Sistem Produksi 2 (PRODUCTION AND INVENTORY MANAGEMENT)
Filed under: Kuliah distians @ 1:24 pm
INTRODUKSI Perubahan wajah manfacturing secara significant telah terjadi pada TEKNOLOGI manufctur dan MANAJEMEN manufactur Pada Teknologi manufactur lahir : - CNC (Computerized Numerical Control) - FMS (Flexible Manufacturing System) Pada Manajemen manufactruing lahir MPC (Manufacturing Planning & Control) yang terdiri atas - MRP (Material Requirement Planning) - MRP Closed Loop - MRP II (Manufacturing Resource Planning) - OPT (Optimized Porduction Technology) - JIT (Just In Time) Perubahan tidak saja terjadi pada formulasi, tapi juga pada integrasi horizontal/vertical Sukses MPC tergantung pada : 1. Good Planning - Production Planning - MPS (Master Production Schedule) - MRP/CRP (Capacity Requirement Planning) 2. Good Execution - Purchasing - Shop Floor PAC (Production Activity Control) MAC (Manufacturing Activity Control) Development pada Execution (SFC/Shop Floor Control) perlu penyesuaian dengan adanya : - MRP - GROUP TECHNOLOGY - JIT - FMS - BARCODING - ROBOTIC - CAD/CAM SISTEM PRODUKSI 1. DEFINISI PRODUCTION AND INVENTORY MANAGEMENT Suatu aktivitas yang meliputi design, operation dan control suatu sistem manufactur sampai dengan distribusi produk jadi. Adalah serangkaian rantai logistik yang meliputi : - Tingkat retail - Tingkat warehouse - Tingkat manufacturing Logistik Adalah proses pengadaan bahan baku dimulai pengadaan, distribusi ke proses produksi, distribusi ke gudang sampai distribusi barang jadi ke konsumen. 2. FAKTOR PENENTU KEBERHASILAN PIM - Kedekatan hubungan dengan orang - Adanya sistem perencanaan dan pengendalian yang baik 3. RUANG LINGKUP PIM MELIPUTI : - Supervision - Production Planning - Material Planning - Scheduling - Purchasing - Inventory Control 4. KEBIJAKAN PIM DITENTUKAN OLEH : - Strategi Product Positioning - Strategi Process Positioning - Strategi Pemilihan Teknologi B. STRATEGI PRODUCT POSITIONING Adalah kebijakan yang dipilih suatu industri dalam pembuatan produk Ada 4 tipe industri dilihat dari Product Positioning : - Make to Stock - Make to Order - Assemble to Order - Engineer to Order Detrerminan dari strategi Product Positioning : 1. Manufacturing Lead Time 2. Interval Waktu Konsumen mau menunggu 3. Tingkat Customization yand Diinginkan Customer If 1 < 2 Make to Stock 1 > 2 Make to Order 1. MAKE TO STOCK Adalah tipe industri yang membuat produk akhir untuk disimpan Kebutuhan konsumen diambil dari persediaan di gudang Ciri-ciri Make to Stock : - Standard Item, high volume - Terus menerus dibuat, lalu disimpan - Harga wajar - Pengiriman dapat dilakukan segera - Customer tidak mau menunggu - Perlu adanya Safety Stock untuk mengatasi fluktuasi Contoh : Coca Cola, gula, semen, baut. 2. MAKE TO ORDER Adalah tipe industri yang membuat produk hanya untuk memenuhi pesanan Ciri-ciri Make to Order : - Inputnya bahan baku - Biasanya untuk supply item dengan banyak jenis - Harganya cukup mahal - Lead time ditetapkan oleh konsumen/pesaing - Perlu keahlian khusus - Komponen bisa dibeli untuk persediaan 3. ASSEMBLE TO ORDER Adalah tipe industri yangg membuat produk dengan cara assembling hanya untuk memenuhi pesanan Ciri-ciri Assemble to Order : - Inputnya komponen - Untuk suply item dengan banyak jenis - Harganya cukup mahal - Lead time ditetapkan oleg konsumen 4. ENGINEER TO ORDER Adalah tipe industri yang