Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran umum hidrogen
Hidrogen telah digunakan bertahun-tahun sebelum akhirnya dinyatakan sebagai unsur
yang unik oleh Cavendish di tahun 1776. Dinamakan hidrogen oleh Lavoisier, hidrogen
adalah unsur yang terbanyak dari semua unsur di alam semesta. Elemen-elemen yang berat
pada awalnya dibentuk dari atom-atom hidrogen atau dari elemen-elemen yang mulanya
terbuat dari atom-atom hidrogen. Hidrogen diperkirakan membentuk komposisi lebih dari
90% atom-atom di alam semesta (sama dengan tiga perempat massa alam semesta). Dalam
keadaan yang normal, gas hidrogen merupakan campuran antara dua molekul, yang
dinamakan ortho- dan para- hidrogen, yang dibedakan berdasarkan spin elektron-elektron dan
nukleus.Hidrogen normal pada suhu ruangan terdiri dari 25% para hidrogen dan 75% ortho-
hidrogen. Bentuk ortho tidak dapat dipersiapkan dalam bentuk murni. Karena kedua bentuk
tersebut berbeda dalam energi, sifat-sifat kebendaannya pun juga berbeda. Titik-titik lebur
dan didih parahidrogen sekitar 0.1 derajat Celcius lebih rendah dari hidrogen normal.
Hidrogen (hidrogenium, simbol H), dalam tabel periodik unsur memiliki A
r
=
1,00797, nomor atom 1, konfigurasi elektron 1s
1
. Biasanya dalam oksidasi dinyatakan +1,
tapi dalam garam tipe hidrida -1 adalah juga mungkin. Tiga isotop dengan A
r
1, 2 dan 3 telah
diketahui; isotop dengan A
r
3 adalah tidak stabil. Perbedaan dalam massa isotop relatif adalah
sedemikian besar sehingga sifat kinetika dan fisik juga sangat berbeda. Isotop dengan massa
relatif 2 dinamakan Deuterium (simbol D), dan pada massa relatif 3 dinamakan Tritium
(Simbol T). Pada atom nukleus, semua muatan positif tunggal dinamakan proton, deuteron,
dan triton. Sifat termodinamika dan fisik dari hidrogen padatan dapat dilihat pada Tabel 2.1,
sifat termodinamika dan fisik dari hidrogen cair dapat dilihat pada Tabel 2.2 serta sifat
termodinamika dan fisik dari hidrogen gas dapat dilihat pada Tabel 2.3.







Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Sifat termodinamika dan fisik dari hidrogen gas
Sifat
Hidrogen
Para- Normal
Densitas pada 0
o
C, (mol/cm
3
) 10
3
0,05459 0,04460
Faktor kompresibilitas, Z = PV/RT, pada 0
o
C 1,0005 1,00042
Kompresibilitas adiabatik, (V/VP)
s
, pada 300 K, MPa
-1 b
7,12 7,03
Koefisien ekspansi volume, (V/VT)
p
, pada 300 K, K
-1
0,00333 0,00333
C
p
pada 0
o
C, J/(mol.K)
c
30,35 28,59
C
v
pada 0
o
C, J/(mol.K)
c
21,87 20,30
Entalpi pada 0
o
C, J/mol
c d
7656,6 7749,2
Energi dalam pada titik lebur, J/mol
c d
5384,5 5477,1
Entropi pada titik lebur, J/(mol.K)
c d
127,77 139,59
Kecepatan suara, m/s 1246 1246
Viskositas, mPas (=cp) 0,00839 0,00839
Konduktivitas termal pada titik lebur, mW/(cm.K) 1,841 1,740
Konstanta dielektrik pada titik lebur 1,00027 1,000271
Kompresibilitas isotermal, 1/V(V/VP)
T
, Mpa
-1 b
-9,86 -9,86
Koefisien difusi-diri pada 0
o
C, cm
2
/s 1,285
Difusivitas gas dalam air pada 25
o
C, cm
2
/s

4,8 10
-5

Diameter benturan, , m 10
10
2,928
Parameter interaksi, /k, K 37,00
Panas disosiasi pada 298,16 K, kJ/mol
c
435,935 435,881
Catatan :
a
semua nilai pada 101,3 kPa (1 atm)

b
untuk konversi Mpa ke atm, dibagi dengan 0,101

c
untuk konversi J ke cal, dibagi dengan 4,184

d
titik dasar (nilai nol) untuk entalpi, energi dalam, dan entropi adalah 0 K untuk
gas ideal pada tekanan 101,3 kPa (1 atm)
Sumber : Othmer, K., 1967





Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2 Sifat termodinamika dan fisik dari hidrogen cair
Sifat
Hidrogen
Para- Normal
Titik lebur, K (triple point) 13,803 13,947
Titik didih normal, K 20,268 20,380
Suhu kritis, K 32,976 33,18
Tekanan kritis, kPa
a
1298,8 1315
Densitas pada titik didih, mol/cm
3
0,03511 0,03520
Densitas pada titik lebur, mol/cm
3
0,038207 0,03830
Faktor kompresibilitas, Z =PV/RT
pada titik lebur
titik didih

0,001606
0,01712

0,001621
0,01698
Titik kritis 0,3025 0,3191
Kompresibilitas adiabatik, (V/VP)s, MPa-1 b
pada triple point
titik didih

0,00813
0,0119

0,00813
0,0119
Koefisien ekspansi volume, (V/VT)
p
, K
-1
pada triple point
titik didih

