GEOLOGI DASAR LABORATORIUM GEOLOGI FISIK Oleh : DEDE NURHUDA NIM: 13.0655 JURUSAN TEKNIK PERMINYAKAN UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA 2013 ii HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN RESMI PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK Diajukan guna melengkapi persyaratan mata kuliah Geologi Fisik pada Jurusan Teknik Perminyakan Fakultas Teknik Universitas Proklamasi 45 Yokyakarta. Yogyakarta, 8 Januari 2013 Asisten Puguh Cahyo Swasono, ST iii KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas kuasanya dan rahmatnya , kami dapat menyusun dan menyelesaikan Laporan Praktikum Geologi Fisik ini. Maksud dan tujuan dari penyusunan laporan resmi ini untuk memenuhi syarat guna melengkapi Praktikum Geologi Fisik. Selain itu pembuatan Laporan Praktikum Geologi Fisik ini adalah sebagai bukti hasil dari percobaan percobaan yang dilakukan saat praktikum. Laporan ini disusun berdasarkan data yang diperoleh selama mengikuti praktikum Geologi Fisik dan buku-buku lain sebagai referensi untuk pelengkap dan penunjang penyusunan laporan ini. Pada kesempatan ini, penyusun juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Ibu Sari Wulandari, ST., M.Sc, selaku dosen pembimbing serta penanggung jawab praktikum yang telah banyak memberikan masukan yang sangat berarti. 2. Para asisten dosen yang telah banyak membantu dan membimbing praktikan dalam melaksanakan praktikum 3. Rekan mahasiswa dan semua pihak yang telah membantu selama praktikum Dalam penulisan laporan ini tentu ada kelemahan dalam teknik pelaksanaan maupun tata cara penulisan laporan ini, maka saran dan kritik dibutuhkan untuk menemukan refleksi peningkatan mutu dari laporan serupa di masa mendatang. Yogyakarta , 8 Januari 2013 Penyusun iv DAFTAR ISI Halaman JUDUL ...............................................................................................................i PENGESAHAN .................................................................................................ii KATA PENGANTAR ......................................................................................iii DAFTAR ISI ....................................................................................................iv BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1 BAB II PETROLOGI .......................................................................................5 BAB III PETA TOPOGRAFI ..........................................................................34 BAB IV STRATIGRAFI ..................................................................................42 BAB V GEOLOGI STRUKTUR .....................................................................54 BAB VI INTERPRETASI PETA GEOLOGI .................................................64 BAB VII KESIMPULAN .................................................................................71 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................75 v BAB I PENDAHULUAN . Didalam industri perminyakan, pekerjaan geologi di mulai sebagai ujung tombak didalam usaha usaha pencarian dan pendataan akumulasi minyak dan gas bumi atau di sebut sebagai perencanaan dan kegiatan Eksplorasi awal. Disamping itu juga bertanggung jawab didalam pengembangan eksplorasi sumur sumur baru atau eksplorasi development well Perdebatan ilmiah didalam ilmu pengetahuan sangat lumrah terjadi terutama didalam era modern saat ini dimana semua analisa data dan interprestasinya didukung oleh perangkat teknologi modern yang menghasilkan alat alat canggih sebagai pencatat data perut bumi seperti log mekanik, seismik, data data satelit yang akurasinya dapat dipertanggung jawabkan. Industri perminyakan, merupakan industri yang tergantung dari data di alam, oleh karena itu menjadi sangat penting keberadaan laboratorium dan prasarananya yang semuanya sudah terkomputerisasi untuk memecahkan berbagai persoalan yang timbulnya dan bahkan menghasilkan konsep konsep baru yang dapat dipakai sebagai model baru. Berdasarkan data data yang dikumpulkan dari alam, maka ilmu geologi mempunyai hubungan yang sangat dekat dengan berbagai cabang ilmu alam yang lain seperti bidang Tata Lingkungan dan Perencanaan Wilayah, Teknik Sipil dan Bidang Pertambangan. Geologi Fisik seperti telah diketahui dari kuliah kuliah yang telah diberikan merupakan cabang ilmu geologi yang membahas atau mempelajari tentang bumi yang menyangkut bahan bahan pembentuk bumi serta produk produk yang dihasilkannya termasuk didalamnya adalah makhluk makhluk yang pernah hidup didalamnya. vi Praktikum geologi fisik disini akan meliputi : Dasar pengklasifikasian dan Deskripsi batuan secara megaskopis yang termasuk dalam Ilmu Petrologi, Prinsip prinsip dasar pembuatan dan pembacaan Peta Topografi, pembuatan Penampang Stratigrafi dan Dasar dasar interpretasi sejarah geologi dan umur lapisan lapisan batuan sedimen secara kesuluruhan. Seperti telah