membuat produk untuk memenuhi pesanan khusus dimulai dari perancangan produksi sampai pengiriman produk. Ciri-ciri Engineer to Order : - Produk sangat spesifik - Lead time panjnag - Harganya mahal Contoh : - Pesawat khusus - Alat kontrol C. STRATEGI PROCESS POSITIONING Adalah strategi yang dipilih suatu industri untuk menentukan jenis proses yang akan digunakan untuk menghasilkan produk. Type industri ditinjau dari strategi Process Design : 1. Flow Shop : Continous Flow - Dedicated Repetitive - Batch Flow - Mixed Model Repetitive Flow 2. Job Shop 3. Fixed Site/Project CONTINOUS FLOW Untuk produk non-diskrit Hanya untuk 1 macam produk; biasanya liquid, powder, metal Contoh : minyak, baja, minuman Karakteristik : - Fixed rate : tidak bisa diubah begitu saja - Fasilitas dirancang untuk untuk 1 macam produk - Tujuan : minimasi handling - Perubahan mesin sangat mahal, umur panjang - Pengadaan bahan baku harus kontinu - Harga produk bsa murah - Fixed Cost tinggi, Variable Cost rendah, Break Even Point (BEP) tinggi REPETITIVE DEDICATED Untuk part diskrit Untuk 1 macam produk dengan banyak variasi Perubahan tidak memerlukan waktu set up Contoh : Sepatu merah/biru, dsb - Kecap asin/manis, dsb - Baju model pendek/panjang, dsb Karakteristik seperti pada Continous Flow BATCH FLOW Untuk part diskrit/non-diskrit Untuk produk 1 macam dengan banyak variasi dengan urutan sama Penggantian produk memerlukan waktu set up Contoh : - Minuman : Coca Cola/Orange - ABC : Kecap/Saus - Obat : Obat Batuk/Antibiotik Karakteristik : - Peralatan lebih general - Kurang efisien - Harus ada jadual untuk alat - Peralatan harus di-adjust dahulu sebelum dipakai untuk produk lain MIXED MODEL Untuk part diskrit Satu fasilitas tapi bisa untuk banyak jenis produk Waktu set up hampir nol Urutan pengerjaan berbeda Misal : Model-1 di Work Stasion A B C Model-2 di Work Stasion A B C A B C (Jadi produk model-2 perlu 2 unit out put dari A) Contoh : baju 2 pita/5 pita Karakteristik : - Peralatan termasuk general purpose - Pekerja lebih fleksibel karena banyak keahlian - Waktu set up < waktu pembuatan 1 unit - Kecepatan produksi = kecepatan permintaan dengan mengatur jumlah pekerja JOB SHOP Produk diskrit, urutan dan ukuran berbeda Lay out by process Set up tinggi sehingga ongkos produksi tinggi Keahlian pekerja dituntut tinggi Mesin-mesin termasuk general purpose Ukuran pesanan kesil (small batch) Mampu menerima pesanan apapun Contoh : BENGKEL : membuat prototype, jig, fixture Karakteristik : - Fasilitas dirancang untuk membuat N macam produk yang berukuran pesanan kecil - Planning & Control ditentukan melalui flow line, sequence, priority, time, status, capacity, bottle neck - Beban tiap Work Station tidak seragam - WIP (Work in Process) tinggi karena antrian tinggi - Waktu pembuatan jauh lebih besar dari waktu operasi (karena waktu menunggu tinggi) FIXED SITE/PROJECT Untuk proyek dimana sumber daya dibawa ke lokasi Lay out : fixed/stationary Punya batas waktu tertentu Contoh : pembuatan kapal, konstruksi, telpon Karakteristik : - Pekerja sangat ahli, independen - Bekerja atas dasar lembar kerja - Volume kecil - Sumber daya harus tersedia KLASIFIKASI PROCES PRODUKSI (Dihubungkan dengan product positioning) PROCESS DESIGN LAY OUT TYPE STRESSING PRODUCT POSITIONING FLOW SHOP : 1. Continous 2. Dedicated Repetitive 3. Batch/intermitten 4. Mixed Model by product by product by