0,0102
0,0164

0,0102
0,0164
Panas penguapan, J/mol
c
pada triple point
titik didih

905,5
898,3

911,3
899,1
C
p
, J/(mol.K)
c
pada triple point
titik didih

13,13
19,53

13,23
19,70
C
v
, J/(mol.K)
c
pada triple point
titik didih

9,50
11,57

9,53
11,60
Entalpi, J/mol
c d
pada triple point
titik didih

-622,7
-516,6

438,7
548,3
Energi dalam, J/mol
c d
pada triple point

-622,9

435,0
Universitas Sumatera Utara
titik didih -519,5 545,7
Entropi , J/(mol.K)
c d
pada triple point
titik didih

10,0
16,08

28,7
34,92
Kecepatan suara, m/s
pada triple point
titik didih

1273
1093

1282
1101
Viskositas, mPas (=cp)
pada triple point
titik didih

0,026
0,0133

0,0256
0,0133
Konduktivitas termal, mW/(cm.K)
pada triple point
titik didih

0,73
0,99

0,73
0,99
Konstanta dielektrik
pada triple point
titik didih

1,252
1,230

1,253
1,231
Tegangan muka, mN/m(=dyne/cm)
pada triple point
titik didih

2,99
1,93

3,00
1,94
Kompresibilitas isotermal, 1/V(V/VP)
T
, Mpa
-1 b
pada triple point
titik didih

0,0110
0,0199

0,0110
0,0199
Catatan :
a
untuk konversi kPa ke mm Hg, dikali dengan 7,5

b
untuk konversi Mpa ke atm, dibagi dengan 0,101

c
untuk konversi J ke cal, dibagi dengan 4,184

d
titik dasar (nilai nol) untuk entalpi, energi dalam, dan entropi adalah 0 K untuk
gas ideal pada tekanan 101,3 kPa (1 atm)
Sumber : Othmer, 1967

2.2 Penggunaan Hidrogen
Sejumlah besar H
2
diperlukan dalam industri petrokimia dan kimia. Penggunaan
terbesar H
2
adalah untuk memproses bahan bakar fosil dan dalam pembuatan ammonia.
Konsumen utama dari H
2
di kilang petrokimia meliputi hidrodealkilasi, hidrodesulfurisasi,
Universitas Sumatera Utara
dan penghidropecahan (hydrocracking). H
2
memiliki beberapa kegunaan yang penting. H
2

digunakan sebagai bahan hidrogenasi, terutama dalam peningkatan kejenuhan dalam lemak
tak jenuh dan minyak nabati (ditemukan di margarin), dan dalam produksi metanol. Ia juga
merupakan sumber hidrogen pada pembuatan asam klorida. H
2
juga digunakan sebagai
reduktor pada bijih logam. Selain digunakan sebagai pereaksi, H
2
memiliki penerapan yang
luas dalam bidang fisika dan teknik. Ia digunakan sebagai gas penameng di metode
pengelasan seperti pengelasan hidrogen atomik. H
2
digunakan sebagai pendingin rotor di
generator pembangkit listrik karena ia mempunyai konduktivitas termal yang paling tinggi di
antara semua jenis gas. H
2
cair digunakan di riset kriogenik yang meliputi kajian
superkonduktivitas. Oleh karena H
2
lebih ringan dari udara, hidrogen pernah digunakan
secara luas sebagai gas pengangkat pada kapal udara balon.
Baru-baru ini hidrogen digunakan sebagai bahan campuran dengan nitrogen
(kadangkala disebut forming gas) sebagai gas perunut untuk pendeteksian kebocoran gas
yang kecil. Aplikasi ini dapat ditemukan di bidang otomotif, kimia, pembangkit listrik,
kedirgantaraan, dan industri telekomunikasi. Hidrogen adalah zat aditif yang diperbolehkan
penggunaanya dalam ujicoba kebocoran bungkusan makanan dan sebagai antioksidan.
Isotop hidrogen yang lebih langka juga memiliki aplikasi tersendiri. Deuterium
(hidrogen-2) digunakan dalam reactor candu sebagai moderator untuk memperlambat
neutron. Senyawa deuterium juga memiliki aplikasi dalam bidang kimia dan biologi dalam
kajian reaksi efek isotop. Tritium (hidrogen-3) yang diproduksi oleh reaktor nuklir digunakan
dalam produksi bom hidrogen, sebagai penanda (www.Wikipedia.com).