diketahui didalam materi kuliah telah dikemukakan bahwa ada dua (2) faktor utama pembentukan bumi : 1. Gaya Endogen, merupakan gaya yang datang dari dalam bumi yang umumnya bersifat membangun atau membentuk roman muka bumi, banyak dikontrol oleh struktur geologi atau deformasi bumi. 2. Gaya Eksogen, merupakan gaya yang berasal dari luar yang bersifat merubah, seperti pelapukan, erosi dan denudasi. Didalam ilmu geologi, gaya endogen dan eksogen termasuk didalamapa yang disebut DAUR GEOLOGI atau SIKLUS GEOLOGI, yaitu : Orogenesa (pembentukan pegunungan) Glyptogenesa (penghancuran relief) Lithogenesa (proses pengendapan batuan dalam cekungan pengendapan) OROGENESA ENDOGEN EKSOGEN LITHOGENESA GLYPTOGENESA vii Bagian bagian dari Bumi secara garis besar dapat diterangkan sebagai berikut : UPPER MANTLE (0 670 km) Terdiri dari : 1. Kerak Bumi atau Crust (0 80 km), terdiri dari a. Batuan Sedimen, Beku, dan Metamorf b. Lempeng Benua (ketebalan 15 km) c. Lempeng Samudera (ketebalan 20 km) 2. Mantel Lithosfer (80 200 km) 3. Astenosfer atau Lithosfer bagian bawah LOWER MANTLE (670 2900 km) Batuan Ultra Basa dengan mineral mineral olivine, spinel, silikat, besi, dan magnesium. CORE atau INTI BUMI (2900 6370 km) Terdiri dari 2 (dua) lapisan, yaitu : 1. Outter Core Berupa cairan, kondisi plastis sampai kedalaman 5200 km. 2. Inner Core Berupa padatan dengan kedalaman sampai 6370 km. Inti bumi terdiri dari metal besi (Fe) dan nikel (Ni) dan Cobalt (Co), BJ antara 5 13. viii ix BAB II PETROLOGI Batuan merupakan pembentuk bumi yang kita diami ini, terdapat 3 golongan utama batuan yang dibedakan berdasarkan cara terbentuknya yaitu : batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf. Batuan merupakan sekumpulan aggregate aggregate mineral yang terbentuk pada lingkungan tertentu. Mineral merupakan komponen batuan, yang terbentuk oleh proses alamiah dari satu atau lebih komposisi kimia. A. JENIS BATUAN 1. BATUAN BEKU Batuan hasil pembekuan magma, dimana dalam proses pembekuannya akan terbentuk batuan beku dengan karakteristik tekstur dan struktur sangat bervariasi, dan sangat tergantung dari cepat atau lambatnya penurunan suhu dan tekanannya. Definisi dari magma adalah cairan kental, liat larutan silikat pijar bertemperatur tinggi (1500C 2500C), bersifat mobile, yang terbentuk secara alamiah pada kerak bumi bagian bawah. Dibedakan antara larutan magma yang mencapai permukaan bumi yang disebut : Ekstrusi, contoh : lava. Sedangkan larutan magma yang relatif didalam bumi disebut Intrusi, contoh : batolith, dike, dsb. Pada penurunan suhu yang lambat akan menghasilkan batuan bertekstur kasar atau fanerik yang relatif sempurna kristalnya di dalam bumi, contoh : granit, granit porfiri, granodiorit yang termasuk dalam batuan beku asam. Pada penurunan suhu dan tekanan yang relatif cepat maka akan menghasilkan batuan bertekstur halus atau afanitik, contoh : andesit, diorit yang termasuk dalam batuan beku intermediet. x Pada penurunan suhu dan tekanan yang ekstrim/cepat sekali, maka akan menghasilkan batuan tanpa kristal, contoh : obsidian, glasshard, gelas volkanik yang termasuk dalam batuan beku basa ultra basa. Untuk memahami proses urut urutan penghabluran magma, dapat menggunakan deret bowens reaction serius yang dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu : a. Discontinous reaction series Kristal yang terbentuk pertama kali pada suhu tinggi adalah olivin, larutan sisa magma akan bereaksi segera setelah suhu turun, dan membentuk kristal yang berbeda (piroksen) begitu seterusnya dan pada suhu yang relatif rendah sekitar 670C akan terbentuk kwarsa. Kwarsa karena proses pembentukannya pada suhu yang terendah maka relatif lebih resisten terhadap proses pelapukan dibandingkan dengan kristal mineral yang pada suhu tinggi. b. Continous reaction series Kristal yang terbentuk pada suhu tinggi akan bereaksi dengan laruan sisa magma begitu terus menerus proses tersebut berlanjut, contoh golongan ini adalah plagioklas. Pengelompokan batuan beku berdasarkan tempat terjadinya : Batuan beku dalam Batuan beku gang/korok Batuan beku luar 2. BATUAN SEDIMEN Batuan yang telah ada sebelumnya (apakah itu batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf), mengalami proses pelapukan (melalu proses kimia, fisika, dan biologi) dan tererosi dalam bentuk butiran dibawa media air atau angin ke dalam cekungan pengendapan. Di cekungan proses pembentukan batuan sedimen dimulai, yang termasuk proses sedimentasi adalah, kompaksi, lithifikasi serta sementasi. xi Koesoemadinata (1979) membagi batuan sedimen menjadi 5 (lima) golongan yakni : a. Detritus, ada 2 kelompok utama hasil sedimentasi secara mekanis yaitu : detritus halus (ukuran butir <1/16 mm) dan detritus kasar (ukuran butir > 1/16 mm). b. Karbonat, merupakan hasil dari sedimentasi kimiawi (ukuran butir > 1/16 mm). c. Evaporit, akibat evaporasi air laut bersifat monomineralik, (Gypsum, Anhydrit). d. Sedimen silika, silika yang bersifat monomineralik terjadi secara kimia (chert) dan organik (diatomea dan radiolaria). e. Batubara, tersusun dari sisa sisa tumbuhan. 