product by product produk produk produk produk Make to Stock (MTS) Make to Order (MTO) MTO/MTS MTO/MTS/ATO JOB SHOP by process proses MTO FIXED SITE fixed waktu MTO MANUFACTURING PLANNING & CONTROL (MPC) Secara spesifik PIM sering disebut MPC MPC SYSTEM Kegiatan manufactur yang dimulai dari perencanaan produksi sampai eksekusi Perkembangan komputer menyebabkan MPC System dilaksanakan secara komputerisasi Dengan komputer MPC System bisa diperluas MPC System + Feedback + Capacity Planning = MRP System (MRP Closed Loop) MRP System + Business Planning + Performance Measurement = MRP II (Manufacturing Resources Planning) BUSINESS PLANNING Biasanya dinyatakan dalam dollar Berisi rencana pendanaan, pembiayaan dan keuangan perusahaan Sebagai dasar untuk membuat rencana pemasaran MARKETING PLANNING Rencana tentang produk yang akan dibuat, penjualan, dan pemasaran Sebagai dasar untuk membuat Production Planning PRODUCTION PLANNING Rencana tentang berapa yang akan dibuat pada tiap periode Dinyatakan dalam satuan Agregat Dibuat berdasarkan Marketing Planning Diturunkan ke MPS Divalidasi dengan Resource Planning MASTER PRODUCTION SCHEDULING Rencana berapa end item yang harus dibuat pada tiap periode selama 1 sampai 5 tahun End item adalah produk akhir Merupakan dekomposisi dari Production Planning Diturunkan menjadi Material Requirement Planning (MRP) Divalidasi dengan Rough Cut Capacity Planning (RCCP) RESOURCE PLANNING Rencana kapasitas yang diperlukan untuk memenuhi Porduction Plan Dapat dinyatakan dalam jam-orang atau jam-mesin Merupakan bahan pertimbangan untuk ekspansi orang, mesin, pabrik dll Ditetapkan berdasarkan kapasitas tersedia Jika kapasitas tersedia tidak mencukupi, maka Porduction Plan diubah sehingga secara otomatis Business Plan berubah ROUGH CUT CAPACITY PLANNING Rencana untuk menentukan kapasitas yang diperlukan untuk memenuhi MPS Hasilnya berupa jenis orang/mesin yang diperlukan untuk tiap work centre pada setiap periode Merupakan bahan pertimbangan untuk penambahan tool atau sub kontrak DEMAND MANAGEMENT Aktivitas memprediksi kebutuhan dimasa datatng dikaitkan dengan kapasitas Terdiri dari aktivitas Forcasting, distribution requirement planning, order entry, shipment, dan service part requirement. Sebagai dasar untuk menentukan Marketing, Purchasing, MPS Planning MATERIAL REQUIREMENT PLANNING Menetapkan rencana kebutuhan material untuk melaksanakan MPS Output MRP adalah Purchasing dan PAC (Production Activity Control) MRP menghasilkan rencana pembelian meliputi jumlah, due date, release date Input MRP adalah MPS, Bill of Material dan Inventory Status Merupakan dasar untuk purshasing dan Production Activity Control (atau Shop Floor Control) Divalidasi dengan Capacity Requirement Planning CAPACITY REQUIREMENT PLANNING Rencana kebutuhan kapasitas yang diperlukan untuk merealisasikan MPS di tiap periode dan tiap mesin Inputnya MRP dan Routing CRP lebih teliti dan rinci daripada RCCP karena dari Planned Order Jika kapasitas tidak tersedia bisa ditambah dengan over time, merubah routing, dll Jika tidak tercapai, MPS harus diubah PRODUCTION ACTIVITY CONTROL (PAC) Sering disebut dengan Shop Floor Control (SFC) Aktivitas membuat produk setelah barang dibeli PAC terdiri dari aktivitas menentukan awal-akhir suatu job (operation scheduling) berdasarkan sequence kedatangan job, lalu membebankan job ke work station, expedisikan