2.3 Gas alam (natural gas)
Gas alam sering juga disebut sebagai gas bumi atau gas rawa, adalah bahan bakar
fosil berbentuk gas yang terutama terdiri dari metana CH
4
). Ia dapat ditemukan di ladang
minyak, ladang gas bumi dan juga tambang batu bara. Ketika gas yang kaya dengan metana
diproduksi melalui pembusukan oleh bakteri anaerobik dari bahan-bahan organik selain dari
fosil, maka ia disebut biogas. Sumber biogas dapat ditemukan di rawa-rawa, tempat
pembuangan akhir sampah, serta penampungan kotoran manusia dan hewan.
Komponen utama dalam gas alam adalah metana (CH
4
), yang merupakan molekul
hidrokarbon rantai terpendek dan teringan. Gas alam juga mengandung molekul-molekul
hidrokarbon yang lebih berat seperti etana (C
2
H
6
), propana (C
3
H
8
) dan butana (C
4
H
10
), selain
juga gas-gas yang mengandung sulfur (belerang). Gas alam juga merupakan sumber utama
untuk sumber gas helium.
Universitas Sumatera Utara
Metana adalah gas rumah kaca yang dapat menciptakan pemanasan global ketika
terlepas ke atmosfer, dan umumnya dianggap sebagai polutan ketimbang sumber energi yang
berguna. Meskipun begitu, metana di atmosfer bereaksi dengan ozon, memproduksi karbon
dioksida dan air, sehingga efek rumah kaca dari metana yang terlepas ke udara relatif hanya
berlangsung sesaat. Sumber metana yang berasal dari makhluk hidup kebanyakan berasal dari
rayap, ternak (mamalia) dan pertanian (diperkirakan kadar emisinya sekitar 15, 75 dan 100
juta ton.
Tabel 2.3 komposisi natural gas
Komponen % volume
Metana (CH
4
) 88,5
Etana (C
2
H
6
) 3,638
Propana (C
3
H
8
) 1,926
Isobutana (i-C
4
H
10
) 0,37
N-Butana (n-C
4
H
10
) 0,466
Iso pentana (i-C
5
H
12
) 0,159
n-pentana (n-C
5
H
12
) 0,11
Hexana (C
6
H
14
) 0,171
Karbon dioksida (CO
2
) 2,336
Nitrogen (N
2
) 1,938
Hidrogen Sulfida (H
2
S) 0,028
Sumber : (http//:www. Wikipedia. Com)
Nitrogen, helium, karbon dioksida (CO
2
), hidrogen sulfida (H
2
S), dan air dapat juga
terkandung di dalam gas alam. Merkuri dapat juga terkandung dalam jumlah kecil.
Komposisi gas alam bervariasi sesuai dengan sumber ladang gasnya.
Campuran organosulfur dan hidrogen sulfida adalah kontaminan (pengotor) utama
dari gas yang harus dipisahkan . Gas dengan jumlah pengotor sulfur yang signifikan
dinamakan sour gas dan sering disebut juga sebagai "acid gas (gas asam)". Gas alam yang
telah diproses dan akan dijual bersifat tidak berasa dan tidak berbau. Akan tetapi, sebelum
gas tersebut didistribusikan ke pengguna akhir, biasanya gas tersebut diberi bau dengan
menambahkan thiol, agar dapat terdeteksi bila terjadi kebocoran gas. Gas alam yang telah
Universitas Sumatera Utara
diproses itu sendiri sebenarnya tidak berbahaya, akan tetapi gas alam tanpa proses dapat
menyebabkan tercekiknya pernafasan karena ia dapat mengurangi kandungan oksigen di
udara pada level yang dapat membahayakan.
Gas alam dapat berbahaya karena sifatnya yang sangat mudah terbakar dan
menimbulkan ledakan. Gas alam lebih ringan dari udara, sehingga cenderung mudah tersebar
di atmosfer. Akan tetapi bila ia berada dalam ruang tertutup, seperti dalam rumah, konsentrasi
gas dapat mencapai titik campuran yang mudah meledak, yang jika tersulut api, dapat
menyebabkan ledakan yang dapat menghancurkan bangunan. Kandungan metana yang
berbahaya di udara adalah antara 5% hingga 15%.
Ledakan untuk gas alam terkompresi di kendaraan, umumnya tidak mengkhawatirkan
karena sifatnya yang lebih ringan, dan konsentrasi yang diluar rentang 5 - 15% yang dapat
menimbulkan ledakan (http://www. Wikipedia.com).

2.4 Pemanfaantan Gas alam (natural gas)
Secara garis besar pemanfaatan gas alam dibagi atas 3 kelompok yaitu :
Gas alam sebagai bahan bakar, antara lain sebagai bahan bakar Pembangkit Listrik
Tenaga Gas/Uap, bahan bakar industri ringan, menengah dan berat, bahan bakar
kendaraan bermotor (BBG/NGV), sebagai gas kota untuk kebutuhan rumah tangga
hotel, restoran dan sebagainya.
Gas alam sebagai bahan baku, antara lain bahan baku pabrik pupuk, petrokimia,
metanol, bahan baku plastik (LDPE = low density polyethylene, LLDPE =linear low
density polyethylene, HDPE =high density polyethylen, PE=poly ethylene, PVC=poly
vinyl chloride, C3 dan C4-nya untuk LPG, CO2-nya untuk soft drink, dry ice
pengawet makanan, hujan buatan, industri besi tuang, pengelasan dan bahan
pemadam api ringan.
Gas alam sebagai komoditas energi untuk ekspor, yakni Liquefied Natural Gas
(LNG).
Teknologi mutakhir juga telah dapat memanfaatkan gas alam untuk air conditioner
(AC=penyejuk udara), seperti yang digunakan di bandara Bangkok, Thailand dan
beberapa bangunan gedung perguruan tinggi di Australia.
Pemanfaatan gas alam di Indonesia dimulai pada tahun 1960-an dimana produksi gas
alam dari ladang gas alam PT Stanvac Indonesia di Pendopo, Sumatera Selatan dikirim
melalui pipa gas ke pabrik pupuk Pusri IA, PT Pupuk Sriwidjaja di Palembang.
Universitas Sumatera Utara
Perkembangan pemanfaatan gas alam di Indonesia meningkat pesat sejak tahun 1974, dimana
PERTAMINA mulai memasok gas alam melalui pipa gas dari ladang gas alam di
Prabumulih, Sumatera Selatan ke pabrik pupuk Pusri II, Pusri III dan Pusri IV di Palembang.
Karena sudah terlalu tua dan tidak efisien, pada tahun 1993 Pusri IA ditutup,dan digantikan
oleh Pusri IB yang dibangun oleh putera-puteri bangsa Indonesia sendiri. Pada masa itu Pusri
IB merupakan pabrik pupuk paling modern di kawasan Asia, karena menggunakan teknologi
tinggi. Di Jawa Barat, pada waktu yang bersamaan, 1974, PERTAMINA juga memasok gas
alam melalui pipa gas dari ladang gas alam di lepas pantai (off shore) laut Jawa dan kawasan
Cirebon untuk pabrik pupuk dan industri menengah dan berat di kawasan Jawa Barat dan
Cilegon Banten. Pipa gas alam yang membentang dari kawasan Cirebon menuju Cilegon,
Banten memasok gas alam antara lain ke pabrik semen, pabrik pupuk, pabrik keramik, pabrik
baja dan pembangkit listrik tenaga gas dan uap.
Selain untuk kebutuhan dalam negeri, gas alam di Indonesia juga di ekspor dalam bentuk
LNG (Liquefied Natural Gas)
Salah satu daerah penghasil gas alam terbesar di Indonesia adalah Nanggre Aceh
Darussalam. Sumber gas alam yang terdapat di di daerah Kota Lhokseumawe dikelola oleh
PT Arun NGL Company. Gas alam telah diproduksikan sejak tahun 1979 dan diekspor ke
Jepang dan Korea Selatan. Selain itu di Krueng Geukuh, Nanggre Aceh Barh (kabupaten
Aceh Utara) juga terdapat PT Pupuk Iskandar Muda pabrik pupuk urea, dengan bahan baku
dari gas alam (http://www. Wikipedia.com diakses tanggal1 Mei 2009).