3. BATUAN METAMORF Batuan yang telah ada sebelumnya mengalami perubahan menjadi batuan metamorf pada temperature dan tekanan tinggi yang berlangsung secara isokimia dari face padat menuju fase padat tanpa melalu fase cair. Proses Metamorfosa : Rekristalisasi, perubahan ukuran kristal Chemical recombination Munculnya mineral baru oleh proses interaksi mineral batuan asli, contoh : kwarsa dan kalsit pada P & T tinggi membentuk wollastonit. Chemical replacement Munculnya mineral baru yang berciri magma/intrusi. Berdasarkan faktor faktor yang mempengaruhinya ada 3 jenis batuan metamorf : a. Kontak/thermal Metamorfosa akibat kenaikan temperatur (intrusi atau ekstrusi) b. Dinamo Metamorfosa akibat kenaikan tekanan (stress pada daerah sesar) xii c. Regional Metamorfosa yang terjadi akibat kenaikan tekanan dan temperatur secara bersamaan, umumnya pada daerah geosinklin yang dasarnya terus mengalami penurunan. Berikut adalah gambar siklus batuan : DESKRIPSI MINERAL Salah satu materi dari studi petrologi adalah meningkatkan keahlian dan kemampuan didalam mendeskripsi batuan. Baik secara megaskopis maupun mikroskopis untuk menentukan jenis batuan sebagai hasil akhir pemerian. 1. Metode Megaskopis Dilakukan oleh peneliti secara langsung dilapangan, dengan bantuan loupe pada contoh setangan batuan. 2. Metode mikroskopis Penelitian dilakukan pada sebuah sayatan tipis batuan yang diletakkan dibawah pandangan mikroskop polarisasi dengan penelitian komposisi kristal lebih detil. BATUAN BEKU BATUAN METAMORF BATUAN SEDIMEN xiii PEMERIAN/DESKRIPSI BATUAN BEKU Berdasarkan prosentase kehadiran senyawa silika atau SiO2 batuan beku dibedakan menjadi : a. Batuan beku asam (66% SiO2) b. Batuan beku intermediet (52% - 66% SiO2) c. Batuan beku basa (45% - 52% SiO2) d. Batuan beku ultra basa (< 45% SiO2) WARNA Warna adalah yang pertama kali didiskripsikan. Warna yang terang disebut : abu abu cerah, biasanya merupakan batuan beku asam. Warna yang terang (sedang) disebut : abu abu sedang, biasanya merupakan batuan beku intermediet. Warna yang gelap disebut : abu abu gelap, hitam, dll. biasanya merupakan batuan beku basa. STRUKTUR Struktur adalah kenampakan batuan tersebut yang meliputi : 1. Vesikuler Adanya lubang lubang gas sewaktu penghabluran, arah lubang teratur. 2. Skoria Seperti vesikuler tetapi arah lubang tidak teratur. 3. Amigdaloidal Lubang lubang gas berisi mineral sekunder. 4. Xenolitis Fragmen batuan lain yang mengisi batuan yang mengintrusi. Jika batuan tidak menampakkan tekstur seperti diatas disebut : struktur masif. xiv TEKSTUR Pengamatan tekstur meliputi : 1. DERAJAT KRISTALISASI a. Holokristalin : batuan terdiri dari massa kristal seluruhnya. b. Holohyalin: batuan terdiri dari massa gelas seluruhnya. c. Hipokristalin : batuan terdiri dari massa kristal dan massa gelas. 2. GRANULARITAS a. Fanerik : apabilaa kristalnya dapat terlihat jelas. b. Afanitik : kristalnya amat halus sulit dibedakan dengan mata telanjang. c. Porfiritik : kristal kristal besar (phanerocryst) dilingkupi kristal kristal halus. 3. BENTUK KRISTAL a. Euhedral : batas mineral nampak sebagai bidang kristal masih asli. b. Subhedral : sebagian batas mineral sudah tidak nampak lagi. c. Anhedral : bidang asli kristal tidak nampak lagi. 4. HUBUNGAN ANTAR BUTIR (RELASI) a. Equigranular : ukuran kristal relatif berukuran sama. b. Ineguigranular : ukuran kristal relatif berukuran tidak sama. KOMPOSISI MINERAL Sebagai petunjuk untuk menentukan komposisi mineral adalah petunjuk indeks warna sebagai penentuan megaskopis : 1. Mineral Felsik (kristal mineral berwarna terang) Kwarsa, feldspar, feldspatoid, dan muskovit. 2. Mineral Mafik (kristal mineral berwarna gelap) Biotite, olivin, piroksen, amphibol. xv xvi xvii xviii PEMERIAN/DESKRIPSI BATUAN SEDIMEN Berdasarkan cara terjadinya batuan sedimen dibagi menjadi 2: 1. Sedimen Klastik, yang terjadi telah melalui proses pelapukan/erosi baik pelapukan mekanik ataupun bio kimia, umumnya berbentuk butiran/detritus, telah tertransportasi ketempat lain. 2. Sedimen Non Klastik, pembentukkannya biasanya in situ, dan tidak berbentuk butiran, melalui proses pembentukan batuan sedimen secara biologi atau kimiawi. 1. Sedimen Klastik Struktur Pada batuan sedimen ada berbagai macam struktur primer lapisan batuan yaitu : perlapisan, silang siur, graded bedding, ripple mark dan lain sebagainya. Tekstur Pengamatan terdiri dari : a. Ukuran butir Menggunakan skala Wenworth sebagai pedoman pendiskripsian. xviii PEMERIAN/DESKRIPSI BATUAN SEDIMEN Berdasarkan cara terjadinya batuan sedimen dibagi menjadi 2: 1. Sedimen Klastik, yang terjadi telah melalui proses pelapukan/erosi baik pelapukan mekanik ataupun bio kimia, umumnya berbentuk butiran/detritus, telah tertransportasi ketempat lain. 2. Sedimen Non Klastik, pembentukkannya biasanya in situ, dan tidak berbentuk butiran, melalui proses pembentukan batuan sedimen secara biologi atau kimiawi. 