job yang terlambat dan pelaporan Hasil laporan akan meruupakan feed back bagi MPS PURCHASING Merupakan aktivitas memilih vendor, membuat order pembelian, menjadualkan vendor sampai mengejar vendor Merupakan dasar PAC PERFORMANCE MEASUREMENT Evaluasi sistem MPC untuk melihat seberapa jauh hasil yang diperoleh dengan rencana yang telah ditetapkan Sebagai bahan evaluasi pencapaian Business Planning KARAKTERISTIK KEBERHASILAN SYSTEM Ditentukan oleh adanya : Hirarki yang terstruktur Feed back Komputer Database tunggal Integrasi Mampu memperbaiki respons Transparan Ketelitian TEKNOLOGI BARU MANUFACTURING DAPAT DIKELOMPOKKAN MENJADI 2, YAITU : 1. Otomasi aktivitas proses produksi, seperti penggunaan CAD (Computer Aided Design), CAM (Computer Aided Manufacturing), Robotic, FMS (Flexible Manufacturing System). 2. Komputerisasi Perencanaan dan pengendalian produksi. Perkembangan teknologi ini akan berhubungan dengan CIM. BILL OF MATERIAL (BOM) Adalah daftar (list) dari bahan, material atau komponen yang dibutuhkan untuk dirakit, dicampur atau membuat produk akhir Jaringan yang menggunakan hubungan INDUK KOMPONEN Dibutuhkan sebagai input dalam perencanaan dan pengendalian aktivitas produksi Ketelitiannya sangat krusial/penting sekali PENGGUNAAN 1. Engineering @ Dibuat sebagai bagian dari perancangan proses produksi @ Digunakan untuk menentukan item-item mana saja yang harus dibeli atau dibuat sendiri 2. PPC Digabung dengan MPS (Master Production Schedul/Jadual Induk Produksi) digunakan untuk menentukan item-item dalam daftar pembelian dan order produksi yang harus dilepas. 3. Accounting Digunakan dalam menghitung biaya produksi dan harga jual PENOMORAN KOMPONEN Setiap komponen harus memiliki identifikasi unik/khusus yang hanya mengidentifikasikan satu komponen yang disebut PART NUMBER atau ITEM NUMBER. Penentuan Part Number dapat dilakukan dengan 3 cara : 1. RANDOM Nomor yang digunakan hanya sebagai pengenal/identifier dan bukan sebagai penjelas (descriptor) tidak menjelaskan ebih jauh mengenai suatu komponen Contoh : 28997 (angka random) untuk Upper Barrel Clip 2. SIGNIFICANT Adalah nomor yang dapat juga menjelaskan informasi khusus mengenai item/komponen tertentu, seperti sumber material (source), bahan, bentuk dan deskripsi. Contoh : Part Number : 37-1-3-16-432 Jenis Item : 37 = ink cartridge Tipe/jenis : 1 = screw-in type Tipe ujung : 3 = fine line Warna : 16 = blue Panjang : 423 = 4,5 inches Harus dirubah jika komponen tersebut karakteristiknya dirubah atau ingin ditambahkan variabel lain. 3. SEMISINIFICANT Beberapa digit pertama menjelaskan mengenai komponen tersebut, sementara digit berikutnya berupa angka random. Contoh : Part Number : 37-7213 Jenis Item : 37 = ink cartridge Empat Digit : 7213 = angka random KONSEP INDUK-KOMPONEN KOMPONEN adalah objek/bagian yang dirakitkan yang secara bersama-sama untuk membuat INDUK (PARENT). Suatu komponen akan menjadi Induk (Parent) bagi objek yang menjadi pembentuknya Data penting untuk keakuratan hubungan Induk-Komponen : 1. Part Number Induk (Parent) 2. Part Number Komponen 3. Jumlah/kuantitas komponen yang dibutuhkan untuk membentuk sebuah Induk (Parent) 4. Scrap Factor BOM LEVELS Dimulai dengan Level 0 untuk produk akhir Komponen pembentuk produk akhir ditempatkan pada Level 1 dan seterusnya sehingga membentuk sebuah hirarki yang disebut STRUKTUR PRODUK. 