2.5 Cadangan gas alam dunia
Berdasarkan data dari Natural Gas Fundamentals, Institut Francais Du Petrole pada
tahun 2002, cadangan terbukti (proved reserves) gas alam dunia ada sekitar 157.703 109 m3
atau 142 Gtoe (1000 m3 =0,9 toe). Jumlah cadangan ini jika dengan tingkat konsumsi
sekarang akan dapat bertahan sampai lebih dari 60 tahun. Apabila kita bandingkan dengan
cadangan minyak dunia, maka berdasarkan tingkat konsumsi sekarang, minyak bumi hanya
akan dapat bertahan sampai 40 tahun ke depan saja. Namun demikian, penemuan baru
cadangan gas alam umumnya lebih cepat daripada tingkat konsumsinya. Pada tahun 1970,
cadangan terbukti gas alam dunia hanya sekitar 35 Gtoe. Dengan asumsi konsumsi sebesar 47
Gtoe, berarti selama 30 tahun terakhir tambahan cadangan gas alam adalah sebesar 154 Gtoe.
Dengan menggunakan metode estimasi yang konvensional, total sumber gas alam dunia
dapat mencapai 450 gtoe, sedangkan apabila estimasi berdasarkan unconventional yang
tingkat ketidakpastiannya lebih tinggi maka sumber gas alam dapat mencapai 650 gtoe.
Universitas Sumatera Utara
Cadangan gas alam tersebar di seluruh benua, dengan cadangan terbukti (proved reserves)
terbesar berada pada negara-negara pecahan Uni Soviet dan Timur Tengah (http://www.
Wikipedia.com diakses tanggal1 Mei 2009)..

2.6 Proses Pembuatan hidrogen
Kriteria seleksi proses dalam pembuatan gas hidrogen difokuskan dalam beberapa
faktor : kandungan hidrogen dalam umpan; hidrogen yang dihasilkan dari proses; yang
meliputi biaya dari umpan; biaya modal dan operasi; energi yang dibutuhkan; pertimbangan
lingkungan; penggunaan yang diharapkan dari hidrogen.
Secara mendasar, spesifikasi proses komersial untuk pabrik hidrogen diperoleh dari
steam reforming, oksidasi parsial, gasifikasi batubara, dan elektrolisa air. Di seluruh dunia,
hidrogen sebagai bahan baku untuk industri kimia diperoleh sebagai berikut: 77% dari gas
alam/petroleum, 18% dari batubara, 4% dari elektrolisa air, dan 1% dari proses lain.
Semua proses ini menghasilkan hidrogen dari hidrokarbon dan air. Mekanisme
reaksinya adalah sebagai berikut :

(Othmer, 1967)
Sekarang ini hidrogen digunakan hampir secara eksklusif sebagai suatu bahan kimia
industri, dimana kapasitas itu diterapkan untuk suatu penggunaan yang luas, mencakup
produksi amoniak (untuk pabrik fertilizer), refineri yang digunakan untuk proses desulfurisasi
dan lain-lain, serta untuk produksi methanol. Produksi tahunan dunia adalah sekitar 500
milyar Nm
3
. Produsen yang paling besar adalah produk udara, yang beroperasi lebih dari 50
pabrik individu, yang menghasilkan lebih dari 25 juta Nm
3
per hari, dan 7 sistem perpipaan
secara total lebih dari 340 juta. Produksi curah hidrogen (hampir 50%) dihasilkan oleh proses
Steam Methane Reforming, yang mana proses tersebut adalah dalam skala besar merupakan
rute ekonomis. (Dutton, G., 2002)

Universitas Sumatera Utara
2.6.1 Steam Methane Reforming (SMR) atau cracking
Dari buku (McGraw.Hill.Dictionary.Of.Engineering.eBook) Cracking adalah suatu
proses yang dilakukan untuk mereduksi berat molekular senyawa hidrokarbon dengan cara
memecah ikatan molekul-molekul dengan berbagai metode (thermal, catalytic,
hidrocracking).
Proses Steam Methane Reforming (SMR) terdiri atas 4 langkah proses:
a. Pemanasan stok umpan dan pemurnian (dibutuhkan karena katalis memiliki
sensitivitas yang tinggi oleh ketidakmurnian, contohnya: sulfur, mercury, dan logam
lainnya)
b. Steam reformer
c. CO shift
d. PSA purification (menyerap campuran lainnya selain dari H
2
untuk menghasilkan H
2

mencapai 80 90%.