1. Sedimen Klastik Struktur Pada batuan sedimen ada berbagai macam struktur primer lapisan batuan yaitu : perlapisan, silang siur, graded bedding, ripple mark dan lain sebagainya. Tekstur Pengamatan terdiri dari : a. Ukuran butir Menggunakan skala Wenworth sebagai pedoman pendiskripsian. xviii PEMERIAN/DESKRIPSI BATUAN SEDIMEN Berdasarkan cara terjadinya batuan sedimen dibagi menjadi 2: 1. Sedimen Klastik, yang terjadi telah melalui proses pelapukan/erosi baik pelapukan mekanik ataupun bio kimia, umumnya berbentuk butiran/detritus, telah tertransportasi ketempat lain. 2. Sedimen Non Klastik, pembentukkannya biasanya in situ, dan tidak berbentuk butiran, melalui proses pembentukan batuan sedimen secara biologi atau kimiawi. 1. Sedimen Klastik Struktur Pada batuan sedimen ada berbagai macam struktur primer lapisan batuan yaitu : perlapisan, silang siur, graded bedding, ripple mark dan lain sebagainya. Tekstur Pengamatan terdiri dari : a. Ukuran butir Menggunakan skala Wenworth sebagai pedoman pendiskripsian. xix b. Derajat pemilahan Tingkat keseragaman butir pembentukan batuan sedimen : Pemilahan baik (well sorted) Pemilahan sedang (moderately sorted) Pemilahan buruk (poorly sorted) c. Derajat pembundaran Angular/menyudut Sub angular/menyudut tanggung Sub rounded/membulat tanggung Rounded/membulat Well rounded/membulat sempurna d. Kemas Kemas tertutup Adanya kontak antar butiran tanpa massa dasar diantaranya. Kemas terbuka Adanya massa dasar yang memisahkan antar butirannya. e. Porositas dan permeabilitas Hal ini sangan tergantung pada kemas, ukuran butir, bentuk butir, dan kemas. Komposisi mineral Dibagimenjadi 3 komponen : Fragment, butiran atau fossil dengan ukuran relative besar. Matrik, butiran pembentuk batuan dengan ukuran relative lebih kecil dan kemas. Semen, ada 3 jenissemen : carbonat, silikat, oksidabesi. 2. Sedimen Non Klastik a. Struktur Pada batuan sedimen non klastik adalah organik, kimiawi, dan monomineralik. xx b. Tekstur Tekstur terdiri dari :kristalin, amorf, gelas, dan fibrous. PEMERIAN/DESKRIPSI BATUAN METAMORF Batuan metamorf dibedakan berdasarkan cara terbentuknya dibedakan menjadi 2 : 1. Foliasi, hasil metamorfosa regional yang memperhatikan kesan perlapisan dari mineral mineral yang terorientasi secara paralel/sejajar. 2. Non Foliasi, hasil metamorfosa kontak/thermal yang tidak memperlihatkan kesan. Didalam memerikan batuan metamorfada 3 unsur penting yaitu : STRUKTUR a. Foliasi Foliasi adalah penjajaran mineral atau orientasi sejajar dari kristal kristal mineral. Slaty cleavage Penjajaran Kristal mineralnya sangat halus, cenderung mudah membelah. Contoh : batu sabak. Filitik Penjajaran kristal mineral pipih dari kepingan kepingan mika. Contoh : batu filit. Sekistos Perulangan penjajaran kristal mineral pipih dan butiran. Contoh : batu sekis. Geneisic Perulangan penjajaran kristal mineral butiran/granular, ketebalan perlapisan antar 1mm. Contoh :batu geneis. xxi b. Non foliasi 1. Hornfelsik Tidak menunjukkan orientasi butiran, dijumpai pada batuan hornfels. 2. Kataklastik Merupakan pecahan atau fragmen batuan/mineral, dijumpai pada zona patahan. 3. Milonitik Sama seperti kataklastik tetapi butirannya lebih halus, zona patahan disini diperkirakan lebih kuat karena butiran lebih halus dan berorientasi mineral TEKSTUR Dibedakanmenjadi2 : a. Kristaloblastik Tekstur yang tumbuh saat metamorfosa, sehingga tekstur asal batuan tidak nampak. Lepidoblastik, kesan orientasi sejajar pada mineral pipih. Nematoblastik, orientasi sejajar pada mineral prismatik. Granoblastik, butiran mineral yang berorientasi. xxii Porfiroblastik, kristal besar tertanam dalam massa dasar kristal lebih halus. Idoblastik, berupa mineral euhedral. Xenoblastik, berupa mineral anhedral. b. Palimpsest (Tekstur sisa dari batuan asal) KOMPOSISI MINERAL Dibedakan menjadi 2 golongan yaitu : 1. Mineral Stress Mineral berbentuk pipih, tabular atau prismatik (mika, hornblende, biotit) 2. Mineral Anti Stress Mineral berbentuk equidimensional (kwarsa, kalsit, granit, dll) Didalam memerikan karakteristik batuan sangat diperlukan pemahaman akan ciri ciri batuan dan ketelitian yang tinggi. xxiii BAB III PETA TOPOGRAFI Peta merupakan miniature dua dimensi yang menggambarkan bagian bagian bumi dan penyebaran dari permukaan bumi secara horizontal yang terlihat dari atas dengan skala tertentu, yang kurang lebih sesuai dengan daerah yang sebenarnya. Dengan penggambaran peta topografi, relief digambarkan dengan : a. Garis Hachures Berupa garis garis lurus dari titik tertinggi ke arah titik terendah, searah lerengnya. b. Shading (bayangan) Pada daerah curam diberi bayangan gelap dan pada daerah landai bayangan cerah. c. Painting (pewarnaan) Pada umumnya warna akan semakin gelap pada daerah curam. d. Garis Kontur Digambarkan dengan cara cara menghubungkan titik titik yang mempunyai ketinggian yang sama. Dalam kenyataannya metoda garis kontur lebih banyak digunakan. Peta kontur mempunyai : Sifat kualitatif Hanya menunjukkan pola penyebaran bentuk roman muka bumi. Sifat kuantitatif Menunjukkan pola dan penyebaran secara horizontal dan vertical dengan besaran besarannya. xxiv Ada 3 unsur yang penting dalam peta topografi : 1. Relief Fenomena di alam yang memperlihatkan tinggi atau rendahnya suatu daerah, meliputi : dataran, bukit, lembah, dan lain lain. Pembentukan relief sangat dipengaruhi oleh factor endogen dan eksogen. 