1. SINGLE LEVEL BOM Menggambarkan hubungan sebuah induk dengan satu level komponen-komponen pembentuknya 2. MULTI LEVEL BOM Menggambarkan struktur produk yang lengkap dari level 0 (produk akhir) sampai level paling bawah. Komponen yang sama dapat digunakan pada level yang berbeda. EXPLOSION dan IMPLOSION EXPLOSION Adalah BOM dengan urutan dimulai dari induk sampai komponen pada level paling bawah Adalah BOM yang menunjukkan komponen-komponen yang membentuk suatu induk dari level paling atas sampai level terbawah SINGLE LEVEL EXPLOSION sama dengan SINGLE LEVEL BOM INDENTED BOM EXPLOSION adalah MULTILEVEL BOM yang dilengkapi informasi Level setiap komponen SUMMERIZED EXPLOSION adalah MULTILEVEL BOM yang dilengkapi jumlah total setiap komponen yang dibutuhkan IMPLOSION Adalah BOM yang menunjukkan urutan Komponen-Induk Untuk mengetahui suatu Part Number menjadi komponen dari induk yang mana saja (kebalikan dari proses Explosion) Digunakan oleh engineer untuk melihat pengaruh perubahan rancangan komponen terhadap induk-induknya JENIS-JENIS BILL 1. PHANTOM BILL Untuk material yang tidak untuk disimpan/hanya lewat saja Tidak pernah dibuat Planned Ordernya (Order Release dan Order Completion) Lead Time = 0 Lot Size = Lot for lot Contoh : menjual Pencil dengan logo yang berbeda Phantom tanpa stock : MRP logic akan melewatkan phantom item MRP logic dari induk langsung ke komponennya SHOP FLOOR CONTROL A. PENGANTAR Adalah aktivitas untuk melaksanakan segala rencana yang dibuat Merupakan sub sistem dari MPC seperti Rencana Produksi dan MRP Merupakan akhir dari MPC/MRP system Dipakai dimana ada proses transformasi Terasa pentingnya jika beban melebihi kapasitas Bertujuan untuk mengatur aliran material agar MPS terlaksana dengan mengutamakan efisiensi material, buruh tool, dan waktu mesin SFC dimulai setelah Order Release SFC disebut juga : - Job shop control - Manufacturing Activity Control - Production Activity Control Tipe SFC yang sesuai tergantung dari : - Process Positioning Strategy - Operating Environment - Pengambil keputusan B. DEFINISI SFC Adalah aktifitas yang bertanggung jawab untuk melaksanakan rencana tahap sebelumnya dengan membuat jadual yang lebih rinci (dalam jangka pendek), memonitor dan melapor Dalam arti luas : Aktifitas merencanakan (jangka pendek), memonitor, mengendalikan, menekan lead time, antrian, dan penyesuaian Dalam arti sempit : Aktifitas memonitor pelaksanaan dan memberi feed back Dalam arti tindakan : Aktifitas dispatching dan reporting C. PRINSIP DALAM MERANCANG SFC 1. Prinsip Design SFC a. Umum Universal tapi fleksibel Dirancang agar manusia merupakan bagian terpenting dari sistem Tiap orang mempunyai peran b. External Sejalan dengan sistem lain, bisa menerima dan memberi informasi/feedback ke MPC SFC = mesin untuk menjalankan perusahaan Harus integrated, ada interaksi dengan sistem lain c. Internal Ada due date; due date merupakan yang terpenting dalam SFC Ada lead time Data valid dan akurat 2. Prinsip Operasional a. Umum SFC sangat kompleks Jika ada masalah dengan material/kapasitas jangan direlease b. Order Release Adalah aktifitas utma dalam SFC Ukuran SFC yang baik adalah yang menghasilkan : - Order release on time - Rate konsisten dengan kapasitas - Tiap order sudah Ok - Order yang bermasalah ditunda c. Dispatching Tidak ada teori yang terbaik, tergantung dari shop load, capacity, layout, kriteria, dan kompleksitas Dispatching ok