Reaksi reformer (untuk methana) :
CH
4
+2H
2
O CO
2
+4H
2
(H0 =+164kJ /mol; secara umum beroperasi pada suhu
850- 900
o
C)
CH
4
+H
2
O CO
2
+3H
2
(H0 =+205kJ /mol )
- Beroperasi pada tekanan <40 bar
- Reaksi sangat endotermis
- Konversi penguapan oleh steam dan suhu yang tinggi; konversi akan berkurang
dengan tekanan yang tinggi.
- Membutuhkan katalis nikel yang aktif
- Kemungkinan untuk tingkatan reaksi oleh adsorpsi CO
2
, memungkinkan suhu reaksi
untuk menjadi berkurang sampai 550
o
C.
Reaksi CO shift :
CO +H
2
O CO
2
+H
2
- Menggunakan katalis CO shift : besi oksida (secara konvensional suhu tinggi 340
460
o
C), (suhu sedang) besi +tembaga oksida (suhu tinggi dimodifikasi 310 370
o
C), tembaga, seng, aluminium (suhu rendah 180 280
o
C)
- Ukuran pabrik kecil dan sedang yang memiliki reactor shift suhu sedang yang tunggal
- Pabrik skala besar memiliki 2 reaktor suhu sedang atau suhu tinggi ditambah reaktor
suhu sedang
Ukuran pabrik yang umum :
Universitas Sumatera Utara
Kecil 500 - 3000 Nm
3
/jam
Sedang mencapai 25,000 Nm
3
/jam
Besar lebih dari 25,000 Nm
3
/jam
Sangat besar over 150,000 Nm
3
/jam
(Dutton, G., 2002)

2.6.2 Oksidasi parsial
Hidrogen juga dapat dibentuk oleh non-katalisis oksidasi parsial hidrokarbon. Banyak
umpan hidrokarbon yang dapat dimampatkan atau dipompa mungkin digunakan. Efisiensi
proses secara keseluruhan adalah hanya 50% (dibandingkan SMR pada 65 75%). Oksigen
murni diperlukan sebagai umpan.
Reaksi reformer oksidasi parsial :
Gas alam : CH
4
+ O
2
CO +2H
2
(1350
o
C)
Batu bara : C + O
2
CO (1350
o
C)
- Proses gas sintesis
- Menggunakan banyak bahan bakar fosil dan dapat beroperasi pada tekanan tinggi
(>100 bar)

Daftar sumber hidrogen terdiri atas tiga model teknologi :
a. Catalytic Steam Reforming (CSR) melibatkan reaksi bahan bakar hidrokarbon dan
steam dalam kehadiran katalis dimana dibutuhkan sumber panas eksternal. Proses ini
memiliki efisiensi yang tinggi.
b. Auto Thermal Reforming (ATR) melibatkan reaksi bahan bakar hidrokarbon dan
steam dalam kehadiran katalis dan oksigen dimana beberapa bahan bakar yang
digunakan untuk menghasilkan hidrogen dibutuhkan panas untuk reaksi. Proses ini
dapat digunakan pada banyak perbedaan tipe dari bahan bakar.
c. Catalytic Partial Oxidation Reforming (CPOX) adalah serupa seperti auto thermal
reforming (ATR) tetapi menggunakan sistem operasi yang lebih simpel dan
sederhana.
(Dutton, G., 2002)

2.6.3 Integrated gasification combined cycle (IGCC)
Dalam sistem IGCC, gasifier batubara konversi batubara di pulverisasi kedalam gas
sintesis (campuran H
2
dan CO) dengan penambahan steam dan oksigen. Gas sintesis ini
Universitas Sumatera Utara
selanjutnya dibersihkan dari kotorannya dan digunakan untuk menghasilkan energi dalam
turbin gas. (secara alternatif gas yang diproduksi dapat digunakan untuk menghasilkan
hidrogen, bahan kimia, atau bahan bakar lainnya).
Panas yang terbuang dari turbin gas digunakan dalam turbin steam untuk
menghasilkan banyak elektrisitas. Telnologi gasifier terintegrasi dengan siklus yang
dikombinasikan dalam jalan ini menawarkan efisiensi sistem yang tinggi dan tingkatan polusi
yang sangat rendah. Sistem dirancang untuk menangani berbagai umpan, mencakup batubara
dengan kandungan sulfur yang tinggi dan rendah, antrasit, dan biomassa. Secara umum
sistem memiliki rentang dalam ukuran dari 200 800 MWe. Secara umum pabrik
menawarkan suatu peningkatan 10% dalam efisiensi suhu melebihi stasiun pembakaran
batubara konvensional.
Efisiensi operasi dalah diantara 29 41%, tergantung pada karakteristik bahan bakar
(yaitu kandungan sulfur, kandungan abu, dan nilai kalori), tipe dari sistem IGCC (yaitu
entrained, moving-bed atau fluidized bed) dan puncak suhu turbin gas. Dalam kaitan efisiensi
rendah dan biaya, IGCC hanya merupakan teknologi demonstrasi, akan tetapi hal itu
diharapkan bahwa teknologi generasi kedua akan merealisasikan efisiensi dari 45 50% dan
mengurangi biaya. (Dutton, G., 2002)