2. Drainage Pola pengaliran adalah segala macam bentuk yang berhubungan dengan penyaluran air, baik di permukaan maupun dibawah permukaan bumi. 3. Culture Segala bentuk hasil budidaya aktivitas manusia seperti : perumahan, jalan, pasar, dan sebagainya. Unsur unsur kelengkapan Peta Topografi antara lain : 1. Skala Perbandingan jarak horizontal sebenarnya dengan jarak pada peta, ada 3 macam skala : a. Skala RF (representative fraction scale) 1 : 60.000 atau 1/60.000 Artinya, 1 cm pada peta sama dengan 60.000 cm atau 600 meter sebenarnya. b. SkalaGrafis Perbandingan dengan menggunakan garis. c. Skala Verbal Dinyatakan dengan ukuran panjang 1 cm = 10 km Biasanya merupakan kombinasi antara skala RF (representative fraction scale) dengan skala verbal. 2. OrientasiPeta Arah utara harus selalu dicantumkan, sebagai penyesuaian antara arah utara peta dan arah utara jarum kompas. Ada 2 arah utara : a. Arah utara magnetik b. Arah utara sebenarnya xxv Dalam peta topografi keduanya akan membentuk sudut yang disebut Deklinasi. 3. Legenda Ditunjukkan dengan simbol dan gambar serta keterangan. 4. IndeksAdministrasi Berhubungan dengan perizinan di lapangan. 5. Coverage Diagram Menunjukkan dari mana dan bagaimana memperoleh data (foto udara, pengukuran di lapangan atau berdasarkan sketsa). 6. Indeks to adjoining sheet Lokasi atau kedudukan peta terhadap lembar peta disekitarnya (sistem quadrangle). 7. EdisiPeta 8. JudulPeta Didalam pembuatan peta kontur kita harus dapat memahami sifat sifat kontur : 1. Garis kontur merupakan garis tertutup. 2. Garis kontur tidak bercabang. 3. Garis kontur tidak akan saling bertemu dengan garis kontur yang berbeda nilainya. 4. Nilai garis kontur dihitung dari ketinggian muka air laut (0 meter). 5. Garis kontur rapat menunjukkan lereng curam. 6. Garis kontur renggang menunjukkan lereng landai. 7. Pada cliff garis kontur bisa saling memotong. 8. Garis kontur membelok ke arah hulu jika memotong sungai. 9. Garis kontur bergerigi menunjukkan suatu lembah atau cekungan. 10. Garis kontur putus putus menunjukkan bagian puncak bukit. Ada beberapa hal lagi yang diperhatikan yaitu didalam menentukan : Interval Kontur Merupakan jarak ventrikel antara garis kontur yang satu dengan garis kontur yang lain secara berurutan, dengan menggunakan rumus : xxvi IK = skala peta Kontur Indeks garis kontur yang tercetak lebih tebal dari pada garis kontur yang lainnya. Profil Topografi Merupakan salah satu cara untuk memperagakan konfigurasi dari permukaan bumi sepanjang penampang vertikal kerak bumi. Fungsinya untuk memvisualisasikan bentang alam secara tegak/vertikal. Untuk itu perlu skala, H : V = 1: 1 atau H : V = 1 : 2 Sistem Quadrangle Di Indonesia ada 2 sistem : 1. Sistem Lama Peninggalan Belanda dan hanya dipakai di Indonesia, dengan 0 garis bujur dihitung dari Jakarta. Pembagian kotak 20 20. Penomoran garis lintang dengan angka romawi dan garis bujur dengan angka arab. Contoh : 20' 45' 40' a B c d e F g h i J k l m N o K No lembar peta 45/XI, skala 1 : 100.000 No lembar peta 45/XI-A, skala 1 : 50.000 No lembar peta 45/XI-Aa, skala 1 : 25.000 (luas 9 X 9). 2. Sistem Baru Sistem Internasional, dengan skala 1 : 100.000. garis bujur 0 dihitung dari Greenwich. Pembagian kotak 20 30, notasi dengan angka arab. xxvii Contoh: 5 IV III I II 26 No lembar peta 526, skala 1 : 100.000 No lembar peta 526-I, skala 1 : 50.000 Peta topografi biasanya dipergunakan sebagai peta dasar, yang mempunyai fungsi untuk merekam segala data-data bentang alam, seperti penyebaran batuan, sesar, lipatan, morfologi bentang alam, dsb. Pembuatan peta topografi dibuat dan disesuaikan untuk berbegai kegunaan, seperti bidang militer, teknik sipil, pertambangan dsb. xxviii BAB IV STRATIGRAFI Stratigrafi merupakan ilmu yang mempelajari gambaran serta hubungan lapisan batuan yang satu dengan yang lainnya dalam ruang dan waktu geologi. Dasar dari penyusunan lapisan batuan dari yang tertua di bagian bawah sampai yang termuda di bagian atas berdasarkan data-data yang diketemukan di alam, telah menggambarkan sejarah geologinya. Dengan menyusun stratigrafi kita bisa menafsirkan kemungkinan terjadinya jebakan ekonomis seperti : migas. Penyusunan stratigrafi batuan didasarkan pada : 1. Lithostratigrafi 2. Biostratigarfi 3. Kronostratigrafi Unsur-unsur stratigrafi : 1. Batuan 2. Struktur sedimen 3. Waktu Berdasarkan metode dipakai untuk menentukan waktu geologi, antara lain : Metode fossil ; biostratigrafi Metode lapisan ; lithostratigrafi Metode paleomagnetik Metode radioaktif Metode fission track xxix Beberapa Konsep Dasar Stratigrafi N. Steno, 1667 1. Hukum Superposisi Pada kondisi normal, maka lapisan yang tua tertutup oleh lapisan lebih muda yang terletak diatasnya. 