jika prinsip order release diikuti Perlu ada prioritas dalam loading d. Feedback Mampu bereaksi terhadap perubahan yang kecil Hindarkan expediting Expediting merupakan indikasi adanya : - order > kapasitas - material shortage - operator unskilled - maintenance kurang memadai e. Queue Control Minimasi antrial di setiap work station Kendalikan flow of order ke line f. Aktifitas SFC meliputi : Order release Dispatching Sequencing Scheduling Reporting g. Order Release Merupakan aktivitas yang dilakukan sebelum suatu order dilepas ke shop floor mulai dari dokumentasi sampai produksi Informasi yang dibutuhkan untuk order release : - Identifikasi order - Routing - Time standar - Kebutuhan material telah dipenuhi - Laporan, due date, kondisi material Pemeriksaan material siap agar bahan yang dibutuhkan tersedia Evaluasi kapasitas Load leveling h. Dispatching Adalah upaya agar kebutuhan tersedia Aktivitas utama dispatching adalah order sequencing, schedul maintenance, schedul, down time, dan utilisasi i. Dispatchlist Adalah daftar order yang harus dikerjakan disetiap work station dengan urutan tertentu j. Sequencing Proses menentukan urutan job yang akan diproses ditiap fasilitas denfgan metode tertentu terhadap sumber daya mesin, tool, material Aktivitas sequencing : PRIORITY RULE : EDD, SPT, EODD, EOST k. Scheduling Penentuan saat dimulai dan berakhirnya suatu order Feedback merupakan bagian penting dalam SPC l. Order disposition Aktivitas mengeluarkan order dari sistem, jika terjadi order habis, dan scrapt
Material Requirement Planning (Perencanaan Kebutuhan Bahan) Pengertian Material Requirement Planning (MRP)
Menurut Rangkuti (2007), MRP (Material Requirement Planning) adalah suatu system perencanaan dan penjadwalan kebutuhan materialuntuk produksi yang memerlukan beberapa tahapan proses /fase atau dengan kata lain adalah suatu rencana produksi untuk sejumlah produk jadi yang diterjemahkanke bahan mentah atau komponen yang dibutuhkan dengan menggunakan waktu tenggang sehingga dapat ditentukan kapan dan berapa banyak yang dipesan untuk masing-masing komponen suatu produk yang akan dibuat.
Yamit (1999), menyebutkan bahwa MRP merupakan system yang dirancang secara khusus untuk situasi permintaan bergelombang, yang secara tipikal karena permintaan tersebut dependen.
Tujuan dan Filosofi MRP
System MRP digunakan untuk mengendalikan tingkat persediaan dengan prioritas utamanya pada persediaan item-item dan merencanakan kapasitas system produksi. Dalam MRP terdapat tiga prinsip yaitu : 1. Dalam penentuan persediaan dengan prinsip pemesanan komponen yang tepat, pemesanan dalam jumlah yang tepat dan pemesanan pada waktu yang tepat. 2. Dalam menentukan prioritas meliputi pesanan dengan jatuh tempo yang tepat dan menjaga jatuh tempo yang valid. 3. Dalam penentuan kapasitas meliputi: merencanakan muatan yang lengkap, merencanakan muatan yang akurat dan merencanakan waktu yang cukup untuk muatan dimasa yang akan datang.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa prinsip dari MRP adalah memperoleh material yang tepat pada tempat yang tepat dan diwaktu yang tepat.
Tujuan MRP adalah untuk memperbaiki layanan pelanggan, meminimalkan investasi persediaan dan memaksimalkan efisiensi operasi produksi . Sedangkan filosofi MRP adalah material dipercepat pada saat penundaan jadwal produksi menguntungkan dan ditunda pada saat jadwal ditunda.
