antibakteri NCCLS (2002), ekstrak kulit buah manggis dengan konsentrasi 800 mg/ml tetap dapat digunakan karena memiliki diameter daya hambat lebih dari 12 mm 26,27,28 .
Pembahasan Berdasarkan penelitian yang dilakukan diketahui bahwa ekstrak kulit buah manggis memiliki aktivitas antibakteri terhadap MDR Pseudomonas aeruginosa yang diduga akibat adanya senyawa aktif pada kulit buah manggis tersebut. Senyawa-senyawa tersebut adalah xanton, alkaloid, tanin, saponin, triterpenoid dan flavonoid. Kulit buah manggis memiliki senyawa aktif utama yaitu xanton 12 . Xanton merupakan substansi kimia alami yang tergolong senyawa polifenol 11 . Xanton memiliki aktivitas antibakteri yang kuat. Senyawa ini dapat berinteraksi dengan porin yang terdapat pada dinding sel bakteri P.aeruginosa sehingga dapat merusak dinding sel 29 . Senyawa alkaloid akan mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel 30,31 . Tanin dapat menginduksi pembentukan kompleks senyawa ikatan sehingga dapat merusak membran sel, inaktivasi enzim dan destruksi atau inaktivasi fungsi materi genetik bakteri 32,33 . Saponin memiliki molekul amfipatik yang dapat melarutkan protein membran. Saponin juga dapat membentuk ikatan saponin-protein bakteri sehingga mengganggu perkembangan bakteri dan menyebabkan membran pecah, lisis sel atau bahkan mati 34 . Triterpenoid merupakan salah satu golongan saponin sehingga memiliki mekanisme yang sama sebagai antibakteri 11 . Flavonoid juga memiliki aktivitas antibakteri. Flavonoid memiliki banyak struktur, di antaranya struktur-struktur tersebut yang memiliki aktivitas antibakteri adalah flavon dan glikosida, acacetin, apigenin, flavonol, flavon-3-ol, flavan-3,4-diols dan anthocyanidins, flavans dan turunannya, chalcones, licochalcone, epicatechin gallate, 5,7,4- trihydroxy-8-methyl-6-(3-methyl-[2- butenyl])-(2S)-flavanone 35 . Flavonoid memiliki kemampuan untuk membentuk senyawa kompleks terhadap protein ekstraseluler dan berinteraksi dengan DNA bakteri sehingga menyebabkan kerusakan pada permeabilitas dinding sel, mikrosom dan lisosom 36 . Pada penelitian Nonaka, Kawahara dan Nishioka (1983) yang disitasi oleh Jung et al. (2006), kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) mengandung epicatechin. Epicatechin merupakan salah satu turunan struktur flavonoid yang memiliki aktivitas antibakteri yaitu flavon- 3-ol 37 . Menurut Ikagai et al. (1993), epicatechin akan menginduksi kerusakan molekul lipid pada bagian intraliposom membran bakteri. Epicatechin juga dapat menyebabkan fusi membran yang mengakibatkan kebocoran material intramembran dan agregasi 38 .
Kesimpulan 1. Ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) memiliki aktivitas antibakteri terhadap Multidrug- Resistant Pseudomonas aeruginosa. Aktivitas antibakteri ditunjukkan oleh semua konsentrasi yaitu konsentrasi 400 mg/ml, 500 mg/ml, 600 mg/ml, 700 mg/ml dan 800 mg/ml. 2. Semakin besar konsentrasi ekstrak kulit buah manggis maka semakin besar pula diameter zona hambat dan aktivitas antibakterinya.
Saran 1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengisolasi senyawa aktif pada
6
kulit buah manggis yang memiliki aktivitas antibakteri. 2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai aktivitas antibakteri ekstrak kulit buah manggis secara in vivo. 3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk melihat aktivitas antibakteri terhadap bakteri patogen lainnya terutama yang telah mengalami resistensi terhadap antibiotik.