2. Hukum Keaslian Horisontal Lapisan batuan sedimen pada awalnya diendapkan pada permukaan horisontal/relatif sejajar dengan permukaan dasar tempat pengendapan. 3. Hukum Kesinambuang Lateral Lapisan sedimen pada suatu cekungan akan terbentuk lateral dan membaji pada bagian tepinya. Terkecuali pada lingkungan pengendapan dibawah ini : xxx J. Hutton, 1785, Hukum Keseragaman Proses-proses yang terjadi di masa lampau akan mengikuti hukum-hukum yang berlaku pada masa sekarang. De Soulovie, 1877, Hukum Urutan Fauna Fossil pada setiap lapisan bawah akan berbeda dengan fossil lapisan diatasnya. William Smith, 1816, Hukum Identifikasi Lapisan Dengan Fossil Lapisan-lapisan batuan dibedakan berdasarkan sifat-sifat fossil berupa fossil diagnostik/fossil indeks. George Cuvier, 1769, Hukum Kepunahan Organik Lapisan batuan yang lebih muda mengandung fossil yang menyerupai makhluk sekarang dibanding masa lampau yang terkandung pada lapisan yang lebih tua. Hukum Penerobosan Suatu penerobosan atau intrusi umurnya akan lebih muda daripada lapisan batuan yang diterobosnya. xxxi Hubungan Strata Dibedakan menjadi 2 : 1. Ketidakselarasan (unconformity) Peristiwa tidak menerusnya sedimentasi karena adanya gap atau bidang erosi. Ada 4 jenis ketidak selarasan : Diskonformity. Batas ketidakselarasan atau bidang erosi sejajar dengan perlapisan batuan, faktor penyebabnya bisa tektonik pengangkatan. Nonconformity. Batas ketidakselarasan merupakan persentuhan antara batuan beku/metamorfosa dengan batuan sedimen. xxxii Angular Unconformity Batas ketidakselarasan antara lapisan batuan sedimen dengan batuan sedimen lainnya membentuk sudut seperti pada pegunungan lipatan. Para Conformity. Bidang ketidakselarasan sejajar perlapisan batuan sedimen, sehingga agak sulit untuk dideteksi dan biasanya bidang erosi berupa basal konglomerat. 2. Keselarasan (Conformity) Hubungan antar lapisan batuan sedimen menerus tidak mengalami gangguan. xxxiii KORELASI Adalah menghubungkan perlapisan-perlapisan batuan sedimen yang mempunyai kesamaan waktu yang berada dalam satu posisi stratigrafi yang sama atau dalam cekungan sedimen yang sama, dengan membandingakn kemiripan antar batuannya. Ada 2 macam korelasi : 1. Korelasi Fisik Berdasarkan kesamaan lithologi dan variasi lateralnya dibedakan : sifat batuan keteraturan variasi lithologi adanya ketidakselarasan sifat kelistrikan batuan sifat radioaktif 2. Korelasi Paleontologi Fossil Indeks Evolusi fossil PENAMPANG STRATIGRAFI Penampang stratigrafi digunakan untuk mendapatkan gambaran secara menyeluruh urut-urutan lapisan antar abtuan secara vertikal menurut waktu. Dalam pembuatannya harus memperhatikan beberapa faktor yaitu : 1. Deskripsi batuan pada setiap lapisan. 2. Ketebalan dan skalanya. 3. Hubungan anatar batuan atau kontaknya. 4. Interpretasi lingkungan pengendapan dari fossilnya. 5. Menyusun urutan sedimentasi. 6. Menyusun urutan umr batuan dalam ruang dan waktu geologi. xxxiv BAB V GEOLOGI STRUKTUR Geologi Struktur adalah merupakan ilmu yang mempelajari bentuk arsitektur bumi termasuk gejala-gejala yang menyebabkan terjadinya perubahan- perubahan pada kulit bumi. Ada 2 macam struktur geologi : 1. Struktur Primer Struktur ini terbentuk bersamaan dengan proses pengendapan batuan sedimen. Contoh : struktur sedimen; perlapisan, silang siur, dll. 2. Struktur Sekunder Struktur ini terbentuknya setelah proses pengendapan batuan sedimen, berupa deformasi akibat gaya-gaya dari dalam bumi. Contoh : sesar, lipatan, kekar. STRUKTUR PRIMER Harus diperhatikan disini adalah karena adanya perlapisan batuan maka perlu diukur : Jurus lapisan batuan Kemiringan lapisan batuan STRUKTUR SEKUNDER Kekar atau joint Suatu rekahan pada massa batuan tetapi tidak mengalami pergeseran pada bidang rekahanya, lebih dipengaruhi oleh pengurangan atau hilangnya tekanan/tarikan yang bekerja dalam kerak bumi. Klasifikasi Kekar : xxxv 1. Berdasarkan bentuknya : Sistematik joint, dijumpai berpasangan dengan arah saling sejajar. Non Sistematik joint, dapat saling bertemu tetapi tidak memotong kekar lainnya. 2. Berdasarkan ukurannya : Micro joint, ukuran kekar sangat kecil, hanya dapat diamati dengan mikroskop. Major joint, dapat dilihat secara megaskopis. Master joint, ukuran kekar dapat mencapai 100 ft, dapat diamati dengan foto udara. 