BADAN BERBENTUK PERSEROAN TERBUKA Oleh Fazaul afandi Dasar hukum Undang-Undang Pajak Penghasilan adalah Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2013 TENTANG PENURUNAN TARIF PAJAK PENGHASILAN BAGI WAJIB PAJAK BADAN DALAM NEGERI YANG BERBENTUK PERSEROAN TERBUKA PP No 81 Tahun 2007 dan diatur kembali di Peraturan Menteri Keuangan No.238/PMK.03/2008
Latar Belakang Untuk meningkatkan peranan pasar modal sebagai sumber pembiayaan dunia usaha. Pasar modal saat ini menjadi salah satu langkah yang harus dijalani oleh perusahaan-perusahaan tertutup untuk mendapatkan dana lebih bagi perusahaannya untuk melebarkan usahanya serta untuk mendorong peningkatan jumlah perseroan terbuka. Semakin banyaknya perusahaan yang go public maka semakin banyak perusahaan yang membuka perusahaannya bagi masyrakat maka pemerintah akan menyesuaikan tarif pajak guna untuk menyesuaikan agar tujuan tersebut dapat tercapai.
Insentif Pajak Fasilitas yang diberikan berupa pengurangan pajak yang meliputi pengurangan tarif pajak, Pengecualian dari pengenaan pajak, Pengurangan dasar pengenaan pajak dsb Subyek pajak Yang menjadi subjek pajak pph adalah: o orang pribadi; o warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak; o badan; dan bentuk usaha tetap
Perseroan Terbuka Perseroan Terbuka adalah Perseroan Publik atau Perseroan yang melakukan penawaran umum saham, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal. Ps. 1 no. 22 UU Pasar Modal No. 8/1995 Perusahaan Publik adalah Perseroan yang sahamnya telah dimiliki sekurang kurangnya oleh 300 ( tiga ratus ) pemegang saham dan memiliki modal disetor sekurangkurangnya Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) atau suatu jumlah pemegang saham dan modal disetor yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Penurunan Tarif sebesar 5% Pemberian insentif sebesar 5% kepada perusahaan go public diatur dalam PP No 77 Tahun 2014 dan tetap menggunakan Peraturan Menteri Keuangan No.238/PMK.03/2008 yang mengatur tata cara pelaksanaan dan pengawasan pemberian insentif pajak tersebut. Peraturan ini mulai diimplementasikan pada tahun 2008. Sehingga WP Badan yang merupakan perusahan terbuka bisa mendapatkan kesempatan untuk menerima insentif pajak untuk tahun pajak 2008. Tujuan manfaat meningkatkan peranan pasar modal sebagai sumber pembiayaan dunia usaha. Pasar modal saat ini menjadi salah satu langkah yang harus dijalani oleh perusahaan-perusahaan tertutup untuk mendapatkan dana lebih bagi perusahaannya untuk melebarkan usahanya. untuk mendorong peningkatan jumlah perseroan terbuka. Semakin banyaknya perusahaan yang go public maka semakin banyak perusahaan yang membuka perusahaannya bagi masyrakat.
Lanjutan mendorong kepemilikan publik pada perseroaan terbuka. Serta menambah keterlibatan masyarakat untuk ikut menanamkan modalnya ke perusahaan-perusahaan terbuka yang ada di Indonesia dan sebagai timbal baliknya akan mendapatkan return dari hasil penanaman modal tersebut. Sehingga masyarakat dan perusahaan terbuka saling membantu dan berkesinambungan. Dengan bertambah berkembangnya perseroan terbuka maka lapangan pekerjaan akan semakin terbuka dan dapat menyerap lebih banyak tenaga kerja Syarat dan Ketentuan Berlaku Paling sedikit 40% (empat puluh persen) dari jumlah keseluruhan saham yang disetor dicatat untuk diperdagangkan di bursa efek di Indonesia dan masuk dalam penitipan kolektif di lembagapenyimpanan dan penyelesaian; Saham sebagaimana dimaksud dalam huruf a harus dimiliki oleh paling sedikit 300 Pihak; masing-masing Pihak sebagaimana dimaksud dalam huruf b hanya boleh memiliki saham kurang dari 5% (lima persen) dari keseluruhan saham yang ditempatkan dan disetor penuh; dan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c harus dipenuhi dalam waktu paling singkat 183 (seratus delapan puluh tiga) hari kalender dalam jangka waktu 1 (satu) TahunPajak.