2.6.4 Pirolisis
Hidrokarbon dapat dikonversi menjadi hidrogen tanpa menghasilkan CO
2
, jika
hidrokarbon tersebut didekomposisi pada suhu yang tinggi dalam ketidakhadiran oksigen
(pirolisis). Sebagai contoh methana dapat di cracked dalam katalis seperti karbon (golongan
karbon, seperti jelaga C
60
, grafit atau karbon aktif). Dalam prinsipnya, pirolisis dapat juga
diaplikasikan lebih jauh kedalam hidrokarbon kompleks, biomassa, limbah padat kota.
(Dutton, G., 2002)

2.6.5 Elektrolisis air
Hidrogen dapat dihasilkan dari air yang dielekrolisis. J ika elektrolitas dihasilkan dari
teknologi renewable (seperti solar, hidro, angin, pasang surut), maka proses tersebut disebut
bebas karbon. Pemecahan elektrokimia dari air telah diketahui melalui reaksi :
H
2
O H
2
+ O
2
Pabrik elektrolisis komersial secara umum mencapai efisiensi 70 75%.
Ada 2 tipe dasar dari elektrolizer:
Universitas Sumatera Utara
a. Alkalin cair
b. Membran pertukaran proton
Secara umum tekanan beroperasi pada 50 bar (750 psig) yang mana tidak cukup
pembebanan silinder tekanan tinggi. Konsumsi listrik dari proses elektrolisis dapat direduksi
dengan operasi pada suhu tinggi (900 1000
o
C). Untuk penyimpanan hidrogen, dapat
dilakukan menggunakan kompresor atau disebut elektrolizer tekanan tinggi. (Dutton, G.,
2002)

2.6.6 Produksi hidrogen secara biologi
Hidrogen dapat dihasilkan secara biologi dalam 2 proses :
a. Proses fotosintesis
b. Proses fermentasi
Ganggang hijau dapat menangkap energi dari sinar matahari. Dibawah kondisi
anaerobik, ganggang hijau menghasilkan enzim hidrogenase yang mana dapat menghasilkan
hidrogen dari air dengan proses yang diketahui sebagai bio-fotolisis. Kondisi ini harus diatur
secara hati-hati sewaktu enzim hidrogenase bekerja dalam fase gelap dan sangat sensitif pada
kehadiran oksigen yang dihasilkan dari fotosintesis. Ada dua tahapan proses yang digunakan
untuk memaksimalkan produk hidrogen. Tantangan riset yang utama adalah:
a. Peningkatan produksi hidrogen oleh suatu faktor 10, atau lebih.
b. Peningkatan efisiensi konversi energi solar dari 5% menjadi 10% atau lebih.
c. Memproduksi sel membran tidak hidup oleh oksigen dan hidrogen untuk
menghasilkan enzim
Proses biologi yang kedua untuk menghasilkan hidrogen adalah dengan menggunakan
fermentasi tanpa membutuhkan cahaya. Ini dilakukan dalam keadaan gelap, dimana proses
anaerobik dilaksanakan oleh banyak spesies bakteri, satu diantaranya adalah Clostridia.
Reaksi melibatkan enzim hidrogenase yang bertindak untuk menghasilkan hidrogen (dan
karbon dioksida):
C
6
H
12
O
6
+2H
2
O 2CH
3
COOH +2CO
2
+4H
2
Secara teoritis, hidrogen yang dihasilkan adalah 0,5 m
3
H
2
/kg karbohidrat. Bakteri
fermentasi dikalikan secara cepat dan dapat menghasilkan kuantitas yang banyak dari
hidrogen, tetapi parameter rancangan dan operasional ini adalah belum mapan. (Dutton, G.,
2002)


Universitas Sumatera Utara
2.7 Pemilihan Proses
Dari beberapa jenis proses pembuatan hidrogen yang ada, dapat dipilih proses
yang akan dipakai berdasarkan bahan baku, jenis produksi maupun kemurnian produk.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas dipilihlah proses cracking atau yang
biasa di sebut steam reforming.
Alasan dipilihnya proses itu adalah:
a. Merupakan proses yang paling efisien untuk mengubah gas alam menjadi hidrogen
sampai saat ini.
b. Panas yang digunakan dapat diperoleh dari panas yang sebelumnya.
c. Teknologi sudah terbukti.
d. Biaya Produksi paling murah. (www.wikipedia.org.com)

2.8 Deskripsi Proses
2.8.1 Unit untuk menghilangkan kandungan sulfur (desulphurization)
(R-201 A,B)
Gas alam (natural gas) yang disalurkan langsung melalui pipeline dari PGN
bertekanan sekitar 15 bar dan suhu 20
0
C, dengan menggunakan kompresor ( C-101)
dinaikkan tekanannya hingga mencapai tekanan sekitar 26 bar dan sebagian akan dialirkan
sebagai bahan bakar di steam furnace. Gas bertekanan dari kompresor dilewatkan melalui
feed preheater (E-401) dengan memakai gas yang keluar dari unit high temperatur CO shift
conversion sebagai media pemanas hingga suhu mencapai 415
0
C. Gas alam yang telah
dipanaskan sampai mencapai 415
0
C ini akan melewati unit desulphurization (R-201) untuk
dihilangkan kandungan sulfurnya agar tidak meracuni katalis pada vessel yang lainnya. Di
dalam unit desulpurization bisa dibagi menjadi dua tahapan proses. Pada tahap pertama,
kandungan organik sulfur di konversi menjadi H
2
S pada suhu sekitar 415
0
C dengan katalis
cobalt-molybdenum (Co-Mo). Pada tahap kedua H
2
S di adsorbsi oleh senyawa Zinc Oxide
(ZnO). Gas alam yang keluar dari unit desulpurization tekananya menjadi 25 bar dan
suhunya 425
0
C dan kandungan sulfur harus lebih kecil dari 0,5 ppm. Kandungan sulfur harus
dihilangkan karena akan menutupi permukaan katalis.
ZnO + H
2
S ZnS + H
2
O