3. Berdasarkan cara terjadinya : Shear joint, kekar yang terjadi diakibatkan oleh tekanan. Tension joint, kekar yang terjadi diakibatkan oleh pengurangan atau hilangnya tekanan. Release joint, kekar yang terjadi diakibatkan oleh pengurangan atau hilangnya tekanan Perlipatan Proses epirogenesa/orogenesa yang mengakibatkan batuan sedimen mengalami pengangkatan jalur gerak bumi oleh tenaga endogenik sehingga terbentuk pembubungan batuan berupa antiklin. Tenaga endogenik disini adalah gaya tekanan dan tarikan. Bagian-bagian dari perlipatan : Sinklin Antiklin Limb, sayap Axial plane, bidang planar lipatan Axial surface Axial line, garis poros/garis khayal yang menghubungkan titik-titik lengkung maksimum pada permukaan bidang lipatan. xxxvi Jenis-jenis lipatan : 1. Lipatan Overturned 2. Lipatan Recumben atau Rebah 3. Lipatan Menunjam 4. Lipatan Tidak Menunjam 5. Lipatan Simetri 6. Lipatan Asimetri xxxvii xxxviii xxxix Patahan/Sesar Bidang rekahan dalam kulit bumi yang mengalami pergeseran, dimana arahnya sejajar dengan bidang rekahannya dan menyebabkan perbedaan posisi dari massa batuan yang satu dengan yang lain. Sesar terjadi pada zona lemah yang terjadi pada batuan yang keras dan rapuh dimana pergeserannya mencapai ribuan kilometer, contoh : Sesar Semangko Sumatera. Unsur-unsur sesar : 1. Hanging Wall, massa batuan di bagian atas bidang sesar. 2. Foot Wall, massa batuan di bagian bawah bidang sesar. 3. Bidang Sesar, bidang sepanjang rekahan dalam batuan yang tergeserkan. 4. Throw, jarak pergeseran secara vertikal. Klasifikasi Sesar berdasarkan pergerakan relatif bidang sesarnya : 1. Sesar Naik Arah poros utama tegasan terbesar adalah vertikal/gaya berat, sehingga sering disebut sebagai Gravity Fault. Hanging wall relatif naik terhadap foot wall. 2. Sesar Turun Arah poros utama tegasan terbesar adalah horisontal. Hanging wall relatif nai terhadap foot wall. Berdasarkan dip/kemiringannya sesar naik dibedakan menjadi 3 yaitu : Reverse Fault, dip bidang sesar > 45 0 . Thrust Fault, dip bidang sesar < 45 0 . Overthrust Fault, dip bidang sesar < 10 0 . xl xli xlii 3. Sesar Mendatar Poros utama tegasan terbesar adalah horisontal dengan arah gerakan sejajar dengan jurus bidang sesarnya. KONSEP TEKTONIK LEMPENG Konsep tektonik lempeng pada perkembangannya dapat diterima dengan baik oleh para ahli kebumian, terutama berkenaan dengan penerapannya didalam eksplorasi migas. Dimana banyak penemuan cekungan-cekungan migas ditemukan dengan mempergunakan model tektonik lempeng. Indonesia merupakan produk daripada pertemuan 3 lempeng besar : a. Lempeng Samudra hindia-Australia, bergerak relatif ke utara. b. Lempeng Benua Asia, bergerak relatif ke selatan. c. Lempeng Samudra Pasifik, bergerak relatif ke barat. Akibatnya interaksi ketiga lempeng diatas, maka Indonesia memiliki sekitar 60 cekungan. xliii BAB VI INTERPRETASI PETA GEOLOGI Didalam eksplorasi migas yang bertujuan untuk menemukan lokasi jebakan hidrokarbon. Setiap tahapan yang dilakukan untuk menemukan jebakan hidrokarbon lebih bersifat interpretasi berdasarkan data-data yang didapat. Eksplorasi sangat tergantung pada keakuratan hasil pendataan yang ada, dimulai dari penginderaan jarak jauh berupa foto udara atau foto satelit, pemetaan atau survey geologi baik regional maupun lokasi penelitian dilanjutkan dengan survey geofisika berupa metode gaya berat dan seismik dan diakhiri dengan tahap pemboran awal (wildcat). Eksplorasi berasal dari kata kerja to explore yang artinya to travel through (a place) for the purpose of discovery atau to examine more carefully in order to learn more. Dari pengertian dasar tersebut menunjukkan bahwa didalam eksplorasi migas terdapat dua pengertian pokok yaitu mencari dan menunjukkan lokasi dari akumulasi hidrokarbon untuk dibor, diproduksi dan akhirnya dipelajari dalam artian yang luas. Metode Eksplorasi Setiap produksi petroleum di dunia melalui beberapa tahap penelitian sebagai berikut : 1. Tahap Pengumpulan dan Analisa Data Yang diharapkan dari metode ini adalah mendeteksi tebal dan kualitas batuan reservoir, penyebaran batuan secara lateral dan vertikal, kehadiran batuan induk dan sistem perangkapnya. Tahap eksplorasi geologi a. Geologi permukaan, berupa pemetaan geologi, pemetaan rembesan migas. xliv b. Geologi bawah permukaan, berupa struktur kontur, peta isopach, korelasi struktur dan reservoir serta prosentasi pasir. Tahap survey detail geologi Terdiri dari analisa struktur, analisa dan evaluasi reservoir, analisa stratigrafi, dll. Tahap survey geofisika a. Metode grafitasi/gaya berat, didasarkan densitas batuan. b. Metode seismik, didasarkan pada rambat gelombang buatan dalam media padat. 