Prosedur Tahapannya sebagai berikut : o Setiap 1 bulan Emiten yang bersangkutan akan membuat laporan kepemilikan saham dan rekapitulasi yang telah di laporkan kepada Bapepam dan Lembaga Keuangan (LK). Rekapitulasi yang dimaksud adalah : Laporan Kegiatan Operasional bulanan Laporan Kegiatan Operasional tahunan yang telah di periksa oleh Akuntan yang terdaftar di Bapepam dan LK Laporan Keuangan tahunan Biro Administrasi Efek Laporan peristiwa, seperti : Laporan perubahan kepemilikan saham dan Laporan penyelenggaran Rapat Umum Pemegang Saham Laporan bulanan kepemilikan saham Emiten atau Perusahaan Publik Pada saat melaporkan SPT Tahunan PPh, WP melampirkan formulir X.H.1-6 sebagaimana diatur dalam Peraturan Bapepam dan LK Nomor X.H.1 untuk setiap tahun pajak terkait serta Surat Keterangan yang menyatakan bahwa dalam waktu paling singkat 6 bulan dalam jangka waktu 1 tahun pajak memenuhi syarat sebagai berikut : o Saham Wajib Pajak dimiliki oleh publik paling sedikit 40% (empat puluh persen) dari keseluruhan saham yang disetor. o Saham Wajib Pajak yang dimiliki oleh publik dimiliki paling sedikit oleh 300 (tiga ratus) pihak dan masing-masing pihak hanya memiliki saham kurang dari 5% (lima persen) dari keseluruhan saham yang disetor. o Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan menyampaikan daftar Wajib Pajak yang memenuhi syarat-syarat yang berlaku kepada Direktur Jenderal Pajak. o Daftar Wajib Pajak disampaikan oleh Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan kepada Direktur Jenderal Pajak paling lama setiap akhir bulan setelah berakhirnya tahun pajak yang bersangkutan
Kelebihan Menjadi stimulus perusahaan swasta untuk menjadi perusahaan terbuka. Memberikan keringanan pajak bagi perusahaan terbuka Menjadi salah satu bukti perhatian pemerintah Indonesia pada perusahaan-perusahaan terbuka di Indonesia Fasilitas pajak ini dilaksanakan dengan cara self assesment. Dengan cara ini, pihak WP dapat dengan sendirinya menghitung terhutang pajaknya dengan tarif yang sudah dikurangi dengan insentif pajak yang diterima Kekurangan Perusahaan yang baru menjadi perusahaan terbuka mendapatkan kendala dalam memenuhi syarat minimal 40% saham yang dimiliki oleh publik. Jika perusahaan tersebut mengeluarkan sahamnya ke publik sebanyak 40% namun tidak semuanya laku atau terdapat saham yang berada dalam posisi idle (tidak dimiliki oleh siapapun), maka perusahaan tersebut akan melakukan buyback saham yang ada dan akan mengurangi presentase saham publik yang ada di pasaran Fasilitas pajak ini tidak mengena pada seluruh perusahaan terbuka di Indonesia. Contoh 1 PT DEF Tbk mempunyai modal dasar Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah), dengan modal ditempatkan dan disetor penuh sebesar Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dengan nilainominal per lembar saham Rp1.000,00 (seribu rupiah) sehingga total saham ditempatkan dan disetorpenuh adalah 1.000.000 (satu juta) lembar saham. PT DEF Tbk memasukkan 45% (empat puluh lima persen) dari saham ditempatkan dan disetor penuh yaitu sejumlah 450.000 (empat ratus lima puluh ribu) lembar saham dalam penitipan kolektif di Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, dan mencatatkan seluruh saham ditempatkan dan disetor penuh tersebut untuk dapat diperdagangkan di PT Bursa Efek Indonesia. Saham sejumlah 45% (empat puluh lima persen) tersebut dimiliki oleh 399 (tiga ratus Sembilan puluh sembilan) Pihak dengan persentase kepemilikan para Pihak paling tinggi sebesar 4,99% (empat koma sembilan puluh sembilan persen). Kondisi tersebut terjadi selama 190 (seratus sembilan puluh) hari kalender dalam 1 (satu) Tahun Pajak. Mengingat jumlah saham yang masuk dalam penitipan kolektif di Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian serta dicatatkan untuk dapat diperdagangkan di PT Bursa Efek Indonesia lebih besar dari 40% (empat puluh persen) dari jumlah keseluruhan saham yang ditempatkan dan disetor penuh, dimiliki lebih dari 300 (tiga ratus) Pihak dengan kepemilikan masing-masing Pihak kurang dari 5% (lima persen) dari keseluruhan saham yang ditempatkan dan disetor penuh, dan kondisi tersebut terjadi selama lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari, maka PT DEF Tbk memenuhi ketentuan Pasal 2 ayat (2), sehingga dapat memperoleh penurunan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1).
Contoh 2 PT KLM Tbk mempunyai modal dasar Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah), dengan modal ditempatkan dan disetor penuh sebesar Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dengan nilainominal per lembar saham Rp1.000,00 (seribu rupiah) sehingga total saham ditempatkan dan disetorpenuh adalah 1.000.000 (satu juta) lembar saham. PT KLM Tbk memasukkan 35% (tiga puluh lima persen) dari saham ditempatkan dan disetor penuh yaitu sejumlah 350.000 (tiga ratus lima puluh ribu) lembar saham dalam penitipan kolektif di Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, dan mencatatkan seluruh saham disetor tersebut untuk dapat diperdagangkan di PT Bursa Efek Indonesia. Saham sejumlah 35% (tiga puluh lima persen) tersebut dimiliki oleh 399 (tiga ratus sembilan puluh sembilan) Pihak dengan persentase kepemilikan para Pihak paling tinggi sebesar 4,99% (empat koma sembilan puluh sembilan persen). Kondisi tersebut terjadi selama 195 (seratus sembilan puluh lima) hari kalender dalam 1 (satu) Tahun Pajak. Meskipun jumlah saham PT KLM Tbk yang masuk dalam penitipan kolektif di Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian dan dicatatkan untuk dapat diperdagangkan di PT Bursa Efek Indonesia dimiliki oleh lebih dari 300 (tiga ratus) Pihak dengan persentase kepemilikan masing-masing Pihak kurang dari 5% (lima persen) selama lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari kalender dalam 1 (satu) Tahun Pajak,namun mengingat jumlah saham tersebut hanya meliputi 35% (tiga puluh lima persen) dari seluruh saham yang ditempatkan dan disetor penuh, maka PT KLM Tbk tidak dapat memperoleh penurunan tariff sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)