DAFTAR PUSTAKA 1. Pradono, J; Senewe, F; Kristianti, C.M dan Soemantri. 2005. Transisi Kesehatan di Indonesia. Jurnal Ekologi Kesehatan. 4 (3): 336-350. 2. Basuki, P.S. 2006. Infeksi Bakteri Intraseluler pada Anak. Surabaya, Divisi Infeksi dan Pediatri Tropik Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga RSUD Dr Soetomo. http://www.pediatrik.com/pkb/200602 20-fsh0g3-pkb.pdf [diakses 10 Juli 2012]. 3. Brooks, G.F; Butel, J.S dan Morse, S.A. 2007. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 23. Jakarta, EGC. p. 266-268. 4. Santi. 2007. Polimicrobial Infection and Multidrug Resistance Between Evidence and Reality. 8 th Jakarta Antimicrobial Update. http://www.kalbe.co.id/print_version.p hp?mn=news&detail=18976 [diakses 21 Juni 2012]. 5. Refdanita; Maksum, R; Nurgani, A dan Endang, P. 2004. Pola Kepekaan Kuman terhadap Antibiotika di Ruang Rawat Intensif Rumah Sakit Fatmawati Jakarta Tahun 2001-2002. Makara, Kesehatan. 8 (2): 41-48. 6. Suwandi, U. 1992. Resistensi Mikroba terhadap Antibiotik. Cermin Dunia Kedokteran.74: 46-49. 7. Wahyuningsih, M.S.H. 2011. Deskriptif Penelitian Dasar Herbal Medicine. Journal of Traditional Medicine. 16. 8. Kosem, N; Han, Y.N dan Moongkarndi, P. 2007. Antioxidant and Cytoprotection Activities of Methanolic Extract from Garcinia mangostana Hulls. Science Asia [online]. 33(33): 283-292. 9. Subroto, M.A. 2008. Real Food True Health. Jakarta, Agromedia Pustaka. p. 73-74. 10. Suparjo, A. 2008. Pendapat Para Ahli Obat Tradisional Alami untuk Penyakit [online]. http://obat-herbals.com/pendapat-para- ahli [diakses 12 Mei 2012]. 11. Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Padmawinata, K dan Soediro, I, penerjemah. Bandung, Institut Teknologi Bandung. Terjemahan dari: Phytochemical Methods. p. 58-147. 12. Suksamrarn, S; Suwannapoch, N; Ratananukul, P; Aroonlek; N dan Suksamrarn, A. 2002. Xanthones from the Green Hulls of Garcinia mangostana. Journal Natural Product. 65(5): 761-763. 13. Torrungruang, K; Vichienroj, P dan Chutimaworapan, S. 2007. Antibacterial Activity of Mangosteen Pericarp Extract Against Cariogenic Streptococcus mutans. CU Dental Journal. 30: 1-10. 14. Tadtong, S; Viriyaroj, A; Vorarat. S; Nimkulrat, S dan Suksamrarn, S. 2009. Antityrosinase and Antibacterial Activities of Mangosteen Pericarp Extract. Journal of Medical Research Thailand. 23(2): 99-102. 15. Palakawong, C; Sophanodora, P; Pisuchpen, S dan Phongpaichit, S. 2010. Antioxidant and Antimicrobial Activities of Crude Extracts from Mangosteen (Garcinia mangostana L.) Parts and Some Essential Oils. International Food Research Journal. 17: 583-589. 16. Lim, T.K. 2012. Garcinia mangostana. Dalam: Edible Medicinal and Non- Medicinal Plants. Volume 2, Fruits.
7
New York, Springer Science and Business Media. p. 83-108. 17. Tangwatcharin, P; Meannui, N dan Onyen, A. 2012. Antibacterial Activity of Mangosteen Hulls Extract Againsts Listeria monocytogenes. International Conference on Bioinformatics and Biomedical Technology. 29: 191-195. 18. Bewiska, A. 2009. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Manggis (Garcinia mangostana) terhadap Pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa. Skripsi. Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas MIPA Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. http://repository.upi.edu/skripsiview.ph p?no_skripsi=11842 [diakses 07 Juni 2012]. 19. Kanj, S.S dan Kanafani, Z.A. 2011. Current Concepts in Antimicrobial Therapy Against Resistant Gram Negative Organisms: Extended- Spectrum -Lactamase-Producing Enterobactericeae, Carbapenem- Resistant Enterobactericeae and Multidrug-Resistant Pseudomonas aeruginosa. Symposium on Antimicrobial Therapy. p. 250-259. 20. Sari, A dan Ersam, T. 2011. Senyawa dan -Mangostin dari Kulit Buah Garcinia mangostana L. Skripsi. Jurusan Kimia Fakultas FMIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. http://digilib.its.ac.id/public/ITS- Undergraduate-17809-1407100030- Paper.pdf [diakses 03 Mei 2012]. 