Kegunaan MRP
MRP banyak digunakan diberbagai jenis industry yang menggunakan aliran proses intermiten dan tidak termasuk proses kontinyu seperti perusahaan minyak dan baja. MRP sangat bermanfaat pada perusahaan yang beroperasi dalam perakitan dan kurang bermanfaat bagi perusahaan pabrikasi. Disisi lain MRP kurang menguntungkan digunakan untuk perusahaan yang memiliki jumlah produksi pertahunnya rendah, terutama pada perusahaan yang menghasilkan produk yang mahal dan kompleks dan yang membutuhkan riset dan design. Berdasarkan pengalaman yang ada leadtime menyebabkan terlalu lama dan terjadi ketidakpastian.
MRP juga diterapkan diperusahaan jasa, tetapi jarang sekali bukan karena teknik ini tidak dapat diterapkan tetapi karena pertumbuhan MRP dibatasi oleh item persediaan. System MRP sangat besar kemungkinannya untuk dikembangkan, system ini dapat digunakan untuk mengendalikan sumber daya yang berupa bahan baku, fasilitas, peralatan, dan tenaga kerja dengan baik. System ini dapat mengendalikan itemyang tidak dapat diperbaharui seperti tenaga kerja.
Dengan demikian MRP merupakan asset yang penting dalam produksi jasa, apabila persediaan dalam industry jasa peralatan, ruangan dan personalia, maka metode yang digunakan ini sangat tepat.sebagai contoh rencana ruang operasi, hotel, MPS berupa jadwal konsultasi, BOM berupa kebutuhan peralatan dan personalia, dokter, perawat, ahli ruang operasi dan lain-lain. Catatan persediaan berupa kemampuan sumberdaya dan komitmen mereka terhadap proyek tersebut. Berdasarkan hal tersebut, maka menghasilkan jadwal yang berisi waktu dimulainya operasi, keseluruhan waktu yang diharapkan, kebutuhan bahan dan lain-lain. Kemungkinan yang akan terjadi dimasa depan adalah system MRP dapat diaplikasikan dibidang jasa.
Komponen MRP (Input MRP)
Komponen sistem MRP adalah : 1. Data Persediaan (Inventory Record File) --> Data ini menjadi landasan untuk pembuatan MRP karena memberikan informasi tentang jumlah persediaan bahan baku dan barang jadi yang aman (minimum) serta keterangan lainnya, seperti : (1) kapan kita mendapat kiriman barang; (2) berapa jangka waktu pengiriman barang (lead time); (3) berapa bear kelipatan jumlah pemesanan barang (lot size). Semua keterngan itu mendukung penyusunan MRP yang tepat sehingga sesuai dengan tujuan awalnya untuk merencanakan jumlah dan waktu pesanan bahan baku yang tepat agar proses produksi tidak terlambat. 2. Jadwal Produksi (Master Production Schedule) --> MPS digunakan untuk mengetahui jadwal masing-masing barang yang akan diproduksi, kapan barang tersebut akan dibutuhkan sehingga dapat kita gunakan sebagai landasan penyusunan MRP. 3. Bill of Material File (BOM) --> BOM digunakan Untuk mengetahui susunan barang yang akan diproduksi, menggunakan bahan apa saja, apakah bahan tersebut langsung kita beli atau kita buat dengan bahan dasar yang lain sehingga jelas dalam menentukan pemesanan bahan-bahan baku agar produksi tetap berjalan lancar.