2. Tahap Pemboran Eksplorasi Detail Setelah dilakukan berbagai analisa dan interpretasi dari data-data geologi dan geofisika maka diputuskan untuk meletakkan titik-titik bor awal atau sering disebut dengan pemboran liar (wild cat exploration drilling). Pemboran awal tersebut sekaligus juga untuk mendapatkan data-data sebagai berikut : a. Analisa core dan cutting. b. Analisa akualitatif dan kuantitatif dari log mekanik. c. Korekasi sumur. Data-data tersebut diatas biasanya digunakan untuk studi reservoir serta evaluasi formasi. Dari data-data tersebut diharapkan akan menghasilkan informasi yang akurat seperti : volume migas yang terkandung, jumlah cadangan yang dapat di produksi, jenis perangkap dan informasi susunan stratigrafi batuan. Apabila didapatkan minyak yang potensial secara ekonomis maka akan menjadi sumur pengembangan yang berproduksi. Sehingga dari seluruh penjelasan diatas dapat kita mengerti betapa pentingnya keakuratan dan ketelitian pengamatan di lapangan untuk dapat menghasilkan data-data geologi yang dapat dipertanggungjawabkan. Dalam hal ini seorang petroleum geologist akan menitikberatkan penelitian terhadap ada xlv tidaknya : batuan reservoir, batuan penutup, kemungkinan perangkapnya serta ada tidaknya seepage oil/gas di sekitar lokasi. xlvi BAB VII KESIMPULAN Didalam industri perminyakan, pekerjaan geologi di mulai sebagai ujung tombak didalam usaha usaha pencarian dan pendataan akumulasi minyak dan gas bumi atau di sebut sebagai perencanaan dan kegiatan Eksplorasi awal. Disamping itu juga bertanggung jawab didalam pengembangan eksplorasi sumur sumur baru atau eksplorasi development well. Geologi Fisik seperti telah diketahui dari kuliah kuliah yang telah diberikan merupakan cabang ilmu geologi yang membahas atau mempelajari tentang bumi yang menyangkut bahan bahan pembentuk bumi serta produk produk yang dihasilkannya termasuk didalamnya adalah makhluk makhluk yang pernah hidup didalamnya. Praktikum geologi fisik disini akan meliputi : Dasar pengklasifikasian dan Deskripsi batuan secara megaskopis yang termasuk dalam Ilmu Petrologi, Prinsip prinsip dasar pembuatan dan pembacaan Peta Topografi, Pembuatan Penampang Stratigrafi dan Dasar dasar interpretasi sejarah geologi dan umur lapisan lapisan batuan sedimen secara kesuluruhan. BAB II PETROLOGI 1. BATUAN BEKU Batuan hasil pembekuan magma, dimana dalam proses pembekuannya akan terbentuk batuan beku dengan karakteristik tekstur dan struktur sangat bervariasi, dan sangat tergantung dari cepat atau lambatnya penurunan suhu dan tekanannya. 2. BATUAN SEDIMEN Batuan yang telah ada sebelumnya (apakah itu batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf), mengalami proses pelapukan (melalu proses xlvii kimia, fisika, dan biologi) dan tererosi dalam bentuk butiran dibawa media air atau angin ke dalam cekungan pengendapan. 3. BATUAN METAMORF Batuan yang telah ada sebelumnya mengalami perubahan menjadi batuan metamorf pada temperature dan tekanan tinggi yang berlangsung secara isokimia dari face padat menuju fase padat tanpa melalu fase cair. BAB III PETA TOPOGRAFI Peta merupakan miniature dua dimensi yang menggambarkan bagian bagian bumi dan penyebaran dari permukaan bumi secara horizontal yang terlihat dari atas dengan skala tertentu, yang kurang lebih sesuai dengan daerah yang sebenarnya. Ada 3 unsur yang penting dalam peta topografi : Relief Drainage Culture Didalam pembuatan peta kontur kita harus dapat memahami sifat sifat kontur : 1. Garis kontur merupakan garis tertutup. 2. Garis kontur tidak bercabang. 3. Garis kontur tidak akan saling bertemu dengan garis kontur yang berbeda nilainya. 4. Nilai garis kontur dihitung dari ketinggian muka air laut (0 meter). 5. Garis kontur rapat menunjukkan lereng curam. 6. Garis kontur renggang menunjukkan lereng landai. 7. Pada cliff garis kontur bisa saling memotong. 8. Garis kontur membelok ke arah hulu jika memotong sungai. 9. Garis kontur bergerigi menunjukkan suatu lembah atau cekungan. 10. Garis kontur putus putus menunjukkan bagian puncak bukit. xlviii BAB IV STRATIGRAFI Stratigrafi merupakan ilmu yang mempelajari gambaran serta hubungan lapisan batuan yang satu dengan yang lainnya dalam ruang dan waktu geologi. Unsur-unsur stratigrafi : 1. Batuan 2. Struktur sedimen 3. Waktu Hukum Penerobosan 1. Ketidakselarasan (unconformity) Diskonformity. Nonconformity. Angular Unconformity Para Conformity. 2. Keselarasan (conformity) BAB V GEOLOGI STRUKTUR Geologi Struktur adalah merupakan ilmu yang mempelajari bentuk arsitektur bumi termasuk gejala-gejala yang menyebabkan terjadinya perubahan- perubahan pada kulit bumi. Ada 2 macam struktur geologi : 1. Struktur Primer Struktur ini terbentuk bersamaan dengan proses pengendapan batuan sedimen. Contoh : struktur sedimen; perlapisan, silang siur, dll. 2. Struktur Sekunder Struktur ini terbentuknya setelah proses pengendapan batuan sedimen, berupa deformasi akibat gaya-gaya dari dalam bumi. Contoh : sesar, lipatan, kekar. xlix BAB VI INTERPRETASI PETA GEOLOGI Metode Eksplorasi 1. Tahap Pengumpulan dan Analisa Data Tahap eksplorasi geologi Tahap survey detail geologi Tahap survey geofisika 2. Tahap Pemboran Eksplorasi Detail d. Analisa core dan cutting. e. Analisa akualitatif dan kuantitatif dari log mekanik. f. Korekasi sumur. l DAFTAR PUSTAKA li