Universitas Sumatera Utara
2.8.2 Unit Steam Reforming dengan memakai katalis Nikel (R-301)
Gas alam yang telah melewati unit desulpurization, dicampur dengan sejumlah steam
superheated yang tekananya 25 bar, temperatur 300
0
C dimana perbandingan gas alam
dengan steam adalah 3 mol H
2
O/mol C (Leiby, 1994). Sebelum masuk ke unit steam
reformer (R-301), gas alam ini terlebih dahulu lewatkan melalui preheater berupa coil di
dalam steam reformer sampai suhu 500
0
C. kemudian masuk ke suatu pipa yang terdapat
didalam steam reformer (R-301) dan di panaskan lewat pembakaran (burner). Didalam pipa
tersebut, dengan katalis nikel pada suhu 800
0
C - 900
0
C gas alam diubah menjadi gas proses
yang terdiri dari H
2,
CO,CO
2
serta sejumlah kecil CH
4,
N
2
dan steam yang tidak
terdekomposisi. Saat gas keluar dari sistem steam reformer (R-301) suhunya mencapai 820
0
C dan tekananya 25 bar dan harus didinginkan dengan cara melewatkannya dari waste Heat
Boiler (Boiler yang bekerja dengan menyerap panas) (E-301). Dalam proses pendinginan
dihasilkan Steam.

2.8.3 Unit Pengubah CO dengan suhu tinggi (High Temperatur CO Shift Convertion) (R-
401)
Gas proses yang keluar dari steam reformer (R-301) akan memasuki unit pengubah
CO ( R-401) yang berisi katalis Fe dan Cr untuk meningkatkan gas H
2
. Gas proses tersebut
masuk melalui bagian atas, mengalir kebagian bawah dan terjadilah proses pengubahan gas
CO menjadi CO
2
.
Fe dan Cr
CO + H
2
O

CO
2
+ H
2

Reaksi proses adalah eksotermik, temperatur gas proses yang keluar dari unit pengubah CO
(R-401) meningkat menjadi sekitar 450
0
C.

2.8.4 Unit Pendinginan gas proses (E-401), (E-402), (E-403), (E-404)
Gas proses yang keluar dari unit pengubah CO kemudian didinginkan dengan cara
melewatkannya pada alat penukar panas feed preheater (E-401) dimana panas yang
berpindah digunakan sebagai media pemanas umpan gas alam sebelum masuk ke reaktor
desulphurisasi, sehingga temperatur gas proses turun menjadi 299
0
C. Gas proses dilewatkan
kembali melalui penukar panas water cooler I (E-402) dengan menggunakan air pendingin
biasa hingga temperatur gas proses turun menjadi 150
0
C. Gas proses kembali dilewatkan
melalui penukar panas water cooler II (E-403) dengan menggunakan air pendingin biasa,
hingga temperatur gas proses turun menjadi 55
0
C. Kemudian gas proses didinginkan kembali
Universitas Sumatera Utara
didalam water cooler III (E-404) dengan menggunakan air pendingin biasa. Sehingga suhu
gas proses akhir setelah pendinginan sekitar 30
0
C.
Adanya proses pendinginan ini akan menyebabkan terjadinya kondensat. Kondesat ini
akan ditampung dan dipisahkan dari gas pada alat knok out drum (D-401) secara gravitasi.
Dimana, fase cair dari H
2
O akan turun kebawah drum, sedangkan fase gas akan naik keatas
drum. Dalam hal ini itu perlu diingat bahwa tidak boleh ada steam yang lolos bersama gas,
sebab alat yang dipakai selanjutnya PSA (Pressure swing adsorpsion) (A-501), sangat peka
terhadap kerusakan yang disebabkan oleh uap air.

2.8.5 Unit penyerap kotoran preassure swing adsorbtion (PSA) (A-501)
Preses gas yang telah didinginkan dan telah dipisahkan kandungan airnya kemudian
dilewatkan melalui alat PSA (pressure swing adsorpsion) (D-501), yang bertujuan untuk
memurnikan/ memisahkan H
2
dari impuritisnya misalnya H
2
O CO,CO
2
dan CH
4
yang tidak
bereaksi..
Kandungan CO dan CO
2
yang tersisa dalam H
2
maksimum 20 ppm sedangkan CH
4
-
nya maksimum 50 ppm. Saat berlangsungnya proses diPSA ini, tidak dapat dihindari
terjadinya penghilangan atau terikutnya sejumlah kecil H
2
dan gas-gas yang harus dibuang
(dipisahkan). Gas yang diinginkan dari unit PSA ini hanya Hidrogen. Gas-gas buangan yang
dihasilkan unit PSA akan dipakai untuk bahan bakar dari Steam Reformer, setelah dahulu
disimpan dalam sebuah tangki yang disebut Surge Drum.