21. Pothitirat, W dan Gritsanapan, W. 2009. HPLC Quantitive Analysis Method for the Determination of - Mangostin in Mangosteen Fruit Rind Extract. Thai Journal of Agricultural Science. 42(1): 7-12. 22. Virganita, J. 2009. Uji Antibakteri Komponen Bioaktif Daun Lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan Profil Kromatografi Lapis Tipisnya. Skripsi. Jurusan Biologi Fakultas FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta. http://digilib.uns.ac.id/upload/dokumen /164332908201007031.pdf [diakses 01 Juni 2012]. 23. Hidayani, R. 2010. Pengaruh Penggunaan Pelarut Etanol dan Etil Asetat pada Ekstraksi Daun Gambir (Uncaria gambir Roxb.) terhadap Aktivitas Antibakteri Patogen Pangan. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas Padang. http://repository.unand.ac.id/7804/1/I MG.pdf [diakses 18 Juni 2012]. 24. Hanafiah, K.A. 2011. Rancangan Percobaan. Edisi Ketiga. Jakarta, Rajagrafindo Persada. p. 34-43. 25. European Committee on Antimicrobial Susceptibility Testing. 2012. EUCAST Disk Diffusion Method. Dalam: Antimicrobial Susceptibility Testing. http://www.eucast.org/fileadmin/src/m edia/PDFs/EUCAST_files/Disk_test_d ocuments/Manual_v_2.1_EUCAST_Di sk_Test.pdf [diakses 02 Juni 2012]. 26. Greenwood. 1995. Antibiotics Susceptibility (Sensitivity) Test, Antimicrobial and Chemotherapy. USA, Mc Graw Hill Company. p. 47. 27. Morales, et al. 2003. Secondary Metabolites from Four Medicinal Plants from Northern Chile, Antimicrobial Activity and Biotoxicity Against Artemia salina. Journal of the Chilean Chemical Society. 48(2): 13- 18. 28. National Committee for Clinical Laboratory Standards for Antimicrobial Standards. 2002. Performance Standards for Antimicrobial Susceptibility Testing. 12 th Informational Supplement. M100- S12. National Committee for Clinical Laboratory Standards. Villanova. Pa. 29. Boonnak, N; Karalai, C; Chantrapomma, S; Panglimanont, C; Fun, H.K, Opas, A.K; Chantrapomma, K dan Kato, S. 2009. Anti- Pseudomonas aeruginosa Xanthones from the Resin and Green Fruits of Cratoxylum cochinchinense. Tetrahedron. 65: 3003-3013.
8
30. Leni, S. 2006. Senyawa Flavonoid, Fenilpropanoida dan Alkaloida. Medan, Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. http://biolpgyeastborneo.com/wp- content/uploads/2011/09/Senyawa- falvon-dan-alkaloid.pdf [diakses 20 Juni 2012]. 31. Mustika, K dan Ariyani, D. 2010. Skrining Fitokimia Ekstrak Metanol Biji Kalangkala (Litsea angulata). Sains dan Terapan Kimia. 4(2): 131- 136. 32. Naczk, M; Nichols, T; Pink, D dan Sosulski, F. 1994. Condensed Tannins in Canola Hulls. Journal of Agrocultural and Food Chemistry. 42: 2196-2200. 33. Hagerman, A.E. 2002. Condensed Tannin Structural Chemistry. Oxford, Department of Chemistry and Biochemistry, Miami University. http://www.users.muohio.edu/hagerma e/Condensed%20Tannin%20Structural %20Chemistry.pdf [diakses 22 Juni 2012]. 34. Siregar, B. 2011. Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl) terhadap Pertumbuhan Streptococcus mutans (In Vitro). Medan, Universitas Sumatera Utara. http://repository.usu.ac.id/handle/1234 56789/30101 [diakses 23 Juni 2012]. 35. Cushnie, T.P.T dan Lamb, A.J. 2005. Antimicrobial Activity of Flavonoids. International Journal of Antimicrobial Agents. 26: 343-356. 36. Sabir, A. 2003. Pemanfaatan Flavonoid di Bidang Kedokteran Gigi. Majalah Kedokteran Gigi Uniersitas Airlangga. 81: 7. 37. Jung, H.A; Su, B.N; Keller, W.J; Mehta, R.G dan Kinghorn, A.D. 2006. Antioxidant Xanthones from the Pericarp of Garcinia mangostana (Mangosteen). Journal of Agricultural and Food Chemistry. 54: 2077-2082. 38. Ikigai, H; Nakae, T; Hana, Y dan Shimamura, T. 1993. Bactericidal Catechins Damage the Lipid Bilayer. Bio Pharm. 1147: 132-136.