Proses MRP
Proses MRP merupakan aktivitas yang dilakukan berdasarkan jadwal induk, struktur produk dan file catatan yang tersedia. Adapun kegiatan yang dilakukan adalah dengan mengetahui lead time setiap komponen, menentukan kebutuhan kotor, kebutuhan bersih, persediaan on hand, rancana pemesanan, rencana penerimaan dan rencana realisasi penerimaan. 1. Kebutuhan kotor merupakan jumlah total setiap item yang dibutuhkan untuk memproduksi sejumlah barang tertentu. 2. Lead time. Yang harus dilakukan oleh perusahaan dalam menghasilkan produknya adalah menentukan kapan barang tersebut dibutuhkan. Apabila waktunya sudah diketahui, maka perusahaan harus pula merancang waktu mulai dari persiapan sampai penyelesaian dimana dalam penyelesaian ini akan berhadapan dengan waktu menunggu, pemindahan, pembelian dan mempersiapkan komponen yang akan dibeli dan waktu untuk kegiatan-kegiatan ini disebut dengan lead time. 3. Jadwal penerimaan merupakan jadwal yang berkaitan dengan penyelesaian dan pengiriman pesanan barang ke konsumen dan jadwal penerimaan pesanan item untuk menghasilkan produk tersebut. 4. Menentukan persediaan yang tersedia di perusahaan (on hand) adaah jumlah persediaan yang masih tersisa di setiap akhir periode yang didasarkan pada keseimbangan, proyeksi kebutuhan dan jadwal penerimaan.
Output MRP
Keluaran MRP adalah informasi yang dapat dgunakan untuk melakukan pengendalian produksi. Keluaran pertama berupa rencana pemesanan yang disusun berdasarkan waktu ancang dari setiap komponen / item. Dengan adanya rencana pemesanan, maka kebutuhan bahan pada tingkat yang lebih rendah dapat diketahui. Selain itu proyeksi kebutuhan kapasitas juga akan diketahui, yang selanjutnya akan memberikan revisi atas perencanaan kapasitas yang dilakukan pada tahap sebelumnya.
Keluaran MRP lainnya adalah : 1. Memberikan catatan pesanan penjadwalan yang harus dilakukan / direncanakan baik dari pabrik maupun dari pemasok. 2. Memberikan indikasi penjadwalan ulang. 3. Memberikan indikasi pembatalan pesanan. 4. Memberikan indikasi keadaan persediaan.
Dengan demikian, pada garis besarnya, MRP bukan hanya menyangkut manajemen material dan persediaan saja, tetap juga mempengaruhi aktivitas perencanaan dan pengendalian produksi sehari-hari di perusahaan.
Keuntungan MRP
Berikut ini adalah beberapa keuntungan menggunakan system MRP : 1. Persediaan , MRP memberikan informasi koordinasi pesanan yang lebih baik untuk komponen-komponen dengan rencana item sehingga jumlah rata-rata persediaan item permintaan independen dapat dikurangi. Perusahaan hanya memesan apa yang dibutuhkan. 2. Produksi , sumberdaya manusia dan modal (kapasitas ) digunakan lebih baik karena informasi MRP menunjukkan adanya penundaan komponen yang disebabkan oleh penting lainnya tidak tersedia. Pengiriman yang lebih memungkinkan dilakukan karena informasinya sangat akurat. MRP juga digunakan untuk memperbaiki arus kerja dan hasilnya dapat mengurangi waktu proses produksi. 3. Penjualan , karena pengiriman dilakukan tepat seperti yang diinginkan oleh konsumen, maka akan terjadi perbaikan kemampuan perusahaan dalam melayani pelanggan dengan melakukan perakitan tepat waktu dan menghilangkan lead time. 4. Perencanaan , MRP dapat merubah jadwal induk berdasarkan evaluasi yang dilakukan dan memberikan fasilitas sistem yang berupa gambar perlengkapan dan kebutuhan fasilitas, rencana tenaga kerja dan pengeluaran pembelian persediaan yang berdasarkan MPS. 5. Pembelian , MRP memberikan saran perubahan jatuh tempo pesanan, sehingga dapat memperbaiki hubungan dengan penjual karena terdapat prioritas riil. 6. Penjualan , MRP menyebanbkan penjadwalan lebih baik karena prioritas pengetahuan. 7. Keuangan , MRP memfasilitasi rencana kebutuhan arus kas yang lebih baik karena identifikasi karena adanya batasan kapasitas dan menghasilkan keputusan modal yang lebih baik.