Sistim PSA ini terdiri dari 4 vessel adsorber A, B, C, D. Masing-masing vessel terdiri
dari 3 bagian adsorben (penyerap) yang berlainan :
- Pada bagian atas, berisi Zeolite berfungsi untuk menyerap CO
2

- Pada bagian tengan, berisi Activated Carbon berfungsi untuk menyerap CH
4

- Pada bagian bawah, berisi Activated Alumina berfungsi untuk menyerap H
2
O
Ada 4 cara PSA bekerja secara kontiniu
1. Adsorption
Proses gas masuk dari bawah vessel sehingga impuritis dari proses gas diserap oleh
adsorbent dan keluar melalui bagian atas vessel. Kemurnian H
2
yang keluar sekitar
99,99 % dengan impuritis CH
4
(<5 ppm) dan CO
2
(<5 ppm).



Universitas Sumatera Utara
2. Regenerassi
Tahap regenerasi dimulai dengan depresurisai, selama proses ini gas yang dihasilkan
proses depresurisasi digunakan untuk purging vessel lain yang mengalami proses
regenerasi.
3. Purging
Pada tahap ini tekanan gas dalam vessel sangat rendah mendekati ambient pressure
dan proses purging ini diambilkan dari gas vessel lain yang sedang dalam proses
depressurisasi. Gas hasil proses ini disebut purge gas (sebagai bahan baku CO
2

plantdan bahan bakar burner reformer).
4. Repressurization
Pada tahap ini tekanan vessel yang tadinya rendah dinaikkan sampai mencapai
tekanan operasi adsorbsi (25 bar).
Gas hidrogen yang telah dimurnikan akan meninggalkan PSA dengan laju alir yang
konstan, dengan tekanan sekitar 24,5 bar sedikit dibawah tekanan gas sewaktu gas memasuki
alat PSA.

2.9 Spesifikasi Bahan Pendukung
2.9.1. Air
Rumus molekul : H
2
O
Berat molekul : 18
Berat jenis : 1 gr/cm
3
(pada suhu 25
0
C)
Titik lebur : 0
0
C
Titk didih : 100
0
C
(Othmer, 1967)

2.9.2. Katalis Zink Oksida
Rumus kimia : ZnO
Berat molekul : 81,39 gr/mol
Berat jenis : 5,47 gr/cm
3

Titik lebur : 1800
0
C
Kenampakan : butirbutir dengan diameter rata-rata 366 nm
(Othmer, 1967)


Universitas Sumatera Utara
2.9.3 Katalis Ni
Rumus kimia : Ni
Berat molekul : 58,69 gr/mol
Berat jenis : 8,90 (20
0
C) gr/cm
3

Titik lebur : 1425
0
C
Titik didih : 2900
0
C
(Othmer, 1967)

2.9.4 Metana (CH
4
)
Fungsi : merupakan komponen unsur terbesar (88,85%) di dalam biogas.
Berat molekul : 16,043 g/mol
Temperatur kritis : -82,7
0
C
Tekanan kritis : 45,96 bar
Fasa padat
Titik cair : -182,5
o
C
Panas laten : 58,68 kJ/kg
Fasa cair
Densitas cair : 500 kg/m
3


Titik didih :
-161,6
o
C
Panas laten uap : 510 kJ/kg
Fasa gas
Densitas gas : 0,717 kg/m
3


Faktor kompresi : 0,998


Spesifik graffiti : 0,55


C
p
:
0,035 kJ/mol.K
C
v
: 0,027 kJ/mol.K
Kelarutan : 0,054 vol/vol
Viskositas : 0,0001027 poise
(Anonim

, 2007)


Universitas Sumatera Utara
2.19.5 Ethana (C
2
H
5
)
Berat molekul : 30,069 g/mol
Temperatur kritis : 32,2
0
C
Tekanan kritis : 40,2 bar
Fasa padat
Titik cair : -183,3
o
C
Panas laten : 94,977 kJ/kg
Fasa cair
Densitas cair : 546,59 kg/m
3


Titik didih :
-88,7
o
C
Panas laten uap : 488,76 kJ/kg
Fasa gas
Densitas gas : 2,054 kg/m
3


Faktor kompresi : 0,9912


Spesifik graffiti : 1,047


Pesifik Volume :0,799m
3
/kg


C
p
:
0,053 kJ /mol.K
C
v
: 0,044 kJ /mol.K
Kelarutan : 0,052 vol/vol
Viskositas : 0,0000855 poise
(Anonim

, 2007)
2.9.6 Propane (C
3
H
8
)

Berat molekul : 44,1 g/mol
Densitas cair : 1,83 kg/m
3

Densitas gas : 0,5077 kg/m
3

Titik cair : -187,6
o
C

Titik didih :
-42,09
o
C
Kelarutan dalam air : 0,1 gr/cm
3

(Othmer, 1967)
Universitas Sumatera Utara
Gas Alam
Demin
Water
Desulfurisasi
CO Converter
(HTS)
Sistem Pendingi
CWS
PSA H2 99,999 %
25 Bar
150
o
C
Mixing
Point
Steam reformer
KOD
Storage
Tank
Reformer
Fuel
Flue Gas
Buffer
Tank
PSA OFF
Gas
WHB
Air
Kondesasi
Reformer Fuel +
PSA Off Gas
Udara
CWR
15 Bar
17
o
C
25 Bar
30
o
C
25 Bar
415
o
C
24,5 Bar
425
o
C
25 Bar
350
o
C
Supeheated steam
25 Bar
300
o
C
25 Bar
850
o
C
25 Bar
350
o
C
5 Bar
28
o
C
25 Bar
430
o
C
25 Bar
55
o
C
25 Bar
30
o
C
60 Bar
52
o
C

Gbr 2.1 Blok Diagram Proses Pembuatan Gas Hidrogen dari Gas Alam dengan Proses
Cracking/ Steam Reforming

















Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai